Midnight Society Adalah Studio Game AAA Baru Besutan Dr Disrespect

Streamer kenamaan berpenampilan nyentrik, Dr Disrespect, mengumumkan studio game baru yang digagasnya bersama eks developer Call of Duty dan Halo. Studio tersebut dinamai Midnight Society, dan sejauh ini masih sedang dalam tahap perekrutan karyawan.

Pria bernama asli Guy Beahm itu tidak segan menyebut studio yang baru didirikannya sebagai studio game AAA, dan lowongan kerja yang dibuka untuk sebagian posisi bahkan mewajibkan pengalaman bekerja minimal selama 5 tahun.

Mendampingi Guy adalah Robert Bowling, mantan creative strategist Call of Duty yang kini menjabat sebagai Studio Head, dan Quinn DelHoyo, eks multiplayer designer Halo 5 yang kini bertanggung jawab sebagai Creative Director di Midnight Society. Menariknya, kursi CEO-nya bukan ditempati oleh Guy, melainkan oleh sosok yang sudah cukup berpengalaman di industri esports, Sumit Gupta.

Alhasil, tidak mengejutkan kalau game pertama yang direncanakan adalah sebuah game PVP multiplayer, spesifiknya yang digarap menggunakan Unreal Engine 5. Sebelum memulai kariernya sebagai influencer, Dr Disrespect sendiri juga merupakan seorang developer yang terlibat dalam pengembangan game Call of Duty: Modern Warfare 3 dan Advanced Warfare.

Sejauh ini memang belum ada detail mengenai game baru yang sedang dikerjakan tersebut, namun yang pasti Midnight Society bakal melibatkan komunitas pemain dan influencer dalam proses pengembangannya sejak sedini mungkin. Dengan kata lain, kita semestinya tidak perlu menunggu lama sebelum game-nya muncul dengan status early access.

AAA tapi early access? Menurut saya sah-sah saja, dan ini bukan pertama kalinya itu terjadi. Di tahun 2015 misalnya, ada Codemasters yang meluncurkan Dirt Rally dalam status early access. Kemudian tahun lalu, ada Baldur’s Gate 3 yang sampai sekarang juga masih berstatus early access.

Tidak bisa dimungkiri, popularitas Dr Disrespect dan pengalaman dua co-founder-nya tadi membuat studio baru ini patut mendapat sorotan. Saat artikel ini ditayangkan, komunitas Discord Midnight Society sudah memiliki sekitar 24 ribu anggota, menunjukkan antusiasme besar dari publik.

Sumber: IGN dan PC Gamer.

Embracer Group Akuisisi Pengembang Seri Game Borderlands, Gearbox Entertainment

Gearbox Entertainment, developer sekaligus publisher yang dikenal lewat seri game Borderlands, punya pemilik baru. Mereka adalah Embracer Group, holding company asal Swedia yang dulunya dikenal dengan nama THQ Nordic AB. Lewat sebuah siaran pers, Embracer mengumumkan akuisisinya terhadap Gearbox senilai $363 juta.

Mahar yang dibicarakan kedengarannya memang sedikit untuk ukuran perusahaan dengan pengalaman sepanjang Gearbox, akan tetapi ini baru jumlah yang dibayarkan di hari pertama. Dalam enam tahun ke depan, Gearbox punya peluang untuk menerima dana tambahan dari Embracer dengan nilai maksimum $1,015 juta seandainya mereka memenuhi target yang disepakati.

Pasca merger, Gearbox bakal menjadi grup operasional milik Embracer yang ketujuh di samping THQ Nordic, Saber Interactive, Koch Media, DECA Games, Amplifier Game Invest, dan Coffee Stain Holding. Perlu dicatat, Gearbox Entertainment sendiri merupakan holding company yang didirikan di tahun 2019 sebagai induk perusahaan dari Gearbox Software dan Gearbox Publishing.

Gearbox didirikan di tahun 1999 sebagai Gearbox Software. Mereka memulai kiprahnya sebagai pengembang expansion untuk game Half-Life besutan Valve, spesifiknya Half-Life: Opposing Force di tahun 1999 dan Half-Life: Blue Shift di tahun 2001. Barulah di tahun 2005, mereka mulai menggarap IP-nya sendiri, yaitu Brothers in Arms.

Godfall, game terbaru yang dipublikasikan oleh Gearbox / Epic Games Store
Godfall, game terbaru yang dipublikasikan oleh Gearbox / Epic Games Store

Namun tidak bisa dipungkiri, karya termasyhur Gearbox adalah seri Borderlands, yang game pertamanya dirilis di tahun 2009. Borderlands 2 yang dirilis di tahun 2012 malah lebih fenomenal lagi. Hingga tahun 2019 kemarin, game tersebut masih dimainkan oleh lebih dari 1 juta orang setiap bulannya, dan sudah terjual sebanyak 22 juta kopi per Agustus 2019.

Sebulan setelahnya (September 2019), Borderlands 3 dirilis dan kembali mencatatkan rekor yang cukup fantastis: lebih dari 5 juta kopi terjual dalam lima hari pertamanya, dan itu semua secara eksklusif dari Epic Games Store saja. Kalau ditotal, franchise Borderlands secara keseluruhan sudah mendatangkan pemasukan lebih dari $1 miliar. Borderlands juga akan diadaptasikan ke film, yang sekarang sedang dikerjakan oleh sutradara Eli Roth.

Bergabungnya Gearbox otomatis akan semakin memperkaya amunisi Embracer Group. Secara keseluruhan ada 58 studio game yang berada di bawah naungan Embracer Group – Wikipedia punya catatan lengkap semua perusahaan game yang diakuisisi oleh mereka sejak tahun 2011. Mei 2020 lalu, laporan tahunan Embracer Group menyebutkan bahwa ada 118 game yang sedang dikembangkan oleh anak-anak perusahaannya, salah satunya Biomutant.

Untuk seri Borderlands sendiri, status 2K Games sebagai publisher game tersebut rupanya tidak terpengaruh oleh merger ini. Dengan kata lain, seandainya ada Borderlands 4, yang berperan sebagai publisher tetaplah 2K Games (dan Take-Two selaku induknya).

Sumber: PC Gamer dan Embracer Group.

Dimotori Veteran Blizzard, Frost Giant Studios Siap Hidupkan Kembali Genre RTS

Pada tanggal 15 Oktober lalu, Blizzard secara resmi mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengembangkan konten baru lagi buat StarCraft II. Pembaruan minor seperti balancing masih bakal diterapkan jika diperlukan, tapi yang pasti StarCraft II tidak akan menerima expansion baru lagi ke depannya.

Tidak sedikit yang menilai pengumuman ini sebagai indikator matinya genre real-time strategy alias RTS, terutama mengingat Blizzard memang merupakan satu dari segelintir pengembang game RTS kawakan yang masih bertahan sampai sekarang. Selang lima hari setelahnya, beredar kabar bahwa sebuah perusahaan game baru bernama Frost Giant Studios sedang bersiap untuk menghidupkan kembali genre RTS.

Kalau Anda buka situs resminya, Anda bisa lihat tagline “Real-Time Strategy Returns” terpampang dengan sangat jelas di depan logo perusahaannya, padahal Frost Giant sama sekali belum punya satu pun prototipe game yang bisa mereka demonstrasikan. Lucunya, hal itu tidak mencegah ribuan orang untuk menyerbu dan membuat situs Frost Giant down sesaat.

Usut punya usut, ternyata Frost Giant Studios didirikan oleh, lagi-lagi, mantan karyawan senior Blizzard. Mereka adalah Tim Morten, eks production director untuk StarCraft II, dan Tim Campbell, eks lead campaign designer untuk Warcraft III: The Frozen Throne. Selebihnya, Frost Giant juga masih punya enam karyawan lain yang semuanya pernah bekerja di Blizzard.

Saya bilang lagi-lagi karena memang baru sebulan lalu ada sebuah studio game baru lain bernama Dreamhaven yang sempat menjadi buah bibir karena pendirinya adalah seorang veteran Blizzard. Bukan sembarang veteran malah, melainkan sang pendiri Blizzard itu sendiri, Mike Morhaime.

Jadi saat mendengar kabar tentang Frost Giant, saya langsung bertanya-tanya dalam hati mengapa Tim Morten dan Tim Campbell tidak memilih untuk bergabung bersama Mike Morhaime saja di Dreamhaven. Kepada VentureBeat, mereka menjelaskan bahwa mereka sebenarnya tahu soal rencana Mike untuk kembali menggeluti industri gaming, akan tetapi rencana tersebut belum benar-benar matang ketika mereka sudah siap untuk memulai.

Bisa disimpulkan bahwa Frost Giant didirikan lebih awal ketimbang Dreamhaven di awal tahun 2020, dan kemungkinan mereka baru berani go public sekarang setelah berhasil menggaet pendanaan dari investor. Ya, di saat Dreamhaven menempuh jalur independen, Frost Giant yang memang skala timnya lebih kecil harus bertumpu pada bantuan sejumlah investor.

Sejauh ini, Frost Giant sudah mengamankan total pendanaan sebesar US$4,7 juta dari beberapa investor. Menariknya, nama Riot Games terpampang sebagai salah satu investornya. Kalau melihat ada perwakilan Riot di dewan direksi Frost Giant, saya cukup yakin nantinya esport juga akan mendapat porsi perhatian tersendiri dari Frost Giant.

Selain menghidupkan kembali genre RTS, misi lain Frost Giant adalah menciptakan game RTS yang lebih mudah diakses oleh mereka yang bukan penggemar berat genre ini. Mereka percaya ini bisa diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan melibatkan AI dan machine learning.

Namun yang menjadi pertanyaan lain adalah, kenapa orang-orang ini harus meninggalkan Blizzard kalau memang mereka sebegitu cintanya dengan genre RTS. Tim Morten berdalih bahwa bukan berarti Blizzard sudah tidak peduli dengan genre RTS, hanya saja memang Blizzard harus mengerahkan sumber daya di sejumlah franchise lain seperti Overwatch, Diablo, dan World of Warcraft.

Tentu bakal sangat menarik melihat perjalanan studio-studio game baru yang dimotori oleh veteran-veteran Blizzard ini ke depannya. Mereka adalah sosok yang sudah paham betul pahit-manisnya industri game development, tapi kecintaan mereka terhadap gaming pada akhirnya tetap memaksa mereka untuk terus berkarya di bidang ini.

Tempuh Jalur Independen, Pendiri Blizzard Dirikan Perusahaan Game Baru, Dreamhaven

Setelah mundur dari jabatan CEO Blizzard di tahun 2018, Mike Morhaime akhirnya punya proyek baru yang bakal sangat menarik perhatian industri gaming. Pada tanggal 23 September 2020, pendiri Blizzard tersebut memperkenalkan Dreamhaven, sebuah perusahaan video game baru yang ia dirikan bersama istrinya, kali ini independen dan tanpa campur tangan pihak luar.

Poin tentang independen ini penting terutama kalau melihat sejarah Blizzard. Mungkin tidak banyak yang tahu, akan tetapi Mike Morhaime sebenarnya sudah menjual Blizzard sejak tahun 1994 dengan nilai $6,75 juta. Kala itu, perusahaannya bahkan belum memakai nama Blizzard, dan Warcraft pun masih belum eksis.

Alhasil bisa dikatakan Mike Morhaime dan timnya sama sekali tidak punya hak kepemilikan atas beragam franchise tersukses Blizzard macam Warcraft, Starcraft, Diablo, maupun Overwatch. Lewat Dreamhaven, Mike sepertinya tidak mau mengulangi kesalahannya dengan Blizzard, meski ke depannya ia tetap bakal mempertimbangkan peluang kerja sama dengan investor yang tertarik.

Yang cukup menarik, Dreamhaven diperkenalkan ke publik dengan dua studio terpisah sekaligus di bawah naungannya: Moonshot Games dan Secret Door. Keduanya sama-sama dimotori oleh para alumni Blizzard dengan pengalaman yang panjang di industri gaming. Sejauh ini, dari 27 total karyawan Dreamhaven, cuma satu yang sebelumnya tidak pernah merasakan bekerja di Blizzard.

Mike Morhaime
Mike Morhaime / Sumber gambar: Games Industry

Berdasarkan laporan Washington Post yang sempat mewawancarai Mike Morhaime secara langsung, Moonshot Games bakal berfokus pada proyek yang berskala lebih besar, sedangkan Secret Door akan mengeksplorasi “konsep yang lebih intim” – apakah game mobile? Meski sejauh ini belum ada judul game spesifik yang sedang dikerjakan oleh kedua studio tersebut, kemungkinan besar game pertama yang bakal dipublikasikan oleh Dreamhaven adalah game multiplayer.

Kalau melihat riwayat sukses Blizzard dengan kategori game multiplayer, semestinya prediksi ini tidak akan terdengar terlalu mengejutkan. Lebih lanjut, game multiplayer tentu juga berpotensi mempunyai ekosistem esports sendiri, dan saya tidak heran apabila esports bakal menjadi salah satu area yang diincar oleh Dreamhaven, terutama kalau mempertimbangkan jabatan lama istri Mike, Amy Morhaime, selaku pimpinan divisi esports Blizzard.

Seperti yang kita tahu, esports merupakan lahan uang, dan menciptakan setidaknya satu game dengan ekosistem esports yang sukses bakal berdampak positif terhadap kondisi finansial jangka panjang Dreamhaven. Harapannya tentu saja adalah supaya mereka tetap bisa berkarya sesuai dengan idealisme mereka, dan kali ini tanpa terhambat perkara uang seperti yang terjadi pada Blizzard lebih dari dua dekade silam.

Moonshot Games

Kontrol, itulah kata kunci yang ingin saya asosiasikan dengan Dreamhaven. Kalau Blizzard dulu sudah bisa menciptakan deretan game yang berkualitas di bawah kendali korporasi – yang tentu saja lebih terpaku pada aspek bisnis ketimbang idealisme – sekarang bayangkan bagaimana jadinya kalau orang-orang yang sama di balik gamegame luar biasa tersebut bisa bekerja tanpa ada pihak yang terlalu membatasi gerak-gerik mereka.

Kapan Dreamhaven bakal merilis game pertamanya memang masih tanda tanya besar. Kedua studio di bawahnya masih aktif merekrut staf tambahan, dan Mike Morhaime sendiri memang dikenal selalu mengarahkan timnya agar tidak terburu-buru dalam mengerjakan suatu game.

Tidak semua orang bisa mendirikan suatu perusahaan baru yang bergerak di bidang publikasi video game dan punya dua studio internal sekaligus. Fakta bahwa para veteran Blizzard kini berkumpul menjadi satu untuk menggarap game dengan modal mereka sendiri menurut saya sudah cukup dijadikan alasan untuk menanti karya besutan Dreamhaven.

Secret Door

Sentimen negatif terhadap developer game yang berada di bawah kendali perusahaan raksasa belakangan memang kembali mencuat setelah Microsoft mengakuisisi ZeniMax Media beserta seluruh anak perusahaannya. Dreamhaven yang menempuh jalur independen mungkin bakal semakin memperkuat sentimen tersebut, meski saya yakin Mike Morhaime dkk tidak punya maksud sama sekali soal itu.

Lucunya, berdasarkan pengakuan Mike Morhaime sendiri, Blizzard dulu sempat hampir diakuisisi oleh Microsoft di antara tahun 2003 – 2004, persisnya ketika Blizzard masih mengerjakan World of Warcraft. Ketika itu, status Blizzard masih merupakan anak perusahaan Vivendi Games, dan Vivendi bermaksud untuk menjual Blizzard senilai $700 juta. Microsoft mengurungkan niatnya karena angka tersebut dinilai terlalu mahal, dan saya yakin Microsoft sekarang pasti sangat menyesal.

Sumber: Washington Post dan Dreamhaven.

Tentang Run Princess Run dan Imaginarium Games, Studio Game Indie

Sebelum pergantian tahun ini, DailySocial sempat menulis tren yang akan terjadi pada tahun 2012. Salah satu yang disebut saat itu adalah mobile games. Tahun 2012 baru berjalan dua bulan, namun telah banyak perusahaan lokal yang aktif beraktivitas dalam bidang game mobile. Salah satu yang baru muncul adalah Imaginarium Games. Studio game yang berbasis di kota Yogyakarta ini, baru saja meluncurkan games pertama mereka yang diberi judul “Run Princess Run!”.

Saat ini Run Princess Run hanya terdapat dalam platform Nokia. Setelah mendapat sambutan baik di 113 negara, mereka berencana membuat game ini dalam platform Android dan Windows Mobile. Sementara itu, dalam usaha promosi Run Princess Run, mereka mengadakan kompetisi highscore yang berhadiah ponsel Nokia. Jika Anda tertarik untuk mengikuti kompetisi tersebut, bisa melihat keterangannya di tautan ini.

Imaginarium Games menyatakan dirinya sebagai sebuah studio game development yang indie. Meskipun baru didirikan Februari 2012, mereka sudah bisa merilis game pertamanya yang telah digarap bersama sebelum Imaginarium Games ini berdiri. Saat ini, Imaginarium Games hanya terdiri dari 4 orang saja (1 game designer dan 3 programmer). Mereka mengaku, saat ini mencari seorang artist yang memiliki kesamaan ide dengan mereka, untuk di ajak bergabung dengan Imaginarium.

Continue reading Tentang Run Princess Run dan Imaginarium Games, Studio Game Indie

Gree Luncurkan Lembaga Pendanaan, Siap Investasi di Asia Tenggara dan Asia Timur

Hari ini Gree mengumumkan bahwa mereka akan mendirikan anak perusahaan baru untuk investasi bernama Gree Ventures. Seperti yang disebutkan oleh Asiajin.com, Gree Ventures akan membuat GV-I Investment Partnership yang akan berinvestasi di perusahaan startup yang bergerak di bisnis internet.

Gree yang bergerak di platform game sosial adalah salah satu yang terbesar di Jepang, dan Serkan Toto juga menyebutkan bahwa laporan keuangan mereka juga dikabarkan memberikan hasil yang baik.

Lalu yang menarik adalah, pandanaan yang akan dilakukan tidak hanya untuk pasar Jepang namun untuk dunia dengan fokus utama untuk pasar di Asia Tenggara (SEA) dan Asia Timur. Seperti yang dijelaskan di rilis resmi, fokus SEA dan Asia Timur ini menjadi ekspansi jangka panjang Gree.

Continue reading Gree Luncurkan Lembaga Pendanaan, Siap Investasi di Asia Tenggara dan Asia Timur