Xepher dan Whitemon Bertahan di T1, Pokimane Jadi Co-owner EVO

Ada sejumlah berita menarik di dunia esports pada minggu lalu. Salah satunya, T1 mengumumkan bahwa mereka akan mempertahankan keseluruhan roster Dota 2 mereka. Selain itu, Pokimane juga mengungkap bahwa dia merupakan co-founder dari RTS, menjadikannya sebagi salah satu pemilik dari turnamen fighting game EVO. Masih di minggu lalu, DWG KIA bertemu dengan T1 di babak semi-final LWC 2021. Pertandingan itu ditonton oleh lebih dari 3,5 juta orang. Tak hanya itu, Riot Games juga mengumumkan kerja sama mereka dengan Amazon Prime Gaming.

Pokimane Jadi Salah Satu Pemilik Turnamen Fighting Game EVO

Pada minggu lalu, streamer Twitch Imane “Pokimane” Anys mengatakan, dia adalah salah satu pendiri dari RTS, perusahaan konsultasi brand dan manajemen talent. Di perusahaan itu, dia juga menjabat sebagai Chief Creative Officer. Hal itu berarti, Pokimane juga merupakan co-owner dari EVO, turnamen fighting game terbesar di dunia.

Seperti yang disebutkan oleh PC Gamer, RTS membeli EVO di Maret 2021. Sekarang, RTS menggelar EVO bersama dengan Sony. Sebagai co-founder dari RTS, Pokimane juga menjadi co-owner dari EVO, menurut laporan NME. EVO pertama kali diadakan pada 1996. Ketika itu, turnamen tersebut dinamai Battle By The Bay. Nama kompetisi diganti menjadi EVO pada 2002. Nama EVO terus digunakan sampai saat ini.

T1 Perbarui Kontrak dengan Tim Dota 2

T1 mengumumkan bahwa mereka akan mempertahankan tim Dota 2 mereka. Buktinya, mereka kembali menandatangani kontrak dengan Kuku, 23savage, Xepher, Whitemon, dan Karl. T1 merupakan organisasi esports asal Korea Selatan yang dikenal dengan tim League of Legends mereka. Mereka baru mencoba untuk bertanding di skena esports Dota 2 pada Agustus 2019. Namun, tim Dota 2 T1 baru menuai sukses pada Dota Pro Circuit (DPC) 2021. Tak hanya turnamen Major, tim Dota 2 T1 juga berhasil masuk ke The International. Namun, pada akhirnya, mereka harus puas untuk duduk di peringkat tujuh, menurut laporan Dot Esports.

Amazon Prime Gaming Kolaborasi dengan Riot Games

Amazon Prime Gaming mengumumkan kerja sama mereka dengan Riot Games. Melalui kerja sama ini, orang-orang yang berlangganan Amazon Prime akan mendapatkan item in-game eksklusif dan item kosmetik di game-game Riot, termasuk League of Legends, Wild Rift, VALORANT, dan Legends of Runeterra. Untuk mendapatkan item tersebut, Anda bisa menghubungkan akun Riot dengan Amazon Prime, lapor Esports Insider.

Selain itu, Prime Gaming juga akan menjadi sponsor global untuk kompetisi esports dari game-game Riot, termasuk kompetisi League of Legends di Amerika Utara dan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA). Kerja sama antara Amazon Prime dan Riot akan berjalan sepanjang 2022. Sebelum kerja sama ini, pelanggan Prime Gaming sebenarnya telah bisa mendapatkan item in-game di League of Legends sejak 2018. Namun, melalui kolaborasi baru ini, Prime Gaming juga akan menyediakan item untuk game-game Riot lainnya.

Pertandingan DWG KIA vs T1 Ditonton 3,5 Juta Orang

Pada akhir pekan kemarin, DWG KIA bertemu dengan T1 di babak semi-final League of Legends World Championship (LWC) 2021. Pada puncaknya, pertandingan itu ditonton oleh lebih dari 3,5 juta orang, menurut menurut data dari Esports Charts. Pertandingan antara DWG KIA dan T1 tidak hanya menarik karena ia merupakan babak semi-final dari LWC 2021, tapi juga karena dalam pertandingan itu, Faker — salah satu pemain terbaik di League of Legends — berhadapan dengan Showmaker, yang dianggap sebagai penerus Faker, menurut laporan Dot Esports. Pada akhirnya, DWG KIA berhasil mengalahkan T1 dengan skor 3-2.

DWG KIA bertemu dengan T1 di babak semi-final LWC 2021. | Sumber: Inven Global

Community Gaming Kerja Sama dengan Riot Games untuk Gelar VALORANT Elite Showdown

Platform turnamen esports, Community Gaming, menggandeng Riot Games untuk mengadakan VALORANT Elite Showdown. Kompetisi tier-2 itu bakal dimulai pada 5 November 2021 dan dapat diikuti oleh pemain-pemain dari Amerika Utara. Total hadiah yang ditawarkan oleh kompetisi itu adalah US$25 ribu. VALORANT Elite Showdown terbuka untuk umum. Dari babak kualifikasi terbuka, akan terpilih 32 tim untuk bertanding di babak utama, yang digelar pada 11 November 2021. Di babak utama, 32 tim yang lolos babak kualifikasi akan melawan 32 tim undangan, seperti Andbox, T1, NRG, Immortals, Complexity, Renegades, dan C9 White, menurut laporan Esports Insider.

ESL Gaming Kerja Sama dengan Platform NFT Immutable X

Penyelenggara turnamen esports ESL Gaming telah menandatangani kontrak kerja sama dengan platform bisnis NFT asal Australia, Immutable X. Melalui kerja sama ini, ESL Gaming akan meluncurkan platform NFT yang memungkinkan para fans untuk membeli, menjual, dan menukar aset ESL Pro Tour NFT, lapor Esports Insider. Berdasarkan rilis, fans dari ESL Pro Tour akan bisa membuat dan menukar NFT melalui Immutable X dengan cara yang aman dan ramah lingkungan.

Sumber header: The Verge

Kenapa Dota 2 Tidak Populer di Korea Selatan?

Banyak pemain esports yang berasal dari Asia, khususnya Tiongkok dan Korea Selatan. Selain jumlahnya yang banyak, pemain dari Asia juga dikenal berkualitas. Tidak sedikit pemain Asia yang menorehkan prestasi di kancah internasional. Sebelum ini, Hybrid.co.id juga pernah membahas korelasi antara etnis dan budaya dengan kemampuan seseorang dalam bermain game.

Salah satu alasan mengapa Korea Selatan dapat menelurkan banyak pemain esports yang sukses adalah karena budaya di negara tersebut yang memang mendukung. Tidak bisa dipungkiri, pemain Korea Selatan cukup mendominasi dalam beberapa game esports, seperti League of Legends, StarCraft, dan Overwatch.

T1 dianggap sebagai tim League of Legends terhebat sepanjang masa. Pasalnya, tim tersebut berhasil membawa pulang trofi League of Legends World Championship (LWC) sebanyak tiga kali. Selain itu, mereka juga pernah memenangkan League of Legends Champions Korea (LCK) sebanyak tiga kali berturut-turut. Satu-satunya tim esports lain yang berhasil membawa trofi LCK tiga kali berturut-turut adalah DAMWON KIA, yang juga memenangkan LWC 2020. Selain itu, Lee “Faker” Sang-hyeok, pemain T1, juga dianggap sebagai pemain terbaik League of Legends sepanjang masa.

Menariknya, walau League of Legends sangat dominan di Korea Selatan, Dota 2 — yang juga memiliki genre yang sama — justru kurang populer. Tanya: kenapa?

Awal Mula Dota 2 di Korea Selatan

Dota 2 diluncurkan di Korea Selatan pada 2013. Ketika itu, Valve menyerahkan tanggung jawab untuk merilis dan mempromosikan Dota 2 di Korea Selatan pada Nexon. Saat Dota 2 diluncurkan di Korea Selatan, League of Legends sudah populer. Agar Dota 2 bisa bersaing dengan game buatan Riot Games tersebut, Nexon bahkan membuat dan memberikan compendium khusus untuk akun dan pemain baru, seperti yang disebutkan oleh GosuGamers. Sayangnya, Dota 2 tidak pernah meraih popularitas yang sama seperti League of Legends.

Nexus bahkan membuat compendium sendiri. | Sumber: GosuGamers

Kabar baiknya, walau Dota 2 kurang populer di Korea Selatan, tetap ada organisasi esports yang tertarik untuk membuat tim Dota 2. Pada September 2013, tim MVP menandatangani kontrak dengan tim Dota 2 pertama mereka. Dua bulan kemudian, pada November 2013, MVP membuat tim Dota 2 kedua mereka. Pada 2014, Korean Dota League (KDL) mulai digelar. Keberadaan KDL memberikan harapan bahwa skena esports Dota 2 akan bisa tumbuh di Korea Selatan.

MVP.Phoenix berhasil meraih gelar juara dua di Korean Dota League Season 1. Di Season 2, mereka dapat menyabet gelar juara. Sementara di StarLadder StarSeries Season IX, mereka harus puas dengan peringkat 7-8. Pencapaian terbaik dari MVP.Phoenix adalah keberhasilan mereka untuk masuk ke The International 4. Mereka dapat lolos ke TI4 setelah mereka menjadi runner up dari TI4 Southeast Asia Qualifiers. Namun, performa MVP.Phoenix di TI4 kurang memuaskan. Dari lima pertandingan, mereka hanya bisa memenangkan satu babak, menempatkan mereka di posisi terakhir.

Meskipun ada tim Korea Selatan yang berhasil masuk TI, ketertarikan gamers akan Dota 2 tetap rendah. Hal ini diperburuk oleh keputusan Nexon untuk menutup server Dota 2 di Korea Selatan pada Desember 2015. Tutupnya server itu berarti, jika gamers Korea Selatan ingin bermain Dota 2, mereka harus bermain di server Asia Tenggara atau Tiongkok. Alhasil, mereka harus bermain dengan ping tinggi.

Kabar baiknya, MVP bersikukuh untuk mempertahankan kedua tim Dota 2 mereka, walau perjalanan karir kedua tim itu tidak mulus. Dan pada 2015, kedua tim MVP — MVP.Phoenix dan MVP.Hot6 — berhasil lolos ke The International. Sebelum maju ke TI, MVP.Phoenix telah memenangkan berbagai kompetisi di skena esports lokal dan regional Asia Tenggara. Mereka tidak hanya sukses memangkan semua turnamen Dota 2 di Korea Selatan, mereka juga menjuarai dua kompetisi regional SEA, yaitu IeSF Asian Championship dan Nexon Sponsorship Leagues.

MVP.Hot6. | Sumber: GosuGamers

Sementara itu, MVP.Hot6 terdiri dari empat pemain Korea Selatan dan satu pemain veteran asal Finlandia, Jesse “JerAx” Vainikka. Nantinya, JerAx akan masuk ke OG, yang memenangkan TI dua kali berturut-turut. Sama seperti MVP.Phoenix, MVP.Hot6 juga cukup sukses di skena esports Dota 2 Korea Selatan. Sayangnya, di TI5, MVP.Hot6 berakhir pada peringkat terakhir. Kabar baiknya, MVP.Phoenix dapat meraih peringkat 7-8.

Setelah TI5, MVP lalu membuat satu tim yang semua pemainnya berasal dari Korea Selatan. Tim itu merupakan gabungan dari Phoenix dan Hot6. Tim tersebut dapat memenangkan sejumlah kompetisi. Mereka menduduki peringkat 4 di Singapore Major, peringkat 5-6 di Manilla Major, dan merangkak ke peringkat 5-6 di The International 6.

Pada 2016, MVP.Phoenix memenangkan penghargaan “Best overseas activity award of the year”. Tahun itu merupakan kali kedua mereka mendapatkan penghargaan tersebut. Pada 2015, kedua tim MVP — Phoenix dan Hot6 — juga berhasil meraih gelar tersebut. Mereka mendapatkan gelar tersebut karena kesuksesan mereka untuk masuk ke TI. Kegigihan MVP menunjukkan bahwa mereka tetap bisa bertanding di kancah internasional, walau skena esports Dota 2 di Korea Selatan tidak ramai.

TI Membuat Tim Dota 2

Walau Phoenix dan Hot6 punya prestasi, kedua tim itu tetap dibubarkan oleh MVP pada 2016. Sejak saat itu, tidak ada lagi tim Dota 2 Korea Selatan yang berhasil menorehkan prestasi di skena Dota 2 global. Angin segar bertiup pada Agustus 2019. Saat itu, T1 — organisasi esports yang dikenal dengan tim League of Legends-nya — mengumumkan bahwa mereka akan kembali menjajaki Dota 2.

Sayangnya, tidak peduli seberapa keras usaha T1, mereka tetap kesulitan untuk menorehkan prestasi di Dota 2. Padahal, mereka telah bolak-balik mengganti roster tim Dota 2. Mereka juga pernah mencoba untuk mengembangkan talenta muda Dota 2 dari nol dengan membuat tim berisi tiga pelatih. Tim pelatih itu dipimpin oleh Choi “cCarter” Byoung-hoon, kepala pelatih tim League of Legends T1 yang pernah memenangkan Worlds Championship tiga kali. Meskipun begitu, usaha T1 tetap berujung pada kegagalan. Prestasi terbaik dari tim Dota 2 T1 ketika itu adalah masuk peringkat enam besar di ESL One Thailand 2020: Asia.

ESL One Thailand 2020: Asia.

Tim Dota 2 dari T1 baru mulai sukses setelah mereka menunjuk Park “March” Tae-won untuk membangun tim dari nol. Dia dianggap sebagai “mastermind” di balik MVP.Phoenix dan juga pernah menjadi pelatih dari TNC Predator. Setelah itu, tim Dota 2 mulai meraih berbagai gelar. Mereka berhasil menjuarai Dota Pro Circuit 2021: S2 – Southeast Asia Upper Division dan juga ESL One Summer 2021. Pada WePlay Major, DPC 2021: S1 – SEA Upper Division, serta BTS Pro Series Season 4: Southeast Asia, mereka berhasil menduduki peringkat tiga.

Apa yang Bisa Meningkatkan Popularitas Dota 2 di Korea Selatan?

Di Korea Selatan, Dota 2 tidak pernah bisa bersaing dengan League of Legends dari segi popularitas. Padahal, total hadiah dari turnamen Dota 2 lebih besar dari game buatan Riot tersebut. Selain itu, kesuksesan tim-tim Dota 2 Korea Selatan juga tidak menarik minat Valve untuk turun tangan langsung mengembangkan ekosistem esports Dota 2 di Korea Selatan.

Dalam wawancara dengan Dota Blast pada 2016, Kim “QO” Seon-yeop menceritakan tentang masalah yang ada di ekosistem esports Dota 2 di Korea Selatan. “Skena esports Dota 2 di Korea telah mati. Nexon tidak lagi mau campur tangan dan hanya beberapa ribu gamers saja yang masih bermain Dota 2,” ujarnya. “Saya rasa, jika ada pemain yang bisa bermain dengan baik dan memenangkan hadiah yang besar, media akan tertarik untuk meliputnya. Dan mungkin, hal ini akan membuat ekosistem esports Dota 2 kembali tumbuh.”

Sementara itu, Yongmin “Febby” Kim — yang dikenal senang bercanda — pernah berkata bahwa alasan mengapa Dota 2 kalah populer dari League of Legends adalah karena jumlah pemain perempuan yang meminkan game itu tidak sebanyak jumlah pemain League of Legends perempuan. Alasannya, skin dari Riot Games terlihat lebih lucu, membuat gamers perempuan lebih senang memainkan League of Legends. Dan jika tidak banyak perempuan yang memainkan Dota 2, maka para pemain laki-laki juga tidak tertarik untuk memainkan game tersebut.

Tentu saja, masalah ekosistem esports Dota 2 di Korea Selatan tidak sesederhana itu. Lee “Forev” Sang-don mengungkapkan pendapatnya tentang hal ini. Dia pernah menjadi bagian dari MVP sejak November 2013 sampai Agustus 2016. Dia juga pernah menjadi bagian dari tim T1 pada Agustus 2019 sampai Juli 2020.

Lee “Forev” Sang-don.

Forev mengaku, dia sebenarnya memainkan Dota 2 dan League of Legends. Namun, dia lebih menyukai Dota 2 karena game itu lebih sulit. Dia menceritakan, alasan mengapa dia memutuskan untuk berkarir sebagai pemain esports Dota 2 dan bukannya League of Legends adalah karena dia mendapatkan tawaran dari MVP setelah dia menyelesaikan wajib militer. Ketika itu, MVP tertarik dengan Forev karena dia pernah bertanding di AWCG Jakarta 2011.

Ketika ditanya apa yang membuatnya terus bertahan sebagai pemain Dota 2 saat Nexon mematikan server Korea Selatan, Forev menjawab, “Sejujurnya, tanpa bantuan organisasi MVP, kami tidak akan bisa melakukan apapun. Saat itu, kedua tim MVP berhasil masuk ke TI. Dan MVP memperlakukan kami para pemain dengan cukup baik. Jadi, saya tetap bisa mempertahankan karir saya di Dota 2 walau server Korea telah mati.”

Lebih lanjut Forev mengatakan, dia berharap, keberadaan tim MVP di TI5 akan membuat Valve menaruh minat pada Korea Selatan dan mendorong para gamers untuk mulai bermain Dota 2. Memang, mantan pemain League of Legends dan Heroes of the Storm sempat tertarik untuk memasuki skena esports Dota 2. Hanya saja, pada akhirnya mereka menyerah. Pasalnya, mempelajari dan menyesuaikan diri dengan mekanisme gameplay Dota 2 memakan waktu yang terlalu lama.

Forev juga mengaku pesimistis bahwa keputusan T1 untuk terjun ke ekosistem esports Dota 2 akan membuat komunitas game MOBA itu kembali tumbuh. Dia berkata, “Saya tidak tahu apa yang bisa membuat Dota 2 mengalahkan popularitas League of Legends di dunia. Tapi, saya cukup mengenal gamers Korea Selatan. Mereka menginginkan waktu tunggu yang lebih singkat, gameplay kasual, skin yang imut, dan sistem surrender. Saya percaya, keberadaan semua itu akan membuat gamers Korea Selatan menyukai Dota 2.”

Sumber: WePlay Holding via GosuGamers

Timothy “Tims” Randrup Bergabung dengan BOOM Esports, Mobile Premier League Dapat Investasi US$150 Juta

Minggu lalu, BOOM Esports mengumumkan bahwa Timothy “Tims” Randrup telah bergabung dengan tim DOTA 2 mereka. Sementara itu, T1 mengungkap kerja sama mereka dengan marketplace NFT, Swappable. Dan Mobile Premier League dari India berhasil mendapatkan investasi Seri E sebesar US$150 juta. Di Filipina, Collegiate Center for Esports ingin mengembangkan ekosistem esports di tingkat mahasiswa dengan menggelar turnamen esports untuk universitas.

BOOM Esports Tanda Tangani Kontrak dengan Timothy “Tims” Randrup

Pada Jumat, 17 September 2021, BOOM Esports mengumumkan bahwa pemain support asal Filipina, Timothy “Tims” Randrup akan bergabung dengan tim Dota 2 mereka. Bernaung di bawah TNC Predator selama 4 tahun, Tims berhasil membangun reputasi sebagai salah satu pemain support terbaik. Bersama TNC, Tims berhasil memenangkan MDL Chengdu Major. Selain itu, mereka berhasil masuk ke 12 besar di The International pada 2017 dan 2019, lapor Yahoo News.

T1 Kerja Sama dengan Marketplace NFT, Swappable

Organisasi esports asal Korea Selatan, T1 Entertainment & Sports, baru saja mengungkap kerja sama antara tim DOTA 2 mereka dengan Swappable, marketplace untuk NFT. Di situs resminya, Swappable mengungkap, dengan kerja sama ini, fans T1 akan bisa membeli “sejarah dan pernak-pernik collectables T1″. NFT pertama yang akan dirilis dari kerja sama ini adalah T1 genesis NFT. Pemilik dari NFT itu dikabarkan akan punya “hak eksklusif”.

Sebagai bagian dari kerja sama ini, logo Swappable juga akan disematkan di jersey tim Dota 2 T1, yang akan berlaga di The International 10 pada Oktober 2021. Sayangnya, seperti yang disebutkan oleh Esports Insider, tidak diketahui berapa nilai kerja sama antara T1 dan Swappable.

Dapat Kucuran Dana Segar, MPL Bakal Ekspansi ke AS

Mobile Premier League telah mendapatkan pendanaan Seri E, senilai US$150 juta. Dengan begitu, valuasi dari perusahaan asal India itu mencapai US$2,3 miliar. Seri pendanaan kali ini dipimpin oleh perusahaan investasi swasta, Legatum Capital. Beberapa perusahaan lain yang ikut serta dalam pendanaan kali ini antara lain Sequoia, SIG, RTP Global, Go-Ventures, Moore Strategic Ventures, Play Ventures, Base Partners, Telstra Ventures, dan Founders Circle Capital.

MPL menyebutkan, dana investasi ni akan mereka gunakan untuk melakukan ekspansi global. Selain itu, mereka juga akan menggunakan dana itu untuk mengembangkan teknologi yang mereka gunakan serta memperkuat posisi mereka di pasar esports India.

MPL baru saja mendapatkan kucuran dana. | Sumber: Kompas

“Investasi ini merupakan pengakuan akan potensi dari pasar game dan esports India, serta pengakuakn akan kemampuan MPL untuk melakukan ekspansi global,” kata CEO dan Co-founder MPL, Sai Srinivas, menurut laporan GamesIndustry. “Kesuksesan MPL di India dan Indonesia membuat kami menjadi lebih berani untuk meluncurkan platform kami di Amerika Serikat, salah satu pasar game paling besar di dunia.”

CCE Buat Kompetisi Esports untuk Universitas di Filipina

Industri esports justru berkembang pesat di tengah pandemi COVID-19. Sekarang, bahkan murid sekolah dan mahasiswa pun tertarik untuk ikut serta di dunia esports. Melihat kesempatan itu, Collegiate Center for Esports (CCE) mencoba untuk mengembangkan ekosistem esports di tingkat universitas. Salah satu hal yang mereka lakukan adalah menggelar kompetisi esports untuk mahasiswa. Kompetisi pertama yang mereka adakan merupakan pertandingan 1v1 di Mobile Legends: Bang Bang. Bulan depan, mereka berencana untuk menggelar 5-on-5 MLBB Varsity Cup. Jika kompetisi itu terbukti diminati, CCE berencana untuk mengadakan kompetisi tersebut secara rutin.

Esports adalah satu satu bidang yang tengah tumbuh, tidak hanya di kalangan generasi muda. Dan walau belum berumur panjang, industri esports punya potensi besar. Saya tidak sabar untuk melihat bagamana industri esports tumbuh di masa depan,” kata Director Lyceum of the Philippines University, Hercules Callanta, dikutip dari ABS CBN. Lyceum adalah salah satu universitas yang akan ikut serta dalam liga yang digelar CCE. Mereka juga merupakan universitas pertama di Filipina yang membuat jurusan Science in Esports, dengan penjurusan Esports Management dan Game and Design Development.

Perusahaan Telekomunikasi Filipina Berkomitmen Dukung Ekosistem Esports Lokal

Perusahaan telekomunikasi Filipina, Globe mengungkap bahwa mereka akan terus mendukung pemain dan kreator konten esports serta developer game. Dalam pernyataan resmi, Globe mengatakan bahwa mereka ingin menawarkan produk dan layanan yang memungkinkan mereka untuk menjadi bagian dari komunitas esports Filipina. Tidak aneh jika Globe tertarik untuk menjajaki dunia game dan esports, mengingat sekitar 40 juta warga Filipina menonton konten gaming.

Globe kerja sama dengan Mineski untuk gelar Philippine Pro Gaming League.

Sejauh ini, Globe pernah bekerja sama dengan Mineski untuk menggelar Philippine Pro Gaming League, turnamen esports nasional untuk VALORANT dan Wild Rift. Selain itu, Globe juga berencana untuk memberikan dukungan ekstra bagi para kreator gaming. Sekarang, mereka telah bekerja sama dengan Niantic, developer dari Pokemon Go. Kerja sama itu merupakan bagian dari usaha mereka untuk menggelar jaringan 5G, lapor ABS CBN.

Sumber header: Join Dota

T1 Kerja Sama dengan Razer, DAMWON KIA Menangkan LCK Summer 2021

Minggu lalu, DAMWON KIA berhasil membawa pulang trofi League of Legends Champions Korea (LCK) Summer 2021. Dengan ini, mereka berhasil memenangkan LCK tiga kali berturut-turut. Sementara itu, T1 baru saja mengumumkan kerja sama dengan Razer. Dan ESIC memutuskan untuk menjatuhkan hukuman ban dua tahun pada Nicolai “HUNDEN” Petersen, pelatih CS:GO asal Jerman.

T1 Jalin Kerja Sama dengan Razer

Organisasi esports asal Korea Selatan, T1 Entertainment & Sports, baru saja mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan perusahaan aksesori PC, Razer. Sebagai bagian dari kerja sama ini, pemain League of Legends T1, Lee “Faker” Sang-hyeok akan mendesain dan membuat serangkaian produk eksklusif untuk Razer. Selain itu, T1 dan Razer akan berkolaborasi untuk mengadakan giveaways pada para fans, membuka kesempatan bagi para penggemar untuk memenangkan berbagai produk baru dari Razer. Selain itu, Razer juga menyediakan produk mereka untuk para murid dari akademi esports T1.

Faker bakal kerja sama dengan Razer untuk buat mouse eksklusif. | Sumber: Esports Insider

“Saya sangat senang karena T1 dan Faker bisa bekerja sama dengan Razer untuk membuat mouse bermerek Faker pertama. Sekarang adalah waktu yang sangat menarik bagi kami dan kami tidak sabar untuk membuat produk spesial bagi para gamers di seluruh dunia bersama Razer,” kata CEO TI, Joe Marsh, seperti dikutip dari Esports Insider.

Guild Milik David Beckham Masih Tertarik dengan CS:GO

Sejak didirikan pada Juni 2020, Guild Esports, organisasi esports asal Inggris yang juga dimiliki oleh mantan bintang pemain sepak bola, David Beckham, telah membuat tim di VALORANT, Fortnite, FIFA, dan Rocket League. Namun, mereka tidak pernah membuat tim Counter-Strike: Global Offensive. Padahal, mereka telah menjalin kerja sama dengan Duncan “Thorin” Shields pada November 2020. Melalui kerja sama ini, Guild berharap bahwa Thorin bisa memberikan saran tentang cara membuat tim CS:GO.

Dalam wawancara dengan Dexerto, CEO Kal Hourd mengungkapkan bahwa salah satu alasan mengapa mereka belum membuat tim CS:GO adalah karena mereka telah menjadi perusahaan terbuka. Jadi, mereka harus lebih hati-hati dalam mengambil keputusan. Memang, Guild adalah organisasi esports pertama yang masuk ke London Stock Exchange.

“Kami pernah mengungkap ketertarikan kami untuk ikut serta di skena CS:GO. Dan minat itu masih ada. Namun, ada banyak perubahan di ekosistem CS:GO sekarang dan perhatian kami teralihkan ke game lain,” kata Hourd, seperti dikutip dari Dot Esports. Kemungkinan, perubahan yang dimaksud oleh Hourd adalah format pertandingan CS:GO. Sekarang, kebanyakan turnamen CS:GO diadakan secara online dari Eropa dan bukannya diselenggarakan secara offline di hadapan para penonton.

“Kami menjanjikan pemegang saham kami bahwa kami akan membuat keputusan cerdas dan kami tidak akan membuat tim untuk game yang tidak menguntungkan,” ujar Hourd. “Sejauh ini, ada beberapa game yang menarik minat kami dan CS:GO tetap masuk dalam pertimbangan kami.”

Kalahkan T1 di Final, DWG KIA Bawa Pulang Trofi LCK Summer 2021

DAMWON KIA berhasil membawa pulang trofi League of Legends Champions Korea (LCK) Summer Final setelah mengalahkan T1 dengan skor 3-1. Dengan ini, DWG KIA berhasil memenangkan LCK tiga kali berturut-turut. Sebelum ini, mereka memenangkan LCK Summer tahun lalu dan LCK Spring Finals 2021. Tak hanya itu, mereka juga memenangkan League of Legends World Championship 2020. Selain DWG KIA, hanya ada satu organisasi esports lain yang berhasil memenangkan LCK tiga kali berturut-turut, yaitu T1.

Kemenangan DWG KIA tidak hanya menjadi pencapaian bagi tim, tapi juga bagi kepala pelatih DWG KIA, Kim “kkOma” Jeong-gyun. Kemenangan kali ini merupakan gelar LCK ke-10 Kim. Dengan ini, dia berhasil mengalahkan midlaner T1, Lee “Faker” Sang-hyeok untuk mendapatkan pencapaian tersebut. Sebelum menjadi pelatih untuk DWG KIA, Kim juga pernah menjadi pelatih dari T1 pada era 2010-an, seperti yang disebutkan oleh Dot Esports.

ESIC Jatuhkan Hukuman Ban 2 Tahun Pada Pelatih Heroic, HUNDEN

Esports Integrity Commission (ESIC) baru saja memberikan hukuman pada pelatih Counter-Strike: Global Offensive asal Denmark, Nicolai “HUNDEN” Petersen. Hukuman yang mereka jatuhkan adalah ban selama dua tahun, dimulai pada 25 Agustus 2021 sampai 24 Agustus 2023. Alasan Petersen dihukum adalah karena dia dianggap telah berbuat curang ketika dia masih bersama tim HEROIC. Dia dituduh memberitahu strategi yang akan digunakan oleh HEROIC pada tim musuh ketika mereka bertanding di Intel Extreme Masters Cologne 2021. Dia membocorkan informasi tersebut melalui Google Drive.

Nicolai “HUNDEN” Petersen. | Sumber: Win.gg

Sebelum menjatuhkan hukuman pada Petersen, ESIC telah melakukan penyelidikan mendalam untuk mengumpulkan bukti. Salah satu bentuk penyelidikan yang ESIC lakukan adalah berdiskusi dengan manajemen tim musuh. Selain itu, mereka juga mengamati konten Google Drive yang dibagikan oleh Petersen. Berdasarkan penyelidikan ESIC, mereka menemukan bahwa strategi yang dibocorkan oleh Petersen tidak diakses oleh tim musuh. Hal itu berarti, integritas IEM Cologne 2021 tetap terjaga. Selain itu, ESIC juga menemukan bahwa Petersen berencana untuk pindah ke tim lawan.

Sementara itu, Petersen mengklaim bahwa ESIC tidak mau mendengarkan pembelaannya sebelum menutup investigasi pada 27 Agustus 2021. Dia juga menuduh bahwa satu-satunya hal yang ESIC lakukan adalah mengancamnya: jika dia berusaha untuk mengajukan banding, maka dia akan mendapatkan hukuman berupa ban selama lima tahun. ESIC membantah tuduhan ini, lapor Esports Insider.

Sumber header: Korea Herald

Stardew Valley Bakal Jadi Kompetisi Esports, T1 Buat Akademi Khusus Esports

Minggu lalu, ada beberapa pengumuman menarik di dunia esports. Salah satunya adalah Stardew Valley Cup pertama akan diadakan pada awal September 2021. Selain itu, T1 juga mengumumkan bahwa mereka akan membuat akademi esports, yang dinamai T1 Esports Academy. Sementara Evil Geniuses membuat program baru, yaitu Creator Collective.

Stardew Valley Cup Pertama Bakal Digelar di Awal September 2021

Kreator Stardew Valley, Eric “ConcernedApe” Barone, baru saja mengumumkan keberadaan kompetisi esports pertama dari game farming sim-nya, Stardew Valley Cup. Dalam kompetisi itu, empat tim yang terdiri dari konten kreator dan speedrunner Stardew Valley akan bertanding dengan satu sama lain untuk menyelesaikan 100 tugas yang diberikan pada mereka. Stardew Valley Cup akan mengadu kemampuan, pengetahuan, dan kerja sama para pemain. Total hadiah dari kompetisi itu mencapai US$40 ribu.

Untuk menggelar Stardew Valley Cup, Barone bekerja sama dengan Zach “Unsurpassable Z” Hartman. Keduanya akan memikirkan tantangan yang harus dihadapi oleh para tim peserta. Setiap tim yang berhasil menyelesaikan sebuah tantangan akan mendapatkan poin. Besar poin yang didapatkan akan tergantung pada tingkat kesulitan dari tantangan itu sendiri, ujar GameRant. Tim yang mendapatkan poin terbanyak akan keluar sebagai juara.

ESIC Bakal Mulai Program Transparansi

Esports Integrity Commussion (ESIC) mengumumkan bahwa mereka akan membuat “inisiatif transparansi”. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi terpercaya terkait langkah yang ESIC ambil untuk menyelesaikan kasus yang tengah mereka selidiki. Inisiatif ini akan terdiri dari empat fase. Fase pertama adalah “Matters Register”, yang akan menampilkan informasi terbaru tentang penyelidikan ESIC. Informasi yang masuk dalam segmen ini hanyalah informasi yang telah diberitakan oleh jurnalis atau pihak ketiga.

Fase kedua adalah pembuatan “Public Sanctions Registry”, yang akan mencatat hukuman yang telah ESIC berikan. Informasi di segmen ini mencakup status, lama hukuman, jenis hukuman, dan tautan ke press release. Selain itu, ESIC juga akan membuat Public Appeals Registry, yang akan menampilkan informasi akan semua banding yang diajukan pada ESIC. Baik segmen Public Sanctions maupun Public Appeals diperkirakan akan bisa diakses oleh masyarakat pada Oktober 2021, lapor HLTV.

Sementara pada November 2021, ESIC berencana untuk merilis Public Appeals Library, yang merupakan fase terakhir dari inisiatif transparansi mereka. Segmen ini akan memberikan akses ke keputusan tertulis dari hasil banding.

T1 Buat Akademi Pelatihan Esports

Organisasi esports asal Korea Selatan, T1 Entertainment and Sport memperkenalkan akademi esports baru mereka, yaitu T1 Esports Academy (TEA). Akademi tersebut akan resmi dibuka di Seoul, Korea Selatan pada awal September 2021. Pada awalnya, T1 hanya akan mengadakan pelatihan untuk League of Legends. Nantinya, mereka berencana untuk mengadakan pelatihan untuk game-game esports lain.

T1 Esports Academy hanya akan dibuka untuk gamers Korea Selatan. | Sumber: Esports Insider

TEA berencana untuk menawarkan dua jenis pelatihan. Pertama adalah Path to Pro (PTP), program intensif yang didesain untuk melatih seseorang menjadi pemain profesional, lapor Esports Insider. Kedua adalah Path to Improvement. Berdasarkan laporan Inven Global, Path to Improvement ditujukan untuk para pemain kasual yang ingin bisa bermain dengan lebih baik. Satu hal yang pasti, semua kelas pelatihan dari TEA hanya tersedia untuk pemain yang tinggal di Korea Selatan.

SK Gaming Tanda Tangani Kontrak Kerja Sama dengan Motorola

SK Gaming telah menandatangani kontrak dengan Motorola pada awal Agustus 2021. Kontrak kerja sama ini berlangsung selama 1,5 tahun. Dengan ini, Motorola akan mendukung tim mobile game SK Gaming yang berlaga di Clash Royale dan Brawl Stars. Dan jika memungkinkan, SK dan Motorola akan menggelar sejumlah turnamen mobile, termasuk live events di Saturn XPERION Arena di Cologne, Jerman. SK memulai kerja sama dengan Motorola dengan menghadiri Hellomoto Cup 2021 yang digelar di Berlin. Ketika itu, mereka menyertakan sejumlah tim mereka untuk bertanding di kompetisi mobile tersebut, lapor Sports Business Journal.

Evil Geniuses Buat Creator Collective, Dipimpin Oleh Taylor Heitzig-Rhodes

Organisasi esports asal Amerika Utara, Evil Geniuses, mengumumkan peluncuran The Creator Collective, proyek yang melibatkan sejumlah kreator konten dan streamers esports. Program ini dipimpin oleh Taylor Heitzig-Rhodes, yang kini menjabat sebagai Director of Talent Management di Evil Geniuses, lapor Esports Insider.

Evil Geniuses buat program baru, yaitu Creator Collective. | Sumber: Esports Insider

Sebelum masuk ke EG, Heitzig-Rhodes menjabat sebagai Head of Talent di Queens Gaming Collective dan sebagai Esports Agent untuk Evolved. Sebelum masuk ke esports, dia pernah menduduki berbagai jabatan di Headspace dan menjadi pelatih catur profesional di STAR Education.

FaZe Clan Dapat Kucuran Dana Segar dari Cox Enterprises

FaZe Clan baru saja mendapatkan investasi dari Cox Enterprises. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai dari investasi tersebut. Kerja sama antara FaZe dan Cox Enterprises dimulai pada 2019. Ketika itu, FaZe mengungkap bahwa mereka akan bertanding di Call of Duty League menggunakan nama Atlanta FaZe. Tim itu merupakan hasil kerja sama antara FaZe Clan dan Atlanta Esports Ventures (AEV), organisasi yang dijalankan oleh Cox Enterprises dan Province Inc., lapor GameReactor. Selain investasi, CEO AEV, Pete Hamilton juga akan menduduki jabatan sebagai penasehat strategis di dewan FaZe.

Jumlah Penonton WePlay AniMajor Pecahkan Rekor Baru

WePlay Esports sukses menjadikan turnamen AniMajor sebagai kompetisi Dota 2 non-The International yang paling banyak ditonton. Turnamen WePlay AniMajor merupakan kompetisi terakhir dari Dota Pro Circuit 2020-21. Sejak awal, WePlay memang sudah memasang sejumlah target. Salah satunya, mereka ingin mengalahkan Kiev Major 2017 dalam hal jumlah penonton terbanyak. Berikut data audiens dari turnamen WePlay AniMajor berdasarkan Esports Charts.

Tim Asia Mendominasi Juara Empat Besar

Turnamen WePlay AniMajor diadakan pada 2-13 Juni 2021 di Kiev, Ukraina. Secara total, ada 18 tim Dota 2 dari seluruh dunia yang berlaga di turnamen tersebut. Di kompetisi itu, tim-tim Asia mendominasi. Buktinya, tiga dari empat tim yang juara berasal dari Asia. Gelar juara dimenangkan oleh PSG.LGD, yang berasal Tiongkok. PSG.LGD berhasil menjadi juara setelah menang dari tim asal Amerrika Utara, Evil Geniuses, di babak final. Juara ketiga dimenangkan oleh T1, yang mewakili Asia Tenggara dan posisi keempat diduduki oleh Vici Gaming, yang juga merupakan tim asal Tiongkok.

Sebagai juara AniMajor, PSG.LGD mendapatkan US$200 ribu dan 500 DPC poin.  Perjalanan PSG.LGD untuk menjadi juara AniMajor berjalan dengan mulus. Di group stage, mereka berhasil menduduk posisi nomor satu setelah mendapatkan 4 kemenangan dan 3 seri. Dalam fase playoff,  PSG.LGD masuk dalam upper bracket. Mereka dapat mempertahankan posisi mereka di upper bracket dengan mengalahkan Alliance, Nigma, dan T1. Sementara itu, Evil Geniuses memulai fase playoff di lower bracket. Mereka harus bertanding melawan NoPing e-sports, TNC Predator, Team Nigma, dan Vici Gaming sebelum mereka bertemu dengan T1 di babak final lower bracket. Setelah menang 2-1 dari T1, mereka melaju ke babak final untuk melawan PSG.LGD. Di babak final, PSG.LGD berhasil menang 3-0 dari EG.

Informasi penonton dari turnamen WePlay AniMajor. | Sumber: Esports Charts

Pertandingan antara PSG.LGD dan EG bukan pertandingan yang paling banyak ditonton. Pada puncaknya, babak final dari turnamen AniMajor tersebut hanya ditonton oleh 445,8 ribu orang. Gelar babak terpopuler justru jatuh pada pertandingan antara EG dengan T1 di semifina, yang mendapatkan peak viewers sebanyak 645,1 ribu orang. Pertandingan terpopuler kedua adalah pertandingan antara EG dan TNC Predator di babak playoff. Pertandingan tersebut memiliki peak viewers sebanyak 581,4 ribu orang.

Menariknya, performa tim tidak memengaruhi jumlah penonton. Buktinya, Virtus.pro menjadi tim dengan jumlah penonton rata-rata paling banyak, sebanyak 317,7 orang. Padahal, tim asal CIS (Commonwealth of Independent States) tersebut tidak pernah memenangkan satu pertandingan pun. Sementara tim terpopuler kedua adalah Alliance, yang punya average viewers sebanyak 309,6 ribu orang. Tim itu hanya pernah menang satu kali, yaitu ketika mereka bertemu dengan Team Spirit di lower bracket pada babak playoff. T1 menjadi tim terpopuler ke-3 dengan jumlah penonton rata rata sebanyak 294,2 ribu orang, dan EG di posisi ke-4 dengan jumlah penonton rata-rata 269,8 ribu orang.

Tim-tim yang populer berdasarkan average viewers. | Sumber: Esports Charts

AniMajor Pecahkan Rekor Total Hours Watched

WePlay Esports adalah penyelenggara turnamen esports asal Ukraina. Selama ini, mereka dikenal dengan siaran mereka yang unik. Dalam turnamen AniMajor, mereka memilih tema utama berupa anime. Karena itu, WePlay menghias studio untuk siaran bahasa Inggris dengan segala sesuatu berbau anime dan Jepang. Namun, siaran berbahasa Rusia dari turnamen WePlay AniMajor punya tema yang berbeda. Pasalnya, siaran dalam bahasa Rusia tidak ditangani oleh WePlay, tapi oleh Maincast.

Ketika mengadakan AniMajor, WePlay punya ambisi untuk menjadi turnamen tersebut sebagai turnamen Major dengan peak viewers terbanyak. Untuk itu, AniMajor harus mengalahkan turnamen Kiev Major 2017, yang memiliki peak viewers sebanyak 842 ribu orang. Demi merealisasikan ambisinya, WePlay memberikan hadiah pada para penonton setiap mereka berhasil mencapai milestone tertentu. Hadiah yang WePlay berikan beragam, mulai dari router gaming, kursi gaming, langganan Dota 2 Plus selama setahun, sampai tiket untuk menonton The International secara offline.

Durasi siaran turnamen WePlay AniMajor mencapai 137 jam. Sementara total hours watched dari turnamen tersebut mencapai 37 juta jam dengan jumlah penonton rata-rata sebanyak 272,8 ribu orang. Pada puncaknya, AniMajor ditonton oleh 645 ribu orang. Dengan begitu, AniMajor sukses menjadi turnamen Major Dota 2 dengan jumlah hours watched terbanyak. Sayangnya, dari segi jumlah peak viewers, AniMajor masih kalah dari Kiev Major 2017. Meskipun begitu, AniMajor tetap merupakan turnamen Major Dota 2 dengan jumlah peak viewers terbanyak kedua, mengalahkan One Esports Singapore Major.

WePlay bertanggung jawab atas siaran AniMajor dalam bahasa Inggris dan Ukraina. Sementara Maincast bertanggung jawab untuk membuat siaran dalam bahasa Rusia. Namun, WePlay juga mengizinkan para streamers untuk menyiarkan AniMajor di channel mereka masing-masing. Dengan begitu, para penonton bisa menonton AniMajor bersama dengan streamer favorit mereka. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa penonton AniMajor sangat beragam. Sekitar 50% dari total hours watched AniMajor berasal dari penonton berbahasa Inggris dan 31% lainnya berasal dari audiens berbahasa Rusia. Fans berbahasa Spanyol memberikan kontribusi terbesar ketiga dalam hal hours watched, diikuti oleh fans berbahasa Filipina dan Thailand.

Pada siaran berbahasa Inggris, community streamers hanya memberikan kontribusi sebesar 5% dari total hours watched. Namun, kontribusi community streamers jauh lebih besar pada siaran berbahasa Rusia, mencapai 20% dari total hours watched. Hal ini menunjukkan, audiens berbahasa Inggris lebih suka untuk menonton siaran dari penyelenggara resmi.

Dari semua community casters yang menyiarkan turnamen WePlay AniMajor, Alexander “Nix” Levin merupakan caster yang paling populer, dengan satu juta hours watched. Caster terpopuler kedua berasal dari kawasan CIS, yaitu Yaroslav “NS” Kuznetsov, yang mendapatkan 537 ribu hours watched.

Indonesia Jadi Runner Up di FIFA eNations Online Qualifiers, Jepang Buka Esports Gym Pertama

Minggu lalu, muncul kabar baik untuk fans esports di Tanah Air. Perwakilan Indonesia yang berlaga di FIFA eNations Online Qualifiers berhasil meraih gelar runner up. Sementara di tingkat internasional, juga ada beberapa kabar menarik. Salah satunya, Intel dan ESL yang memutuskan untuk memperbarui kontrak kerja sama mereka pada tahun depan.

Jadi Runner Up di FIFA eNations Online Qualifiers, Indonesia Melaju ke FIFA eNations Cup 2021

Indonesia berhasil meraih gelar runner up dalam FIFA eNations Online Qualifiers 2021 Zona Asia dan Oceania. Dengan begitu, tim perwakilan Indonesia tetap mendapatkan tiket untuk berlaga di FIFA eNations Cup 2021 yang bakal diadakan pada 20-22 Agustus 2021 di Kopenhagen, Denmark.

Moehamad Zulisar dan Fahmi Husaeni sebagai perwakilan Indonesia. | Sumber: Antara

Dalam babak kualifikasi, Indonesia diwakili oleh Moehama Zulisar yang bertanding di PlayStation dan Fahmi Husaeni yang menggunakan Xbox. Keduanya berlaga di babak kualifikasi FIFA eNations Cup secara online di Hotel Ibis Slipi. Pada babak final, kedua perwakilan Indonesia harus bertanding melawan perwakilan Jepang. Moehamad Zulisar kalah dengan skor 1-2 sementara Fahmi Husaeni 1-3, menurut laporan Antara.

T1 Kerja Sama dengan Platform Data Gaming, OP.GG

Minggu lalu, organisasi esports asal Korea Selatan, T1 Entertainment & Sports, mengumumkan bahwa mereka telah menjalin kerja sama dengan platform data gaming, OP.GG. Sayangnya, mereka tidak mengungkap nilai dari kerja sama ini. Satu hal yang pasti, melalui kolaborasi ini, T1 dan OP.GG akan saling berbagi data dan informasi, memberikan dukungan teknis, serta membuat rencana karir yang optimal bagi para pemain setelah mereka pensiun, menurut laporan The Esports Observer. Selain data, OP.GG juga menyajikan berita pada gamers di Korea Selatan terkait League of Legends, Overwatch, dan PUBG. Mereka juga punya tim PUBG, yang bernama OP.GG Sports.

Jepang Buka Gym untuk Esports Pertama di Tokyo

Jepang membuka gym esports pertama di Tokyo. Gym yang dinamai “Esports Gym” itu akan dibuka pada 19 Mei 2021. Selain PC gaming, gym itu juga akan dilengkapi dengan lounge. Di gym tersebut, para pengunjung akan bisa memainkan beberapa game esports terpopuler di Jepang, termasuk Valorant dan League of Legends. Selain itu, para gamers bisa menyewa jasa pelatih profesional.

Esports Gym juga menawarkan jasa pelatih profesional. | Sumber: Nippon

Para gamers bisa membayar sekitar US$13 untuk menggunakan PC di Esports Gym selama 3 jam. Sama seperti gym lain, di gym esports ini, pemain juga bisa mendaftarkan diri sebagai anggota. Biaya bulanan untuk menjadi anggota di Esports Gym dihargai mulai dari US$50. Dengan menjadi anggota gym, para gamers berhak untuk menggunakan PC yang ada di sana setiap hari. Esports Gym juga menawarkan jasa pelatihan pada para gamers dengan harga US$25 per jam, lapor Insider.

ESL dan Intel Perbarui Kerja Sama, Bakal Investasikan US$100 Juta di Esports

ESL Gaming akan memperbarui kerja samanya dengan Intel pada 2022. Dengan ini, ESL dan Intel akan menyiapkan US$100 juta untuk diinvestasikan ke esports. Investasi tersebut diharapkan akan bisa menciptakan produk baru yang inovatif, baik untuk pemain maupun fans esports. Selain itu, semua turnamen Counter-Strike: Global Offensive yang tidak menjadi bagian dari ESL Pro Tour akan menggunakan nama Intel Extreme Master. Salah satunya adalah ESL One Cologne, yang namanya akan diubah menjadi Intel Extreme Masters Cologne, seperti yang disebutkan oleh Esports Insider.

Tumi Luncurkan Koleksi Tas dan Pakaian untuk Atlet Esports

Minggu lalu, Tumi meluncurkan koleksi tas dan aksesori untuk pemain esports profesional. Untuk membuat produk-produk tersebut, Tumi berkonsultasi dengan para developer game dan atlet esports. Harapannya, mereka dapat memberikan produk yang sesuai dengan kebutuhan para pemain profesional, lapor Asia Tatler.

Tumi meluncurkan koleksi tas dan aksesori untuk pemain esports. | Sumber; Tatler

Pada tahun lalu, Tumi juga telah menjajaki ranah esports dengan bekerja sama dengan One Esports, perusahaan data dan analitik esports. Tumi bukan merek fashion pertama yang tertarik untuk memasuki dunia competitive gaming. Sebelum ini, Louis Vuitton juga berkolaborasi dengan Riot Games. Mereka membuat travel case untuk trofi League of Legends World Championship dan meluncurkan koleksi pakaian bertema League of Legends.

Analisa Wakil Indonesia di Dota Pro Circuit SEA Season 2

Seluruh tim Dota 2 kembali bertarung ke wilayah masing-masing di Dota Pro Circuit 2021 Season 2 seusai ONE Esports Singapore Major yang berhasil dimenangkan oleh Invictus Gaming. Terdapat berbagai wakil Indonesia baik organisasi asal Indonesia maupun pemain yang memutuskan berkarir di tim luar negeri berjuang baik di upper divisions dan lower divisions DPC 2021.

Kali ini kami berbincang bersama Adit “AVILLE” Rosenda yang sebelumnya dikenal sebagai pemain Dota 2 dari EVOS Esports dan kini menjadi shoutcaster Dota 2 di channel YouTube pribadinya. Ia memberikan analisa mengenai perubahan yang dilakukan oleh 2 tim esports Indonesia yakni BOOM Esports dan Army Geniuses. Selain itu juga ada T1 dan 496 Gaming yang mengisi roster mereka dengan pemain Indonesia.

 

BOOM Esports

boomdreamocel-1-1024x576
Sumber: ONE Esports

Menjadi satu-satunya, tim Dota 2 Indonesia di DPC 2021 Upper Divisions Season 1, BOOM Esports meraih hasil yang kurang maksimal dan gagal lolos ke ONE Esports Singapore Major. Mereka harus puas berada di peringkat 5 dengan rekor 4 kemenangan dan 3 kali kalah. Perjalanan BOOM bersama Andrew “Drew” Halim yang baru direkrut untuk menggantikan Randy “Dreamocel” Sapoetra bahkan harus terhenti di tengah jalan dan digantikan Nuengnara “23Savage” Teeramahanon, mantan pemain Fnatic sampai akhir musim DPC Season 1.

Kabar baiknya, BOOM masih bertarung di DPC Upper Divisions untuk musim kedua. Drew akhirnya resmi dilepas dari tim dan 23Savage akhirnya menjadi pemain T1. Dreamocel akhirnya kembali ke BOOM untuk mengisi posisi carry. Sebelumnya, ia bergabung ke Zero Two bersama Muhammad “inYourdreaM” Rizky namun meraih hasil kurang memuaskan dengan berada di peringkat 6 DPC Season 1 lower divisions. Kembalinya Dreamocel ke BOOM berjalan cukup baik dengan meraih juara ketiga Predator League 2020/21.

aville1
Adit “AVILLE” Rosenda. Sumber: joinDOTA

AVILLE: “Kembalinya Dreamocel ke BOOM menjadi win-win solution bagi kedua pihak. Keluarnya Dreamocel setelah lebih dari 3 tahun di BOOM menjadi evaluasi dan refleksi yang ia lakukan. Secara performa individu, ia lebih meningkat dibanding sebelumnya dengan berhasil menembus 10 ribu MMR. Tidak hanya itu, ia juga kembali mendapat kesempatan untuk bisa lolos ke major dan The International.

Sedangkan BOOM mendapatkan versi terbaik dari Dreamocel dari sebelum ia keluar mengingat ia mendapat pengalaman berharga bisa bermain dengan pemain dari berbagai negara yang berbeda dan juga kemampuan individu yang lebih baik. Secara tim, BOOM masih bertumpu di Mikoto yang terlihat permainannya yang stabil di Predator League 2020/21 walau pemain lain juga tidak kalah bagus. Persaingan mereka ke major masih sama seperti musim sebelumnya dengan nama-nama besar seperti Fnatic, T1, TNC Predator, dan OB Neon Esports yang sering mereka hadapi.”

 

T1

800px-Xepher_WePlay_Bukovel_Minor
Kenny “Xepher” Deo Sumber: WePlay

Menghadirkan duet pemain support asal Indonesia yakni Kenny “Xepher” Deo dan Matthew “Whitemon” Filemon, T1 meraih hasil memuaskan dengan berhasil melangkah ke ONE Esports Singapore Major dan bertarung dari babak wild card. Langkah mengejutkan dilakukan oleh T1 dengan memutuskan melepas Souliya “JaCkky” Khoomphetsavong, pemain carry mereka dari tim dan akhirnya digantikan 23Savage menjelang major.

Sayangnya perjalanan T1 di major tidak berjalan mulus bahkan sebelum major dimulai. Carlo “KuKu” Palad, pemain offlaner T1 tidak bisa terbang ke major dan akhirnya digantikan oleh Lee “Forev” Sang Don yang pernah bermain di T1. Debut 23Savage di T1 berjalan sangat buruk dengan hanya meraih hasil 1 kemenangan dari 5 pertandingan yang dijalani.

AVILLE : “Kehadiran 23Savage yang menggantikan Jackky tidak banyak mengubah gaya permainan T1. Kedua pemain sangat mirip permainannya terutama ketika di early dan mid game namun berbeda ketika sudah memasuki late game. Jackky memiliki tipikal yang agresif sedangkan 23 lebih bermain sedikit santai dan cenderung berhati-hati.

Saat di major kemarin, permainan 23Savage juga tidak begitu terlihat karena mereka kehilangan sosok Kuku yang juga kapten tim. Begitu pula dengan Xepher dan Whitemon yang meski memiliki pengalaman menghadapi tim Dota tier 1 sebelumnya namun terlihat mereka terkadang kehilangan arah dan pergerakan yang aneh tanpa kehadiran Kuku.

Sama seperti BOOM, peluang untuk lolos ke major bakal berlangsung ketat mengingat juga ada patch 7.29 yang baru saja hadir. Siapapun tim yang bisa memanfaatkan dengan baik patch ini, mereka yang memiliki peluang besar untuk lolos ke major berikutnya.”

 

Army Geniuses

154786799_253037652948635_6841858337861087034_n
Sumber: Army Geniuses

Sukses meraih peringkat 5 di klasemen akhir, Army Geniuses yang merupakan organisasi esports Dota 2 Indonesia kembali bertarung di DPC League Lower Division musim kedua. Menariknya, AG mempertahankan seluruh pemain mereka di musim sebelumnya. AG juga aktif mengikuti turnamen luar negeri setelah DPC League musim pertama usai.

Hasil beragam didapatkan oleh AG selama mengikuti turnamen. Mereka tidak pernah mendapat hasil 4 besar di turnamen yang mereka jalani dengan pencapaian tertinggi mereka ketika meraih 6 besar di WCAA Spring Festival Cup. Pengalaman yang mereka ikuti di berbagai turnamen menjadi persiapan berharga bagi Tri Daya “Mamang Daya” Pamungkas dan kawan-kawan sebelum bertarung untuk memperebutkan slot ke Upper Divisions.

AVILLE : “Performa mereka tentu lebih meningkat dibandingkan DPC musim sebelumnya dengan pengalaman dan ilmu yang didapatkan baik saat masih bertarung di musim pertama lower divisions dan keikutsertaan mereka di berbagai turnamen akhir-akhir ini.

Namun melihat hasil yang diraih, peluang mereka untuk lolos ke upper divisions terbilang cukup berat karena mereka menghadapi lawan-lawan yang lebih diunggulkan seperti MG Trust, SMG, dan Galaxy Racer namun untuk bisa kembali mendapat di lower divisions, mereka masih ada peluang.”

 

496 Gaming

drew-farewell-640x360
Andrew “Drew” Halim Sumber: Reality Rift

Berisikan seluruh pemain Vietnam, 496 Gaming harus turun ke lower divisions DPC Season 2 setelah berada di peringkat 7 klasemen akhir di Upper Division Season 1. Perubahan pemain mereka dengan mendatangkan Drew, pemain asal Indonesia yang terakhir bermain di BOOM Esports. Kehadiran Drew menggeser Nguyen “Datbb” Thanh Dat yang sebelumnya bermain sebagai carry kini beralih menjadi offlaner. Debut Drew bersama 496 Gaming di Predator Gaming 2020/21 berlangsung kurang mulus setelah harus puas meraih 6 besar.

AVILLE: “Keputusan 496 Gaming mendatangkan Drew terbilang wajar karena saat ini susah mencari carry papan atas di region SEA terlebih lagi ia berada di 20 besar top MMR di server SEA. Meski Drew bersama 4 pemain asal Vietnam, menurut saya komunikasinya dengan rekan tim tidak menjadi masalah karena komunikasi Dota lebih memakai bahasa yang mudah dipahami seperti let’s push, get back, atau smoke.

Hanya saja Drew beberapa kali masih ada miss koordinasi dengan tim saat terutama ketika takluk melawan South Built Esports yang merupakan lawan perdana mereka di DPC League Lower Divisions Season 2. Secara individu, Drew bermain baik dengan laning stage yang berhasil ia menangkan namun harus memperbaiki untuk pertandingan berikutnya. Berbicara peluang, sama seperti AG peluang 496 untuk kembali ke upper divisions terbilang berat karena harus menghadapi tim-tim unggulan di lower divisions.”

Rahasia Dari Balik Dapur, Inilah Cerita Seorang Head Chef Tim Esports

Untuk menjadi pemain profesional yang sukses, seseorang tidak hanya harus jago di game yang dia mainkan. Kebugaran fisik serta asupan gizi juga punya peran penting dalam memastikan performa para pemain profesional tetap optimal. Karena itulah, ada beberapa organisasi esports yang mempekerjakan chef untuk memastikan para pemainnya mendapatkan asupan gizi seimbang. Salah satu organisasi esports yang punya chef adalah T1 dari Korea Selatan.

Ialah Kim “Alex” Jae-hyeong, head chef dari T1. Setiap waktu makan, dia dan krunya harus membuat makanan sekitar 90-100 porsi. Tak hanya itu, mereka juga bahkan bertanggung jawab untuk membuat snack pada malam hari jika ada pemain yang memang masih ingin makan camilan. Berikut cerita Alex.

Sebelum bekerja sebagai head chef T1, Alex pernah bekerja di restoran biasa, restoran keluarga, restoran franchise, dan bahkan rumah sakit untuk rehabilitasi. Ketika dia mendapat tawaran untuk bekerja di T1, dia sempat ragu. Pasalnya, dia tahu bahwa T1 punya fans di berbagai negara. Dia khawatir dia justru akan menjadi beban.

Head Chef dari T1, Kim “Alex” Jae-hyeong. | Sumber: InvenGlobal
Head Chef dari T1, Kim “Alex” Jae-hyeong. | Sumber: InvenGlobal

“Saya fans lama T1,” kata Alex, seperti dikutip dari InvenGlobal. “Saya sudah suka dengan T1 sejak era Starcraft. Saya menonton BoxeR bermain. Saya pernah bekerja di restoran franchise. Di sanalah, saya bertemu dengan salah satu eksekutif SK Telecom. Dia lalu menawarkan saya untuk bekerja di gedung T1 yang baru. Saya sangat terkejut.”

Sebagai head chef, Alex selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik pada para pemain T1. Dia melakukan hal ini tidak hanya karena dia merupakan penggemar T1, tapi karena dia memang punya dedikasi tinggi sebagai seorang chef. Salah satu contoh dedikasinya, dia selalu memilih bahan segar untuk membuat makanan. Dia bercerita, dia selalu menggunakan bahan masakan yang berkualitas. Jika bahan makanan yang dia pesan tidak memenuhi standar, dia akan mengirimkan bahan itu kembali.

 

Kebiasaan Pemain Esports Saat Makan

Setelah menyiapkan makanan, Alex juga memerhatikan bagaimana para pro player mengonsumsi makanan yang dia buat. “Saya menyadari dua hal. Pertama, kebanyakan pemain profesional menghabiskan makanan dengan cepat. Mereka bisa selesai makan hanya dalam waktu 5-10 menit. Dan mereka selalu makan sampai habis,” ujar Alex. “Karena mereka senang makanan yang bisa mereka konsumsi dengan cepat, saya biasanya membuat masakan yang menjadikan lauk sebagai topping dari nasi.”

Alex menambahkan, para pemain T1 juga biasanya lebih senang makan makanan yang tidak bertulang. Dia bercerita, setiap dia memasak ayam, dia harus menggunakan daging ayam tanpa tulang. Tujuannya adalah agar para pemain bisa mengonsumsi makanan dengan lebih mudah dan cepat. Begitu juga ketika dia memasak ikan. Biasanya, dia memilih ikan yang memang tak bertulang atau dia akan menghilangkan tulang pada ikan sebelum memasaknya.

Contoh masakan yang dibuat oleh para chef T1. | Sumber: InvenGlobal
Contoh masakan yang dibuat oleh para chef T1. | Sumber: InvenGlobal

Kebanyakan pemain T1 memang makan dengan cepat. Namun, Lee “Faker” Sang-hyeok merupakan anomali. “Faker makan pelan-pelan. Biasanya, dia menghabiskan waktu sekitar 30 menit di kafetaria untuk makan. Sementara para pro players lainnya, walau mereka makan pelan-pelan, mereka tetap lebih cepat dari kebanyakan orang biasa. Tampaknya, Faker memang orang yang unik, bahkan ketika sedang makan.”

Daging merupakan lauk favorit para pemain T1. Alex memberikan beberapa contoh makanan favorit para pemain T1 yaitu Galbi-jjim (semur iga), bulgogi, dan vongole. Dia mengaku merasa beruntung karena para pemain T1 tidak pilih-pilih makanan dan tidak pernah protes soal makanan yang dibuat oleh para chef.

“Salah satu alasan kenapa saya sering memasak daging adalah karena para pro players memang suka daging. Alasan lainnya adalah karena mereka punya jadwal yang ketat, jadi mereka perlu stamina,” ungkap Alex. “Tapi, saya juga berusaha untuk memasak sayuran. Saya khawatir mereka tidak mendapatkan nutrisi yang seimbang. Menjaga kesehatan para pemain adalah salah satu prioritas kami.”

 

Resep Rahasia di Kafe T1

Alex mengungkap dana yang dikeluarkan oleh T1 untuk dapur tidak lebih dari kebanyakan kafetaria. Meskipun begitu, dia dan rekan-rekannya selalu dapat memuaskan para pemain T1. Tidak hanya itu, para fans juga kaget melihat berbagai makanan lezat yang disajikan oleh dapur T1. Memang, T1 bahkan punya akun Instagram khusus untuk menampilkan masakan yang mereka buat.

“Kami punya akun Instagram untuk hasil masakan di kafe T1. Para chef akan mengambil gambar dari proses memasak dan makanan yang telah jadi. Para pemain dan staf T1 biasanya turut memberikan komentar,” kata Alex. “Saya selalu bangga. Para fans biasanya selalu berkomentar setelah melihat makanan yang kami sajikan.”

Alex bercerita, salah satu rahasianya untuk membuat makanan enak dengan dana terbatas adalah mencari bahan yang tepat. Para chef T1 biasanya memilih bahan makanan berdasarkan harga pasar. Misalnya, ketika selada sedang musim, mereka akan membuat menu yang menggunakan selada. Dengan begitu, mereka bisa menghemat dana yang mereka miliki. Sesekali, mereka bisa memasak masakan mewah seperti lobster.

Sebagai head chef, Alex sepenuhnya bertanggung jawab untuk mengurus jadwal menu. Untuk itu, dia melakukan riset melalui Instagram dan media digital lainnya. Dia mengungkap, salah satu cara untuk membuat para pemain T1 tidak merasa bosan dengan masakan yang dia buat adalah dengan secara rutin mengganti menu makanan dari menu Korea, Tiongkok, dan juga Jepang. Selain itu, dia juga selalu menanyakan makanan favorit para pemain.

Alex melarang chef lain melakukan pre-cooking. | Sumber: InvenGlobal
Alex melarang chef lain melakukan pre-cooking. | Sumber: InvenGlobal

Alex juga punya peraturan lain di dapurnya, yaitu tidak melakukan pre-cooking. Jadi, para chef hanya akan mengolah bahan makanan ketika mereka memang hendak memasak makanan. Misalnya, dia baru mulai memotong daging ketika dia hendak mempersiapkan makanan untuk para pemain T1. Alasannya adalah untuk memastikan agar rasa dari masakan yang dia buat tetap enak.

“Jika kami menyiapkan makanan sebelum diminta, akan ada makanan yang tersisa. Dan ketika makanan sudah dingin, rasanya jadi tidak terlalu enak. Kami biasanya berusaha untuk memasak makanan ketika para pemain memintanya. Kami bahkan tidak memotong bahan yang diperlukan sebelum memasak. Karena hal itu bisa memengaruhi rasa makanan,” jelas Alex. “Seorang chef punya tugas untuk memeriksa bahan makanan apa yang tersisa dan ada berapa pemain yang sedang di kafetaria. Dengan begitu, kami bisa menyajikan makanan dengan tepat waktu.”

Keuntungan lain yang didapat dengan tidak melakukan pre-cooking, ungkap Alex, adalah meminimalisir jumlah makanan yang dibuang. Dengan begitu, para chef akan bisa menghemat dana yang mereka punya sehingga mereka bisa membuat masakan khusus sesekali. Meskipun begitu, Alex mengaku, dia tetap tidak bisa membuat makanan yang disukai semua orang.

“Saya ingin tahu apa yang para pemain suka dan tidak suka sehingga saya bisa membuat masakan yang mereka suka saja,” kata Alex. “Selama ini, kami hanya punya dua menu utama. Tapi, tetap sulit bagi kami untuk membuat masakan yang disukai semua orang. Saya rasa, ke depan, proses memasak untuk para pemain akan menjadi lebih efisien.”

Credits: T1
Credits: T1

T1 bukan satu-satunya organisasi esports yang mempekerjakan chef untuk memastikan para pemainnya mendapatkan asupan gizi seimbang. Ketika pindah ke markas barunya di Utrecht, Belanda, Team Liquid juga mempekerjakan seorang chef. Sementara itu, Counter Logic Gaming (CLG), organisasi esports asal Amerika Serikat, tak hanya menunjuk Andrew Tye sebagai Head Food Operations, mereka juga mempekerjakan seorang ahli gizi. Sama seperti Alex, prioritas Tye adalah memastikan para pemain CLG punya stamina yang cukup untuk melakukan kegiatan mereka sehari-hari.

Sumber header: Tempus Magazine

OPPO Sponsori MPL Filipina, BBC Bakal Siarkan Turnamen FIFA 21 Eropa

Ada beberapa kabar menarik di dunia esports pada minggu lalu, baik di tingkat nasional, regional, ataupun internasional. Di tingkat global, Facebook Gaming mengumumkan bahwa mereka akan kerja sama dengan komunitas untuk mengadakan kompetisi esports online. Sementara itu, level lokal, klub sepak bola Dewa United mengumumkan bahwa mereka akan punya divisi esports dan menyelenggarakan turnamen esports untuk penyandang disabilitas.

OPPO Jadi Sponsor dari MPL Filipina

OPPO memasuki dunia esports pada 2019 dengan mensponsori turnamen League of Legends. Sekarang, mereka turut mendukung scene mobile esports. Minggu lalu, mereka mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor resmi dari Mobile Legends: Bang Bang Professional League di Filipina. Selain itu, mereka juga mendukung 2021 League of Legends: Wild Rift SEA Icon Series, khusus untuk turnamen di Filipina. Dengan menjadi sponsor dari turnamen Mobile Legends dan Wild Rift, OPPO berencana untuk mengukuhkan posisi mereka di dunia esports dan gaming di Filipina.

Gaming adalah salah satu hiburan utama bagi konsumen muda di Filipina. Sebanyak 74% dari netizen Filipina bermain mobile game,” kata Raymond Xia, OPPO Philippines Marketing Director, seperti dikutip dari Inquirer. “OPPO berkomitmen untuk mendukung industri esports dengan menyediakan platform gaming dan smartphone terbaik, baik untuk gamer profesional dan amatir.”

BBC Bakal Siarkan Kompetisi FIFA 21

BBC mengumumkan kerja sama mereka dengan EA Esports. Dengan ini, BBC akan menyiarkan FIFA 21 Global Series European Regional Qualifiers di semua platform mereka. Kompetisi European Regional Qualifiers dan Playoffs tak hanya akan disiarkan di BBC iPlayer, tapi juga aplikasi dan situs BBC Sport.

BBC akan tampilkan konten turnamen FIFA 21 Eropa.
BBC akan tampilkan konten turnamen FIFA 21 Eropa.

BBC iPlayer akan menampilkan siaran langsung dari setiap pertandingan. Setiap harinya, mereka akan menyiarkan konten esports FIFA selama hingga 8 jam. Meskipun begitu, kompetisi FIFA 21 itu juga akan tetap disiarkan di channel YouTube dan Twitch dari EA SPORTS FIFA, lapor Esports Insider.

Klub Sepak Bola Dewa United Punya Divisi Esports

Martapura FC resmi mengganti namanya menjadi Dewa United. Klub sepak bola yang berlaga di Liga 2 itu juga mengungkap, mereka akan aktif di dunia esports. Mereka memperkenalkan divisi esports mereka, yang dinamai Dewa United Esports, pada 18 Februari 2021.

Tak hanya itu, Dewa United juga akan menyelenggarakan turnamen Battle of Gods. Untuk itu, mereka mengajak komunitas disabilitas untuk bekerja sama. Untuk mensosialisasikan turnamen esports ini, mereka telah mengunjung beberapa komunitas disabilitas, seperti Yayasan Pembina Anak Cacat (YPAC), SLB Tunas Bangsa, dan YKDW Karawaci, menurut laporan Antara.

Facebook Gaming Bakal Kerja Sama dengan Komunitas

Facebook Gaming mengumumkan, mereka akan bekerja sama dengan komunitas seperti Real Time Strategies dan Community Gaming New York untuk menyelenggarakan lebih dari 90 kompetisi esports online. Kompetisi itu akan bisa diikuti oleh masyarakat umum. Setiap kompetisi menawarkan total hadiah sebesar US$1 ribu. Total hadiah ini dianggap cukup besar untuk menarik gamer amatir, tapi tidak cukup besar sehingga membuat para gamer profesional tertarik untuk ikut, menurut VentureBeat.

Facebook Gaming akan bekerja sama dengan komunitas untuk adakan turnamen esports bagi gamer amatir.
Facebook Gaming akan bekerja sama dengan komunitas untuk adakan turnamen esports bagi gamer amatir.

T1 dan Nike Perkenalkan Koleksi Pakaian Baru

T1 Entertainment & Sports bekerja sama dengan Nike untuk merilis koleksi pakaian T1 x Nike Spring 2021. Koleksi pakaian ini terdiri dari jersey, jaket, celana, dan kaos dari T1. T1 mengklaim, koleksi pakaian mereka tidak hanya nyaman untuk dikenakan tapi juga tahan lama. Sementara itu, Nike menyebutkan, mereka ingin membuat pakaian yang nyaman untuk para atlet, baik atlet olahraga tradisional maupun esports.Harapannya, para atlet akan bisa fokus untuk meningkatkan performa mereka, lapor Inven Global.