Andre Soelistyo Mundur; GoTo Buyback Saham Senilai Rp3,2 Triliun

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengumumkan dua langkah penting dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diadakan pada 11 Juni 2024.

Pertama, perusahaan akan melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp3,2 triliun atau setara dengan US$200 juta. Buyback ini akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 12 bulan setelah RUPSLB.

Selain itu, GoTo juga akan merombak jajaran komisaris dan direksi. Co-Founder GoTo Andre Soelistyo mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai komisaris. Surat pengunduran diri Andre diterima perusahaan pada 17 Mei 2024. Andre, yang memiliki 0,78 persen saham GoTo, sebelumnya menjabat sebagai CEO GoTo Group hingga Juni 2023.

Dalam perubahan manajemen ini, John A. Prasetio diusulkan sebagai komisaris independen baru menggantikan Robert Holmes Swan. Perusahaan juga akan mengajukan pengangkatan kembali Dirk Van den Berghe sebagai komisaris independen, serta Garibaldi Thohir dan Wishnutama Kusubandio sebagai komisaris.

Menurut Sekretaris Perusahaan RA Koesoemohadiani, pengunduran diri Andre tidak akan berdampak negatif terhadap kegiatan operasional, kondisi hukum, keuangan, dan kelangsungan usaha perusahaan. Perubahan dalam jajaran manajemen ini diharapkan dapat memperkuat struktur perusahaan dan mendukung pertumbuhan jangka panjang.

Andre Soelistyo, bersama Kevin Aluwi, menjadi Co-CEO Gojek pada Oktober 2019 setelah Nadiem Makarim mundur untuk menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Di bawah kepemimpinannya, Gojek bergabung dengan Tokopedia pada 17 Mei 2021, membentuk entitas usaha PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, menjadikan perusahaan sebagai salah satu entitas bisnis terkemuka di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

[Video] Fokus “Saham Rakyat” Hadirkan Layanan Investasi Saham Online

DailySocial.id bersama Founder & CEO Saham Rakyat Kevin Hendrawan membahas alasan di balik fokus perusahaan untuk memilih saham sebagai produk utama dari bisnisnya. Menurut Kevin, ada perbedaan yang menarik jika melihat tren investasi saham di masa dulu dan saat ini.

Memiliki demografi yang cukup beragam, Kevin juga membeberkan sejumlah trik yang ia pakai dalam menarik para pengguna baru sebanyak-banyaknya.

Seperti apa trik yang dipakai Kevin dan tim di Saham Rakyat? Fokus apa yang paling penting dimiliki Saham Rakyat untuk mampu bersaing dengan platform investasi digital yang sudah ada?

Simak pembahasannya di video wawancara berikut:

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV dalam sesi DScussion.

Luncurkan Aplikasi Versi Pro, Saham Rakyat Ingin Tambah Pengguna Aktif

Setelah meluncur awal tahun ini, platform trading saham berbasis komunitas Saham Rakyat, mengklaim mengalami traksi yang positif secara organik dengan bertambahnya jumlah pengguna. Berdasarkan informasi di Google Play, saat ini aplikasi tersebut telah diunduh 50 ribu+ pengguna.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Saham Rakyat Kevin Hendrawan mengungkapkan, sesuai dengan misi awal mereka, aplikasi Saham Rakyat ingin fokus memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia tentang manfaat investasi saham. Caranya dengan mengedepankan layanan yang user friendly sehingga mudah untuk diakses.

Bukan hanya generasi muda, Saham Rakyat turut menargetkan segmen pengguna yang lebih luas, seperti kalangan ibu-ibu muda yang mulai banyak memiliki minat besar untuk berinvestasi di saham.

“Setelah kita meluncur awal tahun ini traksi kita bagus dan kebanyakan datang secara organik. Banyak pengguna kita yang datang dari komunitas kemudian menjadi active trader,” kata Kevin.

Luncurkan aplikasi versi Pro

Setelah sebelumnya merilis aplikasi dalam versi Lite, kini untuk memberikan fitur dan layanan yang menyeluruh, Saham Rakyat merilis aplikasi versi Pro. Masih dalam platform yang sama, bagi pengguna yang sudah memahami benar apa itu investasi saham dan semua pendukungnya, bisa memanfaatkan versi Pro ini.

Bagi mereka yang masuk dalam kategori pakar atau profesional dan ingin melakukan kalkulasi atau perencanaan lebih mendalam terkait dengan jual-beli saham, versi Pro dapat menjadi ideal untuk digunakan.

Layanan wealthtech versi premium ini sebelumnya telah dirilis sejumlah pengembang, di antaranya Bibit, Bareksa, hingga Moduit. Targetnya memang kepada investor ritel profesional dengan nilai aset yang besar.

“Aplikasi kita sederhana, tinggal menggeser toggle di bagian pengaturan
profil untuk berpindah versi. Investasi saham adalah pasar yang kerap mengalami perubahan dengan cepat, untuk itu dibutuhkan eksekusi dengan cepat ketika nilai saham sedang naik,” kata Kevin.

Salah satu fitur yang juga masih menjadi pilihan pengguna adalah Group Chat. Fitur ini masih menjadi pilihan pengguna yang kebanyakan adalah komunitas untuk saling berkomunikasi, berbagi informasi dan kegiatan lainnya secara online. Group Chat adalah ruang diskusi terbuka di mana pengguna dapat bertanya dan dijawab langsung oleh analis keuangan Saham Rakyat dan edukasi webinar seputar analisa saham.

Melalui PT Samuel Sekuritas Indonesia yang sudah memiliki izin dari OJK, Saham Rakyat juga didukung oleh Kaesang Pangarep, putra dari Presiden Joko Widodo sebagai Brand Ambassador.

Diminati ibu-ibu muda

Selain di Jabodetabek saat ini pengguna Saham Rakyat juga sudah tersebar hingga ke Sumatera, Kalimantan, sampai Sulawesi. Jika pada awalnya mereka ingin menarik lebih banyak pengguna dari generasi muda, kini secara tidak sengaja perusahaan menemukan kalangan baru yang menjadi strategis untuk didekati yaitu ibu-ibu muda.

Berawal dari edukasi di media sosial tentang keamanan melakukan investasi dan terhindar dari investasi bodong, kini Saham Rakyat telah memiliki active trader dari kalangan ibu-ibu muda.

“Saat ini sudah ada ibu-ibu muda yang berusia sekitar 35-45 tahun melakukan active trading di Saham Rakyat. Mereka sangat aktif dan cukup menguasai soal trading. Mereka menemukan Saham Rakyat melalui media sosial, setelah kita lakukan pendekatan akhirnya sekarang mereka menjadi pengguna kami,” kata Kevin

Secara keseluruhan aplikasi Saham Rakyat sudah diunduh oleh 100 ribu pengguna, terdapat sekitar 70 ribu active trader di Saham rakyat saat ini. Tahun depan perusahaan memiliki target untuk menambah 1 juta active trader di Saham Rakyat. Sebagai platform yang berfungsi layaknya sebagai broker saham secara online, Saham Rakyat menyediakan sekitar 800 emiten atau perusahaan publik untuk pengguna mereka.

“Karena kita sebagai trading platform maka posisi kita ditengah-tengah. Kita tidak menyimpan uang nasabah, yang memegang adalah bank langsung, dalam hal ini adalah BCA dan BRI melalui Rekening Dana Nasabah (RDN), dan saham ini yang pegang adalah PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Yang bisa kita lakukan sebagai platform adalah menyederhanakan UI/UX. Untuk masalah kecepatan berbagai pihak harus kerja sama,” kata kevin.

Mengedepankan sebagai platform belanja saham, Saham Rakyat juga terus melakukan kegiatan edukasi offline dan online terkait dengan investasi saham kepada masyarakat luas. Salah satu kegiatan offline yang dilakukan untuk edukasi adalah melalui Art Exhibition.

Masih enggan untuk menambah pilihan produk investasi digital lainnya seperti reksa dana, kripto hingga emas, menurut Kevin masih banyak investasi saham yang berpotensi untuk dijajaki. Ke depannya perusahaan berupaya untuk bergerak sesuai dengan kecepatan sendiri.

Saat ini sudah ada beberapa platform serupa yang bisa digunakan untuk berinvestasi di berbagai jenis instrumen, di antaranya adalah  AjaibBareksaPluangPINA, dan lainnya .

Application Information Will Show Up Here

Gotrade Secures 222 Billion Rupiah Series A Funding, Boosting Local Penetration in Southeast Asia

The investment app developer Gotrade announced funding of $15.5 million or more than 222 billion Rupiah. The series A round was led by Velocity Capital Fintech Ventures. To date, the company has raised a total fund of $22.5 million or equivalent to 322 billion Rupiah.

This round was attended by investors from various countries, such as Mitsubishi UFJ Financial Group [Japan], BeeNext [Singapore], Kibo Ventures [Spain], Picus Capital [Germany], as well as previous investors including LocalGlobe [UK], Social Leverage [US] & Raptors [USA].

The last $7 million round led by LocalGlobe took place in 2021. The funds were received after the application launched and can be used by invitation only, generating 20% ​​weekly growth.

In its first year, the company claims to have grown organically and managed to gathered more than 500,000 users from 140 countries with total transactions reaching $400 million through 5 million trades.

Founded in 2019 by Rohit Mulani, Norman Wanto, and David Grant in Singapore, Gotrade offers the convenience of trading stocks from the United States stock exchange. This app allows users to buy shares on the NYSE and current shares on the NASDAQ starting at $1.

In its operation, the company does not charge a commission on their trades. However, the company admitted that it didn’t adopt collaborative practices by monetizing order flow payments. Gotrade earns income by charging 0.50% to 1.20% in FX fees (depend on currency) when users select local currency deposits which are then converted to US dollars to get started.

Apart from that, Gotrade also has a new subscription-based initiative called Gotrade Black with premium features such as candlestick charts, analyst ratings, target prices and risk measurement for $2 per month. On its official website, it is explained that this recommendation was made by professional stock analysts from Goldman, JP Morgan, and many other world-class investment firms/institutions.

Also, part of the capital raised will be used to develop the 40-person team and launch versions of the product in various markets, starting with Southeast Asia.

The Co-founder and CEO, Rohit Mulani revealed that investing in Southeast Asia is still broken. There are more than 600 million people unable to access quality investment products at reasonable prices. He said, most of them are still subject to funds with expense ratios exceeding 5%, savings products such as gold with a 3% spread and many hidden costs across their portfolios.

“We believe we should invest more fairly, and users don’t have to resort to predatory fees,” he said.

Gotrade Indonesia

Recenly before this funding was announced, the company had just launched a special product for the Indonesian people under the name Gotrade Indonesia in collaboration with Valbury Asia Futures (Valbury) as a local partner. All trades carried out on Gotrade Indonesia are carried out under a contract between the user and Valbury. Furthermore, Gotrade products that target the global market will be referred to as Gotrade Global.

Along with the launch of Gotrade Indonesia, the company also announced Andrew Haryono, the Valbury Group’s owner, as a co-founder of the company. Valbury Group is a financial conglomerate in Indonesia that has securities, derivatives and capital management products.

“Andrew has been involved since the start of the business in 2019 and has been quite essentioal in helping us achieve our success so far. With Valbury and the launch of Gotrade Indonesia, we were able to take our partnership to a new level and everyone felt it was time to recognize him for the important role he has played in the company’s past and the role he will continue to play in the company’s future,” Rohit said.

Apart from Gotrade, several investment applications in Indonesia that have also raised funds over the past year include Pluang, Pintu, Bibit and Ajaib.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gotrade Raih Pendanaan Seri A 222 Miliar Rupiah, Tingkatkan Penetrasi Pasar di Asia Tenggara

Pengembang aplikasi investasi Gotrade mengumumkan perolehan pendanaan senilai $15,5 juta atau lebih dari 222 miliar Rupiah. Putaran seri A tersebut dipimpin Velocity Capital Fintech Ventures. Hingga saat ini, total pendanaan yang berhasil diraih perusahaan mencapai $22,5 juta atau setara 322 miliar Rupiah.

Putaran kali ini diikuti oleh investor dari berbagai negara, seperti Mitsubishi UFJ Financial Groug [Jepang], BeeNext [Singapura], Kibo Ventures [Spanyol], Picus Capital [Jerman], serta investor sebelumnya termasuk LocalGlobe [UK], Social Leverage [US] & Raptor [US].

Putaran pendanaan terakhir senilai $7 juta dipimpin oleh LocalGlobe terjadi pada tahun 2021. Pendanaan tersebut diterima setelah Gotrade diluncurkan dan hanya bisa digunakan melalui undangan (by invitation only), menghasilkan 20% pertumbuhan dari minggu ke minggu.

Di tahun pertamanya, perusahaan mengaku telah bertumbuh secara organik dan berhasil mengumpulkan lebih dari 500.000 pengguna dari 140 negara dengan total transaksi mencapai $400 juta melalui 5 juta trade.

Didirikan pada tahun 2019 oleh Rohit Mulani, Norman Wanto, dan David Grant di Singapura, Gotrade hadir menawarkan kemudahan untuk melakukan trading saham dari bursa Amerika Serikat. Aplikasi ini memungkinkan pengguna membeli saham pecahan di NYSE dan saham yang diperdagangkan di NASDAQ mulai dari $1.

Dalam beroperasi, perusahaan tidak membebankan biaya komisi pada trade mereka. Namun, timnya mengaku tidak mengadopsi praktik kolaboratif dengan memonetisasi pembayaran order flow. Gotrade mendapatkan pemasukan dengan membebankan 0,50% hingga 1,20% dalam biaya FX (tergantung mata uang) ketika pengguna memilih deposit mata uang lokal yang kemudian dikonversikan menjadi dolar AS untuk diperdagangkan.

Selain itu, Gotrade juga memiliki inisiatif baru berbasis subscription yang disebut Gotrade Black dengan fitur premium seperti grafik candlestick, peringkat analis, harga target, dan pengukuran risiko sebesar $2 per bulan. Dalam laman resminya, dijelaskan bahwa rekomendasi ini dibuat oleh analis saham profesional dari Goldman, JP Morgan, dan masih banyak lagi firma/lembaga investasi kelas dunia.

Sebagian dari modal yang diterima juga akan digunakan untuk mengembangkan timnya yang terdiri dari 40 orang dan meluncurkan versi lokal produknya di berbagai pasar, dimulai dengan Asia Tenggara.

Co-founder dan CEO Rohit Mulani mengungkapkan bahwa investasi di Asia Tenggara masih terbilang bobrok. Terdapat lebih dari 600 juta orang tidak dapat mengakses produk investasi berkualitas dengan harga yang wajar. Menurutnya, kebanyakan dari mereka masih tunduk pada reksa dana dengan rasio pengeluaran melebihi 5%, produk tabungan seperti emas dengan sebaran 3% dan banyak biaya tersembunyi di seluruh portofolio mereka.

“Kami percaya berinvestasi harusnya lebih adil, dan pengguna seharusnya tidak perlu menanggung biaya yang bersifat predatorial ini,” ujarnya.

Gotrade Indonesia

Beberapa waktu sebelum pendanaan ini diumumkan, perusahaan baru saja meluncurkan produk khusus untuk masyarakat Indonesia dengan nama Gotrade Indonesia menggandeng Valbury Asia Futures (Valbury) sebagai mitra lokal.  Semua perdagangan yang dilakukan di Gotrade Indonesia dilakukan berdasarkan kontrak antara pengguna dan Valbury. Selanjutnya produk Gotrade yang menyasar pasar global akan disebut sebagai Gotrade Global.

Bersama dengan peluncuran Gotrade Indonesia, perusahaan juga mengumumkan bahwa Andrew Haryono, pemilik Grup Valbury, sebagai salah satu pendiri perusahaan. Valbury Group adalah konglomerasi keuangan di Indonesia yang memiliki produk sekuritas, derivatif, dan manajemen modal.

“Andrew telah terlibat sejak awal bisnis pada tahun 2019 dan telah berperan penting dalam membantu kami mencapai kesuksesan kami sejauh ini. Bersama Valbury dan peluncuran Gotrade Indonesia, kami dapat membawa kemitraan kami ke tingkat yang baru dan semua orang merasa sudah waktunya untuk mengenalinya atas peran penting yang dia mainkan di masa lalu perusahaan serta peran yang akan terus dijalaninya di masa depan perusahaan,” kata Rohit.

Selain Gotrade, beberapa aplikasi investasi di Indonesia yang juga telah mengumpulkan dana selama setahun terakhir ini termasuk Pluang, Pintu, Bibit dan Ajaib.

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal “Saham Rakyat”, Aplikasi Jual-Beli Saham Berkonsep E-commerce

Kendati peminatnya terus bertumbuh, layanan bertajuk aplikasi investasi atau wealthtech masih menyisakan sejumlah tantangan dalam kaitannya dengan penetrasi pengguna. Salah satunya terkait edukasi, termasuk untuk pengguna di kalangan muda. Untuk memudahkan bahasa [penyampaian] hingga menyederhanakan proses yang ada, aplikasi investasi “Saham Rakyat” hadir memberikan pilihan baru.

Berawal dari platform edukasi investasi saham, kini Saham Rakyat telah bertransformasi menjadi platform belanja saham yang mengadopsi konsep layaknya e-commerce. Hingga saat ini jumlah anggota komunitas Saham Rakyat sekitar 160 ribu orang.

“Dengan demikian bagi mereka yang ingin berinvestasi saham bisa melihat dulu saham yang diinginkan, dimasukkan ke dalam keranjang. Jika memang sudah yakin dan memiliki uang, bisa langsung melalui pembelian dalam platform,” kata Founder & CEO Saham Rakyat Kevin Hendrawan kepada DailySocial.id.

Melalui PT Samuel Sekuritas Indonesia yang sudah memiliki izin dari OJK, Saham Rakyat juga didukung oleh Kaesang Pangarep, putra dari presiden Joko Widodo sebagai Brand Ambassador.

Namun demikian, minat pasar yang besar dengan layanan investasi juga membuat persaingan di sektor ini makin ketat. Saat ini sudah ada beberapa platform serupa yang bisa digunakan untuk berinvestasi di berbagai jenis instrumen, mulai Ajaib, Bareksa, Pluang, PINA, dan masih banyak lagi.

Menyasar generasi muda

Serupa dengan bisnis sekuritas pada umumnya, Saham Rakyat berfokus kepada investor ritel. Sistem monetisasinya, mereka mengenakan biaya beli 0.15% dan jual 0.25%.

Terdapat beberapa fitur unggulan yang dimiliki oleh Saham Rakyat, di antaranya adalah Fitur Jual-Beli yang berkonsep “1-click buy” dan “1-click sell”. Tersedia juga Fitur Keranjang belanja, agar pengguna bisa melakukan pembelian saham layaknya melakukan pembelian melalui layanan e-commerce.

Selain itu aplikasi juga memiliki “Grup Chat” langsung dengan analis keuangan, sehingga dapat membantu investor untuk mendapatkan informasi terkini mengenai perkembangan pasar. Dan yang terakhir Saham Rakyat memiliki fitur Community, bisa dimanfaatkan sebagai wadah belajar bagi para pengguna baru untuk lebih mengerti mengenai dunia pasar modal.

“Saham Rakyat merupakan aplikasi Belanja Saham pertama di Indonesia, diperuntukkan untuk investor awam, proses jual beli kami merupakan yang paling simple menggunakan 1 click buy dan 1 click sell. Sehingga memudahkan investor awam untuk bisa memulai investasi tanpa perlu ribet,” kata Kevin.

Sebagai platform edukasi saham, Saham Rakyat berupaya untuk memberikan informasi yang relevan terkait saham kepada anggota komunitasnya. Dengan demikian bisa memberikan awareness yang akurat seputar investasi saham dan menghindari adanya persepsi bahwa investasi saham bisa memberikan hasil lebih dan tidak memiliki risiko yang besar. Dalam hal ini Saham Rakyat memberikan pemahaman bahwa dengan berinvestasi di saham, bisa memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan deposito. Bukan menjadi wadah untuk mereka cepat kaya atau banjir keuntungan.

Tahun 2022 ini ada beberapa rencana yang ingin dilancarkan oleh Saham Rakyat. Namun sebagai platform yang fokus hanya kepada investasi saham, mereka memiliki rencana untuk meluncurkan fitur yang lebih mempermudah pengguna untuk melakukan proses jual-beli saham dalam platform. Hal tersebut yang saat ini belum banyak dilakukan oleh platform yang menawarkan layanan serupa.  Target Saham Rakyat di tahun ini juga ingin mengenalkan lagi investasi saham sampai ke seluruh penjuru tanah air.

“Saya merasa akhirnya setelah beberapa lama generasi muda bisa melihat bahwa investasi saham bisa mereka lakukan tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Pandemi juga membantu lebih banyak orang untuk tertarik berinvestasi di saham secara online dan menjadi investor saham,” kata Kevin.

Edukasi jadi kunci

Menurut hasil survei yang dilakukan terhadap 1500 responden dalam Fintech Report 2021, layanan investasi seperti yang disuguhkan Saham Rakyat kini mendapatkan awareness dan minat yang cukup besar dari masyarakat. Menurut data OJK, hingga Desember 2021 kemarin jumlah investor ritel untuk pasar modal di Indonesia sudah mencapai 7,48 juta orang, naik 92,7% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Jelas layanan wealthtech berperan besar di sini.

Namun demikian, di tengah laju adopsi layanan yang kencang, kami meyakini bahwa edukasi literasi keuangan tetap menjadi hal yang harus diupayakan semua elemen yang terlibat di industri ini, termasuk pemilik platform — khususnya terkait dengan risiko, tidak hanya sekadar menjual jargon untung berlipat. Apalagi berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2019, indeks literasi keuangan baru di angka 38,03%. Literasi ini terkait dengan pemahaman masyarakat untuk produk-produk keuangan yang digunakan.

Application Information Will Show Up Here

Platform Edukasi Saham Emtrade Jalin Kemitraan Strategis dengan Pandu Sjahrir

Bertujuan untuk mengembangkan dan memperluas edukasi kepada investor ritel di Indonesia, Founder & CEO Emtrade Ellen May menjalin kolaborasi strategis dengan Komisaris Bursa Efek Indonesia (BEI) Pandu Patria Sjahrir. Selain sebagai advisor (penasihat), Pandu juga memiliki peran sebagai pemegang saham minoritas di Emtrade.

Kepada DailySocial.id Ellen menyebutkan, besarnya pengalaman dan wawasan yang dimiliki Pandu menjadi alasan kuat bagi mereka untuk melakukan kerja sama. Sesuai dengan visi dan misi Emtrade yaitu meningkatkan literasi dan inklusi investasi di pasar modal secara lebih berkualitas, bukan hanya kuantitas.

“Emtrade percaya dengan kehadiran Pak Pandu sebagai advisor di Emtrade dapat membawa kami maju lebih jauh lagi.”

Ditambahkan olehnya, kesamaan visi dari Pandu dan dirinya juga menjadi alasan kuat terjalinnya kerja sama strategis ini. Secara khusus Pandu memiliki visi untuk mendukung pertumbuhan investor pasar modal di Indonesia, khususnya dari kalangan ritel. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan agar investor ritel mendapatkan literasi dan inklusi keuangan dengan benar.

Lebih lanjut lagi, Ellen mengatakan, pihaknya akan menggunakan dukungan [pendanaan] yang diberikan oleh Pandu untuk melakukan penataan arah bisnis (business direction), mengembangkan teknologi dan automasi, meningkatkan basis pengguna, serta pengembangan model bisnis dari edutech menjadi fintech, sehingga tidak hanya meningkatkan literasi namun juga inklusi.

“Setelah itu kita juga akan meningkatkan user based kita untuk user acquisition yang lebih bagus lagi untuk mendorong inklusi di pasar modal lebih bagus lagi,” kata Ellen.

Tercatat berdasarkan data KSEI per 30 September 2021, jumlah investor pasar modal Indonesia telah mencapai lebih dari 6.287.350 Single Identification Number (SID), termasuk di dalamnya adalah 2,9 juta SID saham. Dari keseluruhan investor pasar modal, 80 persen merupakan investor muda berusia di bawah 40 tahun (generasi milenial dan Gen Z).

Untuk segmen pasar tersebut, berbagai layanan investasi hadir, baik untuk memfasilitasi transaksi maupun edukasi. Untuk layanan edukasi, selain Emtrade, saat ini ada startup lain yang main di segmen sama dengan pendekatan yang berbeda-beda. Misalnya ada aplikasi Ternak Uang dan DigiSaham milik MCASH.

Rencana Emtrade

Didirikan tahun 2019 lalu, sejak dua tahun terakhir perusahaan mencatat telah mengalami peningkatan pengguna. Tercatat saat ini ada sekitar puluhan ribu pengguna aktif di Emtrade. Selain menghadirkan referensi saham pada platform secara transparan dan pengguna dapat melihat hasil studi kasus referensi, baik untung maupun rugi, saat ini Emtrade juga sedang bertransformasi dari aplikasi berbasis edutech menjadi platform fintech robo-advisory.

Setelah sebelumnya telah meluncurkan konten premium sejak tahun 2019, kini Emtrade juga telah meluncurkan konten bebas biaya untuk pengguna. Baru diluncurkan dua bulan lalu, diharapkan konten ini bisa dinikmati oleh mereka yang tertarik belajar lebih banyak tentang saham.

Sementara untuk layanan virtual trading yang rencananya akan meluncur akhir bulan Juni, saat ini masih dalam persiapan. Demikian juga dengan fitur online trading yang memungkinkan pengguna bertransaksi saham di aplikasi. Disinggung siapa mitra Emtrade untuk layanan tersebut, Ellen enggan menjelaskan lebih lanjut karena alasan regulatory.

“Emtrade akan terus berkembang menjadi personalized investment platform yang membuat investasi menjadi mudah dan menyenangkan,” tutup Ellen.

Application Information Will Show Up Here

Mahakarya Artha Sekuritas Segera Rilis Stockbit Sebagai Aplikasi Trading Saham Untuk Nasabah [UPDATE]

Perusahaan sekuritas lokal Mahakarya Artha Sekuritas mengumumkan akan merilis aplikasi trading saham Stockbit untuk para penggunanya. Aplikasi Stockbit sedang dipersiapkan untuk memakai brand baru Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas yang akan dirilis dalam satu bulan mendatang.

Sebelumnya, fitur trading saham di Stockbit sempat terhenti karena karena kongsi perusahaan dengan Sinarmas Sekuritas telah berakhir per 6 Agustus 2021.

Direktur Mahakarya Artha Sekuritas Megawati Seowardi mengatakan, Stockbit sebagai aplikasi trading saham akan memberikan manfaat positif kepada para nasabah Mahakarya serta para investor saham di Indonesia.

Dia melanjutkan, para investor yang telah berinvestasi bersama Mahakarya Artha Sekuritas dan para pengguna Stockbit dapat membangun portofolio investasi mereka dengan menggunakan aplikasi Stockbit. Sementara itu, para investor baru juga dapat berinvestasi saham dengan menggunakan Stockbit.

“Visi kami untuk Stockbit adalah untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia melalui investasi di pasar modal. Dengan aplikasi Stockbit, pembukaan Rekening Dana Nasabah, transaksi jual-beli saham, dan pengelolaan dana dapat dilakukan 100% secara online dengan teknologi yang modern dan terpercaya. Selain itu, diskusi mengenai saham dapat dilakukan secara interaktif dari dan oleh investor. Pada akhirnya, para investor akan kian diuntungkan,” ucap dia dalam keterangan resmi, Kamis (26/8).

Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir turut memberikan pernyataannya. Dia mengapresiasi langkah yang diambil Mahakarya Artha Sekuritas karena ini semakin memudahkan masyarakat dalam memahami dan berinvestasi saham. “Semoga langkah ini dapat mendukung Bursa Efek Indonesia dalam menjadikan investasi di pasar modal lebih inklusif,” kata Pandu.

AC Ventures merupakan salah satu investor di Stockbit. Mereka berpartisipasi saat putaran Seri A pada 2019 lalu.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial, Megawati tidak menjelaskan lebih jauh apakah di balik kemitraan ini terjadi aksi korporasi antara akuisisi Mahakarya terhadap Stockbit atau sebaliknya, termasuk perubahan direksi dan sebagainya. Ia hanya menjelaskan bahwa saat ini perusahaan sedang fokus untuk memastikan berjalannya aplikasi Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas.

“Kami tengah meng-update para pengguna dengan informasi tentang bagaimana mereka bisa membuka rekening saham dan bertransaksi. Juga, tengah menyiapkan aplikasi Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas di Appstore dan Playstore untuk menjamin kelancaran dan kenyamanan pengguna dalam membuka rekening saham dan bertransaksi serta memastikan aplikasi Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas tunduk pada regulasi yang berlaku,” kata dia.

Investasi saham melalui aplikasi Stockbit menawarkan beberapa fitur unggulan, di antaranya dapat menggunakan semua fitur yang ada pada aplikasi Stockbit secara gratis, dapat dilakukan tanpa deposit minimal serta pembukaan Rekening Dana Nasabah yang 100% online dan hanya membutuhkan satu hari kerja.

Sebelumnya, Stockbit bekerja sama dengan Sinarmas Sekuritas sejak 2018. Pengguna Stockbit pun meroket hingga menjadi 980 ribu pengguna terdaftar per 5 Agustus 2021. Angka itu naik bila dibandingkan pada kuartal II 2021 sebanyak 817 ribu pengguna. Sebanyak 70% pengguna Stockbit datang dari kelompok usia 18-34 tahun.

Di kalangan startup, Stockbit bersaing ketat dengan Ajaib yang memiliki pengguna lebih dari 1 juta orang.

Di Indonesia baru 2% penduduk usia produktif yang berinvestasi di pasar modal. Di awal tahun 2016, jumlah investor saham tercatat sebanyak 434 ribu orang. Sementara di akhir Juli 2021, jumlahnya meningkat drastis menjadi 2,56 juta. Dari segi usia, Bursa Efek Indonesia mencatat per Mei 2021, sebanyak 77,9% dari total investor saham berusia 18-40 tahun.

Sumber: KSEI

“Menyikapi tren positif ini, kami berkomitmen untuk membuka akses dan memudahkan investasi di pasar modal, khususnya di kalangan investor pemula dan investor ritel. Kami meyakini bahwa setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik melalui investasi di pasar modal, yang dilakukan secara benar dan konsisten,” tutup Megawati.

*Kami melakukan perubahan judul

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Awal, Gotrade Ingin Permudah Masyarakat Berinvestasi di Saham Perusahaan Amerika Serikat

Platform investasi saham berbasis di Singapura, Gotrade, telah mengumpulkan $7 juta atau setara 101 miliar Rupiah pendanaan dalam putaran seed yang dipimpin oleh LocalGlobe. Turut terlibat Social Leverage, Picus Capital, dan Raptor Group, serta angel investor yang terkait dari petinggi GoCardless, Skyscanner, Morgan Stanley, Deutsche Bank, dan Rapyd.

Pendanaan awal ini rencananya akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan bisnis dan pengembangan produk lebih lanjut, termasuk fokus kepada edukasi pengguna.

“Pasar Amerika Serikat (AS) adalah salah satu penghasil kekayaan terbesar dalam sejarah, tetapi akses ke sana untuk pengguna di luar AS terbilang sulit karena banyaknya hambatan yang kerap ditemui pengguna secara global,” Founder Gotrade Rohit Mulani.

Pendanaan tersebut diterima setelah Gotrade diluncurkan dan hanya bisa digunakan melalui undangan (by invitation only), menghasilkan 20% pertumbuhan dari minggu ke minggu. Lebih dari 100 ribu  pengguna telah mendaftar dalam 13 minggu sejak aplikasi diluncurkan dan diperkenalkan melalui proses word-of-mouth dan referensi pelanggan.

“Berinvestasi di pasar saham seharusnya tidak diperuntukkan bagi mereka kalangan menengah ke atas saja. Kalangan milenial hingga gen Z yang memahami dunia digital lebih dari siapa pun memiliki kesempatan untuk berinvestasi di beberapa perusahaan dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Gotrade membuka Wall Street bagi pengguna kesempatan untuk memiliki saham,” kata Co-founder GoCardless dan CEO Nested Matt Robinson.

Pengguna di Indonesia selain dengan Gotrade, juga bisa berinvestasi ke saham perusahaan AS lewat platform lokal Pluang, hanya saja baru terbatas S&P 500. Sementara beberapa aplikasi lain [dari luar negeri] yang juga cukup populer seperti eToro dan Passfolio.

Tawarkan kemudahan proses trading

Didirikan tahun 2019 lalu oleh David Grant, Norman Wanto, dan Rohit Mulani, Gotrade menawarkan pengguna global akses ke kepemilikan perusahaan-perusahaan asal Amerika Serikat, dengan menghilangkan batasan geografis untuk investasi, dengan tidak memungut komisi dan menghapus ukuran setoran minimum. Pengguna dari 150 negara dapat membeli saham pecahan di Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ mulai dari $1.

Transaksi berlangsung secara seamless dan real time, meskipun perdagangan hanya dilakukan ketika pasar AS dibuka. Semua fractional shares ditampilkan di halaman portofolio pengguna, tempat mereka dapat melacak kinerja, menambahkan perusahaan ke Wish List, dan menjual saham yang tidak ingin lagi mereka miliki. Ketika dividen pada share dibayar, secara otomatis akan masuk ke akun pengguna.

Aplikasi Gotrade dirancang khusus untuk membuat perdagangan lebih menarik dan mudah digunakan dengan menu dan layar yang diciptakan untuk pelanggan milenial dan pengguna tech savvy dari segala usia. Untuk meningkatkan keamanan pengguna, Gotrade hanya bisa digunakan dengan akun uang tunai yang didanai penuh tanpa fasilitas margin.

Tanpa membebankan biaya komisi, Gotrade mengumpulkan sedikit biaya pada pertukaran mata uang dari deposito, dan pendapatan bunga yang dihasilkan dari uang tunai. Saat ini aplikasi bisa diakses secara gratis, tapi ke depannya Gotrade berencana untuk menambahkan pilihan berlangganan berbayar premium kepada pengguna.

“Kami telah menghilangkan hambatan tersebut dengan pecahan saham, tidak ada komisi, hak kepemilikan, inactivity atau biaya dividen dan pengalaman pengguna yang intuitif. Misi kami adalah membuat investasi dapat diakses oleh siapa saja,” kata Rohit.

Application Information Will Show Up Here

The Rise of Stock Investors, EMTrade to Transform into Robo Advisory

EMTrade is a digital portal with mission to help new investors learn about stocks. Founded by influencer and stock practitioner Ellen May, the platform is currently transforming from an edu-fintech based application to a robo-advisory platform.

As a Founder & CEO, Ellen said to DailySocial, in the latest EMTrade application update, some automation features have been implemented. For example, to speed up the work process of Q&A services. In addition to the Q&A service, the EMTrade application has other features, including share purchase/sale recommendations, stock analysis, and educational channels.

“We are now recruiting for technology team, both for the back-end and front-end positions. In the future, EMTrade will transform into an end-to-end application to accompany [retail] stock investors in Indonesia,” Ellen said.

He said, there is a fairly specific roadmap for this year development. In the second quarter, a premium content feature will be launched, as well as a virtual trading service in late June to help users do demo trading. Artificial intelligence and machine learning technology will be implemented for stock screening – providing analysis based on user behavior.

“Moreover, we will launch an online trading feature that allows users to transact shares in the application in the fourth quarter. The partners are still undisclosed because it’s still in the finalizing process while waiting for license from OJK,” Ellen added.

Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade
EMTrade development team / EMTrade

Quoting from Indonesia Stock Exchange, there will be an additional 1.3 million SID (Single Investor Identification) for new capital markets and 590 thousand new SID shares in 2020, an increase of 61% and 134% from the previous year – the highest in the history of the capital market in Indonesia. As of the end of 2021, there were a total of 3.88 SID for the capital market and 1.65 million SID for shares. Ne SID users are usually within the ages of 18 and 40.

Ellen said, this happened due to various factors, including public considerations during a pandemic – interest rates tend to be low, making people look for other alternatives to develop money. The investment mindset is getting popular, people find it easier to compare various application instruments as the medium is everywhere.

In Indonesia, there are several startups working on platforms to facilitate the stock investment process. The two most significant ones are Stockbit and Ajaib. Most recently, Ajaib announced to secure 1.3 trillion Rupiah investment. Both have sub-services to facilitate users to invest in mutual funds.

“Compared to gold, returns in stocks are more attractive. Gold has only risen in the last 1-2 years, previously it was stagnant. Meanwhile, people say the risk is smaller in mutual funds because it has a person to manage the product. However, in the recent cases, there are many problematic mutual funds, it certainly increase the risks. The smallest investment risk is in our control. However, you must willing to learn,” Ellen explained.

However, the attractiveness in gold investment is quite high. There are many digital platforms to facilitate it, from Pluang, Treasury, Indogold, e-mas, etc. – some of them have been integrated with e-commerce applications and popular digital wallets in Indonesia. Other alternatives are emerging with technology media, such as investing in crypto assets, equity crowdfunding, or p2p lending.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here