“Startup Failure”: Hal-Hal yang Mendorong Kegagalan dan Cara Bertahan

Dalam sebuah riset yang dirangkum Failory terungkap bahwa 9 dari 10 startup gagal, seementara 7,5 dari 10 startup yang didukung venture capital akan berakhir gagal.

Ada beberapa alasan mengapa startup yang berbasis teknologi bisa berakhir gagal, termasuk persoalan finansial (cashflow), kurangnya kolaborasi antar tim, kegiatan pemasaran yang tidak efektif, hingga tidak sempurnanya proses product market fit (PMV).

Dalam riset tersebut juga disebutkan, proses PMV untuk memvalidasi bisnis ke target pasar biasanya mewakan waktu. Startup yang melakukan pivot atau perubahan model bisnis dan layanan lebih dari sekali memiliki peluang bertumbuh dan bertahan lebih baik.

Terdapat dua hal yang harus diperhatikan agar perusahaan tidak mau berakhir dalam kegagalan, yaitu fokus ke pertumbuhan (growth) dan inovasi. Jika keduanya bisa diimplementasikan dengan selaras, potensi startup bertahan dan berkembang akan semakin baik.

Alasan Umum Kegagalan Startup

Dalam mengembangkan bisnis kegagalan merupakan hal yang paling dihindari. Kegagalan sendiri memiliki banyak sebab. Penting untuk setiap pengusaha memperhatikan alasan-alasan mengapa sebuah bisnis bisa gagal. Bisa dari pengalaman pribadi maupun pengalaman orang lain. Berikut beberapa alasan umum yang seringnya menjadi dasar kegagalan sebuah bisnis.

Kerja sama tim

Salah satu tantangan terbesar startup ada pada pengelolaan tim. Tim yang solid akan menjadi fondasi yang kuat sebuah bisnis atau startup untuk tumbuh. Begitu pun sebaliknya. Tim yang tidak dikelola dengan baik bisa menjadi awal dari kegagalan. Keruntuhan yang berawal dari dapur bisnis. Untuk bisa menghindari kegagalan mengelola tim pastikan untuk memilih talenta yang bisa bekerja sama, baik secara individu maupun tim.

Kegagalan mempelajari pasar

Semua tahu bahwa inti dari keberhasilan bisnis adalah bisa diterima dengan baik di pasaran. Mulai dari ide, eksekusi, dan keputusan-keputusan lain biasanya ditentukan berdasarkan studi yang dilakukan di pasaran. Salah satu alasan di balik kegagalan sebuah bisnis sering timbul dari sini. Kesalahan pada saat mempelajari pasar. Tanda-tandanya mungkin bisa dilihat dari gagalnya bisnis mendapatkan pelanggan dan semacamnya. Itulah mengapa pada saat membangun sebuah bisnis fokus pertama dan utama ada pada peluang yang dilihat di pasar.

Strategi pemasaran yang buruk

Pada dasarnya semua produk atau jasa itu bisa dijual. Tinggal bagaimana cara menjualnya. Di sini proses pemasaran memegang perang penting. Sebaik apa pun produk jika tidak ditawarkan dengan cara yang menarik akan mendapat sedikit perhatian dari khalayak. Pemasaran memiliki peran sentral dalam keberhasilan sebuah produk di terima di pasar. Kegagalan dalam pemasaran bisa juga berarti mematikan bisnis secara perlahan.

Kehabisan uang

Alasan yang satu ini erat kaitannya dengan alasan sebelumnya, strategi pemasaran. Bisnis sering menaruh investasi yang berlebih di area pemasaran. Istilah jaman sekarang “bakar uang” untuk menarik banyak pelanggan. Sialnya, jika ini tidak dilakukan dengan terukur akan menjadi mimpi buruk. Kehabisan bensin. Uang atau modal mungkin menjadi yang utama alasan mengapa bisnis tetap berjalan, kesalahan perhitungan menempatkan uang, terlalu boros bisa menghabiskan bahan bakar bisnis ini yang akhirnya bermuara pada kegagalan bisnis. Tidak sedikit startup di Indonesia yang tutup dengan alasan kehabisan modal.

Alasan Tersembunyi Di Balik Matinya Startup

Banyak artikel yang menyebutkan matinya sebuah startup disebabkan oleh tiga hal, yakni kurang modal, kinerja tim di bawah standar, atau product-market fit yang tidak cocok. Ketiga alasan ini memang benar. Meskipun demikian, ada satu faktor lagi yang biasanya jarang diperhatikan. Kepala Pemasaran Adknowledge Anita Newton menyebutkan matinya startup bakal lebih cepat dari prediksi bila tidak memiliki akses ke pengambil keputusan.

Menurut Newton, akses mulai terbuka saat pembuat keputusan untuk berkata “ya”. Anda perlu tahu siapa sosok yang bisa dijadikan sebagai decision maker.

Lance LeMay, Managing Partner OpenAir Equity Partners, mengatakan bila Anda memiliki ide terbaik, memperoleh akses ke pelanggan, pengecer, pemerintah, pengemasan barang, atau lainnya, namun tidak memiliki akses ke seorang decision maker akan sangat sulit untuk bergerak, apalagi bagi startup. Menurut Le May, punya akses ke pelanggan lebih penting daripada akses ke permodalan.

Pernah dalam suatu kesempatan, Newton menanyakan ke sejumlah pendiri startup, berapa banyak dari mereka yang mendapatkan tawaran untuk membuka akses baru, entah akses membuka pelanggan, orang berpengaruh, atau venture capital. Rupanya yang menjawab “ya” hanya sekitar 30%. Dengan kata lain, 70% dari sisanya adalah tawaran yang hanya omong kosong belaka karena diberikan oleh orang yang tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.

Tingginya persentase ini menjadi alasan di balik startup mati lebih cepat. Untuk itu ada tiga strategi yang bisa dilakukan untuk membuka akses menjadi lebih terbuka:

Harus tegas dan disiplin

Bila seorang kolega baik bersikeras ingin bekerja sama dengan sesama alumnus membangun startup impian, percayalah mereka akan datang ke tempat Anda. Namun terkadang mereka sibuk sehingga tidak memprioritaskan Anda. Untuk itu, Anda perlu tegas dan disiplin dengan memberlakukan aturan sederhana, yaitu proses pendekatan secara tiga kali namun dengan cara yang berbeda. Apabila tidak ada respon yang Anda dapat dari mereka, tinggalkan, lalu cari lainnya.

Tes menguji tekanan

Lakukan tes ini saat Anda hendak mempekerjakan seorang tenaga pemasaran. Misalnya bagaimana mendonasikan uang sebesar 500 Dollar untuk beramal. Lalu Anda pastikan mereka tidak ada nama relasi, siapapun itu, dalam daftar donasi. Kemudian, minta mereka bagaimana tindak lanjutnya.

Kemungkinan dari tes ini, Anda akan diejek. Akan tetapi, Anda perlu perhatikan bahwa Anda sedang membangun startup dengan tingkat kegagalan dan kesuksesan yang bisa diukur dalam beberapa hari atau minggu ke depan, bukan pada tahun depan. Jika calon kandidat menampik tugas dari Anda, artinya mereka tidak cocok bekerja di lingkungan kewirausahaan.

Orisinalitas sebagai pintu gerbang menuju keterbukaan akses

David Segura, pendiri Giant Media, perusahaan distribusi video native, awalnya beroperasi dalam ruangan basement kemudian akhirnya menjadi platform video asli terbesar di Amerika Serikat.

Segura setuju bahwa perkenalan dengan pelanggan adalah sumber dari sebuah perusahaan baru.

“Akses penting untuk kesuksesan startup, karena hasil lebih sering diperlukan dengan cepat, agak berbeda dengan perusahaan pada umumnya,” ujarnya.

Dia menambahkan, akses dapat menjadi pembuka jalan untuk sebuah hubungan yang nyata.

“Sebagai pendiri dan pekerja, saya lebih menghargai hubungan yang orisinal. Saya juga lebih suka mempekerjakan seseorang yang sudah berada di titik menengah karier mereka daripada senior yang sudah berteman dengan 1000 orang di LinkedIn tapi tidak punya hubungan orisinal dengan para decision maker,” pungkasnya.

7 Penyebab Umum Yang Mematikan Startup

Richard Reis di halaman Medium-nya merangkum data CB Insights tentang hal-hal umum yang membuat startup gulung tikar. Ingin tahu hal apa saja itu supaya bisa dipersiapkan oleh para pendiri startup? Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab “kematian” sebuah startup:

Tidak punya produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar (produk-market fit)

Kejadian ini terjadi ketika pendiri tidak bisa membuat suatu produk dan tidak menemukan pengguna yang ingin mencobanya. Sangat penting untuk memegang motto, “Buatlah produk yang disukai masyarakat.”

Pendiri Netscape Marc Andressen, yang kini menjadi investor ternama di firma a16z, mengatakan menciptakan produk (yang diinginkan konsumen) adalah satu-satunya hal yang perlu dilakukan sebuah startup baru.

Pendiri yang “salah”

Pendiri bisa jadi penyebab utama di balik gagalnya suatu startup. Entah apakah mereka terlalu dini menyerah, terlalu tinggi memasang target, atau tidak menyadari sulitnya mendirikan startup. Penyebab lainnya bisa jadi pendiri kurang memiliki pengalaman dalam menjalankan suatu bisnis.

Hal seperti ini bisa membuat founder dan co-founder memilih untuk berpisah. Untuk itu, seperti disarankan inkubator kenamaan Y Combinator, sangat disarankan untuk memilih co-founder yang telah dikenal lama, sebelum memulai bisnis bersama.

Tidak punya dana

Uang itu raja. Memang keji, namun itulah kenyataannya. Ada kisah menarik yang pernah dilakukan pendiri Airbnb saat situs tersebut masih baru berdiri yakni menjual sereal Obama O’s demi menutupi pengeluaran perusahaan. Hal ini bisa jadi bukti bahwa seorang entrepreneur sejati punya segala cara menyelesaikan masalah, termasuk masalah finansial.

Salah strategi

Ada banyak contoh kesalahan kecil yang bisa menyebabkan suatu startup gagal. Misalnya, lebih memilih mengembangkan aplikasi untuk ponsel atau bergantung pada satu platform saja.

Kejadian ini pernah menimpa Zynga pada 2012. Kala itu, Zynga merasa sudah berpuas diri menjadi game online yang paling banyak dimainkan Facebook di ranah desktop dan tidak ingin berekspansi dengan mulai bergesernya tren masyarakat memainkan media sosial tersebut di ponsel. Tidak ingin beradaptasi terbukti membawa dampak besar.

Masalah legal

Terjerat urusan legal bisa mengakibatkan startup akhirnya bangkut karena banyak biaya dan denda yang harus dibayarkan. Hal ini dialami oleh Napster pada tahun 2000 silam, hingga akhirnya situs musik online tersebut mengumumkan gulung tikar dan menjual bisnisnya ke investor baru.

Kompetisi

Sangat kecil kemungkinan startup gagal hanya karena kalah berkompetisi. Oleh karena itu startup sebaiknya jangan terlalu fokus berkompetisi demi menandingi kompetitor. Tentu saja, sebuah startup harus tahu diri dan tidak mati konyol karena berani berkompetisi melawan perusahaan sekelas Uber, Facebook, dan Google.

Salah merekrut karyawan

Meski secara persentase sangat kecil, namun perlu diperhatikan bahwa salah merekrut orang dapat menjadi penyebab kegagalan sebuah startup.