Tablet Samsung Galaxy Tab A8 yang Baru Dirancang Dukung Rutinitas Harian Penggunanya

Samsung telah mengumumkan Galaxy Tab A8 baru, tablet ini dirancang untuk mengoptimalkan rutinitas harian para penggunanya. Mulai dari menunjang cara belajar dan bekerja secara hybrid hingga hiburan.

Perangkat ini hadir dengan layar 10,5 inci beresolusi 1920×1200 piksel yang dapat memuat konten lebih banyak. Itu berkat penggunaan aspek rasio kekinian 16:10 yang menghadirkan ruang kerja ekstra dan banyak dipakai pada laptop premium.

Bezel di sekeliling layarnya memang tampak sedikit tebal, tetapi masih enak dipandang berkat desain bezel yang simetris. Setidaknya ini bisa digunakan untuk mengistirahatkan jempol dan mempererat pegangan.

Selain itu, desain bagian belakangnya terlihat cukup minimalis dalam balutan warna gray, silver, dan pink gold. Bodinya tipis dengan ketebalan hanya 6,9mm dan bobotnya 508 gram.

Empat speaker berkemampuan Dolby Atmos menawarkan pengalaman audio yang imersif untuk mendukung aktivitas hiburan seperti nonton film, mendengarkan musik, hingga bermain game. Samsung juga menyediakan aksesori book cover, clear edge cover, dan protective standing cover.

Berjalan di atas sistem operasi Android 11, Galaxy A8 baru mendukung cara multitasking secara split-screen dan floating window. Pengalamannya semakin disempurnakan dengan dukungan drag dan split.

Dari segi kinerja, Samsung tidak mengungkap tipe chipset yang digunakan oleh Galaxy Tab A8 dan hanya menampilkan informasi CPU octa-core 2GHz. Menurut Samsung, chipset baru yang digunakan menawarkan kinerja CPU dan GPU yang 10% lebih baik.  Semua kegiatan pada tablet ini didukung baterai 7.040 mAh dengan dukungan pengisian cepat 15W, meski dalam paket penjualan hanya dibekali adaptor charger 7,5W.

Galaxy A8 yang baru hadir dengan konfigurasi memori mulai dari 3GB/32GB, 4GB/64GB, dan 4GB/128GB dengan slot microSD yang bisa menampung hingga kapasitas 1TB. Ia tersedia dalam versi WiFi only atau LTE, kedua opsi didukung WiFi 5 (ac) dan Bluetooth 5. Konektivitas kabelnya mencakup headphone jack 3,5mm dan port USB-C 2.0).

Belum ada informasi terkait harganya, tablet ini rencananya akan tersedia di Eropa mulai akhir Desember dan wilayah lain seperti AS pada Januari 2022.

Sumber: GSMArena

[Review] Xiaomi Pad 5: Performa Flagship Harga Mainstream, Bisa untuk Gantikan Laptop

Pasar tablet Android sepertinya sudah sepi dari sebelum pandemi COVID 19 merebak. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan oleh kebutuhan masyarakat lebih condong pada penggunaan smartphone. Namun, pandemi COVID 19 mengharuskan semua orang untuk bekerja dan sekolah di rumah. Dan ini mungkin merupakan sebuah titik balik dari penjualan tablet di seluruh dunia dan juga di Indonesia.

Pemilihan tablet memang cukup sulit untuk saat ini. Ada tablet dengan harga yang murah, namun memiliki spesifikasi yang kurang tinggi. Sayangnya, banyak tablet dengan spesifikasi yang bergaris lurus dengan harga yang dikenakan pula. Di sinilah Xiaomi ingin mengambil momen dengan mengeluarkan tablet Android terbarunya yang bernama Xiaomi Pad 5. Yup, Xiaomi saat ini sudah menghilangkan nama Mi pada semua perangkatnya.

Jika saya tidak salah, Xiaomi pernah memasukkan dua tabletnya ke Indonesia, yaitu Mi Pad dan Mi Pad 2. Setelah itu, sepertinya Xiaomi vakum dalam mengeluarkan perangkat tabletnya di Indonesia. Setelah pergantian kepemimpinan dari Steven Shi ke Alvin Tse, sepertinya Xiaomi Indonesia mulai berani memasukkan perangkat-perangkat non Redmi, termasuk kembalinya tablet Xiaomi Pad terbaru, yaitu Xiaomi Pad 5.

Xiaomi Pad 5 bisa dibilang sebuah tablet dengan spesifikasi flagship yang dijual dengan harga mainstream. Hal ini tentu saja membuatnya bisa digunakan di mana saja untuk bekerja dan meeting dengan menggunakan aplikasi seperti Zoom dan Google Meet. Kita juga bahkan bisa mengetik dengan menggunakan aplikasi Office dengan mudah serta menggambar langsung di layarnya.

Sebagai catatan, Xiaomi Indonesia hanya memasukkan Xiaomi Pad 5 non Pro saja. Paket penjualannya sendiri terpisah dengan keyboard dan juga stylus-nya. Anda juga bisa menggunakan stylus dan keyboard bluetooth pihak ketiga tanpa adanya masalah. Dan semua itu akan dapat digunakan dengan sangat smooth tanpa adanya lag. Dengan begitu pula, Xiaomi bisa menekan harga dari tablet ini untuk tidak mencapai nilai 5 juta rupiah.

Xiaomi Pad yang saya dapatkan (dan satu-satunya varian yang ada saat ini) bisa dilihat pada tabel berikut

SoC Qualcomm Snapdragon 860
CPU 1 x 2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3 x 2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4 x 1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 6 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 3.1
Layar 11 inci 2560×1600 IPS 120 Hz Dolby Vision
Dimensi 254.7 x 166.3 x 6.9 mm
Bobot 511 gram
Baterai 8720 mAh fast charge 33 watt, 22,5 watt charger
Kamera 13 MP utama, 8 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12.5 Enhanced

Hasil dari CPU-Z, AIDA64, serta Sensor Box dapat dilihat sebagai berikut:

Mungkin Anda berpikir mengapa review ini lama keluar. Saya terus terang menunggu hingga MIUI 12.5 Enhanced datang ke Xiaomi Pad 5. Salah satu yang ingin saya rasakan adalah menggunakan memory extension sebesar 3 GB yang menjadi sebuah virtual memory pada tablet ini. Hal tersebut membuat Xiaomi Pad benar-benar bisa dipakai sebagai pengganti laptop!

Charger

Didalam paket penjualannya hanya akan ditemukan beberapa dokumen serta charger dan kabel USB-C. Walaupun Xiaomi Pad 5 mendukung pengisian hingga 33 watt, Xiaomi hanya memberikan charger dengan daya 22,5 watt saja.

Desain

Terus terang, Xiaomi Pad 5 memiliki desain yang menurut saya cukup keren. Badan dari tablet ini menggunakan bahan plastik polikarbonat keras dengan finishing matte. Untuk frame-nya sendiri sudah menggunakan bahan aluminium sehingga perangkat ini tidak mudah bengkok. Untuk perangkat yang saya dapatkan memiliki warna yang disebut dengan Cosmic Grey.

Layar Xiaomi Pad 5 memiliki resolusi 2560×1600 pada layar dengan dimensi 11 inci. Panel yang digunakan adalah IPS yang memiliki 1 miliar warna dengan refresh rate 120 Hz dan mendukung HDR10 serta Dolby Vision. Sayangnya, tidak dijelaskan apakah layar ini sudah menggunakan teknologi dari Corning dengan Gorilla Glass atau dari Asahi dengan DragonTrail atau tidak.  Oleh karenanya, gunakan lapisan pelindung tambahan agar layar tersebut aman dari goresan.

Xiaomi menempatkan kamera pada sisi atas (jika dalam posisi portrait), sehingga tablet ini lebih cocok digunakan pada posisi tersebut saat melakukan video conferencing. Pada bagian belakangnya, terdapat sebuah kamera serta LED flash yang terang. Sayang memang, bagian kameranya cukup menonjol sehingga cukup mengganggu desain tipis dari tablet ini yang memiliki dimensi 254.7 x 166.3 x 6.9 mm. Bobotnya sendiri cukup ringan untuk sebuah tablet berukuran besar, hanya 511 gram saja.

Jika dalam posisi landscape, tombol volume berada pada sisi atas beserta dengan konektor untuk stylus-nya. Pada bagian kiri akan ditemukan tombol power beserta dua speaker kiri. Untuk bagian kanannya dapat ditemukan dua speaker kanan beserta port USB-C untuk mengisi daya dan OTG. Bagian bawahnya akan ditemukan konektor untuk Xiaomi Pad Keyboard.

Xiaomi Pad 5 sudah menggunakan sistem operasi Android 11 yang sudah terpasang MIUI 12.5 Enhanced. Versi MIUI yang saya gunakan saat ini adalah 12.5.11 (RKXMIXM) yang sudah memiliki fitur Memory extension. Xiaomi sendiri mengalokasikan 3 GB dari penyimpanan internalnya untuk dijadikan memori virtual. Hal ini tentu saja akan membuat RAM 6 GB yang terpasang lebih lowong saat membuka banyak aplikasi.

Memori virtual ini sendiri sangat diperlukan jika Xiaomi Pad 5 digunakan untuk bekerja. Apalagi saat digunakan seperti sebuah laptop, misalnya dengan membuka aplikasi Office dengan tab yang banyak, browser internet dengan jumlah yang banyak pula, tentu saja akan membuat tablet ini menjadi tidak lag.

Konektivitas

Xiaomi Pad 5 yang dijual di Indonesia merupakan versi WiFi tanpa konektivitas seluler. Dengan Snapdragon 860, perangkat ini sudah mendukung WiFi 5 atau yang dikenal dengan 802.11 AC yang berjalan pada kanal 2,4 GHz dan 5 GHz. Tangkapan sinyal WiFi juga cukup baik, di mana saat beberapa smartphone hanya menangkap 3 bar tablet ini masih menangkap dengan penuh.

Xiaomi Pad 5 tidak memiliki GPS yang biasa digunakan untuk menampilkan lokasi secara akurat. Namun saat terkoneksi dengan WiFi, perangkat ini mampu memberikan informasi lokasi dengan cukup baik. Tablet ini juga tidak dilengkapi dengan NFC.

Kamera: Tablet namun hasil fotonya bagus!

Xiaomi Pad 5 juga dilengkapi dengan kamera untuk berbagai jenis kebutuhan. Pada bagian belakangnya, Xiaomi menyematkan kamera dengan resolusi 13 MP buatan OmniVision dengan OV13B10. Lalu pada bagian depannya, kamera yang terpasang memiliki resolusi 8MP yang menggunakan sensor OmniVision OV8856. Lalu bagaimana hasilnya?

Kamera bagian belakangnya ternyata mampu menangkap gambar dengan sangat baik. Pada kondisi cahaya yang cukup, perangkat ini mampu mengambil gambar dengan tajam dan rendah noise. Warna yang dihasilkan juga cukup baik serta kontrasnya yang juga baik. Hasilnya bisa dilihat pada gambar berikut ini

Kamera depannya juga bisa menangkap gambar dengan bagus. Untuk sebuah kamera 8 MP, hasilnya cukup tajam serta warnanya yang cukup baik. Untuk hasil yang lebih baik lagi, saya sarankan untuk menyalakan HDR serta mematikan fitur beautify.

Pengujian

Xiaomi Pad 5 menggunakan chipset dari Qualcomm, yaitu Snapdragon 860. Kembaran Snapdragon 855+ ini memang ditujukan untuk perangkat flagship pada 2 tahun yang lalu, namun kinerjanya saat ini masih menduduki peringkat atas. Qualcomm menggunakan 3 cluster yang terdiri dari Kryo 485 Gold (berbasis Cortex A76) 2.96 GHz pada cluster Prime,  3 core Kryo 485 Gold berkecepatan 2.42 GHz serta 4 core Kryo 485 Silver (berbasis Cortex A55) dengan kecepatan 1.78 GHz. GPU yang digunakan adalah Adreno 640.

Seperti biasa, saya menggunakan tablet ini dalam dua skenario, yaitu bermain serta bekerja. Game yang saya gunakan tentu saja ada pada Google Play. Skenario kedua adalah menggunakan tablet dengan aplikasi yang saya gunakan sehari-hari. Perangkat ini sendiri sudah saya gunakan sekitar 1 bulan.

Games

Terus terang, sebenarnya ada 3 game yang saya uji dengan menggunakan Xiaomi Pad 5. Ketiganya adalah Genshin Impact, Pokemon Unite, dan PUBG New State. Namun sayang, aplikasi GameBench mengharuskan saya untuk menyalakan Developer Options dan PUBG New State mensyaratkan agar pilihan tersebut dimatikan.

Dengan menggunakan Snapdragon 855+ Snapdragon 860, tentu saja sudah lebih dari cukup untuk menjalankan game-game yang beredar saat ini. Hal tersebut memang berhubungan langsung dengan clock yang dimiliki oleh SoC ini serta GPU-nya yang tergolong masih ada diurutan atas, yaitu Adreno 640. Terlebih lagi dengan layar 120 Hz yang digunakan yang berhubungan langsung dengan kemampuannya untuk menampilkan sampai 120 fps.

Berbicara mengenai 120 fps, ada sebuah hal yang cukup unik saat bermain PUBG New State. Oleh karena tidak bisa menggunakan aplikasi GameBench untuk mengukur framerate-nya, langsung saja saya mencoba menggunakan fitur Game Turbo dari MIUI. Ternyata, Game Turbo mendeteksi bahwa game ini jalan pada 120 fps! Akan tetapi, pada saat memindah pilihan dari Vulkan ke OpenGL ES, framerate tersebut terkunci pada 60 fps.

Untuk Genshin Impact dan Pokemon Unite, keduanya mendapatkan framerate yang sama pada tablet ini. Dengan 40 fps, tentu saja pengguna bisa bermain dengan cukup lancar. Saya memilih setting paling tinggi untuk kedua game ini, sehingga jika 40 fps dirasa kurang, Anda bisa menurunkan kualitasnya untuk mencapai 60 fps.

Satu hal yang kurang nyaman saat bermain adalah bobot dari perangkat ini. Untuk sebuah tablet, perangkat dengan bobot 511 gram ini memang cukup ringan. Akan tetapi jika dipegang dengan 2 tangan yang jari-jarinya digunakan untuk bermain game, beratnya akan cukup terasa pada lengan. Namun tentunya hal ini kembali lagi ke preferensi masing-masing penggunanya.

Hasil benchmark yang saya dapatkan bisa dilihat sebagai berikut

Bekerja dan hiburan

Selama sebulan, saya mencoba mengetik dengan menggunakan Xiaomi Pad 5 yang dihubungkan dengan keyboard dan mouse bluetooth. Yang saya rasakan memang hampir tidak ada bedanya dengan menggunakan sebuah laptop. Yang membedakan tentu saja dari sisi sistem operasi. Namun dari pengalaman, saya lebih suka menggunakan tablet ini jika dibandingkan dengan sebuah Chromebook.

Aplikasi yang saya gunakan pada tablet ini meliputi Trello, Slack, GMail, WPS, Telegram, Facebook, Tiktok, serta Chrome. Sebagai catatan, artikel ini sebagian besar saya ketik dengan menggunakan browser Chrome pada Xiaomi Pad 5. Pekerjaan grafik juga dilakukan pada WPS untuk Android. Untuk melakukan editing, saya menggunakan Photopea secara online sehingga memang tidak ada kendala sama sekali saat menggunakannya.

Tablet ini juga saya coba gunakan untuk sekolah anak yang saat ini masih dilakukan di rumah. Dengan menggunakan Zoom, yang ternyata lebih lancar jika dibandingkan dengan laptop Windows, membuat kegiatan tersebut terasa lebih nyaman. Hal ini tentu saja tidak lepas dari RAM 6 GB yang sudah mendukung memori virtual sebesar 3 GB.

Untuk menonton video, perangkat ini sudah dilengkapi dengan Dolby Vision serta Dolby Atmos. Hal ini tentu saja akan meningkatkan kualitasnya saat menonton layanan video streaming seperti Netflix. Perangkat ini juga sudah mendukung Widevine L1 sehingga bisa menonton video 1080p pada banyak layanan streaming. Anda juga harus mendengarkan suara yang keluar dari 4 speaker yang ada, karena suaranya yang keras serta cukup jernih.

Benchmarking

Xiaomi Pad 5 menggunakan Snapdragon 860 yang notabene merupakan Snapdragon 855+. Untuk mengetahui seberapa baik kinerjanya, saya menghadirkan Snapdragon 870 atau Snapdragon 865+, Snapdragon 865, serta Mediatek Helio G95.  Berikut adalah hasilnya

Dapat dilihat bahwa kinerja Xiaomi Pad 5 yang menggunakan Snapdragon 860 memang kencang. Dengan hasil yang ada, tentu saja sejalan dengan pengalaman saya dalam menggunakannya selama sebulan penuh. Nilai tersebut juga berarti bahwa perangkat ini mampu digunakan dengan bebas lag.

Uji baterai: 8720 mAh yang cukup panjang

Untuk menguji baterai dengan kapasitas 8720 mAh memang membutuhkan banyak waktu. Sayangnya, aplikasi yang ada saat ini tidak merepresentasikan pemakaian sehari-hari. Sebuah pengujian menunjukkan bahwa pemakaian tablet tidak didominasi untuk bermain game, namun untuk hiburan, bekerja, serta sosial media.

Saya mengambil patokan dengan menggunakan sebuah file MP4 yang memakai resolusi 1920 x 1080 yang diulang sampai baterai habis. Xiaomi Pad 5 dapat bertahan hingga 14 jam 5 menit. Setelah habis, saya langsung mengisi kembali baterainya dengan menggunakan charger bawaan 22,5 watt. Hasilnya, baterai akan terisi penuh dalam waktu kurang lebih 2 jam.

Verdict

Kebutuhan akan sebuah tablet Android untuk keperluan WFH dan SFH memang sedang meningkat. Sayangnya, banyak tablet dengan kinerja tinggi memiliki harga yang mahal. Untuk tablet dengan harga yang murah, spesifikasi yang diberikan juga tidak terlalu tinggi. Masalah inilah yang dipecahkan oleh Xiaomi dengan meluncurkan Xiaomi Pad 5.

Kinerja dari Xiaomi Pad 5 memang sangat bagus karena menggunakan SoC Qualcomm Snapdragon 860. Dengan menggunakan SoC ini, kinerja tablet yang digunakan untuk bermain game, bekerja, serta hiburan menjadi nyaman karena terasa responsif. Apalagi, tablet ini memiliki memori virtual tambahan 3 GB yang memastikan RAM tidak akan kepenuhan. Semua itu juga ditunjang dengan baterai yang memiliki kapasitas besar dan berdaya tahan lama.

Tablet ini juga memiliki kamera yang menghasilkan gambar serta video yang bagus. Hal tersebut tentu saja membuat perangkat ini bisa mengambil momen sehari-hari sekaligus bisa diandalkan saat melakukan panggilan video untuk meeting. Sayang memang, tablet ini tidak memiliki GPS serta NFC yang saat ini mungkin dibutuhkan oleh para konsumen di Indonesia. Tablet ini juga hanya memiliki konektivitas WiFi tanpa adanya dukungan jaringan seluler.

Xiaomi Pad 5 dijual oleh Xiaomi Indonesia dengan harga Rp. 4.999.000. Dengan harga tersebut, pengguna akan mendapatkan semua kelebihan yang sudah saya sebutkan di atas. Bagi saya, Xiaomi Pad 5 memang merupakan sebuah tablet terjangkau dengan kinerja yang tinggi yang bisa digunakan untuk segala macam kegiatan seperti bermain game, belajar, bekerja, dan menikmati hiburan.

Sparks

  • Kinerja tinggi dengan Snapdragon 860
  • Responsif dengan RAM 6 GB + memori virtual 3 GB
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • 4 Speaker Dolby Atmos dan layar 120 Hz yang mendukung Dolby Vision
  • Desain cantik dan tipis
  • Hasil kamera yang bagus

Slacks

  • Tanpa GPS dan NFC
  • Charger bawaan hanya 22,5 watt saja
  • Tanpa microSD
  • Tanpa port audio

Huawei Umumkan MateBook E, Tablet 2-in-1 dengan OS Windows 11 dan Prosesor Tiger Lake

Beberapa tahun terakhir, bisnis smartphone Huawei anjlok akibat sanksi yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat (AS). Huawei tidak bisa menggunakan teknologi penting seperti konektivitas 5G dan tak dapat mengakses layanan Google.

Namun Huawei tak hanya mengandalkan smartphone saja, mereka juga memiliki divisi lain yang terus mengembangkan produk baru seperti AIoT, smartwatch, tablet, laptop, desktop, dan sebagainya. Baru-baru ini, Huawei mengadakan konferensi besar di Tiongkok, mereka mengumumkan beberapa perangkat baru.

Mulai dari smartwatch yang dijuluki Huawei Watch GT Runner, tablet 2-in-1 berbasis OS Windows 11 MateBook E, desktop all-in-one MateStation X, dan headset VR gaming VR Glass 6DoF.

Huawei MateBook E

Bagi saya, ini produk paling menarik yang dirilis oleh Huawei pada acara itu. Sebuah tablet 2-in-1 yang menjalankan sistem operasi Microsoft terbaru yakni Windows 11 secara penuh.

Sebagai tablet, MateBook E mempersembahkan panel OLED 12,6 inci beresolusi 2,5K (2.560×1600 piksel) dalam aspek rasio 16:10. Kecerahan maksimumnya 400 nit dan didukung stylus M-Pencil.

Bodinya pun cukup tipis, hanya 7,99 gram dan berat 709 gram termasuk baterai 42Wh yang didukung pengisian cepat 65W. Serta, turut dibekali kamera belakang 13MP dan 8MP di depan.

Berkat aksesori smart keyboard yang dilengkapi touchpad, MateBook E seketika dapat berubah menjadi laptop yang powerful. Sebab, ia memang sudah ditenagai prosesor Intel Core generasi ke-11 Tiger Lake dengan grafis Intel Iris X dan punya Thunderbolt 4.

Harga Huawei MateBook E untuk konfigurasi Intel Core i5-1130G7, dengan RAM 8GB dan penyimpanan PCIe NVMe SSD 256GB, dan smart keyboard magnetic dijual mulai dari CNY 5.999 (Rp13,3 jutaan). Sementara, model Intel Core i7-1160G7 dengan RAM 16GB dan penyimpanan 512GB, serta slide keyboard dan stylus M-Pencil dijual seharga CNY 8.699 (Rp19,4 jutaan).

Huawei Watch GT Runner

Huawei Watch GT Runner

Smartwatch terbaru dari Huawei ini berorientasi pada olahraga. Ia tak lain merupakan varian lain dari Watch GT 3 yang lebih sporty dengan konstruksi polymer fiber yang kuat namun ringan untuk meningkatkan daya tahan dan kenyamanan ketika dipakai selama latihan.

Lebih lanjut, Watch GT Runner mengemas layar AMOLED dengan desain bulat 1,43 inci dalam diameter 46mm. Bodinya sudah water-resistant 5ATM, beratnya 38,5 gram, dan baterainya mampu bertahan hingga 14 hari.

Selain itu, ia dilengkapi modul Huawei TruSeen 5.0 optical heart rate, pengukuran SpO2, dan pelacakan aktivitas dengan lebih dari 100 mode olahraga. Fitur lain termasuk penyimpanan internal 4GB, pemosisian GNSS, NFC, dan Bluetooth.

Meskipun tidak ada koneksi seluler, Watch GT Runner ternyata memiliki mikrofon dan speaker bawaan yang berarti pengguna dapat menerima panggilan dari smartphone yang terhubung. Huawei Watch GT Runner hadir dalam warna grey dan black, serta dijual CNY 2.188 atau sekitar Rp4,8 jutaan.

Huawei MateStation X

Huawei juga mengumumkan desktop all-in-one bernama MateStation X. Perangkat Windows 11 ini menyajikan layar IPS seluas 28,2 inci dengan resolusi 3840×2560 piksel.

Dapur pacunya mengandalkan prosesor AMD Ryzen 5 5600H atau Ryzen 7 5800H dan grafis Radeon. Ditopang RAM 16GB dan penyimpanan M.2 NVMe 512GB. Huawei turut membekalinya dengan wireless keyboard dengan sensor fingerprint bawaan untuk otentikasi dan mouse Bluetooth.

Harga Huawei MateStation X dibanderol mulai dari CNY 9.999 (Rp22,3 jutaan) untuk versi AMD Ryzen 5 5600H dan CNY 11.999 (Rp26,7 jutaan) untuk model AMD Ryzen 7 5800H.

Huawei VR Glass 6DoF

Bagian terakhir adalah VR Glass 6DoF, sebuah headset VR gaming dengan dua pengontrol khusus. Headset ini menawarkan dual LCD screen 2,1 inci dengan resolusi single-eye 1600×1600 piksel dan resolusi binocular 3200×1600 piksel.

Huawei VR Glass 6DoF ini memiliki berat 188 gram dan bidang pandang 90 derajat. Kedua lensa dapat disesuaikan untuk pengguna dengan miopia hingga -7,00. Huawei VR Glass 6DoF akan dijual seharga CNY 3.999 (Rp8,9 jutaan).

Sumber: GSMArena

Dibanderol $600, Tablet Asus Vivobook 13 Slate OLED Datang Bersama Aksesori Lengkap

Asus mengumumkan produk baru yang sangat menarik. Namanya Vivobook 13 Slate OLED, dan ia merupakan sebuah tablet Windows 11 dengan aksesori keyboard yang bisa dilepas-pasang ala lini perangkat Surface besutan Microsoft.

Seperti yang bisa dilihat dari namanya, daya tarik utama perangkat ini terletak pada layarnya. Ia mengemas panel OLED 13,3 inci dengan resolusi FHD (1920 x 1080). Namanya OLED, sudah pasti tingkat kontras dan kepekatan warnanya lebih baik ketimbang panel LCD biasa. Asus sendiri mengklaim kontras rasio sebesar 1.000.000:1 dan color gamut 100% DCI-P3, dengan tingkat kecerahan maksimum 550 nit.

Berbekal spesifikasi layar seperti itu, ditambah empat buah speaker dan dukungan Dolby Atmos, tablet ini tentu bakal sangat ideal dipakai untuk mengonsumsi konten hiburan. Namun ternyata produktivitas juga menjadi salah satu aspek yang ingin Asus tekankan, dan itu mereka wujudkan dengan membundel Vivobook 13 Slate OLED bersama keyboard sekaligus stylus.

Keyboard-nya mengemas touchpad yang berukuran cukup besar, sementara stylus-nya sensitif terhadap tekanan hingga 4.096 tingkatan. Terdapat total tiga tombol pada stylus-nya, dan aksesori ini bisa ditempelkan secara magnetis ke sisi tablet saat sedang tidak digunakan.

Untuk dapur pacunya, tablet ini mengandalkan prosesor quad-core Intel Pentium Silver N6000 dengan kecepatan maksimum 3,3 GHz. Opsi RAM yang tersedia adalah 4 GB atau 8 GB, sementara storage-nya 128 GB atau 256 GB. Perangkat dibekali slot kartu microSD untuk ekspansi penyimpanan, tidak ketinggalan pula dua port USB-C 3.2 Gen 2 yang mendukung display out sekaligus Power Delivery.

Asus tidak lupa menyematkan sepasang kamera ke Vivobook 13 Slate OLED; 5 megapiksel di depan, 13 megapiksel di belakang. Di tombol power-nya, kita bisa menemukan sensor sidik jari terintegrasi. Semua itu dikemas dalam bodi setebal 7,9 mm saja, dengan bobot tidak lebih dari 785 gram (tablet-nya saja).

Urusan baterai, Vivobook 13 Slate OLED mengusung modul berkapasitas 50 Wh, dan diklaim bisa beroperasi hingga 9,5 jam pemakaian. Pengisiannya pun tidak butuh waktu lama; 0-60% hanya memerlukan waktu sekitar 39 menit menggunakan adaptor 65 W yang terdapat pada paket pembeliannya.

Bagian terbaiknya, Asus Vivobook 13 Slate OLED dijual dengan banderol mulai $600, dan itu sudah termasuk keyboard, stylus, sekaligus cover belakang yang dibekali kickstand terintegrasi. Pemasarannya dikabarkan bakal berlangsung mulai Desember mendatang. Semoga saja Asus sudah punya rencana untuk membawanya ke pasar tanah air.

Sumber: The Verge.

Google Singkap Android 12L, Varian Baru yang Dioptimalkan untuk Perangkat Berlayar Besar

Popularitas tablet Android meningkat pesat dalam dua tahun terakhir ini, terbukti dari semakin banyaknya brand yang ikut bermain di segmen tersebut, belum lagi tren perangkat foldable yang terus naik. Melihat tren seperti itu, Google pun menyingkap Android 12L, semacam varian khusus Android 12 yang secara spesifik dirancang untuk perangkat berlayar besar seperti tablet, foldable, maupun Chromebook.

Tujuan utama yang ingin dicapai Google melalui Android 12L adalah menghadirkan tampilan antarmuka yang lebih optimal di perangkat-perangkat berlayar besar, kurang lebih sama filosofinya seperti ketika Apple memecah iPadOS dari iOS.

Tidak tanggung-tanggung, mulai dari notifikasi, quick setting, lockscreen, home screen, sampai panel recent app dan beberapa bagian user interface (UI) lain di Android 12L telah dirombak supaya tampak lebih apik sekaligus lebih mudah dinavigasikan di layar besar.

Android 12L bahkan juga dibekali tampilan anyar untuk multitasking, dengan sebuah taskbar di bagian bawah guna memudahkan aktivasi mode split-screen via gestur drag and drop. Ya, semua aplikasi di Android 12L dipastikan dapat dibuka dalam tampilan split-screen.

Tentu saja agar Android 12L bisa benar-benar efektif, dibutuhkan partisipasi dari komunitas developer aplikasi pihak ketiga. Itulah mengapa Google juga menghimbau developer untuk memperbarui aplikasinya agar bisa beradaptasi dengan berbagai ukuran layar.

Untuk memudahkan, Google membagi ukurannya berdasarkan tiga kategori: Compact untuk smartphone, Medium untuk tablet kecil dan foldable, dan Expanded untuk tablet besar beserta laptop. Idealnya, aplikasi yang telah diperbarui bisa berubah sendiri tampilannya mengikuti ukuran dan orientasi layar.

Versi preview Android 12L saat ini sudah tersedia buat kalangan developer, tapi versi finalnya sendiri baru akan dirilis di awal tahun 2022, bersamaan dengan deretan tablet dan foldable gelombang berikutnya. Apakah kehadiran Android 12L merupakan pertanda Google akan merilis ponsel foldable-nya sendiri?

Sumber: GSM Arena.

Nokia T20 Resmi Diperkenalkan, Tablet Android Pertama dari HMD Global dengan Harga Terjangkau

Rumor dan bocorannya sempat berseliweran di internet beberapa waktu lalu, tablet Nokia T20 akhirnya resmi diperkenalkan oleh HMD Global. Perangkat ini sekaligus menandai debut perdana HMD di kategori selain smartphone. Meski begitu, T20 bukanlah tablet pertama yang mengusung nama Nokia.

Kenapa tablet dan kenapa baru sekarang? Berdasarkan penjelasan Adam Ferguson, Global Head of Product Marketing HMD, dalam acara virtual yang saya ikuti pekan lalu, perubahan tren pasar menjadi motivasi utama mereka untuk ikut terjun ke segmen tablet.

Mengutip data yang dilaporkan oleh IDC, Adam menjelaskan bahwa untuk pertama kalinya sejak tahun 2014, pertumbuhan di pasar tablet akhirnya mengalami kenaikan pada tahun kemarin. Seperti yang sudah kita alami sendiri, tren bekerja dari rumah dan sekolah online memang memaksa sebagian besar dari kita untuk membeli laptop atau tablet baru demi kelancaran aktivitas sehari-hari.

Nokia T20 hadir membawa spesifikasi ala tablet kelas entry-level. Ia ditenagai chipset octa-core Unisoc T610 dengan pilihan RAM berkapasitas 3 GB atau 4 GB. HMD menawarkan dua opsi penyimpanan internal: 32 GB atau 64 GB, dan kedua varian sama-sama mendukung ekspansi storage via kartu microSD dengan kapasitas maksimum 512 GB.

T20 mempunyai layar 10,4 inci dengan resolusi 2000 x 1200. Tingkat kecerahan maksimum layarnya mencapai angka 400 nit, dan panelnya juga sudah mengantongi sertifikasi low blue light dari SGS demi menjaga kenyamanan mata penggunanya. HMD tak lupa membekali T20 dengan kamera depan 5 megapiksel dan kamera belakang 8 megapiksel.

Untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna selama pandemi, T20 datang mengusung mikrofon ganda dengan AI noise reduction dan speaker stereo berteknologi OZO Playback Panorama untuk memastikan pengguna bisa terdengar dan mendengar secara jelas. Colokan headphone tetap tersedia sehingga pengguna tak harus menggunakan Bluetooth jika perlu.

Satu hal yang sangat dibanggakan oleh HMD adalah perihal kapasitas baterai. Di kelas ini, mereka percaya kapasitas 8.200 mAh milik T20 adalah yang terbesar. Sebagai perbandingan, Samsung Galaxy Tab A7 Lite yang juga duduk di kelas entry-level memiliki baterai 5.100 mAh.

Dalam posisi baterainya terisi penuh, T20 dapat digunakan untuk browsing selama 15 jam, streaming video selama 10 jam, atau conference call selama 7 jam. Selain besar, baterai milik T20 juga mendukung fast charging 15 W via USB-C.

Seperti yang sudah menjadi strategi HMD selama ini, Nokia T20 tak hanya menyasar kalangan konsumen rumahan saja, melainkan juga kalangan enterprise. Menurut HMD, Nokia T20 merupakan tablet pertama yang mengusung sertifikasi Android Enterprise Recommended dari Google.

Tipikal HMD, Nokia T20 juga dipastikan bakal menerima pembaruan sistem operasi selama dua tahun, serta security update secara rutin setiap bulannya selama tiga tahun. OS yang digunakan sendiri adalah Android 11, dan HMD tidak lupa menyematkan integrasi Google Kids Space demi mengakomodasi kebutuhan pengguna anak-anak.

Secara fisik, Nokia T20 mengadopsi desain minimalis khas Skandinavia. Struktur bodinya terbuat dari bahan aluminium, dengan bobot di kisaran 465 gram. Perangkat diklaim tahan debu dan tetesan air dengan sertifikasi IP52.

Rencananya, Nokia T20 akan dijual dengan banderol mulai 199 euro (± 3,3 jutaan rupiah), tapi sejauh ini masih belum ada informasi mengenai harga dan ketersediaannya di pasar tanah air. Untuk aksesorinya, HMD bakal menawarkan dua macam rugged case (satu biasa, satu dengan flip cover/stand), serta TWS Nokia Micro Earbuds Pro.

Huawei MatePad 11 Hadir Sebagai Meeting Master, Tersedia Warna Baru dan Penyimpanan 256GB

Tren bekerja secara mobile sudah terbentuk sejak lama, perubahan tersebut dipercepat oleh pandemi. Kini bekerja tidak lagi dikaitkan dengan berada di meja kantor dan perangkat serbaguna yang sangat cocok digunakan di era new normal ialah tablet.

Dalam perkembangannya, tablet berupaya menghadirkan pengalaman layaknya menggunakan PC. Lengkap dengan dukungan aksesori keyboard, pena digital, dan bahkan mouse – contohnya seperti tablet terbaru Huawei yakni MatePad 11.

Sejak diluncurkan pada Agustus tahun ini, MatePad 11 telah menerima antusiasme yang tinggi dari konsumen. Ia berhasil menempatkan diri sebagai perangkat yang mampu meningkatkan pengalaman mobile productivity jauh lebih berkesan bagi para pengguna aktif di era digital yang dinamis.

Tingginya minat konsumen pada MatePad 11 menunjukkan permintaan publik akan perangkat portabel seperti tablet yang dapat berfungsi sama seperti PC. Karena itu, Huawei mengumumkan kehadiran MatePad 11 dengan warna baru yang dilengkapi kapasitas penyimpanan lebih besar.

Konsumen dapat memiliki MatePad 11 dengan warna Olive Green dengan kapasitas penyimpanan 256GB pada tanggal 15 Oktober 2021 seharga Rp8.299.000. Khusus periode pertama penjualan sampai 31 Oktober 2021, gratis aksesori keyboard untuk MatePad 11 senilai Rp 1.599.000.

MatePad 11 dengan warna baru Olive Green ini menggunakan material ramah lingkungan untuk bagian belakang produk. Dengan pola yang halus dan bertekstur seperti kulit, secara keseluruhan hal ini menambah kenyamanan pengguna dalam menggenggam tablet. Dari segi penggunaan, material ramah lingkungan ini juga memiliki keunggulan anti gores, anti licin dan mudah dibersihkan.

Selain itu, Huawei dengan bangga memperkenalkan MatePad 11 sebagai meeting master. Demi menjawab permasalahan umum pada pengguna ketika melakukan meeting virtual, seperti koneksi internet yang tidak stabil, output suara yang kecil, dan input mikrofon yang bising.

Pengguna tidak perlu khawatir akan jaringan koneksi internet, sebab MatePad 11 telah didukung dengan WiFi 6 yang menawarkan 80 MHz bandwidth dan kecepatan sampai 1.2Gbps. Serta, dilengkapi dengan Ultra-wide bandwidth Wi-Fi 2.4G antenna.

Saat pengguna berada di tengah lingkungan yang sibuk atau ramai, pengguna masih dapat mendengar suara rekan meeting virtual dengan jelas berkat empat speaker premium Harman Kardon. Percakapan pengguna juga bakal terdengar jelas oleh rekan meeting berkat empat mikrofon bawaan.

Tidak hanya mengatasi masalah jaringan dan audio, MatePad 11 hadir dengan kamera 8MP dengan aperture f/2.0. Yang mana membuat pengguna dapat tampil maksimal ketika mengikuti virtual meeting.

Sekilas spesifikasinya, MatePad 11 merupakan tablet pertama dengan HarmonyOS 2. Ia mengusung FullView Display 10,95 inci beresolusi 2560×1600 piksel dengan rasio screen-to-body tinggi mencapai 86%. Dapur pacunya mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 865 yang memastikan performanya dapat diandalkan untuk keperluan apapun.

Pengalaman layaknya menggunakan PC pada MatePad 11 berkat dukungan keyboard magnetik dengan 1,3mm keystroke untuk kenyamanan mengetik dan M-Pencil generasi ke-2 untuk mencatat secara cepat. Pengguna juga dapat menghubungkan mouse dan memiliki navigasi yang serupa dengan pengoperasian mouse pada PC. MatePad 11 didukung dengan Multi-screen Collaboration, dalam tiga mode yaitu Mirror Mode, Extend Mode dan Collaborate Mode.

Huawei Tablet Festival

Pada periode 15 hingga 31 Oktober 2021, Huawei memberikan penawaran menarik pada konsumen Indonesia yang ingin memiliki jajaran produk tablet Huawei. MatePad 11 hadir dengan harga yang menarik seharga mulai dari Rp7.299.000 untuk varian Matte Gray dan bisa mendapatkan MatePad 11 Keyboard senilai Rp1.599.000 secara gratis.

Huawei Tablet Festival juga memberikan cashback senilai Rp200.000 untuk pembelian MatePad yang dibanderol Rp4.499.000, MatePad T10 Rp2.599.000, MatePad T10 Kids Edition Rp2.899.000, dan MatePad T8 Kids Edition dengan harga Rp2.499.000. Serta, masih banyak lagi manfaat lainnya yang bisa dirasakan oleh konsumen pada Huawei Tablet Festival.

Kenalan dengan Dolby Atmos dan Vision pada Xiaomi Pad 5

Xiaomi pada akhirnya meluncurkan lagi sebuah tablet dengan sistem operasi Android yang bernama Xiaomi Pad 5. Tablet yang satu ini cukup menjadi perhatian karena kebutuhan masyarakat di Indonesia yang sedang work from home dan school from home akibat pandemi Covid-19. Selain itu, tablet yang satu ini cukup berbeda dengan tablet lainnya karena menggunakan chipset kencang Snapdragon 860. Tentunya, masih banyak lagi yang disuguhkan Xiaomi pada tablet barunya tersebut.

Pada tanggal 24 September 2021, Xiaomi mengadakan pertemuan secara online untuk memperkenalkan tablet barunya kepada para media. Salah satu yang ditawarkan oleh Xiaomi pada tabletnya tersebut adalah hadirnya fitur dari Dolby. Pada kesempatan kali ini pula, Xiaomi juga menghadirkan representasi dari Dolby untuk membicarakan tentang teknologinya.

Hal pertama yang ada pada Xiaomi Pad 5 adalah suara yang didukung dengan Dolby Atmos. Dolby Atmos akan meningkatkan kualitas suara dari sebuah musik dan lagu, sehingga terdengar jauh lebih baik. Dolby Atmos sendiri sudah digunakan pada bioskop-bioskop yang ada di Indonesia dengan tujuan agar para penonton bisa merasa seperti didalam film yang sedang diputar tersebut.

Kanal suara memang saat ini sudah banyak diperkenalkan. Mulai dari stereo yang memiliki 2 kanal, yakni kiri dan kanan. Setelah itu, teknologi berkembang dengan memberikan suara dari tengah selain kiri dan kanan, yang dikenal dengan 2.1. Selanjutnya, teknologi berubah lagi dengan menambah speaker pada bagian belakang yang disebut dengan surround sound.

Sayangnya dengan teknologi berbasis kanal ini, suara tidak dapat dihadirkan dengan cara diurutkan dan terdengat bersamaan. Dengan Dolby Atmos, mereka menembus batas tersebut sehingga suara bisa dihadirkan dan diurutkan secara bebas dengan ruang 360 derajat. Dan seperti telinga manusia, kita bisa mendengarkan dari mana suara tersebut datang. Hal tersebut tentu saja akan meningkatkan kedalaman cerita dari sebuah film atau musik yang didengar.

Selain Dolby Atmos, teknologi lainnya yang dibenamkan pada Xiaomi Pad 5 adalah Dolby Vision. Teknologi Dolby Vision akan meningkatkan warna serta detail dari sebuah konten. Warna yang dihasilkan dari Dolby Vision akan menjadi akurat karena warna hitamnya benar-benar hitam serta kedalaman warnanya lebih baik dari teknologi lain yang ada saat ini.

Untuk dapat menghadirkan konten yang bisa memiliki warna akurat serta tingkat ketajaman yang lebih baik tersebut, sebuah konten harus sudah mendukung Dolby Vision. Dolby bekerja sama dengan studio film untuk menghadirkan teknologi ini agar bisa ditonton pada perangkat yang sudah mendukung Dolby Vision pula. Jika sebuah perangkat tidak mendukung Dolby Vision, tentu konten tersebut masih bisa dimainkan namun tanpa peningkatan yang dijanjikan oleh Dolby.

Tanpa Earphone, bagaimana kualitasnya?

Setelah sedikit menjelaskan mengenai teknologi dari Dolby Atmos dan Dolby Vision yang ada pada Xiaomi Pad 5, saya pun menanyakan satu hal kepada Ashim Mathur, Senior Regional Director, Emerging Markets, Dolby Laboratories. Pertanyaan tersebut mengenai bagaimana kualitas suara dari Dolby Atmos jika kita mendengarkan suaranya melalui speaker Xiaomi Pad 5 dan bukan earphone. Tentunya, selama ini kita hanya akan bisa mendengar perbedaan suaranya melalui sebuah earphone maupun headphone.

Ashim mengatakan bahwa teknologi Dolby Atmos ini sudah terintegrasi ke dalam Xiaomi Pad 5. Oleh karena itu jika kita ingin mendengarkan suara melalui headphone, baik itu yang murah maupun yang mahal, pengalaman Dolby Atmos tentu akan terasa. Teknologi ini tidak tergantung pada perangkat eksternal namun sudah ada pada Xiaomi Pad 5 tersebut. Jadi, pengalaman tersebut juga bisa didengarkan melalui speaker bawaannya.

Namun Asham mengatakan bahwa beliau pribadi lebih memilih menggunakan sebuah earphone. Hal tersebut akan membuat suaranya lebih baik karena kita akan mendengarkan pergerakan suaranya dan pengalaman merasakan kontennya akan lebih baik. Akan tetapi jika kita ingin mendengarkan tanpa headphone dan earphone, tentu saja bisa merasakannya pula namun pengalamannya akan lebih sedikit.

Microsoft Umumkan Surface Pro 8, Surface Go 3, Surface Laptop Studio, dan Surface Duo 2

Menyambut perilisan Windows 11 yang sudah semakin dekat, Microsoft memperkenalkan sederet perangkat baru dari ekosistem Surface-nya. Sebagian besar adalah suksesor dari perangkat generasi sebelumnya, akan tetapi Microsoft juga memperkenalkan satu perangkat Surface yang benar-benar baru.

Total ada empat perangkat anyar yang Microsoft umumkan: Surface Pro 8, Surface Go 3, Surface Laptop Studio, dan Surface Duo 2. Langsung saja, mari kita bahas satu demi satu.

Surface Pro 8

Sesuai namanya, Surface Pro 8 merupakan penerus dari Surface Pro 7 yang dirilis dua tahun silam. Microsoft mengklaim performanya dua kali lebih kencang berkat penggunaan prosesor Intel generasi ke-11, akan tetapi konsumsi baterainya tetap irit dan bisa mencapai angka 16 jam pemakaian. Sebagai perangkat yang mengantongi sertifikasi Intel Evo, Surface Pro 8 juga dilengkapi sepasang port Thunderbolt 4.

Namun yang bakal terdengar lebih menarik justru adalah perubahan desain dan layarnya. Bezel-nya menipis dan layarnya membesar menjadi 13 inci, tapi ketajaman layarnya sama persis berkat resolusi 2880 x 1920. Yang lebih istimewa, panel layarnya sudah mengadopsi refresh rate 120 Hz.

Layarnya ini juga kompatibel dengan stylus baru bernama Surface Slim Pen 2. Saat sedang tidak digunakan, stylus-nya bisa disimpan dan dicas di dalam ceruk yang terdapat pada aksesori keyboard-nya. Pun demikian, semua aksesorinya ini opsional dan harus dibeli secara terpisah; paket penjualan Surface Pro 8 yang dihargai mulai $1.100 hanya mencakup tablet-nya saja.

Untuk mengakomodasi penggunaan selama pandemi, Microsoft tak lupa membekali Surface Pro 8 dengan kamera depan 5 megapiksel, sepasang mikrofon premium, speaker Dolby Atmos, dan kamera belakang 10 megapiksel yang juga bisa merekam video 4K.

Surface Go 3

Seperti pendahulunya, Surface Go 3 merupakan tablet termurah sekaligus terkecil yang Microsoft tawarkan, dengan banderol mulai $400 dan layar 10,5 inci. Ia tetap kompatibel dengan aksesori keyboard dan stylus, tapi sekali lagi semua itu sayangnya harus konsumen tebus secara terpisah.

Dari segi fisik, Surface Go 3 memang tidak menerima pembaruan apa-apa, akan tetapi jeroannya kini lebih bertenaga. Pada varian termahalnya, Surface Go 3 mengemas prosesor Intel Core i3 generasi ke-10, dan performanya diyakini 60% lebih gegas daripada pendahulunya yang ditenagai prosesor Intel Core m3.

Surface Laptop Studio

Inilah perangkat gres yang saya maksud. Tidak seperti kebanyakan perangkat di lini Surface, Surface Laptop Studio merupakan sebuah laptop tulen yang layarnya tidak bisa dicopot sama sekali. Sebagai gantinya, Microsoft membekalinya dengan engsel layar yang cukup unik.

Jadi saat perangkat dibuka, layarnya bisa ditarik ke arah pengguna sehingga menutupi keyboard, cocok untuk kegiatan-kegiatan seperti streaming video, gaming, atau mempresentasikan sesuatu. Dalam posisi ini, touchpad-nya tetap bisa digunakan seperti biasa.

Lalu dari posisi seperti tenda tadi, layarnya bisa didorong ke bawah hingga nyaris rata dengan keyboard. Posisi ini tentu sangat ideal untuk menggambar menggunakan stylus. Selesai menggambar, stylus-nya bisa ditempelkan secara magnetis ke celah di bagian dasar laptop.

Secara keseluruhan, perangkat ini mengingatkan saya pada Surface Studio, tapi yang wujudnya laptop ketimbang PC AIO.

Melihat skenario-skenario penggunaannya tadi, jelas sekali kalau Microsoft membidik kalangan kreator sebagai target pasar dari perangkat ini. Itulah mengapa spesifikasinya juga sangat mumpuni: prosesor Intel Core generasi ke-11 (Tiger Lake-H35), serta GPU Nvidia GeForce RTX 3050 Ti pada varian tertingginya. Di Amerika Serikat, Surface Laptop Studio dijual dengan harga mulai $1.600.

Surface Duo 2

Surface Duo yang dirilis tahun lalu bisa dibilang hadir di waktu yang kurang tepat; dunia baru saja familier dengan kategori perangkat foldable, dan spesifikasinya juga tergolong tua untuk standar 2020. Tahun ini, Microsoft setidaknya sudah bisa menjawab keluhan terkait spesifikasinya.

Surface Duo 2 ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 888, kemajuan pesat dibanding Snapdragon 855 yang digunakan pendahulunya, dan yang pada akhirnya mendatangkan kapabilitas 5G. Kapasitas RAM-nya naik menjadi 8 GB, sementara storage-nya tersedia dalam opsi 128 GB, 256 GB, dan 512 GB.

Seperti versi pertamanya, Surface Duo 2 mengusung sepasang layar AMOLED yang identik. Masing-masing kini memiliki ukuran yang lebih besar; 5,8 inci, dengan resolusi 1344 x 1892 dan refresh rate 90 Hz (adaptif). Kalau digabung, kedua layarnya memiliki panjang diagonal 8,3 inci. Lalu saat ditutup, porsi kecil layar di bagian engselnya dapat menampilkan informasi seperti notifikasi atau sisa baterai.

Dua layar yang bersebelahan ini jelas sangat ideal untuk menunjang produktivitas, namun Microsoft rupanya juga tidak segan mempromosikan Surface Duo 2 untuk keperluan gaming. Microsoft bilang ada sekitar 150 judul game Android yang telah dioptimalkan untuk Surface Duo 2, sehingga game beserta controller virtualnya bisa ditampilkan secara terpisah di kedua layarnya.

Sektor penting lain yang ikut diperbarui adalah kamera. Kalau versi pertamanya cuma punya satu kamera saja di atas layarnya, Surface Duo 2 punya kamera belakang yang proper. Bukan cuma satu, melainkan tiga sekaligus: kamera utama 12 megapiksel f/1.7 dengan OIS, kamera ultra-wide 16 megapiksel f/2.2, dan kamera telefoto 12 megapiksel f/2.4 dengan OIS. Di saat yang sama, Surface Duo 2 tetap punya kamera selfie 12 megapiksel.

Secara fisik, Surface Duo 2 sedikit lebih tebal dari versi pertamanya; 5,5 mm saat dibuka, 11 mm saat ditutup. Kabar baiknya, kapasitas baterainya naik drastis dari 3.577 mAh menjadi 4.449 mAh. Perangkat ini belum mendukung wireless charging, tapi setidaknya ia sudah punya NFC (yang absen di versi sebelumnya).

Di AS, harga Surface Duo 2 dipatok mulai $1.500, atau $100 lebih mahal daripada pendahulunya.

Sumber: Microsoft.

HP Luncurkan Trio Perangkat Windows 11: Laptop, PC AIO, dan Tablet

Windows 11 akan hadir secara resmi pada tanggal 5 Oktober 2021. Dalam rangka menyambut sistem operasi terbaru Microsoft tersebut, HP pun memperkenalkan tiga perangkat baru: sebuah laptop, sebuah PC all-in-one (AIO), dan sebuah tablet.

Ketiganya memiliki keunikan masing-masing di samping sebatas spesifikasi yang mumpuni. Tanpa perlu berlama-lama, mari kita bahas satu per satu.

HP Spectre x360 16

Dari namanya sudah kelihatan kalau ini merupakan laptop convertible dengan engsel layar 360 derajat. Layar sentuhnya ini cukup istimewa, dengan panel OLED 16 inci beresolusi 3840 x 2400 pada varian tertingginya. Namun yang lebih spesial justru bisa kita temukan di atas layarnya.

Seperti biasa, bezel bagian atas itu menjadi rumah dari sebuah webcam. Namun webcam-nya bukan sembarangan, melainkan yang mengemas sensor 5 megapiksel dan disertai sederet optimasi berbasis AI, sehingga kualitas video pengguna selama meeting virtual bisa ditingkatkan secara signifikan. HP tampaknya benar-benar merancang laptop ini sesuai dengan kebutuhan konsumen selama masa pandemi.

Pada varian termahalnya, spesifikasinya terdengar mengesankan: prosesor Intel Core i7-11390H, GPU Nvidia GeForce RTX 3050, RAM 32 GB, dan SSD NVMe 1 TB. Baterainya tercatat memiliki kapasitas 83 Wh, dan HP mengklaim daya tahan hingga 17 jam pemakaian. Semua itu dikemas dalam rangka yang terbuat dari bahan aluminium hasil daur ulang, pertama kalinya buat HP.

Di Amerika Serikat, HP Spectre x360 16 kabarnya akan dipasarkan pada bulan Oktober dengan banderol mulai $1.639 (± 23,3 jutaan rupiah).

HP Envy 34 AIO

Keterbatasan ruang adalah faktor utama mengapa PC AIO biasanya memiliki spesifikasi yang lebih inferior ketimbang PC tradisional. Namun hal itu rupanya tidak berlaku buat PC AIO terbaru HP yang satu ini. Di atas kertas, spesifikasinya sangat pantas disandingkan dengan sebuah gaming PC.

Di varian tertingginya, pengguna bakal mendapatkan prosesor Intel Core i9-11900 dan GPU Nvidia GeForce RTX 3080 (versi laptop). Tidak seperti mayoritas PC AIO, RAM dan SSD NVMe-nya bisa konsumen tambah sendiri hingga mencapai kapasitas 128 GB dan 2 TB. Layarnya pun tidak kalah wah, dengan panel IPS 34 inci beresolusi 5120 x 2160 (ultrawide 21:9).

Tingkat kecerahan layarnya bisa mencapai angka 500 nit, sementara color gamut-nya 98% DCI-P3. Tidak heran kalau kemudian perangkat ini ditargetkan untuk para kreator. Namun seperti yang saya bilang di awal, ia juga punya keunikan lain di luar spesifikasinya. Yang pertama adalah bagian dasar stand yang merupakan sebuah Qi wireless charger 15 W.

Selanjutnya, ia juga datang bersama modul webcam 16 megapiksel, dan yang memiliki ukuran piksel individual sebesar 2 µm. Uniknya lagi, modul webcam ini dapat dilepas-pasang secara magnetis, dan posisinya bisa dipindah-pindah ke 8 titik yang berbeda. Kameranya pun bisa di-tilt ke bawah, sehingga sangat memudahkan ketika hendak menunjukkan sesuatu di atas meja selama meeting.

Sebuah PC AIO tak akan lengkap tanpa konektivitas yang melimpah. Di sini pengguna bisa menjumpai dua port Thunderbolt 4, enam port USB-A, USB-C, HDMI, Ethernet, SD card reader, dan jack audio 3,5 mm. Perangkat ini juga akan dijual pada bulan Oktober, dengan harga mulai $1.999.

HP 11 Inch Tablet PC

Terakhir, ada tablet dengan nama yang paling tidak kreatif. Namun untung desainnya cukup cerdas. Perangkat ini tidak punya kamera depan. Sebagai gantinya, kamera belakangnya bisa dilipat hingga menghadap ke depan, persis seperti yang ditawarkan lini ponsel Asus Zenfone.

Alhasil, video call menggunakan tablet ini hampir bisa dipastikan lebih baik kualitasnya dibanding memakai tablettablet lain mengingat kameranya mengemas sensor 13 megapiksel. Tablet ini juga bisa diberdirikan secara horizontal maupun vertikal berkat kickstand bawaannya.

Untuk spesifikasinya, perangkat ditenagai prosesor Intel Pentium Silver N6000, GPU onboard Intel UHD, RAM 4 GB, dan SSD NVMe 128 GB. Layarnya merupakan panel IPS 11 inci dengan resolusi 2160 x 1440, dan ia bisa dijadikan sebagai layar kedua buat perangkat lain, sangat memudahkan ketika pengguna perlu corat-coret atau menggambar dengan stylus, meski sayangnya aksesori ini bakal dijual secara terpisah.

Rencananya, HP akan memasarkan tablet ini mulai bulan Desember. Harganya dipatok $499, atau $599 bersama aksesori keyboard yang bisa dilepas-pasang.

Sumber: 1, 2, 3.