Tokopedia Dikabarkan Bakal PHK Massal, GOTO Beri Penjelasan

Di tengah perlambatan ekonomi global, Tokopedia dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Menurut pemberitaan yang beredar di media, perusahaan berencana memberhentikan sekitar 450 karyawan atau setara dengan 9% dari total stafnya.

GOTO, dalam kapasitasnya sebagai pemegang saham minoritas yang tidak mengendalikan Tokopedia, memberikan tanggapan resmi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam surat tersebut, Sekretaris Perusahaan R.A. Koesoemohadiani menjelaskan bahwa keputusan ini sepenuhnya berada di bawah manajemen PT Tokopedia. Ia menekankan bahwa keputusan tersebut dilakukan dengan prinsip kehati-hatian yang mempertimbangkan kepentingan seluruh pemangku kepentingan.

“Sebagai pemegang saham bukan pengendali minoritas, GOTO meyakini bahwa PT Tokopedia terus melakukan tinjauan atas efektivitas dari organisasi mereka. Keputusan apapun pasti telah melewati pertimbangan atau memerhatikan prinsip kehati-hatian dalam mengelola sebuah bisnis,” tulisnya dalam keterangannya.

Penggabungan antara Tokopedia dengan TikTok Shop melalui kemitraan dengan TikTok Nusantara (SG) Pte Ltd, milik ByteDance, merupakan bagian dari strategi besar untuk merampingkan operasi e-commerce di Indonesia. Kesepakatan ini bernilai $15 miliar dan mengakibatkan ByteDance memegang 75,01% saham Tokopedia, sementara GOTO mempertahankan 24,99% saham lainnya.

Langkah PHK ini merupakan bagian dari upaya ByteDance untuk mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi setelah penggabungan tersebut. ByteDance mengikuti jejak perusahaan teknologi besar lainnya seperti Alibaba dan Tencent Holdings Ltd yang telah melakukan PHK besar-besaran dalam dua tahun terakhir akibat perlambatan ekonomi.

Meskipun ada kabar yang menyebutkan bahwa PHK ini bisa mencapai 70% dari total karyawan, GOTO menegaskan bahwa hingga saat ini, tidak ada rencana untuk penghentian hampir 80% layanan Tokopedia. Mereka menegaskan bahwa semua keputusan strategis sepenuhnya berada di tangan manajemen PT Tokopedia.

“Tidak ada informasi/kejadian penting lainnya yang belum atau tidak diungkapkan oleh Perseroan. Perseroan akan senantiasa mematuhi seluruh peraturan terkait yang berlaku dan akan menyampaikan keterbukaan informasi kepada publik selambat-lambatnya dua hari kerja setelah terjadinya peristiwa material tersebut,” tutup Koesoemohadiani dalam surat resminya.

PHK massal ini menunjukkan tantangan besar yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan teknologi besar di Indonesia dalam mengelola biaya dan tetap kompetitif di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Keputusan ini juga mencerminkan tren global di mana perusahaan teknologi besar berusaha merampingkan operasi mereka untuk menjaga keberlanjutan bisnis di masa depan.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Andre Soelistyo Mundur; GoTo Buyback Saham Senilai Rp3,2 Triliun

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengumumkan dua langkah penting dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diadakan pada 11 Juni 2024.

Pertama, perusahaan akan melakukan pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp3,2 triliun atau setara dengan US$200 juta. Buyback ini akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 12 bulan setelah RUPSLB.

Selain itu, GoTo juga akan merombak jajaran komisaris dan direksi. Co-Founder GoTo Andre Soelistyo mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai komisaris. Surat pengunduran diri Andre diterima perusahaan pada 17 Mei 2024. Andre, yang memiliki 0,78 persen saham GoTo, sebelumnya menjabat sebagai CEO GoTo Group hingga Juni 2023.

Dalam perubahan manajemen ini, John A. Prasetio diusulkan sebagai komisaris independen baru menggantikan Robert Holmes Swan. Perusahaan juga akan mengajukan pengangkatan kembali Dirk Van den Berghe sebagai komisaris independen, serta Garibaldi Thohir dan Wishnutama Kusubandio sebagai komisaris.

Menurut Sekretaris Perusahaan RA Koesoemohadiani, pengunduran diri Andre tidak akan berdampak negatif terhadap kegiatan operasional, kondisi hukum, keuangan, dan kelangsungan usaha perusahaan. Perubahan dalam jajaran manajemen ini diharapkan dapat memperkuat struktur perusahaan dan mendukung pertumbuhan jangka panjang.

Andre Soelistyo, bersama Kevin Aluwi, menjadi Co-CEO Gojek pada Oktober 2019 setelah Nadiem Makarim mundur untuk menjadi Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Di bawah kepemimpinannya, Gojek bergabung dengan Tokopedia pada 17 Mei 2021, membentuk entitas usaha PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk, menjadikan perusahaan sebagai salah satu entitas bisnis terkemuka di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Kondisi Keuangan GOTO Q1 2024 Membaik Setelah Lepas Tokopedia

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) mengumumkan kinerja keuangan kuartal pertama 2024. Terdapat beberapa catatan menarik yang dapat disimak.

Pertama, dari sisi bottom line, GOTO mampu melanjutkan tren penurunan rugi bersih menuju profitabilitas. Rugi bersih atribusi entitas induk terpangkas hingga 78% menjadi Rp861,91 miliar dari sebelumnya Rp3,86 triliun. Penurunan rugi ini menjadi terendah sepanjang perusahaan didirikan sejak Desember 2015.

Sebagai perbandingan, Q1 2022 rugi atribusi GOTO sebesar Rp6,47 triliun. Q1 2021 rugi sebesar Rp1,81 triliun. Sementara, rugi GOTO dalam satu tahun sebesar Rp90,39 triliun akibat goodwill senilai Rp78,77 triliun.

Jika mengeluarkan penurunan nilai goodwill itu, sebenarnya rugi GOTO dari bisnis yang tercatat hanya Rp11,75 triliun (2023), turun 60,04% dari kerugian di tahun sebelumnya sebesar Rp29,4 triliun.

Kedua, dari sisi top line, pendapatan bersih meningkat 22% menjadi Rp4,07 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp3,33 triliun. Berikut rinciannya:

  • Pendapatan bruto lini on-demand tumbuh 12% menjadi Rp3,34 triliun, EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp246 miliar menjadi Rp166 miliar.
  • Pendapatan dari e-commerce service fee Rp110 miliar dari periode Februari-Maret 2024. Kini Tokopedia dicatatkan sebagai entitas asosiasi perseroan per 1 Februari 2024. Capaian ini dianggap menjanjikan, bersamaan dengan pemenuhan kepatuhan terhadap regulasi.
  • Pendapatan bruto dari lini fintech naik 57% menjadi Rp666 miliar. EBITDA yang disesuaikan menyusut sebesar 52% menjadi Rp248 miliar.

Dalam keterangan resmi, Direktur Utama Grup GoTo Patrick Walujo menyampaikan sepanjang tahun lalu, pihaknya telah meletakkan landasan yang kuat serta menentukan strategi pertumbuhan dengan memperluas basis pengguna, memperdalam wallet share pengguna ekosistem, menurunkan beban operasional, serta memperkuat kemitraan dengan TikTok.

“Pada kuartal pertama 2024, kami telah mempercepat pelaksanaan strategi tersebut serta kembali melakukan investasi pada produk-produk andalan, yang hasilnya mulai terlihat di bulan Maret dan April 2024. Seiring implementasi strategi tersebut, kami berharap dapat mencapai tingkat pertumbuhan yang lebih cepat di tahun ini, dan di saat yang sama tetap berkomitmen kepada tujuan profitabilitas yang telah kami tetapkan,” terang dia.

Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo melanjutkan, pada Q1 2024 GOTO mencatatkan pertumbuhan top line kuat. Hal ini tercermin pada pertumbuhan GTV inti grup sebesar 32% dibandingkan tahun sebelumnya, serta pertumbuhan pendapatan bruto sebesar 18%.

“Sementara itu, EBITDA yang disesuaikan tetap sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, sehingga kami berada di jalur yang tepat untuk mempertahankan pedoman EBITDA yang disesuaikan untuk tahun buku 2024. Kami akan tetap berinvestasi dengan hati-hati, mempertahankan pengelolaan beban usaha secara disiplin, seiring langkah mempertahankan pertumbuhan bisnis jangka panjang,” kata Lo.

GOTO secara konsolidasian memangkas kerugian EBITDA yang disesuaikan sebesar 89% menjadi Rp102 miliar. Disampaikan pencapaian ini berada dalam jalur yang tepat untuk memenuhi pedoman kinerja EBITDA yang disesuaikan impas untuk keseluruhan tahun buku 2024.

Kerugian EBITDA disesuaikan ini disebabkan oleh pelaksanaan rencana peningkatan investasi untuk ekspansi bisnis fintech GoTo, serta perlambatan yang disebabkan oleh kondisi musiman pada segmen on-demand services di bulan Januari dan Februari 2024.

“Faktor-faktor tersebut telah dipertimbangkan sebelumnya, dan GoTo tetap berada dalam jalur yang tepat untuk mencapai pedoman kinerja EBITDA Grup yang disesuaikan impas (break even) untuk keseluruhan tahun buku 2024.”

Dekonsolidasi GoTo Logistics

Grup GoTo juga telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat untuk melakukan divestasi kepemilikannya terhadap bisnis pengiriman dan pemenuhan (fulfillment) pendukung Tokopedia yang berada di bawah GoTo Logistics. Pada saat penyelesaian transaksi tersebut, GoTo Logistics juga akan didekonsolidasi dari Grup GoTo.

Transaksi ini tidak akan berdampak kepada GoSend, layanan pengiriman konsumen-ke-konsumen yang pada saat ini tersedia melalui aplikasi Gojek yang merupakan bagian dari segmen bisnis On-Demand Services Grup GoTo.

Patrick menjelaskan GoTo Logistics memiliki bisnis yang berkaitan dengan layanan di Tokopedia, seperti pengiriman dan fulfilment. Operasional GoTo Logistics yang berkaitan dengan Tokopedia tersebut menurutnya akan kembali ke Tokopedia.

“Bagian kedua dari bisnis tersebut adalah yang tidak terkait dengan layanan Tokopedia, dan ini adalah bagian bisnis B2B yang akan tetap bersama GOTO,” kata Patrick dalam earning calls GOTO seperti dikutip dari Bisnis.com.

Selain itu, lanjut Patrick, dekonsolidasi ini juga tidak terkait dengan GoSend. Dia menjelaskan GoSend tidak pernah menjadi bagian dari GoTo Logistics dan merupakan bagian dari bisnis On-Demand Service GoTo.

“GoSend tidak pernah menjadi bagian dari GoTo Logistics. Itu [GoSend] selalu menjadi bagian dari bisnis ODS kami dan akan tetap bersama kami,” tutur Patrick.

GOTO dan TikTok Tengah Siapkan Layanan BNPL Baru [UPDATED]

PT Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) memastikan tengah menyiapkan layanan Buy Now Pay Later (BNPL) bersama TikTok — menyusul kemitraannya dengan Tokopedia. Tidak dielaborasi lebih lanjut terkait produk keuangan ini, tetapi wacana tersebut sempat disinggung menyusul penggabungan bisnis e-commerce Tokopedia dan TikTok.

Dalam siaran webcast kinerja GOTO 2023, President Financial Technology GoTo Thomas K. Husted mengonfirmasi bahwa tengah menyiapkan dua inisiatif baru untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis lini Fintech di tahun ini.

“Kami pastikan bahwa kami sedang dalam proses peluncuran layanan BNPL dengan TikTok. Kami juga bekerja sama dengan BFI Finance untuk pembiayaan kendaraan bagi para driver kami,” tutur pria yang disapa Tom ini, Selasa (19/3).

Tom bilang bahwa kemitraan dengan BFI adalah proyek percontohan dan tetap perlu mendapat persetujuan dari regulator. Uji coba ini juga bersifat noneksklusif. “Kedua inisiatif di atas memberikan harapan besar. Ini adalah tahap awal jika melihat posisi [kinerja] kami saat ini,” tambahnya.

GOTO baru saja merilis laporan keuangan 2023 di mana lini Fintech mencatatkan pertumbuhan pendapatan bruto terbesar dibandingkan segmen bisnis lainnya (On Demand, E-commerce, Logistic), sebesar Rp1,8 triliun atau tumbuh 15% (YoY). EBITDA yang disesuaikan positif tercatat menyusut dari minus Rp3,2 triliun menjadi minus Rp1,5 triliun.

Tahun lalu, GOTO meluncurkan beberapa inisiatif besar untuk mendongkrak bisnis keuangan teknologinya. Pertama adalah melepas (spin off) GoPay menjadi aplikasi terpisah dari Gojek sebagai strategi untuk merangkul lebih banyak pengguna. Kedua, bersinergi dengan Bank Jago untuk meluncurkan produk tabungan GoPay Tabungan by Bank Jago.

Menyusul proses integrasi TikTok dan Tokopedia yang dikatakan hampir rampung, sejumlah use case baru tengah disiapkan bersama ekosistem GOTO, termasuk Bank Jago.

“Kami menargetkan pertumbuhan bisnis yang kuat sembari waspada terhadap kredit kami pada tahun 2024.” Tutup Tom.

Di sepanjang 2023, GOTO telah memangkas kerugian pada EBITDA yang disesuaikan menjadi minus Rp3,6 triliun dari minus Rp16 triliun di 2022. Khusus di kuartal IV 2023, GOTO telah merealisasikan EBITDA yang disesuaikan positif untuk pertama kalinya sebesar Rp77 miliar pada kuartal keempat.

Update 21/3: Kami mengubah sub-judul artikel ini

Dekonsolidasi Tokopedia, GOTO Cetak Rugi Bersih Rp90,5 Triliun pada 2023

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) merealisasikan EBITDA yang disesuaikan positif untuk pertama kalinya sebesar Rp77 miliar pada kuartal keempat. EBITDA yang disesuaikan positif di sepanjang 2023 tercatat menyusut 77% menjadi minus Rp3,6 triliun dari minus Rp16 triliun di 2022.

Berdasarkan laporan keuangan 2023, GOTO memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp14,7 triliun atau tumbuh 30% (YoY). Dirinci berdasarkan lini bisnisnya:

  • Pendapatan bruto lini On-demand tumbuh 4% menjadi Rp12,1 triliun (YoY); EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp4,7 triliun menjadi minus Rp219 miliar.
  • Pendapatan bruto lini E-commerce tumbuh 11% menjadi Rp9,1 triliun (YoY), EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp6,2 triliun menjadi minus Rp751 miliar.
  • Lini Fintech mencatat pertumbuhan terbesar pada pendapatan bruto dengan 15% menjadi Rp1,8 triliun; EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp3,2 triliun menjadi minus Rp1,5 triliun.
  • Pendapatan bruto Logistic turun 7% menjadi Rp2,1 triliun (YoY); EBITDA yang disesuaikan menyusut dari minus Rp1 triliun menjadi minus Rp477 miliar.

Namun, GOTO masih merugi bersih hingga Rp90,5 triliun di sepanjang 2023 disebabkan pencatatan pembalikan nilai goodwill senilai Rp78,8 triliun dari dampak pelepasan kendali atas Tokopedia yang bergabung dengan TikTok. Kemudian, rugi usaha GOTO menyusut 66,1% menjadi Rp10,2 triliun dari posisi rugi Rp30,3 triliun di 2022.

Pihaknya menyatakan rugi bersih yang diakibatkan pembalikan nilai goodwill tersebut bersifat tidak berulang (non-recurring), nonkas, dan tidak berdampak kepada EBITDA yang disesuaikan maupun arus kas perseroan.

Dalam konferensi paparan kinerjanya, Selasa (19/3), CEO GOTO Patrick Walujo mengungkap bahwa perseroan mengawali 2023 dengan masalah yang signifikan, utamanya bakar uang yang sangat besar sehingga mengakibatkan kerugian Rp16 triliun untuk EBITDA yang disesuaikan pada 2022.

“Jika melihat estimasi [pengamatan] pasar, runway kami hanya tersisa satu setengah tahun. Untuk itu, kami tetapkan target untuk mendorong EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal IV 2023. Sepanjang tahun itu juga kami melihat persaingan industri e-commerce semakin kompetitif. Upaya kami untuk mengejar profitabilitas dan mengurangi insentif mungkin tidak dapat terealisasi secepat itu. Artinya, [proyeksi] pertumbuhan dan pangsa pasar Tokopedia merosot karena pesaing punya dana lebih besar untuk bisa bertumbuh,” papar Patrick.

Pelepasan kendali saham GOTO atas Tokopedia dimaksudkan untuk menekan bakar uang dan menjadikannya arus kas yang positif lewat kemitraan dengan TikTok. Dengan pelepasan kendali saham atas Tokopedia, GOTO akan memperoleh pendapatan dari biaya layanan e-commerce yang akan tercatat per 1 Februari 2024.

“Ringkasnya, pada tahun 2023, kami membangun basis operasional yang kokoh, mencapai profitabilitas EBITDA yang disesuaikan pada kuartal keempat, sambil memperdalam kemitraan kami dengan Bank Jago dan TikTok.”

Rencana buyback saham

Sejalan dengan perbaikan arus kas dan kinerja di 2023, GOTO juga mengungkap akan melakukan pembelian kembali (buyback) saham maksimal $200 juta (sekitar Rp3,1 triliun).

Rencana tersebut telah disetujui oleh dewan direksi GOTO beberapa hari lalu. Namun, realisasinya akan bergantung pada persetujuan regulator dan pemegang saham yang akan diselenggarakan dalam RUPST mendatang.

“Posisi kas kami kuat, dan kami yakin akan kemampuan kami untuk terus meningkatkan arus kas kami. Program pembelian kembali ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk meningkatkan nilai pemegang saham dengan tetap menjaga kehati-hatian dalam alokasi modal,” ujar CFO GOTO Jacky Lo, dalam kesempatan sama.

Dengan alokasi modal baru yang tengah disusun ini, GOTO menyebut akan fokus mengakselerasi pertumbuhan sambil mempertahankan strategi efisiensi pada tahun ini. Dengan dekonsolidasi bisnis e-commerce, GOTO juga tidak perlu lagi mengucurkan investasi ke Tokopedia.

“Untuk itu, belanja modal di 2024 akan jauh lebih rendah dibandingkan pada 2022 dan 2023. Jadi dalam dua tahun terakhir, alokasi belanja modalnya kira-kira kurang dari Rp300 miliar per tahun.”

Application Information Will Show Up Here

GoTo: Pendapatan dari Biaya Layanan Tokopedia Dorong Pertumbuhan Kinerja 2024

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) memproyeksikan pendapatan dari biaya layanan e-commerce Tokopedia dapat berkontribusi signifikan terhadap kinerja keuangannya di 2024. Sembari kembali fokus pada bisnis inti di on-demand dan fintech, GoTo tetap bakal mengecap pemasukan usai tak lagi menjadi pemegang saham kendali Tokopedia.

Dalam kesepakatannya dengan TikTok, GoTo akan memperoleh pendapatan dari biaya layanan e-commerce Tokopedia secara kuartalan. Pendapatan dari biaya layanan e-commerce ini baru akan dicatat per 1 Februari 2024.

Chief Financial Officer GoTo Jacky Lo meyakini kontribusi pendapatan fee dari Tokopedia dapat menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan bisnis GoTo tahun ini. Ia juga menambahkan bahwa kontribusi pendapatan ini akan memperkuat arus kas GoTo secara kuartalan.

“Maka itu di 2024, hasil dari [kinerja] di segmen e-commerce akan segera berubah menjadi positif dari posisi sebelumnya yang negatif sebesar $134 juta (setara Rp2 triliun) selama sembilan bulan pertama di 2023,” ungkap Jacky saat sesi Paparan Publik GoTo yang digelar hari ini (28/2).

Sementara, CEO GoTo Patrick Walujo menambahkan saat ini perusahaan memiliki posisi kinerja kuat usai mencapai EBITDA yang disesuaikan positif pada kuartal IV 2023. Capaian ini baru akan diumumkan di laporan keuangan perusahaan pada Maret 2024.

“Ini menunjukkan pentingnya e-commerce service fee yang akan diterima oleh GoTo dalam mencapai kinerja perusahaan yang lebih baik tahun ini. GoTo akan terus meningkatkan kinerja dan fokus pada pelaksanaan strategi untuk investasi pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan dan memiliki daya saing di pasar yang dinamis,” tuturnya.

Lebih lanjut, perusahaan menargetkan proses integrasi antara TikTok dan Tokopedia dapat rampung dalam waktu 1,5 bulan ke depan sesuai dengan masa uji coba. Pengalaman belanja pengguna TikTok menjadi prioritas utama integrasi ini, di mana Tokopedia akan berperan untuk mengelola sistem elektroniknya.

“Proses belanja, pembayaran, hingga check-out transaksi, telah terpisah dari aplikasi TikTok, dan terjadi di sistem backend Tokopedia. Kami harap proses ini akan selesai paling lambat dalam 1,5 bulan. Kami terus berkonsultasi secara erat dengan Kementerian terkait dan sesuai peraturan berlaku,” tambah Chief Corporate Affairs GoTo Nila Marita.

Berdasarkan data yang diperoleh dari merchant Tokopedia dan TikTok yang terlibat dalam Kampanye Beli Lokal, mereka memperoleh pertumbuhan penjualan produk sebesar 125% dibandingkan September 2023. Per 2023, Tokopedia tercatat memiliki 18 juta Monthly Active User (MAU), sedangkan TikTok Shop memiliki MAU sebesar 125 juta.

Application Information Will Show Up Here

GOTO Paparkan EBITDA yang Disesuaikan Positif di 4Q2023, Tahun Ini Ditargetkan Bisa Terealisasi Penuh

Beberapa waktu lalu, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) menyebut telah mencapai EBITDA Grup yang disesuaikan secara positif pada kuartal IV 2023 menyusul rampungnya transaksi Tokopedia dan TikTok.

Mengacu Paparan Publik Insidental GoTo, perusahaan menargetkan EBITDA Grup yang disesuaikan positif dapat terealiasi penuh di sepanjang tahun 2024.

Ada beberapa realisasi dan target lain GoTo pada tahun ini. Pelepasan kendali saham di Tokopedia memungkinkan GoTo untuk lebih fokus menyalurkan modal dan sumber daya ke bisnis on-demand dan layanan keuangan digital mereka.

  • Bisnis On-Demand GoTo telah mencapai EBITDA disesuaikan positif pada Q4 2023. Tidak disebutkan nilainya, tetapi sebagai gambaran, realisasi di Q3 2023 tercatat minus Rp48 miliar.
  • GoTo membidik pendapatan berkelanjutan dari biaya (fee) layanan e-commerce di Tokopedia. Sebagai ilustrasi, e-commerce fee yang diperoleh mencapai Rp177 miliar pada Q4 2023.

Secara terperinci, GoTo akan mendorong frekuensi pengguna existing pada GoCar Hemat dan GoFood Hemat, dan GoPay app. Kemudian, meningkatkan monetisasi untuk produk dengan take rate lebih tinggi pada layanan keuangan GoPayLater, GoPay Pinjam, dan GoPay Tabungan by Jago.

Pihaknya juga akan mengembangkan pembayaran digital pada kemitraan strategis Tokopedia dan TikTok Shop. Salah satunya adalah produk paylater. Selain itu, GoTo menyebut akan terus meningkatkan efisiensi untuk mengelola beban usaha perusahaan, termasuk insentif dan promosi.

Dalam paparan tersebut, GoTo juga telah memperhitungkan perolehan fee layanan dengan asumsi GMV industri e-commerce tumbuh 14,5%, yang mana akan ikut mendongkrak pertumbuhan GMV Tokopedia. Berdasarkan riset e-Conomy SEA 2023, GMV e-commerce di Indonesia diproyeksi sentuh angka $160 miliar atau tumbuh 14,5% CAGR.

Perlu dicatat, laporan keuangan Tokopedia tidak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan GoTo terhitung per 1 Februari 2024. Kerugian yang dialami GoTo dari hilangnya kendali atas Tokopedia mencapai Rp80,3 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Skala Bisnis TikTok Jadi Kunci Tokopedia Pimpin E-commerce Indonesia

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) merilis Paparan Publik Insidental yang menjelaskan potensi bisnis e-commerce TikTok Shop dan Tokopedia pasca-bergabung. Disebutkan, progres integrasi keduanya tengah mendekati tahap penyelesaian.

Berdasarkan analisis pihak independen, sinergi TikTok dan Tokopedia memungkinkan keduanya untuk memimpin bisnis e-commerce di Indonesia dengan memanfaatkan skala bisnis dan jangkauan global TikTok sebagai kunci pertumbuhan. Tokopedia juga diuntungkan, karena dalam kesepakatan keduanya, e-commerce berlogo hijau ini tak perlu mengeluarkan pendanaan lagi.

Pertumbuhan ini akan dikerek ke dua segmen, Tokopedia lekat dengan pembelanjaan terencana untuk produk elektronik, FMCG, dan home living. Segmen selanjutnya didorong oleh layanan live shopping TikTok Shop yang pertumbuhannya datang dari pembelanjaan impulsif untuk produk fesyen dan kecantikan.

Sinergi keduanya menjadi strategi untuk bersaing ketat dengan pemain e-commerce lain, terutama dengan kemunculan TikTok Shop beberapa tahun lalu. Tokopedia disebutkan bersaing dengan “Kompetitor 1” yang punya 40% pangsa pasar, serta bagian dari grup dengan bisnis hiburan digital dan keuangan digital yang labanya dapat disubsidi ke bisnis e-commerce.

Sementara, “Kompetitor 2” punya 10% pangsa — induk usahanya juga tercatat memperoleh EBITDA yang disesuaikan (disetahunkan) sebesar $25 miliar dan kas $33 miliar, serta menginvestasikan lebih dari $3,4 miliar dalam 18 bulan terakhir.

Dengan ketatnya persaingan bisnis, Tokopedia mengalami penurunan pangsa dikarenakan fokus mengejar profitabilitas. Perusahaan juga tengah berhemat modal. “Tokopedia dapat menangkap peluang di live commerce, juga mendorong penetrasi pasar Tokopedia di e-commerce konvensional sembari memperkaya kanal akuisisi konsumen,” demikian dalam paparan tersebut.

Per 2023, Tokopedia punya 18 juta Monthly Active User (MAU). Namun, Monthly Transacting User (MTU) miliknya disebut mengalami penurunan, demikian pula GMV 2023 yang diproyeksi merosot 10% (YoY) ke $15,6 miliar. Sementara, TikTok Shop memiliki MAU 125 juta dengan MTU tumbuh tiga digit. GMV 2023 TikTok diestimasi sebesar $6 miliar alias tumbuh 3 kali lipat (YoY).

Kesepakatan transaksi Tokopedia dan TikTok telah rampung awal Februari ini. Dalam proses integrasinya, promosi produk dikelola oleh sistem elektronik TikTok. Sementara, tampilan produk, penyelesaian pesanan, sampai pembayaran terjadi di sistem backend Tokopedia.

Setelah lepas sebagai pemegang saham kendali, GoTo menyebut akan menghentikan pengakuan aset (termasuk goodwill yang diakui di tingkat konsolidasi grup) dan liabilitas Tokopedia dari laporan keuangan konsolidasi.

GoTo juga mengungkap kerugian dari hilangnya kendali atas Tokopedia mencapai Rp80,3 triliun. Kerugian tersebut disebabkan oleh penghentian pengakuan goodwill sebesar Rp76,6 triliun yang adalah beban non-kas dan non-operasional perusahaan.

Dalam laporan terpisah yang dirilis 2023, seperti diberitakan DailySocial.id, Momentum Works mencatat Shopee sebagai pemimpin pasar GMV di Indonesia dengan porsi 36%, diikuti Tokopedia (35%), Lazada (10%), Bukalapak (10%), TikTok Shop (5%), dan BliBli (4%).

Application Information Will Show Up Here

TikTok Shop Dinilai Masih Langgar Aturan, Apa Saja Isi Permendag Soal Social Commerce?

Transaksi penggabungan e-commerce Tokopedia dan TikTok telah diumumkan rampung pada akhir Januari 2024. Proses integerasinya telah berjalan sejak akhir 2023, yang mana saat itu CEO GoTo Patrick Walujo menyebut, “E-commerce [TikTok Shop] jadi Tokopedia dan transaksinya akan terjadi di Tokopedia.”

Sementara, uji cobanya akan memakan waktu 3-4 bulan dengan pengawasan dari kementerian dan berbagai lembaga terkait. Kampanye Beli Lokal adalah program uji coba pertama yang digelar pada 12 Desember 2023.

Namun, dalam proses integrasi itu, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki justru menyebut TikTok masih melanggar Permendag Nomor 31 Tahun 2023 karena masih menggabungkan media sosial dan e-commerce dalam satu aplikasi.

“Kami mempermasalahkan TikTok dalam praktiknya karena TikTok Shop masih terintegrasi dengan medsos,” tutur Teten ditemui usai audiensi dengan KPPU, Senin (19/2), seperti diberitakan oleh Tempo.co.

Larangan social commerce

Sebelumnya, DailySocial.id telah mengulas isi pokok regulasi yang merupakan revisi dari Permendag No. 50 Tahun 2020 tersebut. Lalu, poin apa yang dimaksudkan Menkop UKM Teten Masduki terkait pelanggaran tersebut?

Permendag Nomor 31 Tahun 2023 diteken menyusul polemik beroperasinya TikTok Shop di Indonesia. Adapun, TikTok Shop sempat dihentikan layanannya pada Oktober 2023.

Aturan baru tersebut menekankan bahwa media sosial hanya diperbolehkan untuk memfasilitasi promosi barang dan/atau jasa. Yang menjadi masalah, transaksi jual-beli yang difasilitasi layanan TikTok Shop, terjadi dalam satu aplikasi yang mana adalah TikTok.

Dalam Pasal 1, pemerintah telah memberikan definisi jelas pada model platform media sosial dan social commerce, untuk membedakan dengan Penyelenggara Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) secara umum.

  • Ayat 17 menyatakan bahwa social commerce adalah penyelenggara media sosial yang menyediakan fitur, menu, dan/atau fasilitas tertentu yang memungkinkan pedagang (merchant) dapat memasang penawaran barang dan/atau Jasa.
  • Ayat 18 menyatakan bahwa media Sosial adalah laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial.

Sementara, Pasal 21 memuat bahwa PPMSE dengan model social commerce hanya boleh beroperasi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 Ayat 17.

  • Ayat 2 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis marketplace dan/atau social-commerce dilarang bertindak sebagai produsen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang distribusi Barang.
  • Ayat 3 menyatakan bahwa PPMSE dengan model bisnis social commerce dilarang memfasilitasi transaksi pembayaran pada sistem elektroniknya.

Lewat aturan ini, pemerintah berharap model bisnis media sosial dan e-commerce harus dijalankan dalam platform/aplikasi yang terpisah, tidak terintegrasi sebagaimana yang dilakukan TikTok Shop.

Teten menyebut telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan untuk menindaklanjuti pelanggaran TikTok Shop.

Lepas Kendali Tokopedia, GoTo Kini Balik Fokus ke Bisnis On-demand dan Fintech

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) kini tak lagi menjadi pengendali PT Tokopedia usai merampungkan transaksinya dengan TikTok. Bisnis e-commerce TikTok Shop Indonesia dan Tokopedia resmi tergabung di bawah entitas PT Tokopedia.

Dalam laporan yang dikirimkan ke BEI, Rabu (31/1), TikTok Nusantara (SG) Pte. Ltd. telah membayar saham Tokopedia sebesar $840 juta (sekitar Rp13,2 triliun). Alhasil, saham Tokopedia kini dikuasai TikTok dengan kepemilikan 75,01%, sedangkan kepemilikan GoTo yang sebelumnya 100% merosot jadi 24,99%.

Dengan pelepasan kendali ini, Grup GoTo selanjutnya akan memfokuskan modal dan sumber daya untuk mendorong bisnis on-demand dan layanan keuangan digital mereka, termasuk kolaborasi strateginya dengan Bank Jago.

Selain itu, PT Tokopedia menunjuk Vonny Susamto sebagai Direktur Utama yang baru, menggantikan Melissa Siska Juminto yang menjabat sebelumnya. Mengutip laman LinkedIn miliknya, Vonny tercatat menduduki posisi di Category Management ByteDance, induk usaha TikTok, sejak 2021.

Seperti diketahui, GoTo dan TikTok mengumumkan kemitraan strategis untuk menggabungkan bisnis e-commerce. Dalam kesepakatan tersebut, TikTok setuju untuk berinvestasi sebesar $1,5 miliar (sekitar Rp23,4 triliun) untuk mendanai operasional PT Tokopedia dalam jangka panjang. GoTo tidak perlu menyuntik pendanaan lagi ke Tokopedia dengan komitmen investasi dari TikTok.

Dampak ke bisnis

Meski tak lagi mengendalikan Tokopedia, GoTo tetap menerima aliran pendapatan berkelanjutan dari biaya layanan e-commerce yang berbasis pada GMV setiap kuartalnya. Pendapatan ini juga akan berkontribusi langsung ke EBITDA Grup GoTo. GoTo juga mendapat keuntungan melalui layanan keuangan digital (GoPay) dan on-demand (Gojek) yang terintegrasi di ekosistem Tokopedia.

GoTo mengumumkan telah merealisasikan EBITDA disesuaikan positif pada kuartal IV 2023. Laporan resminya baru akan dirilis pada Maret 2024. Seluruh pihak terlibat juga menyepakati bahwa kepemilikan GoTo sebesar 24,99% di Tokopedia tidak akan terdilusi lebih lanjut oleh pendanaan dari
TikTok di masa depan kepada Tokopedia.

“Kami kini dapat mempercepat progres yang didukung oleh mitra ekosistem kami. Seiring dengan peningkatan profitabilitas dan arus kas, kami akan mengoptimalkan penggunaan modal sejalan dengan rencana alokasi modal yang baru, yang mungkin mencakup inisiatif buyback saham, tergantung pada peraturan dan persetujuan pemegang saham,” ujar CEO GoTo Group Patrick Walujo dalam keterangan resminya.

Adapun, laporan keuangan Tokopedia tidak akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan GoTo terhitung per 1 Februari 2024. Disebutkan pula bahwa kerugian yang diasosiasikan dengan hilangnya pengendalian atas Tokopedia mencapai Rp80,2 triliun.

Application Information Will Show Up Here