4 Perbedaan Hard Selling dan Soft Selling yang Perlu Kamu Tahu

Sebagai bagian dari marketing yang gencar melakukan strategi promosi, orang-orang di bagian ini pasti kenal banget sama hard-selling dan soft-selling. Tapi, artikel ini bukan buat mereka, melainkan kamu yang belum paham betul sama kedua istiah tersebut.

Mulai dari pengertian, perbedaan, hingga contoh hard-selling dan soft-selling, aku bakal menjelaskan semuanya secara komprehensif. Tertarik? Simak terus artikel ini ya!

Apa Itu Hard-Selling?

perbedaan hard selling dan soft selling
Salah satu contoh hard selling adalah flash sale.

Hard-selling artinya metode pemasaran yang langsung, terbuka, dan menggunakan kata-kata yang dapat memicu transaksi pembelian dalam waktu singkat. Strategi penjualan dengan hard-selling seperti mendesak atau memburui konsumen agar segera membeli barang.

Kalimat-kalimat yang digunakan selalu bertujuan untuk membuat konsumen menyesal jika melewatkan penawaran tersebut. Biasanya, hard-selling ada dalam bentuk penawaran terbatas, flash sale, atau berupa kalimat “stok terbatas”, “beli sekarang”, dan sejenisnya.

Dengan bentuk yang seperti itu, hard-selling sangat jarang, bahkan seringkali tidak digunakan untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan konsumen. Ini memang salah satu kekurangan hard-selling, namun ia tetap memiliki kelebihan di sisi penjualan yang cepat.

Apa itu Soft-Selling?

perbedaan hard selling dan soft selling
Brand association yang digunakan industri rokok sebagai bentuk soft-selling.

Soft-selling merupakan metode pemasaran yang lebih halus dan tidak agresif seperti hard-selling. Tujuan utama soft-selling adalah membuat konsumen penasaran terhadap produk, mempelajarinya lebih lanjut, hingga memutuskan melakukan pembelian.

Memang proses soft-selling lebih lama dan membutuhkan teknik persuasif yang juga tidak mudah. Selain itu, kekurangan soft-selling lainnya yaitu pembelian produk tidak secepat hard-selling. Dalam satu kali penawaran, bukan tidak mungkin tidak ada terjadi transaksi pembelian.

Akan tetapi, soft-selling juga tetap memiliki kelebihan, salah satunya dapat menjaga hubungan jangka panjang dengan konsumen. Ini karena dalam soft-selling, unsur yang dipromosikan bukan hanya kelebihan produk, melainkan juga melibatkan emosi hingga humor yang dapat menarik perhatian konsumen.

Perbedaan Hard-Selling dan Soft-Selling

Dari penjelasan definisi di atas, mungkin kamu sudah paham sedikit mengenai perbedaan hard-selling dan soft-selling. Namun, kamu perlu menyelami perbedaan antara keduanya lebih dalam lagi. Simak perbedaannya berikut ini.

Jangka waktu penjualan

Hard-selling

Sifat agresif dan kesan mendesak dalam teknik hard-selling membuat strategi pemasaran lebih mementingkan penjualan produk dibanding konsumennya. Maka dari itu, teknik hard-selling memang seringkali digunakan untuk jangka pendek saja.

Karena tidak ada effort yang dilakukan untuk memahami konsumen, maka hard-selling tidak memiliki tujuan untuk menjalin hubungan jangka panjang dengan konsumen. Sekali konsumen membeli, brand tersebut tidak akan memperhatikan apakah ia akan membeli lagi di masa depan atau tidak.

Soft-selling

Sebelumnya sudah disebutkan bahwa penggunaan soft-selling ditujukan untuk penjualan jangka panjang. Ini artinya, perusahaan atau bisnis harus merumuskan strategi pemasaran yang terencana dan menyeluruh ketika mengadopsi teknik soft-selling.

Salah satu contoh teknik soft-selling adalah dengan membangun image brand yang melekat di benak masyarakat. Atau bisa juga membuat konten pemasaran di media sosial dengan pembahasan yang bisa diasosiasikan dengan produk, dan sejenisnya.

Ketertarikan konsumen

Hard-selling

Karena tujuan hard-selling tunggal, yaitu dapat menjual produk dalam waktu singkat, maka hard-selling hanya memanfaatkan ketertarikan sesaat saja dengan iming-iming. Pun begitu dengan konsumen, ia tidak akan mengeksplor produk lebih jauh setelah membeli satu produk dari hard-selling.

Misalnya, paket alat dapur dijual seharga Rp 1 juta dan mendapat bonus panci serba guna, namun memiliki  batas waktu. Nah, iming-iming ini akan memojokkan konsumen dengan pilihan membeli atau tidak, membeli dapat bonus panci serba guna atau tidak.

Soft-selling

Tujuan utama soft-selling adalah memantik rasa penasaran konsumen terhadap produk atau brand sebuah bisnis. Bisa dikatakan, dalam soft-selling, ketertarikan konsumen inilah yang menjadi bahan untuk melancarkan campaign secara terus menerus.

Dalam hasil riset Business 2 Community, pelanggan lebih tertarik membeli produk yang ditawarkan menggunakan soft-selling. Sekitar 97% dari mereka kemudian akan memberi tahu teman tentang produk tersebut, lalu 95% di antaranya menjadi pelanggan tetap.

Mengapa konsumen terlihat lebih loyal? Ini karena untuk menyiapkan strategi pemasaran yang menyeluruh, kamu harus memahami kebutuhan konsumen lebih dalam. Dengan begitu, kamu bisa menjawab kebutuhan konsumen lebih tepat.

tabel perbedaan hard selling dan soft selling
Rangkuman perbedaan hard selling dan soft selling.

Strategi promosi

Hard-selling

Sesuai pengertiannya, promosi yang dilakukan cenderung agresif, langsung, dan terbuka. Penjualan dengan teknik hard-selling biasanya menggunakan iming-iming untuk menarik perhatian konsumen. Misalnya dengan diskon besar, bonus pembelian, harga promo, label limited edition, dan sejenisnya.

Soft-selling

Berkebalikan dengan hard-selling, produk yang dijual dengan teknik soft-selling akan lebih halus dan persuasif. Misalnya, salesperson memberikan sample produk sambal menjelaskan kelebihan produk. Atau bisa juga dengan menguatkan brand, memaksimalkan content marketing, dan sebagainya.

Bidang industri yang menggunakannya

Hard-selling

Karena sifatnya yang langsung dan fixed, hard-selling seringkali digunakan oleh bidang industri tertentu. Misalnya seperti asuransi, perbankan, penjualan mobil, telemarketing, perbankan, dan sejenisnya. Tak menutup kemungkinan juga industri-industri tersebut mengadopsi soft-selling untuk strategi pemasaran.

Soft-selling

Teknik ini bisa saja digunakan industri yang kerap menggunakan hard-selling. Namun, industri tertentu cenderung mengandalkan soft-selling untuk memasarkan produk yang tidak bisa dipromosikan secara hard-selling, misalnya industri rokok, manufaktur, konsultan, perusahaan arsitek, dan semacamnya.

Demikian pembahasan hari ini yaitu mengenal hard-selling dan soft-selling mulai dari pengertian, perbedaan, hingga contohnya. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tetapi tetap bermanfaat ketika dijalankan.

Selain itu, saat ini ada berbagai ide strategi marketing kreatif untuk mempromosikan produk. Bisa jadi, sebuah perusahaan menggabungkan keduanya untuk mencapai penjualan yang maksimal.

Kamu sendiri lebih memilih teknik mana untuk memasarkan produk?

Sumber gambar header: Unsplash

Cara Menghitung Diskon Disertai Contohnya

Diskon lumrah dijumpai saat berbelanja, baik secara langsung di toko maupun secara online di platform e-commerce. Pada aktivitas jual beli dalam dunia bisnis, diskon menjadi hal yang dapat menguntungkan pelanggan sekaligus pelaku bisnis.

Dari sisi pelanggan, diskon dianggap menguntungkan karena dapat menghemat pengeluaran, sehingga budget dapat dialihkan untuk keperluan lain. Sedangkan, dari sisi pelaku bisnis, diskon menjadi media promosi penjualan yang efektif untuk menggaet pelanggan.

Maka dari itu, pengetahuan tentang diskon penting untuk dipahami baik oleh pelanggan maupun pelaku bisnis. Berikut ini penjelasan terkait pengertian diskon, jenis, rumus hitung hingga contoh perhitungannya.

Apa Itu Diskon?

Definisi diskon adalah pengurangan atau potongan harga dari sebuah barang dan jasa yang diberikan oleh pelaku bisnis sebagai produsen kepada pelanggan sebagai konsumen. Dalam dunia bisnis, diskon sering diterapkan oleh pelaku bisnis sebagai bentuk strategi marketing.

Diskon dianggap mampu mempengaruhi keinginan konsumen untuk membeli produk diskon. Semakin besar diskon yang diberikan, semakin besar pula minat konsumen untuk membeli produk tersebut. Hingga akhirnya, dapat meningkatkan keuntungan penjualan bisnis.

Tak hanya itu, diskon juga kerap kali diterapkan oleh pelaku bisnis sebagai reward atau penghargaan terhadap respon pelanggan. Tujuannya agar semakin meningkatkan loyalitas pelanggan tersebut.

Rumus Hitung Diskon Berdasarkan Jenis

Umumnya, besaran diskon dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Guna mengetahui besaran diskon dari bentuk persentase dalam bentuk rupiah, dan sebaliknya, terdapat perhitungan yang dapat diketahui dengan menggunakan rumus hitung, sebagai berikut:

Rumus Diskon Tunggal

Diskon tunggal adalah bentuk potongan harga yang diberikan tanpa perhitungan bertingkat. Misalnya, diskon 50%. Untuk mengetahui besaran diskon ini, dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

  • Rumus pertama:

  • Rumus kedua:

Sebagai catatan, sangat menghitung harga produk diskon, persentase diskon dapat dikonversikan ke dalam bentuk desimal. Caranya, dengan persentase diskon dikalikan dengan 1/100.

Rumus Diskon Ganda

Diskon ganda adalah bentuk potongan harga yang diberikan secara bertingkat. Misalnya, diskon 60% + 40%. Cara membaca diskon satu ini, tidak dengan menjumlahkan persentase diskonnya.

Cara yang benar yakni dengan mencari tahu terlebih dahulu nilai persentase diskon pertama. Setelah itu, nilai tersebut dikalikan lagi dengan persentase diskon yang kedua. Dengan kata lain, diskon ganda merupakan diskon yang diberikan dua kali.

Untuk mengetahui besaran diskon ini dalam rupiah, dapat dihitung menggunakan rumus berikut:

Langkah Perhitungan Diskon Beserta Contoh Kasusnya

Berikut adalah langkah perhitungan diskon berdasarkan jenisnya, dengan menggunakan contoh kasus.

Contoh Diskon Tunggal

Diketahui pelaku bisnis di bidang kuliner memberikan diskon 40% pada produk makanannya yang seharga Rp100.000. Untuk mengetahui jumlah uang yang perlu dikeluarkan oleh konsumen saat membeli produk makanan yang diskon tersebut, dapat dihitung menggunakan dua cara.

  • Perhitungan dengan rumus pertama:

Diskon dalam Rupiah = (Persentase Diskon x Harga Asli Produk dalam Rupiah)

= 40% x 100.000
= 40.000

Maka, diketahui potongan harga yang diberikan oleh pelaku bisnis adalah Rp40.000. Selanjutnya, hitung harga produk setelah diskon agar konsumen mengetahui jumlah uang yang perlu dikeluarkan saat membeli produk makanan yang diskon tersebut.

Harga Produk Diskon = Harga Asli Produk dalam Rupiah – Diskon dalam Rupiah

= 100.000 – 40.000
= 60.000

Maka, jumlah uang yang perlu dikeluarkan saat membeli produk makanan yang diskon tersebut adalah Rp60.000.

  • Perhitungan dengan rumus kedua:

Harga Produk Diskon = (100% – Persentase Diskon) x Harga Asli Produk dalam Rupiah

= (100% – 40%) x 100.000
= (60%) x 100.000
= 60.000

Maka, jumlah uang yang perlu dikeluarkan saat membeli produk makanan yang diskon tersebut adalah Rp60.000.

Contoh Diskon Ganda

Diketahui pelaku bisnis yang bergerak di bidang fashion memberikan diskon 50% + 20%  pada produk unggulannya yakni jaket seharga Rp500.000. Untuk mengetahui jumlah uang yang perlu dikeluarkan oleh konsumen saat membeli jaket yang diskon tersebut, dapat dihitung dengan langkah berikut:

Harga Produk Diskon Pertama = (100% – Persentase Diskon Pertama) x Harga Asli Produk

= (100% – 50%) x 500.000
= 50% x 500.000
= 250.000

Maka, diketahui harga produk setelah dipotong oleh diskon pertama yakni menjadi Rp 250.000. Untuk mengetahui jumlah uang yang perlu dikeluarkan konsumen saat membeli jaket dengan diskon bertingkat, dapat dilanjutkan dengan menghitung diskon kedua.

Harga Produk Diskon Kedua  = (100% – Persentase Diskon Kedua) x Harga Produk Diskon Pertama

= (100% – 20%) x 250.000
= 80% x 250.000
= 200.000

Maka, jumlah uang yang perlu dikeluarkan konsumen saat membeli jaket dengan diskon bertingkat tersebut adalah Rp200.000.

Demikian penjelasan terkait pengertian, jenis, rumus hitung hingga contoh perhitungannya diskon. Semoga bermanfaat.

Penggunaan Email Marketing dalam Industri Keuangan

Untuk meningkatkan penjualan, sebuah perusahaan perlu mengenalkan produk kepada konsumen melalui strategi pemasaran dan strategi pemasaran yang sangat berguna di era teknologi adalah menggunakan strategi email marketing.

Penggunaan email marketing sebagai strategi pemasaran juga didasarkan oleh anggarannya yang murah dan juga bisa menjangkau target lebih besar, karena email lebih bersifat personal.

Namun, penggunaan email marketing tidak hanya dalam sebuah perusahaan bisnis saja. Industri keuangan juga perlu menggunakan email marketing. Simak artikel berikut untuk mengetahui alasan penggunaan email marketing dalam industri keuangan!

Mengapa Industri keuangan butuh email marketing?

Tahukah kamu bahwa di Indonesia ada Bank wajib memiliki pusat data yang berada di wilayah Indonesia dan hal ini juga menjadikan penggunaan email marketing sebagai alasan kepentingan untuk industri keuangan.

Hal ini  tercatat pada pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 38 /POJK.03/2016 mengenai “PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM,” pada Bagian Kedua mengenai Penempatan Sistem Elektronik pada Pusat Data dan/atau Pusat Pemulihan Bencana, pasal 21 ayat 1 yang berbunyi: “Bank wajib menempatkan Sistem Elektronik pada Pusat Data dan Pusat Pemulihan Bencana di wilayah Indonesia.” 

Tidak hanya itu, dilansir dari artikel MTARGET penggunaan email marketing juga sangat penting bagi perusahaan yang ingin bersaing di pasaran seperti perusahaan enterprise-level, tidak terkecuali industri perbankan.

Raih kepercayaan konsumen dengan email marketing

Email marketing sebagai bentuk strategi pendekatan terhadap pelanggan bisa diadopsi oleh industri keuangan yang ternyata menurut Deloitte US pada tahun 2016, perbankan menjadi salah satu industri yang belum bisa meraih kepercayaan konsumennya.

Sehingga, penggunaan email marketing bisa berguna untuk membangun ekuitas perbankan dan juga sebagai bentuk loyalitas untuk mendapatkan customer experience.

Adapun pemilihan email marketing yang disebut lebih efektif sebagai strategi pemasaran dibandingkan channel lainnya, karena promosi bank melalui email marketing sifatnya akan lebih personal dan juga bank tidak akan kehilangan lifetime value dan strengthening the relationship dari pelanggan.

Untuk mengetahui pembahasan lebih lanjut terkait penggunaan email marketing dalam industri keuangan, kamu bisa unduhWhite paper Email Marketing Industri Keuangan” yang disediakan oleh MTARGET di sini.

Disclosure: Artikel ini bekerja sama dengan MTARGET.

Email Marketing Sebagai Salah Satu Tren Strategi Pemasaran Online Tahun 2022

Dalam sebuah bisnis, perusahaan perlu mengenalkan brand kepada pelanggan untuk menarik penjualan. Tentunya hal ini harus dilakukan melalui tren strategi pemasaran online 2022, tanpa strategi pemasaran sebuah bisnis tidak akan berjalan sesuai dengan target, karena dengan adanya strategi pemasaran, perusahaan akan memiliki fokus untuk menjalankan bisnisnya.

Apa itu strategi pemasaran online?

Strategi pemasaran adalah sebuah rencana atau strategi yang digunakan perusahaan untuk memperkenalkan brand-nya baik barang atau jasa yang diproduksi kepada khalayak untuk mencapai penjualan dan keuntungan. 

Strategi pemasaran juga memiliki durasi waktu yang lama atau berjangka panjang, karena strategi pemasaran berfungsi untuk memastikan bisnis yang dikelola bisa terus bergerak stabil dan berkembang dalam penjualannya. Sehingga, strategi pemasaran ini harus dilakukan secara matang dan poin plusnya strategi pemasaran juga akan membantu perusahaan untuk menentukan produk unggulannya.

Untuk melakukan strategi pemasaran, sebuah bisnis harus memperhatikan 4P yaitu price (harga), product (produk), place (tempat), dan promotion (promosi). Keempat aspek ini jika dikelola dengan baik bisa meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan.

Selain empat aspek tersebut juga ada beberapa cara yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatur strategi pemasaran, di antaranya:

  • Strategi Pemasaran disusun Berdasarkan Kebutuhan

Untuk menyusun strategi pemasaran, perusahaan harus menyusun berdasarkan kebutuhan konsumen. Sehingga, strategi pemasaran bisa sesuai dengan target penjualan.

  • Menentukan Anggaran yang Akan Dikeluarkan

Menentukan anggaran adalah hal yang paling penting sebelum menyusun strategi pemasaran, karena untuk mencapai tujuan bisnis baik itu berupa penjualan dan profit, anggaran yang dikelola harus akurat. Setelah menghitung anggaran, Anda bisa memilih bentuk strategi mana yang paling efektif dan sesuai dengan anggaran perusahaan.

  • Promosi Bisnis

Promosi bisnis juga masuk ke dalam strategi pemasaran, karena dengan adanya promosi bisa membantu perusahaan untuk membentuk loyalitas dari konsumen. Jika, perusahaan terus-menerus memberikan penawaran bisnis kepada konsumen, maka konsumen akan setia untuk melakukan transaksi. Sehingga, perusahaan mendapatkan kesetiaan dari pelanggan yang setia.

  • Online Marketing

Strategi pemasaran yang dilakukan secara online atau mobile bisa membantu branding bisnis lebih cepat, karena saat ini banyak orang yang sering mengakses sosial media. Sehingga, melakukan pemasaran secara online bisa lebih mudah, belum lagi pemasaran secara online bisa membantu perusahaan untuk membuat konten dan ide marketing yang lebih kreatif.

  • Email Marketing

Melakukan pemasaran melalui email adalah pilihan yang tepat karena biayanya lebih murah dibandingkan channel marketing lainnya dan juga email bisa bersifat lebih personal kepada konsumen. Sehingga, dengan email marketing lebih efektif untuk menggiring konsumen membeli produk dan juga menjadikannya sebagai pelanggan.

Namun, menurut MTarget tren email marketing bergerak secara cepat dan mudah berganti. Dalam seri E-Book MTARGET ke 22 yang berjudul “Prediksi Tren Email Marketing 2022”, tren email marketing di tahun ini akan lebih fokus kepada pendekatan dua arah. Anda bisa mendownload di halaman berikut. Dengan begitu, Anda sebagai marketers bisa mengikuti perkembangan sistem email agar strategi pemasaran bisa lebih berjalan efektif dan mencapai target.

***

Disclosure: Artikel ini bekerja sama dengan MTarget dan ditulis oleh Tasya Kania A. C.