Smartphone Baru Sony Xperia XA2 Plus Usung Layar Penuh dan SoC Snapdragon 630

Siapa yang tak kenal Xperia? Seri smartphone besutan Sony ini punya desain yang khas, serta memiliki kemampuan kamera dan kualitas audio yang baik.

Namun, kiprah Sony di industri ponsel memang tak sejaya dulu, penjualan smartphone Sony terus mengalami kemerosotan. Meski begitu, perusahaan asal Jepang ini belum menyerah.

Untuk menjaga eksistensinya di sektor komunikasi, Sony diam-diam memiliki smartphone baru anggota keluarga XA2 yakni Xperia XA2 Plus. Sebelumnya Sony merilis Xperia XA2 dan XA2 Ultra pada bulan Januari 2018 lalu.

Hal baru pada XA2 Plus adalah penampang layarnya sudah dalam format 18:9. Ukurannya 6 inci dengan resolusi Full HD+ 1080×2160 piksel (402 ppi), dan permukaan layarnya telah berlapis Corning Gorilla Glass 5.

Desain XA2 Plus terlihat sangat menarik, dangan bezel samping sangat tipis meski bezel pada bagian dahi dan dagunya masih terlihat cukup lebar. Body-nya sendiri memiliki build quality premium, Sony menggunakan panel aluminium pada bagian punggung XA2 Plus.

Soal fotografi, XA2 masih mengandalkan satu sensor kamera berukuran 1/2.3 inci, lensa lebar 24 mm dengan resolusi 23-megapixel, dan bukaan f/2.0. Sementara, sensor kamera depannya berukuran 1/4 inci dengan resolusi 8-megapixel, bukaan f/2.4.

Kalau dari dapur pacu, XA2 Plus ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 630 – CPU octa-core 2.2 GHz Cortex-A53. Dibantu besaran RAM 4 GB atau 6 GB, dan pilihan penyimapanan 32 GB atau 64 GB.

Smartphone ini berjalan di atas Android 8.0 Oreo dan memiliki kapasitas baterai 3.580 mAh lengkap dengan dukungan teknologi fast charging Quick Charge 3.0.

Sony belum mengungkap harga dari Xperia XA2 Plus. Rencananya XA2 Plus akan mulai tersedia di pasar Eropa pada bulan Agustus mendatang dalam pilihan warna black, silver, gold, dan green.

Sumber: PhoneArena

Mengenal Kamera Mirrorless Sony dengan Sensor Full Frame

Saat ini kebanyakan perusahaan pembuat kamera mirrorless menggunakan sistem kamera dengan sensor APS-C. Sejauh ini baru Sony yang menyediakan kamera tanpa cermin dalam dua format.

Format APS-C yang bisa ditemui pada A6000 series atau di bawahnya yang ideal untuk kebutuhan hobi dan semi pro. Serta, full frame yang ada pada A7 dan A9 series untuk profesional.

Kelebihan kamera full frame adalah ukuran sensor yang lebih besar dibanding APS-C. Dampaknya hasil foto umumnya lebih baik, dan punya jangkauan fokal lensa yang lebih lebar. Namun, harga perangkat kamera full frame dan lensa-lensa FE dari Sony terbilang mahal.

Setelah sebelumnya membahas kamera mirrorless Sony dengan sensor APS-C, sekarang mari kita lanjutkan mengulas kamera mirrorless Sony dengan sensor full frame.

Sony Alpha A7 Series

Sony-Alpha-A7
Foto: Sony.co.id

Sony meluncurkan kamera full frame pertama yakni Alpha A7 generasi ke-1 pada tahun 2013. Ada tiga varian dengan kemampuan yang berbeda.

Pertama Alpha A7 itu sendiri dengan sensor CMOS 24,3-megapixel yang ideal untuk foto dan video. Saat ini harganya semakin terjangkau, A7 dengan paket lensa FE 50mm f/1.8 bisa ditebus seharga Rp13 juta – harga yang sama dengan Alpha A6300.

Sony-Alpha-A7R
Foto: Sony.co.id

Kedua Alpha A7R dengan sensor CMOS beresolusi tinggi 36,4-megapixel, kamera ini dirancang untuk fotografer profesional. Ideal untuk memotret landscape, produk, fashion, dan kebutuhan lainnya. Saat ini, harga A7R body only berkisar di Rp20 jutaan.

Sony-Alpha-A7S
Foto: Sony.co.id

Ketiga Alpha A7S dengan sensor CMOS 12,2-megapixel dengan sensitivitas ultra tinggi hingga ISO 409.600. Kamera ini sangat piawai mengambil foto dan video di kondisi low-light, sangat ideal untuk fotografi panggung dan malam. Harga A7S untuk body only saat ini masih Rp24 juta.

Sony Alpha A7 II Series

Sony-Alpha-A7-II
Foto: Sony.co.id

Seperti generasi pertama, Sony juga merilis tiga varian. Kita mulai dari Alpha A7 II, kamera full frame pertama dengan fitur peredam getar 5-axis image stabilization dan autofocus lebih cepat dibanding pendahulunya. Sensor gambar yang digunakan masih sama, CMOS 24,3-megapixel. Harga A7 II sekarang Rp18 juta dengan pilihan lensa FE 50mm f/1.8 atau lensa Kit FE 28-70mm.

Sony-Alpha-A7R-II
Foto: Sony.co.id

Berikutnya Alpha A7R II, dibekali resolusi lebih tinggi yakni sensor BSI-CMOS 42,4-megapixel yang tentunya mampu menghasilkan foto sangat tajam karena tidak ada low pass filter. Fitur 5-axis image stabilization juga dibenamkan, harga A7R II body only saat ini pada Rp30 juta.

Sony-Alpha-A7S-II
Foto: Sony.co.id

Kemudian Alpha A7S II, kamera ini dirancang untuk videografer profesional. Mampu merekam video 4K dalam format full frame dalam kondisi temaram sekalipun. Fitur baru seperti 5-axis image stabilization juga dibenamkan, sementara sensor gambarnya masih sama CMOS 12-megapixel. Kalau untuk harga A7S II, saat ini masih sekitar Rp40 jutaan.

Sony Alpha A7 III Series

Sony-Alpha-A7-III
Foto: Sony.co.id

Pada Alpha A7 series generasi ke-3 atau yang teranyar, baru muncul Alpha A7 III dan A7R III. Sementara untuk A7S III masih belum diluncurkan, tapi rumornya bakal dirilis tahun ini.

Alpha A7 III tentu membawa banyak peningkatan, tapi yang baru adalah dual slot SD dan daya tahan baterai yang lebih lama hingga 700 jepretan. Sensor gambarnya masih sama, CMOS 24,2-megapixel dan fitur 5-axis image stabilization di body-nya. Harga A7 III untuk body only berkisar Rp28 jutaan.

Sony-Alpha-A7R-III
Foto: Sony.co.id

Beralih ke Alpha A7R III, kamera ini masih menggunakan sensor gambar seperti pendahulunya, CMOS 42,4-megapixel. Namun dengan pemrosesan gambar LSI dan BIONZ X yang lebih cepat. Harga A7R III tembus sampai Rp45 juta.

Sony Alpha A9 Series

Sony-Alpha-A9
Foto: Sony.co.id

Alpha A9 dirancang untuk fotografer profesional terutama photojournalistic, misalnya fotografer olahraga. Sony mengklaim, Alpha A9 sanggup menyuguhkan performa setara atau melampaui DSLR.

Rahasinya adalah sensor CMOS full-frame Exmor RS baru bertipe stacked 24,2-megapixel dan prosesor BIONZ X baru. Alpha A9 sanggup menjepret hingga 362 gambar JPEG atau 241 gambar RAW tanpa henti dalam kecepatan 20 fps. Saat ini harga Alpha A9 body only tembus Rp60 jutaan.

Itulah kamera mirrorless Sony dengan sensor full frame, paling terjangkau adalah A7 generasi pertama Rp13 juta dengan paket lensa prime serbaguna FE 50mm f/1.8. Namun, yang paling saya rekomendasikan adalah A7 generasi ke-2, harganya tidak jauh yakni Rp18 juta dan sudah memiliki fitur 5-axis image stabilization serta autofocus lebih cepat.

Referensi: Infofotografi

5 Kamera Mirrorless Sony dengan Sensor APS-C

Bicara soal kamera mirrorless, banyak pemain di dalamnya – Sony satu diantaranya. Pabrikan asal Jepang itu mengusung dua sistem yakni APS-C dengan lensa berlabel E dan full frame dengan lensa FE.

Kelebihan dari kamera mirrorless Sony dengan sistem APS-C adalah harganya relatif lebih murah, pun demikian dengan lensa-lensa E-nya. Namun, dengan hasil foto yang baik bahkan untuk memenuhi kebutuhan profesional.

Berikut adalah pembahasan singkat, lima kamera mirrorless Sony dengan sensor APS-C. Mana yang paling cocok untuk Anda?

1. Sony Alpha A5000 – Rp5 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-1
Foto: Sony.co.id

Untuk Anda yang belum pernah punya kamera digital, Sony Alpha A5000 sangat ideal dijadikan sebagai kamera mirrorless pertama. Bentuknya ringkas dan cara pakainya simple tanpa banyak tombol di body-nya.

Layar LCD 3 inci dapat diputar 180 derajat, untuk mempermudah vlogging dan selfie. Hasil fotonya juga bisa langsung ditransfer ke smartphone.

Alpha A5000 menggunakan sensor CMOS 20,1-megapixel dan prosesor Bionz X. Kamera ini sudah cukup ideal untuk Anda yang ingin belajar fotografi tanpa perlu merogoh kocek dalam-dalam.

Kelemahan yang kerap dirasakan oleh para pengguna Alpha A5000 adalah kinerja autofocus-nya yang relatif lambat di dalam ruangan.

2. Sony Alpha A5100 – Rp6 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-2
Foto: Sony.co.id

Bila Alpha A5000 ideal untuk belajar memotret foto, kemampuan A5100 lebih dititik beratkan pada perekaman videonya.

Ia punya sistem fast hybrid AF dengan 179 titik yang mampu mengikuti subjek yang bergerak.  Layar LCD 3 inci-nya sudah menggunakan panel sentuh, mendukung fokus sentuh, dan dapat ditekuk 180 derajat.

Desain fisiknya memang identik dengan Alpha A5000, tapi A5100 menggunakan sensor CMOS 24-megapixel dan prosesor BionZ-X.

Kelemahan pada Alpha A5000 sudah diatasi pada A5100 yakni kinerja autofocus yang meningkat. Namun Alpha A5100 masih tidak memiliki hotshoe, jadi Anda tidak memasang akesori tambahan seperti mic dan flash.

3. Sony Alpha A6000 – Rp8 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-3
Foto: Sony.co.id

Untuk keperluan yang lebih serius, Sony Alpha A6000 adalah jawabannya. Dari lima kamera mirrorless Sony dengan sistem APS-C yang di bahas pada artikel ini, Alpha A6000 adalah yang paling populer dan kemampuannya melampaui harganya.

Desain fisiknya sudah berbeda dengan Alpha A5000 dan A5100, punya viewfinder, hotshoe, dan tombol kontrol lebih lengkap. Selain itu, sistem autofocus-nya juga sudah sangat cepat dengan 179 titik phase detection sampai ke ujung gambar.

Kamera ini menggunakan sensor CMOS 24-megapixel dan prosesor BionZ-X. Kelemahan Alpha A6000 adalah absennya external mic jack.

Sebagai informasi, harga body only untuk Alpha A6000 dibanderol Rp6,5 juta. Menurut saya, lensa yang paling ideal untuk mendampinginya adalah Sony 35mm f/1.8 OSS – karena menyuguhkan sudut pandang yang lebih luas dan hasil yang tajam.

4. Sony Alpha A6300 – Rp13 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-4
Foto: Sony.co.id

Sebagai penerus, kelemahan Alpha A6000 sudah dibenahi pada A6300. Namun bukan dari segi desain, karena keduanya punya fisik yang identik.

Pertama sistem autofocus-nya, bila A6000 memiliki 179 titik – A6300 punya 425 titik fokus. Kedua, perekaman videonya – A6300 mampu merekam video format 4K dengan bitrate sampai 100 Mbps.

Selain itu, kamera ini juga dilengkapi dengan external mic jack. Fitur ini sangat penting bagi vlogger/videografer untuk meningkatkan kualitas audio. Untuk resolusi fotonya masih 24-megapixel (CMOS APS-C) dan prosesor BionZ-X.

Kelemahannya mungkin terletak dibanderol harganya, sebagai informasi di rentang harga yang sama kita sudah bisa mendapatkan kamera full frame Sony Alpha A7.

Kembali lagi ke kebutuhan Anda, bila condong ke video – memilih A6300 lebih tepat tapi bila condong ke foto – A7 jawabannya.

5. Sony Alpha A6500 – Rp22 Juta

kamera-mirrorless-sony-dengan-sensor-aps-c-5
Foto: Sony.co.id

Sony Alpha A6500 merupakan kamera Sony dengan sensor APS-C paling canggih dengan autofocus paling kencang. Harganya bahkan lebih mahal dibanding kamera full frame Sony Alpha A7 generasi ke-2, apa yang membuatnya istimewa?

Adalah fitur peredam getaran 5 axis stabilization yang bekerja pada lensa apapun yang dipasangkan ke kamera. Fitur lainnya seperti touch focus, kemampuan memotret kontinu hingga 307 foto, dan banyak lagi.

Alpha A6500 nyaris sempurna untuk foto dan video, kamera ini mampu merekam video kualitas 4K dalam format Super 35mm dan video 1080p dengan bitrate 100Mbps, lengkap dengan format video S-Log3.

Alpha A6300 menggunakan sensor Exmor CMOS APS-C 24,2-megapixel dengan processor LSI yang membantu prosesor gambar utama Bionz X.

Kelemahannya mungkin pada harganya, dengan rentang harga tersebut saya pribadi lebih memilih kamera full frame Sony Alpha A7 generasi ke-2 – tapi kembali lagi ke kebutuhan Anda itu apa.

Referensi: Infofotografi

7 Game Multiplayer Offline PlayStation 4 Terbaik Untuk Dinikmati Bersama Keluarga

Buah manis dari kian canggihnya teknologi visual dan engine serta dukungan modal besar developer ialah hadirnya game dengan konten berkualitas tinggi yang menyamai – bahkan melampaui – film-film box office Hollywood. Namun saya merasa ada sesuatu yang hilang dari semakin canggihnya video game: sensasi bermain bersama kawan atau kakak-adik Anda di ruang keluarga.

Butuh upaya cukup besar agar kita bisa menikmati game PC dari atas sofa. Alternatif termudah adalah dengan beralih ke home console. Meski begitu, Anda tetap perlu menemukan judul yang tepat. Bermain game yang tidak berkualitas hanya akan membuang-buang waktu berharga dan uang Anda.

Lewat artikel ini, saya sudah memilihkan tujuh permainan multiplayer couch/offline bermutu di console PlayStation 4. Anda tidak akan menemui game ber-genre fighting ataupun shooter di daftar ini karena saya mencoba memimalkan kompetisi dan elemen kekerasan, serta ingin mengedepankan semangat kooperatif.

 

Overcooked

Overcooked bisa diibaratkan sebagai versi game dari serial TV Hell’s Kitchen. Misi Anda sederhana: memasak makanan pesanan pelanggan. Namun beragam tantangan dan skenario konyol di sana menuntut para pemain untuk berkomunikasi dengan baik – siapa yang harus memotong tomat, menggoreng daging hingga mencuci piring.

 

Spelunky

Di versi console, Spelunky akhirnya mendapatkan mode multiplayer co-op serta deathmatch dengan menyajikan sembilan karakter berbeda. Tugas Anda hanyalah menjelajahi lorong-lorong bawah tanah dan mengumpulkan material-material berharga. Menariknya, tiap sesi petualangan tak akan terasa sama berkat pemanfaatan sistem procedural generation.

 

Lovers in a Dangerous Spacetime

Game ini akan menguji kekompakan (atau hubungan) Anda dengan saudara, teman ataupun pasangan. Gameplay-nya ‘se-kacau’ Overcooked karena para pemain mesti mengendalikan beragam aspek dari pesawat angkasanya; dari mulai persenjataan, mesin dan perisai. Mereka harus terus berpindah dari satu tempat ke tempat lain agar pesawat tetap utuh.

 

Rayman Legends

Dengan visual dan musik pengiring yang indah, desain level brilian, serta gameplay super-adiktif, Rayman ialah salah satu permainan platformer 2D terbaik sepanjang masa. Tugas Anda sangat simpel, yakni mengumpulkan poin berupa Lums sembari melewati level – tapi kehadiran rekan di sana membuat prosesnya lebih mudah dan menyenangkan.

 

Lego Marvel Super Heroes 2

Sempurna bagi Anda dan keluarga yang masih haus berpetualangan bersama para pahlawan Marvel. Lego Marvel Super Heroes 2 menyajikan gameplay serta puzzle khas permainan Lego. Di bulan April kemarin, game mendapatkan update bertema Infinity War, mempersilakan Anda bermain sebagai Thanos dan kroninya buat menyapu para Avengers.

 

Sonic Mania

Dirilis sebagai bentuk dari perayaan seri Sonic The Hedgehog ke-25, Sonic Mania menghidangkan formula klasik khas Sega Genesis; di antaranya gameplay side-scrolling bertempo cepat dan visual 2D pixelated. Ia sempurna buat bernostalgia. Anda dan kawan juga bisa menguji siapa yang paling cepat menyelesaikan level lewat mode multiplayer kompetitif.

 

Everybody’s Golf

Permainan ke-12 di seri Everybody’s Golf ini kembali mengombinasikan karakter-karakter bergaya kartun dengan teknologi engine serta fisik yang realistis. Di versi anyarnya, Anda dipersilakan menciptakan karakter serta mengustomisasinya, serta dibebaskan menjelajahi lapangan golf via berjalan kaki atau menggunakan kendaraan.

Jadwal Rilis Game Paling Esensial di Bulan Juli 2018

Puaskah Anda dengan kualitas permainan-permaian video di bulan lalu? Melihat ulasan para reviewer yang kurang antusias, saya menahan diri untuk membeli The Crew 2, Vampyr dan Jurassic World Evolution; walaupun ketika artikel ini ditulis, Steam Summer Sale tengah berlangsung. Buat sekarang, saya masih disibukkan oleh God of War serta Quake Champions.

Karakteristik perilisan game di bulan Juli mirip Juni 2018. Bulan ini dipenuhi oleh judul remake dan permainan-permainan ‘susulan’ yang sempat dilepas di platform lain. Totalnya juga tidak sebanyak di periode Mei dan April, kecuali jika publisher meluncurkan sejumlah game baru secara mendadak – seperti yang dilakukan beberapa perusahaan saat E3 2018 digelar.

Di bawah ini ialah 10 judul yang tak boleh lepas dari pengawasan Anda:

 

Red Faction: Guerrilla Remastered

PS4, Xbox One, PC – 3 Juli

Berakhir di console generasi ketujuh, mungkin hanya gamer veteran yang familier dengan franchise Red Faction, dan mayoritas mereka setuju bahwa Guerilla adalah salah satu permainan terbaik di seri ini. Lewat edisi ‘Re-Mars-Tered’, THQ Nordic bermaksud untuk menghadirkannya di sistem game current-gen.

 

20XX

PS4, Switch – 10 Juli, Xbox One – 11 Juli

Mega Man X Legacy Collection akan dirilis di bulan ini, namun 20XX bisa jadi alternatif bagi Anda yang menginginkan tantangan lebih tinggi. Dalam meraciknya, Batterystaple Games mengintegrasikan elemen roguelike, sistem permadeath, serta sensasi ala Dark Souls – mempersilakan Anda meng-upgrade karakter dan via Soul Chips.

 

Captain Toad: Treasure Tracker

Switch, 3DS – 13 Juli

Nintendo Switch merupakan rumah dari beragam port permainan last-gen, namun mereka tahu caranya memanjakan fans. Khusus permainan puzzle action ini, developer membundelnya bersama mode multiplayer kooperatif serta level-level yang terinspirasi dari tema permainan Super Mario Odyssey.

 

Earthfall

PS4, Xbox One, PC – 13 Juli

Telah tersedia di Steam dalam wujud early access, Earthfall akan membuka gerbangnya bagi lebih banyak gamer pada tanggal 13 Juli nanti. Earthfall adalah permainan shooter kooperatif, mengusung formula yang sangat mirip Left 4 Dead. Tapi di sana, developer Holospark mengganti zombie dengan gerombolan alien ganas.

 

Octopath Traveler

Switch – 13 Juli

Octopath Traveler menempatkan Anda sebagai satu dari delapan orang petualang yang memulai perjalanannya secara berbeda. Sisi visual permainan ini mengombinasikan dunia 3D bergaya voxel dengan karakter berbasis sprite pixelated – kabarnya terinspirasi dari gaya penyajian permainan-permainan Super NES.

 

Pool Panic

Switch, PC – 19 Juli

Saya kesulitan buat menjelaskan apa itu Pool Panic. Dalam game ini, Anda bermain sebagai bola biliar putih, namun ia tidak cuma beraksi di atas meja. Sang bola akan menjelajahi isi ‘dunia biliar’, dari mulai kota, tempat kemping, sampai lapangan sepak bola. Idenya terdengar sinting, tapi Pool Panic ialah game favorit saya di daftar ini.

 

The Banner Saga 3

PS4, Xbox One, Switch, PC – 24 Juli

Merasa tanggung karena jagat fiksi seri The Banner Saga sudah begitu besar, tim developer Stoic termotivasi untuk menciptakan permainan ketiganya, sekaligus diracik sebagai penutup kisah petulangan para pahlawan Viking. Seperti sebelumnya, The Banner Saga 3 menghidangkan gameplay tactical RPG dengan visual hasil gambar tangan.

 

Mega Man X Legacy Collection 1 & 2

PS4, Xbox One, Switch, PC – 24 Juli

Disajikan dalam dua bundel terpisah, Mega Man X Legacy Collection 1 & 2 mengajak Anda untuk kembali berpetualangan sebagai Blue Bomber di permainan pertama hingga game kesepuluh sembari mengarungi sungai waktu di era 8-bit sampai 16-bit. Tentu saja, Capcom sudah menyertainya bersama mode challenge serta fitur museum.

 

No Man’s Sky

Xbox One – 24 Juli

Dua tahun setelah dilepas di PC dan PlayStation 4, No Man’s Sky akhirnya siap mendarat di Xbox One. Tak mau mengecewakan gamer untuk kedua kalinya, versi anyar ini turut disertai update terbaru, termasuk mode multiplayer sejati yang memungkinkan dua gamer atau lebih mengeksplorasi planet dan angkasa bersama-sama.

 

Sleep Tight

Switch, PC – 26 Juli

Sleep Tight merupakan kombinasi unik antara permainan shooter top-down ala Nex Machina dengan genre strategi, sembari mengusung latar belakang fantasi masa kecil. Di siang hari, Anda diberi kesempatan untuk membangun pertahanan di kamar tidur berbekal selimut dan bantal karena di malam harinya, para monster akan datang menyerang.

Sony RX100 VI Datang Membawa Lensa Zoom yang Amat Jauh dan Performa Lebih Gegas

Setelah dirilis hampir dua tahun silam, Sony RX100 V akhirnya punya penerus. Generasi terbarunya, RX100 VI, membawa peningkatan yang cukup signifikan, meski desain dan dimensi bodinya kurang lebih masih sama seperti ketika generasi pertamanya diperkenalkan di tahun 2012.

Sensor berukuran besar (1 inci) sudah menjadi ciri khas seri RX100 sejak lama. Hal itu tidak berubah di generasi keenamnya, dan resolusinya tetap berada di kisaran 20,1 megapixel. Yang istimewa, sensor ini merupakan tipe stacked yang menyatu dengan chip DRAM, dan image processor-nya juga sudah ditemani oleh front-end LSI.

Sony RX100 VI

Anda tak perlu memusingkan istilah-istilah tersebut. Intinya, performa RX100 VI meningkat pesat dibanding pendahulunya: burst shooting dengan kecepatan 24 fps dalam posisi AF menyala dan buffer rate hingga 233 gambar (naik dari 150), phase-detection autofocus dengan kemampuan mengunci fokus dalam 0,03 detik saja, dan kinerja EyeAF Tracking dua kali lebih kencang.

Untuk video, RX100 VI masih mempertahankan opsi perekaman 4K 30 fps yang sangat mendetail (karena memanfaatkan seluruh penampang sensor). Slow-motion dalam kecepatan ekstrem 960 fps juga masih tersedia, tapi mungkin yang lebih ideal untuk sehari-hari adalah dalam kecepatan 120 fps dengan resolusi 1080p.

Sony RX100 VI

Namun yang mungkin lebih menarik justru adalah lensanya. Kalau sebelum-sebelumnya RX100 tergolong terbatas perihal zooming, RX100 VI berbeda sebab ia telah dibekali lensa 24-200mm (sebelumnya cuma 24-70mm). Sayangnya, aperture-nya jadi menurun dari f/1.8-2.8 menjadi f/2.8-4.5, dan kamera tak lagi dilengkapi ND filter terintegrasi.

Viewfinder elektronik dengan mekanisme pop-up masih tersedia, bahkan semakin sempurna karena tak lagi harus ditarik ujungnya secara manual (setelah nongol ke atas) ketika hendak digunakan. Di bawahnya, ada LCD yang bisa dimiringkan 90 derajat ke bawah, atau 180 derajat ke atas untuk memudahkan pengambilan selfie.

Sony RX100 VI

Menariknya, untuk pertama kalinya di seri RX100 LCD ini merupakan layar sentuh. Sudah sejak menjajal RX100 generasi pertama di tahun 2012 saya mengimpikan kehadiran touchscreen, dan akhirnya Sony mengabulkannya lewat RX100 VI, sehingga mengatur titik fokus bakal jauh lebih mudah mulai sekarang.

Di Amerika Serikat, Sony RX100 VI bakal dilepas ke pasaran mulai bulan depan dengan harga $1.200, $200 lebih mahal ketimbang RX100 V saat pertama kali diluncurkan.

Sumber: DPReview.

Rayakan Days of Play, Sony Singkap PlayStation 4 Edisi Spesial Berwarna Biru

Sony biasanya mengangkat tema permainan yang mereka anggap istimewa dalam meramu edisi spesial PlayStation 4. Hasil dari upaya tersebut – misalnya PS4 Pro edisi Star Wars Battlefront II atau God of War – memang cukup mengesankan. Tapi tidak semua edisi terbatas PS4 mendapat-kan sambutan positif: banyak gamer setuju bundel Call of Duty: WWII sangat buruk rupa.

Jika kebetulan Anda sedang berburu PlayStation 4 edisi spesial, kreasi baru Sony Interacitve Entertainment ini bisa jadi pertimbangan. Untuk memeriahkan pelaksanaanDays of Play 2018, sang console maker memperkenalkan PlayStation 4 edisi terbatas dengan tubuh berwarna biru. Days of Play sendiri adalah program sale khusus produk PlayStation, berlangsung selama 11 hari dan dimulai pada tanggal 8 Juni 2018.

Days of Play 2

Days of Play PlayStation 4 Limited Edition mengusung spesifikasi PlayStation 4 varian standar. Ketiadaan versi Pro mungkin membatasi target konsumennya karena PlayStation 4 biru ini mungkin hanya menarik perhatian mereka yang belum mempunyai console current-gen Sony serta para kolektor. Namun menakar dari sisi desain, menurut saya rupa PlayStation 4 ‘Days of Play’ tergolong atraktif.

Days of Play 3

Warna biru di PlayStation 4 edisi terbatas ini merupakan tema warna yang diusung oleh program Days of Play, diimplementasikan pada unit console dan controller. Selanjutnya, Sony menghias console dengan decal simbol action button khas PlayStation (kotak, segitiga, X, dan lingkaran) berwarna emas yang dibumbui oleh versi kecil simbol-simbol itu di sekelilingnya. Warna emas turut diimplementasikan pada logo PlayStation di area pojok.

Days of Play 4

Versi limited edition ini memiliki tubuh ala PlayStation 4 ‘slim‘ dengan dimensi 265×39×288mm dan menyajikan penyimpanan internal berkapasitas 1TB. Console dibundel bersama satu controller DualShock 4. Selain memanfaatkan warna biru serupa PlayStation 4 Days of Play, Sony juga membubuhkan deretan simbol action button emas di bagian touchpad-nya.

Days of Play 1

Sony tidak bilang seberapa banyak unit Days of Play PlayStation 4 Limited Edition yang telah mereka siapkan, namun sang produsen hanya menawarkannya di periode antara tanggal 8 sampai 18 Juni. Harga produk ini juga tidak berbeda dari versi standar, yakni US$ 300. Saya juga belum bisa memastikan apakah edisi terbatas tersebut masuk ke Indonesia dalam kuantitas yang besar atau tidak.

Days of Play 6

Di momen Days of Play, Sony turut memangkas harga produk-produk PlayStation, di antaranya console, aksesori dan controller, serta game-game first-party. Ini dia detail diskonnya:

  • PS4 Pro Jet Black: US$ 350
  • Bundel PSVR: mulai US$ 200
  • DualShock 4: US$ 40
  • PS Move: US$ 80
  • God of War: US$ 50
  • Gran Turismo Sport: US$ 20
  • Horizon Zero Dawn: US$ 20
  • Shadow of the Colossus: US$ 20
  • Farpoint: US$ 15
  • The Inpatient: US$ 15
  • PS Plus 12 bulan: US$ 50

 

Sony Ungkap Panel Viewfinder Elektronik Beresolusi 5,76 Juta Dot

Sudah menjadi rahasia umum apabila Sony memasok sejumlah komponen kamera ke pabrikan lain, termasuk ke para pesaingnya, mulai dari sensor sampai panel OLED untuk viewfinder elektronik (EVF). Untuk komponen yang terakhir itu, Sony sudah menyiapkan versi baru yang lebih canggih.

Perkembangan teknik miniaturisasi merupakan kunci di balik panel EVF baru ini. Bagaimana tidak, bentang diagonal penampangnya cuma 12,6 milimeter, akan tetapi resolusinya mencapai 5,76 juta dot (1600 x 1200 pixel). Angka ini 1,6 kali lebih tinggi dibanding EVF milik Sony a7R III maupun Panasonic Lumix GH5 yang ‘hanya’ beresolusi 3,69 juta dot.

Sony 5.76 million dot OLED viewfinder display

Secara default, panel EVF ini dapat menampilkan live view dalam kecepatan 120 fps, tapi ada juga mode yang lebih responsif di angka 240 fps. Meski lebih superior hampir di segala aspek, Sony mengklaim konsumsi energinya sama kecilnya seperti panel EVF generasi sebelumnya.

Perbandingan ketajaman panel OLED baru (kiri) dan versi sebelumnya (kanan) / Sony
Perbandingan ketajaman panel OLED baru (kiri) dan versi sebelumnya (kanan) / Sony

Sony berencana memproduksi panel EVF baru ini secara massal di bulan November nanti. Yang bakal kebagian jatah pertama kali sudah pasti merupakan kamera bikinan Sony sendiri, namun saya yakin pabrikan lain juga bakal cepat menyusul, dengan catatan mereka bersedia harga kameranya naik secara cukup drastis, atau laba yang didapat lebih sedikit kalau kepuasan konsumen yang menjadi prioritas.

Alasannya, harga panel EVF ini tidak murah. Sony mematok harga 50.000 yen (± Rp 6,4 juta) untuk unit sampelnya, meski pabrikan yang membeli dalam jumlah besar tentunya bakal mendapat potongan harga. Dengan banderol semahal itu untuk viewfinder-nya saja, sudah pasti kamera yang bakal mengusung panel EVF ini masuk di kategori premium.

Sumber: DPReview.

Sony Sharing Persiapan Menuju E3 2018 dan Berikan Komentar Soal Dimulainya Fase Akhir Siklus Hidup PS4

Pameran gaming tahunan terbesar di dunia, Electronic Entertainment Expo, dimulai sebentar lagi. Di antara rentetan publisher raksasa dunia, produsen console seperti Sony dan Microsoft sudah bisa dipastikan akan mencuri perhatian melalui pengungkapan besar-besaran. Sony sendiri mengonfirmasi bahwa di sana mereka akan fokus pada judul-judul eksklusif.

Dan kemarin, Sony mengundang para gamer dan media dalam acara gathering untuk berbagi beberapa detail terkait persiapan mereka memeriahkan E3 2018 serta mempersilakan para tamu menikmati game FIFA 18 di PlayStation 4 Pro. Sony juga mengundang juara PlayStation League Asia 2018 FIFA 18, Ega Rahmaditya sebagai bintang tamu di sesi talk show singkat.

PS4 9

 

Perjalanan PlayStation 4 di Indonesia sejauh ini

Sebelum memulai semua itu, Ian Purnomo selaku public relation lead Southeast Asia Sony Interactive Entertainment Hong Kong menyingkap beberapa pencapaian console current-gen mereka sejauh ini. Mungkin Anda sudah tahu, di tahun 2017, perusahaan berhasil menjual lebih dari 73,6 juta unit PlayStation 4, dan selama kiprahnya itu, mereka telah meng-update software ke versi 5.50.

PS4 6

Melalui pembaruan tersebut, Sony menghadirkan fitur-fitur untuk pengelolaan anggota keluarga, mode supersampling buat PlayStation 4 Pro (sistem me-render game di resolusi lebih tinggi kemudian men-downscale buat disajikan di TV/layar non-4K, sehingga output-nya lebih tajam), virtual surround sound di PlayStation VR, serta dukungan bahasa Indonesia, Thailand dan Vietnam.

PS4 1

Sony juga merekap sejumlah aktivitas yang sempat mereka langsungkan di penghujung tahun 2017, yakni roadshow Play Everyhing di Mall Kelapa Gading dan Neo Soho. Di kesempatan terpisah, Ian menjelaskan pada saya bahwa acara ini cukup sukses berkat pemilihan lokasi yang tepat.

Kedua pusat perbelanjaan tersebut merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh keluarga, dan Sony bermaksud untuk memunculkan rasa nostalgia bagi mereka yang dahulu mungkin pernah menikmati console PlayStation. Orang tua juga tidak perlu cemas buat melepas buah hatinya bermain di sana karena Sony sengaja memilihkan permainan-permainan multi-genre yang aman bagi semua umur.

PS4 3

Sony memang punya rencana untuk mengadakan roadshow Play Everything berikutnya, tapi mereka belum menentukan tempat dan tanggalnya. Sang public relation lead menjelaskan bagaimana acara ini berhasil memicu transaksi pembelian produk Sony di lokasi. Namun meski begitu, dampaknya bagi total penjualan di Indonesia memang tidak begitu besar.

PS4 10

Selanjutnya, Sony Interactive Entertainment mengumumkan tiga game yang menjadi judul paling laris di PlayStation 4 di paruh pertama 2018. Mereka adalah Monster Hunter World, God of War, dan FIFA 18 – game terakhir ini akan mendapatkan update World Cup Russia 2018 secara gratis. Dan tepat di hari Kamis kemarin, Sony resmi juga merilis Detroit: Become Human, game petualangan baru kreasi tim di belakang Beyond: Two Souls dan Heavy Rain.

 

Persiapan menuju E3 2018

Ada empat game yang akan menjadi primadona di acara Sony di E3 2018 dan mereka semua ialah judul eksklusif PlayStation 4: Death Stranding, Ghost of Tsushima, Spider-Man dan The Last of Us Part II. Selain Spider-Man, belum diketahui kapan permainan-permainan first-party PlayStation tersebut akan dirilis.

PS4 5

Berdasarkan rumor yang beredar (dan belum dikonfirmasi kebenarannya), ada banyak permainan third-party yang kemungkinan turut meramaikan panggung Sony di E3 2018, di antaranya Cyberpunk 2077, Days Gone, Final Fantasy VII Remake, Kingdom Hearts 3, Lego DC Villains, Metro Exodus, NBA 2K19, Shenmue 3, Shadow of the Tomb Raider dan Splinter Cell baru.

Konferensi pers Sony di E3 2018 akan dilangsungkan pada hari Senin tanggal 11 Juni jam 18:00 waktu Pasifik, atau hari Selasa tanggal 12 Juni jam 8:00 pagi waktu Indonesia bagian barat. Acara bisa disimak secara live di Live.PlayStation.com.

PS4 4

 

Sony: jangan ragu membeli PlayStation 4

Buat menikmati seluruh persembahan Sony tersebut, Ian Purnomo mengimbau kosumen untuk tidak ragu meminang PlayStation 4. Perusahaan telah menunjuk beberapa gerai tempat Anda dapat memperoleh produk resmi PlayStation, misalnya di Terminal Game, Play Inc., dan GS Shop. Hanya di toko-toko ini Sony menjamin keaslian produk serta dukungan garansi dan servis.

Terkait dimulainya fase akhir siklus hidup PS4, Ian menyampaikan bahwa kita tidak perlu terlalu mencemaskannya. Melihat dari pengalaman di era PlayStation 3, periode ‘pasca-panen’ ini malah dimeriahkan oleh permainan-permainan console terbaik, contohnya seperti God of War III, Heavy Rain, Uncharted 3: Drake’s Deception, The Last of Us, LittleBigPlanet 2. Anda akan melewati game-game seru jika menunggu hingga PlayStation ‘5’ tiba.

PS4 8

Ian juga menyampaikan keyakinannya terhadap dukungan para developer. Menurutnya, game-game yang diluncurkan di PlayStation 4 akan semakin matang dan optimal. Ambil contohnya God of War atau Detroit: Become Human. Walaupun hardware PS4 sudah berusia lima tahun, game-game tersebut tetap mampu menghidangkan grafis yang memukau.

Dan buat mempermanis penawarannya, Sony mengumumkan rencana untuk membagikan kaos PlayStation eksklusif bagi mereka yang membeli console lewat gerai resmi.

PS4 7

Acara gathering PlayStation kemarin diakhiri oleh buka puasa bersama dan bagi-bagi door prize. Mereka yang beruntung membawa pulang satu kopi Detroit: Become Human Collector’s Edition, televisi OLED Sony Bravia, PlayStation VR, bahkan hingga PlayStation 4 Pro God of War Special Edition…

Luar biasa.

PS4 12

Menurut Sony, Pertumbuhan VR Belum Sesuai Harapan

Sebelum perangkat-perangkat head-mounted display VR standalone seperti Oculus Go, HTC Vive Focus serta Lenovo Mirage Solo dipasarkan, PSVR merupakan pilihan paling ideal. Mutu kontennya jelas lebih baik dibanding headset berbasis smartphone yang dahulu sempat populer, tapi ia juga tidak membutuhkan PC berspesifikasi tinggi dan langsung kompatibel ke PS4.

Sejak dirilis di bulan Oktober 2016 hingga Desember 2017 kemarin, Sony telah menjual lebih dari dua juta unit PlayStation VR. Menurut perhitungan IDC, penjualan perangkat VR dan AR diestimasi akan meningkat menjadi 12,4 juta di tahun ini. Sebagai perbandingan, ada delapan juta produk yang dipasarkan di tahun lalu. Namun ternyata Sony masih belum puas pada performa penjualan produknya.

Dalam Corporate Strategy Meeting minggu ini, Sony Interactive Entertainment menyampaikan bahwa terlepas dari meningkatnya penjualan PSVR, pertumbuhan pasar virtual reality berada di bawah ekspektasi mereka. Dan bukan hanya sang console maker Jepang itu yang berpendapat seperti itu. Matt Conte dari Oculus VR juga menyampaikan pandangan serupa.

“Saya tidak mau mengurangi faktanya: VR masih kecil,” kata Conte pada Games Industry. “Persebaran headset di luar sana tidak sebesar seperti yang kita bayangkan beberapa tahun lalu. Angka adopsinya memang tumbuh, dan momentum kenaikannya tidak buruk. Tapi hal yang kini mesti developer  prioritaskan adalah mencari cara agar karya mereka bisa sampai ke tangan konsumen sebanyak mungkin.”

Menurut Matt Conte, konten VR sebaiknya didistribusikan ke seluruh platform yang tersedia: Oculus, PlayStation VR, Steam hingga mobile jika bisa. Developer tidak memerlukan eksklusivitas seperti game tradisional karena yang saat ini virtual reality butuhkan ialah tumbuh sepesat-pesatnya.

Namun di sisi lain, pengembangan konten VR dihadang masalah biaya. Sebagian besar developer aplikasi/game virtual reality adalah studio independen dengan modal seadanya. Untuk bisa meneruskan proyek, mereka kadang harus mengadakan kesepakatan dengan pemilik platform seperti Facebook dan Microsoft untuk mendapatkan bantuan dana dengan syarat memasarkan kreasi tersebut secara eksklusif.

Saya sendiri mendengar langsung dari para developer VR lokal perjalanan panjang seperti apa yang sudah mereka lalui. Tidak aneh jika konten yang developer garap sangat berbeda dari visi awal mereka.

Ambil contohnya Mindvoke punya ShintaVR. Dahulu, developer menyiapkan IP ini sebagai platform kreasi berbasis perangkat mobile. Karena gagasan tersebut terlalu maju dan khalayak saat itu masih belum siap menerimanya, Mindvoke berevolusi menjadi game berkonsep kooperatif. Masih belum menemukan ‘tujuan’ dari penyajian permainan, ShintaVR akhirnya memodifikasinya lagi hingga menyuguhkan pengalaman multiplayer kompetitif.

Via Eurogamer.