Pendanaan Startup Masih Sulit, 2024 Momentum Benahi Fundamental Bisnis

Meski ekonomi digital diproyeksikan tetap tumbuh dalam beberapa tahun mendatang, ekosistem startup Indonesia masih mengalami masa sulit sejak dua tahun terakhir. Beberapa indikasinya seperti PHK massal dan penutupan bisnis masih berlangsung mengawali tahun 2024. Situasi ini juga memicu penurunan iklim investasi di sepanjang tahun 2023.

Dalam sesi diskusi “Navigating the Future: Investment Outlook 2024” yang digelar oleh Aspire dan Trihill Capital, sejumlah perwakilan VC membagikan proyeksinya terkait tren pendanaan dan beberapa catatan penting bagi ekosistem startup Indonesia.

Penggalangan dana masih sulit

Menurut Partner Trihill Capital Anthony Tjajadi, likuiditas dari investor dalam negeri sebetulnya masih terbilang baik. Banyak VC masih mampu mengumpulkan dana dalam jumlah besar dari berbagai investor. Namun, ketika tech winter terjadi, sejumlah investor mulai berhati-hati untuk mengucurkan modalnya.

“Masa sulit dalam penggalangan dana masih akan terjadi dibandingkan tahun 2020, 2021, hingga awal 2022. Saya rasa investor masih menanti situasi new normal terbentuk sepenuhnya, karena mereka masih mencari tahu standar baru pada industri ini, misalnya metrik valuasinya,” paparnya.

Jika mengacu laporan AC Ventures dan Bain & Company, jumlah transaksi investasi pada paruh pertama 2023 hanya mencapai 110 kesepakatan, dibandingkan paruh kedua 2022 yang sebanyak 344. Pertumbuhan transaksi pendanaan masih didorong oleh tahap awal, sedangkan pendanaan seri B menurun.

Sementara Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyoroti tentang tren penurunan ticket size pendanaan di beberapa tahapan. Nilai pendanaan seri A tercatat merosot signifikan dari rata-rata $10 juta menjadi $5,8 juta yang membuat nilai valuasi startup ikut turun.

Menurutnya, para founder mungkin menghadapi dilusi yang lebih tinggi. Mereka harus menyerahkan persentase kepemilikan saham lebih besar kepada investor. Namun, bagi startup awal tingginya porsi kepemilikan investor sangat krusial mengingat tahap ini cenderung belum punya hasil yang pasti sehingga potensi return menjadi lebih rendah.

“Mungkin ada total sekitar 125 kesepakatan pendanaan di Indonesia, dan kita telah melihat penurunan pada putaran di berbagai tahap. Valuasinya juga ikut turun. Artinya, dilusi [saham] yang dikorbankan oleh founder kini jadi jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Saya pikir kepemilikan sangat penting pada pendanaan tahap awal karena potensi exit tidak akan setinggi sebelumnya,” tutur Patrick.

Perusahaan teknologi besar perlu buktikan profitabilitas

Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan pendapat lain perihal profitabilitas yang belum mampu diraih perusahaan teknologi Indonesia yang sudah melantai di bursa saham. Hal ini menimbulkan keraguan pasar terhadap potensi perusahaan teknologi di masa depan.

Setidaknya hingga kuartal III 2023, di sektor besar e-commerce dan on-demand, sejumlah perusahaan, seperti GoTo, BliBli, dan Bukalapak, belum ada yang mencetak keuntungan.

“Kita perlu melihat mereka meraih keuntungan terlebih dulu sebelum pasar mau mengubah persepsi mereka tentang [bisnis] teknologi di Asia Tenggara. Bagi startup tahap awal, ini menjadi momentum untuk membangun fondasi bisnis yang tepat. Dan ketika pasar membaik, [generasi selanjutnya] startup tahap awal yang dibangun dengan baik akan berkembang,” jelas Abraham.

Ia memproyeksikan 2024 sebagai tahun bearish bagi sektor teknologi. Menurutnya, berbagai kesepakatan pendanaan yang terjadi di sepanjang tahun 2020, 2021, dan 2022 banyak mengalir ke startup yang belum siap, baik dari model bisnis maupun produk. Konsekuensinya, mereka tidak bisa meraup margin. Karena model bisnis dan produknya.

“Namun, saya melihat akan ada banyak inovasi yang terjadi di segmen grassroot. VC akan terus berinvestasi, terutama pada tahap awal,” tambahnya.

Sektor potensial maupun yang alami kemerosotan

Baik Anthony dan Patrick sepakat bahwa bisnis tradisional dan B2B akan menjadi sektor yang potensial bagi investor. Sektor yang kini banyak dipenuhi oleh pemain D2C atau ritel ini disebut menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas.

Sementara bicara sektor lain, “Periode 2020-2021 adalah tahun yang baik bagi fintech. Namun, tahun lalu fintech mengalami penurunan. Pasar banyak bicara jumlah pengguna atau GTV, tetapi apakah mereka fokus pada keuntungan atau benar-benar sudah mendapat keuntungan dari penggunanya? Saya pikir pasar mulai sadar [fintech] punya banyak pengguna, tetapi tidak ada keuntungan di dalamnya. Lalu, apa untungnya bagi kami [investor]?” tambah Anthony.

Kendati begitu, sanggah Abraham, penurunan minat investor terhadap fintech tak berarti membuat sektor ini gagal. Ia berpendapat, kegagalan gelombang pertama fintech tidak berarti tidak memiliki peluang di masa depan.

UENA Raih Pendanaan Baru Dipimpin oleh East Ventures dan Trihill Capital

Startup F&B online hiperlokal UENA kembali meraih pendanaan baru, dipimpin oleh East Ventures dan Trihill Capital dengan nominal yang dirahasiakan. Putaran ini diklaim semakin memperkuat balance sheet UENA setelah memperoleh pendanaan tahap awal pada September lalu.

Disampaikan dalam keterangan resminya, UENA akan memanfaatkan pendanaan ini untuk mengembangkan lokasi guna meningkatkan jumlah pengguna dan pelanggan. UENA didirikan oleh Alvin Arief (CEO) dan Roy Yohanes (COO) dan meluncur pada Agustus 2022.

Co-Founder dan CEO Alvin Arief mengaku telah mendapat validasi dari pasar. Hal ini ditunjukkan dari mayoritas transaksi berasal dari pesanan berulang, dan pelanggan loyalnya meningkat setiap bulan. “Meski baru beroperasi kurang dari satu tahun, beberapa toko awal telah mencapai tahap break-even dan memiliki tingkat payback yang sehat,” tuturnya.

UENA telah membuka tujuh lokasi dapur di Jakarta dan telah melayani lebih dari 300 ribu porsi. Setiap lokasi dapur melayani radius hiperlokal 1-1,5km dan menangani pengantaran secara internal untuk meminimalisasi biaya dan waktu. Perusahaan mengaku tidak bergantung pada layanan pesan-antar ojek online karena lebih dari 80% pesanan datang secara langsung.

Nilai pasar makanan sehari-hari di Indonesia ditaksir sebesar US$90 miliar per tahun. Dalam segmen ini, hampir seluruhnya dilayani oleh pedagang kaki lima yang masih sangat terfregmentasi. Hal ini kerap menimbulkan kerugian bagi konsumen terutama dari sisi kualitas, konsistensi, dan harga.

UENA menawarkan layanan makanan berkualitas dengan harga yang terjangkau menggunakan format cloud kitchen. Konsep ini dinilai efisien serta memanfaatkan teknologi dan skala ekonomi untuk meningkatkan kualitas dan menekan harga pada saat yang bersamaan.

VP of Investments Trihill Capital V. Ian Sulaiman mengungkapkan bahwa mayoritas penduduk Indonesia merupakan kalangan menengah yang diperkirakan merepresentasikan 45% dari total populasi. Pada umumnya mereka menghadapi kesulitan dalam mendapatkan makanan yang berkualitas baik dengan harga terjangkau, terutama ketika dihadapkan dengan kondisi di lapangan dengan pilihan makanan yang kurang aman dan higienis.

“Kami mendukung upaya UENA untuk meningkatkan pilihan makanan sehari-hari dari sisi harga akses, dan kualitas untuk kalangan kelas menengah penduduk Indonesia,” ungkapnya.

Pendanaan food tech

Kemajuan teknologi saat ini telah menghadirkan banyak inovasi dalam dunia bisnis, termasuk di bidang F&B atau kuliner. Cloud kitchen merupakan salah satu tren yang marak digeluti oleh pelaku usaha kuliner. Konsepnya adalah mengoperasikan dapur yang berfokus ke layanan pengiriman makanan saja.

Selain menawarkan inovasi baru, layanan ini juga disebut dapat membantu pelaku UMKM dalam mengembangkan usaha kulinernya. Banyak investor yang juga sudah melirik startup yang bergerak di bidang F&B atau kuliner yang dapat juga dikategorikan sebagai foodtech.

Di tahun 2022, setidaknya terdapat lima startup foodtech yang menerima pendanaan dari investor ternama. Salah satunya adalah startup multi–brand Hangry yang mendapatkan pendanaan sebesar Rp316 miliar untuk menjalankan rencana ekspansi. Selain itu ada Mangkokku, bisnis F&B yang dikelola oleh anak Presiden Jokowi ini berhasil meraih pendanaan seri A Rp101 miliar.

Memasuki tahun 2023, startup F&B Haus juga berhasil merampungkan pendanaan seri B2 mereka seltelah mengantongi putaran seri B1 pada Juni 2022. Diluncurkan tahun 2018 lalu sebagai startup F&B di segmen produk new tea & boba, Haus! saat ini telah memiliki sekitar 229 toko dan akan menambah sekitar 1.300 toko baru

FIT HUB Kembali Kantongi Pendanaan Baru

Platform digital yang menawarkan akses gym premium FIT HUB telah memperoleh pendanaan baru di putaran awal mereka. Dilansir dari DealStreetAsia, nilai investasi yang diperoleh menambah capaian pendanaan awal mereka menjadi $6,5 juta atau setara 96,6 miliar Rupiah.

Pemodal ventura yang terlibat dalam putaran pendanaan kali ini adalah Wavemaker Partners dan investor FIT HUB sebelumnya yaitu Trihill Capital. Kepada DailySocial.id. Seed & Venture Investor Trihill Capital Alwyn Rusli memberikan konfirmasi terkait dengan pendanaan baru yang diterima oleh FIT HUB.

Awal tahun 2022 lalu FIT HUB telah mengantongi pendanaan awal senilai $3 juta dari sejumlah investor. Putaran pendanaan awal ini dipimpin oleh Global Founders Capital APAC, dengan partisipasi dari Goodwater Capital dan angel investor. Sejumlah founder startup turut andil menjadi investor, di antaranya Abhinay Peddisetty, Steven Wongsoredjo, Robin Tan, Benedicto Haryono, dan Philip Tjipto.

Sebelumnya Alwyn mengatakan, Trihill memutuskan untuk berinvestasi sejak awal di FIT HUB setelah melihat pertumbuhan bisnisnya yang positif. Berawal dari tesis sudah mulai banyak masyarakat yang ingin memiliki gaya hidup sehat, mereka melihat apa yang ditawarkan oleh FIT HUB menjadi relevan dan memiliki potensi untuk terus berkembang.

Dalam waktu kurang dari 2 tahun, FIT HUB berhasil menggandeng 45 klub dan menyambut 40.000 anggota di 12 kota di Indonesia, menjadikannya sebagai platform gym dengan pertumbuhan tercepat di Indonesia.

“Kita melihat space mana yang bisa kita incar untuk berinvestasi. FIT HUB menjadi ideal bagi kami dilihat dari latar belakang pendirinya yang memiliki pemahaman sangat baik dan melakukan riset hingga terjun langsung untuk melihat potensi pasar,” kata Alwyn.

Berbasis di Singapura, Trihill Capital adalah pemodal ventura yang memiliki visi untuk membangun kemitraan dalam jangka panjang dengan para pendiri startup. Secara khusus Trihill Capital memiliki 2 investment arms, yaitu investasi yang fokus kepada public equities secara global dan satu lagi berinvestasi kepada perusahaan di Asia Tenggara.

Layanan sejenis yang juga mengakomodasi kebutuhan kebugaran di antaranya Doogether, Fita, hingga Fits.id.

Menambah pilihan kelas

Dikelola oleh pakar di industri ritel, FIT HUB menawarkan akses gym premium ke seluruh club FIT HUB dan kelas tanpa batas setiap hari dengan biaya terjangkau (mulai dari Rp239 ribu/bulan). FIT HUB mengklaim dapat memberikan value for money yang tidak diberikan oleh gym lain. Selain fasilitas premium, peralatan weight training yang lengkap, kelas yang bervariasi, member juga dapat merasakan suasana yang nyaman, desain area yang modern, dan bantuan personal trainer yang tersertifikasi.

Akhir tahun 2022 lalu FIT HUB memperkenalkan terbarunya yaitu kelas fitness outdoor ‘CLASS HUB’. Layanan baru ini merupakan sarana bagi peserta untuk menemukan komunitas dan berbagi perjalanan olahraga mereka bersama kelompok dengan minat yang sama.

CLASS HUB merupakan sister brand dari FIT HUB, yang membawa misi memberikan kemudahan akses kesehatan dan kebugaran untuk semua orang. Hampir 1.000 kelas diadakan setiap minggunya di seluruh FIT HUB di seluruh Indonesia dan diikuti oleh hampir 20.000 anggota.

Application Information Will Show Up Here

Fresh Factory Raih Pendanaan Pra-Seri A Rp62 Miliar Dipimpin SBI Ven Capital

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin Fresh Factory mengumumkan telah menutup pendanaan pra-seri A sebesar $4,15 juta (lebih dari 62 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh SBI Ven Capital melalui join investment bersama Kyobo Securities dan NTUitive, serta partisipasi dari investor sebelumnya, seperti East Ventures, Trihill Capital, dan investor baru, PT Tap Applied Agri Services.

Pendanaan ini diraih selang 9 bulan setelah mengumumkan pendanaan putaran tahap awal senilai $4,5 juta dipimpin oleh East Ventures pada Juni 2022.

Dana segar ini akan digunakan untuk mengakselerasi pertumbuhan Fresh Factory dalam rangka mendukung pencapaian target sebagai perusahaan lokal yang menyediakan layanan dari hulu ke hilir dalam logistik dan cold chain fulfilment dengan strategi hiperlokal.

CEO SBI Ven Capital Ryosuka Hayashi menyampaikan, Fresh Factory berhasil mengidentifikasi komponen paling esensial dalam ekosistem logistik di Indonesia. Layanan yang mereka miliki dapat mengakomodasi tingginya permintaan pada layanan hiperlokal cold chain fulfillment, serta permintaan jasa logistik dari pelanggan dan pebinis.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Fresh Factory guna mendukung visi mereka membangun perusahaan dan mentransformasikan lanskap sektor logistik di Indonesia,” jelas Hayashi dalam keterangan resmi, Senin (3/4).

“[..] Dengan didukung jajaran investor ternama, Fresh Factory akan terus meraih pencapaian yang lebih besar lagi dan menjadikan posisi kami semakin solid sebagai standar di industri cold chain fulfillment,” tambah Founder & CEO Fresh Factory Larry Ridwan.

Larry melanjutkan, dana segar akan digunakan untuk memperluas jaringan menjadi lebih dari 100 titik pusat layanan fulfillment di 50 kota di seluruh Indonesia pada akhir 2023. Rencananya titik persebaran fulfillment akan merambah kota-kota dengan populasi tinggi di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan kota-kota lapis dua di Jawa.

Selain ekspansi, perusahaan akan merekrut lebih banyak talenta terbaik, meningkatkan kualitas layanan existing, dan mendorong efisiensi logistik dengan memperluas jaringan fulfillment untuk produk segar dalam layanan cold chain yang disediakan perusahaan.

Pertumbuhan Fresh Factory

Kebutuhan terhadap layanan infrastruktur cold chain di Indonesia terus meningkat sejalan dengan semakin luasnya penggunaan e-commerce dan online groceries. Pasar cold chain di Indonesia tumbuh dengan CAGR sebesar 10,7% pada 2016 hingga 2021, dan diperkirakan tumbuh 12,9% antara 2021 dan 2026.

Didirikan pada 2020 oleh Larry Ridwan (CEO), Widijastoro Nugroho (CCO), dan Andre Septiano (CFO) , Fresh Factory menyediakan jaringan hiperlokal cold chain, fulfilment, dan sistem manajemen pintar untuk fulfilment yang memungkinkan pelaku bisnis menyimpan, mengambil, mengemas produknya dan dikirim langsung ke pelanggan melalui fasilitas yang dimiliki Fresh Factory.

Fresh Factory menargetkan layanan logistik cold chain untuk produk makanan dan minuman (F&B), obat-obatan, produk kecantikan dan perawatan kulit, serta beberapa chip . Untuk itu Fresh Factory menyederhanakan seluruh aspek dalam logistik cold chain, mulai dari mengoperasikan layanan fulfilment berskala mikro untuk mendukung pengiriman produk ke destinasi akhir (last-mile) serta mendorong digitalisasi pada tahap awal (first-mile) yang mana produk dikirim dari klien ke pusat fulfillment Fresh Factory.

Sejak diluncurkan pertama kali, Fresh Factory telah tumbuh dari 20 pusat layanan fulfillment menjadi lebih dari 40 pusat layanan fulfillment di 22 kota di Indonesia, memperluas layanan ke pemesanan ritel, di samping layanan untuk pemesanan langsung ke pelanggan (direct-to-consumer).

Dalam satu tahun terakhir, transaksi GMV Fresh Factory diklaim meningkat 10 kali lipat dan jumlah klien meningkat dua kali lipat. Para penggunanya datang dari beragam perusahaan berskala besar, termasuk Danone, Sirclo, Eden Farm, dan Kin Dairy Fresh Milk.

Application Information Will Show Up Here

CVC Telkomsel Pimpin Pendanaan Pra-Seri B untuk Startup Agritech “EdenFarm”

Startup agritech EdenFarm mengumumkan perolehan pendanaan Pra-Seri B sebesar $13,5 juta (lebih dari 202,9 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), CVC Telkomsel, didukung dengan investor lainnya, seperti AppWorks, AC Ventures, Decart Ventures, Fubon Capital, Trihill Capital, OCBC NISP Ventura, Nakhla, dan Capria Ventures.

Bila ditotal, jumlah investasi yang diraih EdenFarm mencapai $34,5 juta sejak pertama kali berdiri di 2017. Rencananya dana segar akan dimanfaatkan perusahaan untuk memperkuat penetrasi dalam menjaring lebih banyak mitra petani di Indonesia. Serta, meningkatkan pengalaman pelanggan dalam menghadirkan solusi berbasis teknologi yang dapat mengatasi permasalahan efisiensi pada distribusi guna mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia.

CEO TMI Mia Melinda menyampaikan, pihaknya percaya dengan pentingnya penggunaan “tech for good” dengan tujuan dan dedikasi untuk mendukung pemberdayaan entrepreneur maupun UKM yang dapat berdampak positif bagi ekonomi Indonesia. Menurutnya, jaringan B2B food supply chain milik EdenFarm yang kuat dari hulu ke hilir telah berhasil mendorong pemberdayaan petani lokal untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik, sekaligus memberikan dampak positif di pedesaan.

“Oleh karena itu, kami sangat bersemangat untuk mendukung ekosistem pangan EdenFarm melalui pendanaan dan kolaborasi jangka panjang dengan Telkomsel Digital Food Ecosystem (DFE) yang merupakan salah satu inisiatif Telkomsel untuk mendukung digitalisasi sektor pertanian, serta kerja sama strategis lainnya guna memperkuat platform EdenFarm untuk menjangkau seluruh wilayah Indonesia [..],” ucapnya dalam keterangan resmi, kemarin (30/1).

Founder dan Managing Partner AC Ventures Adrian Li menambahkan, EdenFarm beroperasi dengan hampir 0% limbah dari proses distribusi, memberikan dampak yang kuat dan bermakna bagi petani Indonesia, selaras dengan filosofi investasi di ACV yang berfokus pada ESG.

“EdenFarm mampu merevolusi rantai distribusi pangan B2B dengan mengatasi beberapa tantangan paling mendesak, baik yang dihadapi oleh produsen maupun penjual. Kami di AC Ventures yakin dengan bisnis EdenFarm dan bersemangat untuk berpartisipasi dalam putaran pendanaan terbarunya [..],” terang Adrian.

Target EdenFarm

Founder dan CEO EdenFarm David Setyadi Gunawan turut menyampaikan, kemitraan dengan Telkomsel diharapkan dapat memperkuat kapabilitas teknologi pertanian di EdenFarm sebagai solusi tepat guna bagi para petani lokal. Solusinya disebutkan telah melayani setiap aspek di industri agrikultur, mulai dari pertanian hingga distribusi, untuk membantu petani menciptakan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.

“Pendanaan terbaru ini akan memungkinkan kami untuk mengembangkan kehadiran sekaligus memperkuat posisi EdenFarm sebagai pemain teknologi terbesar di sektor pertanian dan jasa pangan. Kami yakin kemitraan dengan Telkomsel ini akan memberikan manfaat yang signifikan bagi platform kami,” terang David.

EdenFarm merupakan startup agrikultur yang berfokus membangun ekosistem distribusi pangan (food supply chain ecosystem) nasional untuk lebih menguntungkan bagi para petani dan seluruh pemangku kepentingan di sektor pertanian secara berkelanjutan.

Diklaim, EdenFarm tumbuh hampir 60 kali lipat dalam 40 bulan terakhir. Pencapaian tersebut memperkuat fondasi perusahaan berada di jalur profitabilitas, di tengah pemain sejenis di industri yang justru mengalami kerugian. “Kami bertujuan untuk meningkatkan laba dalam 12 bulan ke depan, seiring dengan pertumbuhan 3,5-4 kali lipat secara YoY. Dari situ, kami akan fokus dalam berekspansi ke pasar yang baru,” pungkas David.

Application Information Will Show Up Here

Eratani Memperoleh Pendanaan Awal 57 Miliar Rupiah

Startup agritech Eratani memperoleh pendanaan tahap awal (seed funding)  $3,8 juta atau setara 57 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin perusahaan investasi asal Singapura, TNB Aura, dan diikuti partisipasi dari AgFunder, B.I.G Ventures, serta investor pra-awal mereka, yakni Trihill Capital.

Founding Partner dari TNB Aura Vicknesh R. Pillay menilai banyak tantangan di lingkup rantai pasok pertanian nasional. “Namun, kami meyakini Eratani punya pendekatan farmers-centric dalam meningkatkan ketahanan pangan berkelanjutan di Indonesia,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sebelumnya, Eratani menerima pendanaan pra-awal sebesar Rp23 miliar yang dipimpin Trihill Capital, serta partisipasi dari Kenangan Kapital dan Kopital Network. Pendanaan tersebut dimanfaatkan untuk mendampingi lebih dari 10.000 petani binaan di Pulau Jawa dengan total sebesar 8.000 hektar lahan padi dan telah berkontribusi lebih dari 52.000 ton beras dalam kurun satu tahun.

Eratani didirikan Andrew Soeherman (CEO), Kevin Juan Tanggo Laksono (COO), dan Angles Gani (CPO) pada Juni 2021. Misinya adalah memberikan pendampingan menyeluruh kepada petani Indonesia dengan memfasilitasi akses pada modal usaha dan membangun ekosistem dari hulu (upstream) hingga ke hilir (downstream).

Adapun, program pendampingan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas para petani binaan Eratani dari awal hingga akhir proses tanam. Pendampingan ini meliputi pengecekan pH tanah, perawatan tanaman, cara menghadapi serangan hama, penyediaan sarana produksi pertanian yang berkualitas, hingga penyaluran hasil panen dengan harga yang terstandardisasi.

Rencana selanjutnya

“Putaran kali ini akan membuat kami semakin kuat dan gencar untuk mengembangkan Eratani melalui kontribusi kami secara langsung dalam memaksimalkan potensi pertanian di Indonesia,” Co-Founder & CEO Eratani Andrew Soeherman.

Eratani akan menyempurnakan program pendampingan untuk memaksimalkan produktivitas petani, ekspansi ke wilayah binaan baru, digitalisasi proses pertanian, serta pengembangan SDM dan teknologi. Pihaknya memproyeksikan dapat menggandeng hingga 50.000 petani binaan pada akhir 2024.

Selain itu, Eratani juga akan memaksimalkan kerja sama yang dimiliki bersama dengan Kementerian Pertanian Indonesia dan BULOG Indonesia untuk mengembangkan ekosistem pertanian di Indonesia dan mengawali misi swasembada pangan di Indonesia.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew mengungkap ada dua isu utama yang dihadapi oleh sektor pertanian, yakni (1) 98% proses dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi dan (2) 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisir.

Berdasarkan riset McKinsey sebelumnya, sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. McKinsey memperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa. Itu pun bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar.

Application Information Will Show Up Here

PasarMIKRO Peroleh Pendanaan 39 Miliar Rupiah, Dipimpin Trihill Capital dan Resolution Ventures

Startup agritech PasarMIKRO mengumumkan perolehan pendanaan sebesar $2,5 juta atau setara 39,3 miliar Rupiah dipimpin oleh Trihill Capital dan Resolution Ventures. Putaran ini juga turut diikuti oleh Genting Ventures, 1982 Ventures, dan lainnya.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk mendorong peningkatan basis pengguna, memperluas penawaran produk, dan memasuki pasar baru. Pendanaan ini datang selang 9 bulan setelah putaran pra-awal PasarMIKRO yang dipimpin oleh 1982 Ventures pada awal tahun ini.

VP of Investment Trihill Capital Valerianus Ian Sulaiman mengatakan, PasarMIKRO telah membangun solusi untuk perdagangan komoditas pertanian di Indonesia, pasar ini sudah matang untuk transformasi digital.

“PasarMIKRO adalah satu-satunya teknologi pertanian dengan fokus laser pada pedagang yang meningkatkan rantai nilai. Ekosistem pertanian perlu memodernisasi operasi dan sangat penting bagi perekonomian Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (4/10).

Managing Partner Resolution Ventures Sam Gibb menambahkan, startup tersebut tidak hanya membantu petani untuk dibayar lebih cepat, tetapi juga memberi mereka digital presence, dengan salah satu tujuan untuk menghubungkan mereka dengan produk dan layanan keuangan (termasuk permodalan).

“Efek berlipat-lipat dari pekerjaan yang mereka lakukan untuk mendigitalkan perdagangan fisik ini pada akhirnya akan mengalir melalui bagian lain dari ekonomi juga,” kata Gibb.

Sejumlah startup agritech tengah mendapatkan perhatian dari investor. Untuk model bisnis yang mencoba merevolusi sistem rantai pasok di antaranya Japang mendapat pendanaan pra-seri A awal Oktober 2022 kemarin, Koltiva dan Gokomodo bukukan pendanaan lanjutan di September 2022, Agriaku umumkan pendanaan seri A 510 miliar Rupiah, dan sejumlah pemain lainnya.

PasarMIKRO

PasarMIKRO menghubungkan petani, pedagang, dan membantu kegiatan sehari-hari mereka, seperti pembukuan, pengajuan modal kerja, dan transaksi jual-beli. Mereka mengejar sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Indonesia yang potensi pasarnya bernilai $130 miliar (lebih dari 13% dari PDB menurut Bank Dunia) dengan memberdayakan petani kecil, pedagang, dan seluruh pihak yang terlibat di dalamnya.

Platform teknologi PasarMIKRO adalah aplikasi perdagangan komoditas dan keuangan perdagangan berbasis seluler untuk para pemain agribisnis. Platform ini memungkinkan pembayaran tepat waktu secara nontunai untuk petani, membantu mereka berjuang melalui kegiatan produksi mereka

Awalnya, PasarMIKRO diluncurkan dengan proyek percontohan di Blitar yang berfokus pada telur, lalu dengan cepat berkembang ke semua provinsi besar dengan lebih dari 10 komoditas di platform mereka. PasarMIKRO diproyeksikan mencapai lebih dari $300 juta nilai transaksi kotor tahunan dan 10.000 pengguna pada akhir 2023.

Co-founder & CEO PasarMIKRO Dien Wong menyatakan, “Putaran pembiayaan terbaru ini memungkinkan kami untuk meningkatkan dampak di tingkat yang lebih cepat.”

Dalam rangka mendukung misi perusahaan, pada awal tahun ini, perusahaan menunjuk mantan eksekutif perbankan komoditas ABN AMRO Bank Hugo Verwayen untuk bergabung.

Verwayen mengatakan, “PasarMIKRO memecahkan hambatan besar dalam rantai nilai pertanian dengan memungkinkan para pedagang, agregator, dan petani yang ada dengan digitalisasi dan akses ke modal kerja. Kami telah mampu meningkatkan skala ke segmen komoditas dan provinsi baru sambil menjaga biaya tetap rendah dan mengelola pembakaran kami.”

Startup Paylater Vietnam “Fundiin” Dapat Pendanaan Seri A, Berencana Ekspansi ke Indonesia

Platform fintech asal Vietnam “Fundiin“, yang diklaim merupakan penyedia layanan BNPL pertama di negara asalnya, telah menerima pendanaan tahapan seri A senilai $5 juta.

Pendanaan ini dipimpin oleh Trihill Capital dan ThinkZone Ventures. Investor lainnya yang terlibat dalam putaran pendanaan ini di antaranya adalah 1982 Ventures, Genesia Ventures, JAFCO Asia, Zone Startups Ventures, dan Do Thu Ngan, mantan Deputy CEO Sacombank dan mantan CFO & COO JP Morgan Chase Vietnam.

Sebagai platform yang menyediakan pilihan pembayaran paylater, Fundiin telah membantu mitra ritel dan layanan e-commerce meningkatkan penjualan mereka hingga 30%. Fundiin saat ini memiliki 3 sub-produk BNPL tanpa biaya antara lain bayar dalam 3 kali angsuran bulanan, bayar 30 hari, dan pembayaran berulang.

Di Vietnam, Fundiin telah bekerja sama dengan lebih dari 300 mitra, memiliki lebih dari 4000 toko fisik, termasuk brand teratas dan perusahaan ritel terkemuka seperti Mobile World, Dien May Xanh, Unilever, Galaxy Play, Reebok, Paula’s Choice, Pigeon, Vua Nem, Giant International, dan lainnya.

Dana segar tersebut rencananya akan digunakan oleh perusahaan untuk berkembang lebih cepat, berinvestasi dalam pengembangan produk baru, serta merekrut talenta, sebelum berekspansi ke Indonesia yang akan dilakukan pada saat putaran seri B mendatang.

“Fundiin sangat bangga menerima kemitraan dan dukungan dari investor yang kuat, terutama dari ThinkZone Ventures yang merupakan konglomerat terkemuka Vietnam sebagai LP, dan dari Trihill Capital untuk rencana ekspansi di masa depan ke Indonesia,” kata Co-Founder & CEO Fundiin Nguyen Anh Cuong.

Serupa dengan Indonesia, permintaan dari layanan BNPL di Vietnam terus mengalami peningkatan. Tercatat ketika tingkat penetrasi kartu kredit di negara maju berkisar dari 50% hingga lebih dari 70%, di Vietnam angka ini hanya sekitar 5% saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa Vietnam adalah pasar potensial yang tinggi untuk layanan BNPL.

“Vietnam, dan kawasan Asia Tenggara yang lebih luas, sebagian besar kurang ditembus oleh layanan keuangan. Kami percaya bahwa untuk menanggung risiko dengan benar, selain kapasitas teknologi, perlu juga pemahaman tentang budaya dan kearifan lokal. Dan kami melihat pemahaman dan kemampuan underwriting ada di tim Fundiin,” kata VP of Investments at Trihill Capital Valerianus Ian Sulaiman.

Trihill Capital merupakan salah satu venture capital yang aktif berinvestasi untuk startup di Asia Tenggara. Di Indonesia sendiri Trihill Capital juga telah memberikan investasi kepada Fit Hub, Wagely, Eden Farm, Sicepat, Hey Kafe, Ruang Guru, Woy Makaroni dan BukuWarung.

Menyasar pasar Indonesia

Adanya kesamaan demand di Indonesia dengan Vietnam kemudian menjadi salah satu rencana yang akan dilancarkan oleh Fundiin untuk ekspansi ke Indonesia. Tidak disebutkan kapan mereka akan hadir, namun setelah merampungkan pendanaan Seri B dan merekrut talenta lokal, Fundiin akan segera hadir di Indonesia.

Berdasarkan laporan terbaru Kredivo bertajuk “Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia” per Juni 2022, paylater (17%) menjadi metode pembayaran digital yang paling sering digunakan setelah e-wallet (53%) dan transfer bank/virtual account (20%).

Laporan ini juga mencatat pengguna paylater di platform e-commerce meningkat menjadi 38% di 2022 dibandingkan tahun lalu yang sekitar 28%. Adapun survei ini dilakukan pada Maret 2022 pada 3500 responden di seluruh Indonesia.

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai e-commerce dan keuangan digital berperan signifikan dalam mendorong penetrasi layanan digital lebih luas di Indonesia. Apabila tren positif ini terus berlanjut, ia meyakini pemerataan ekonomi dapat terealisasi lebih cepat dengan dukungan ekosistem digital.

Startup Agritech Eratani Memperoleh Pendanaan Awal 23 Miliar Rupiah

Startup agritech Eratani memperoleh pendanaan awal (pre-seed) sebesar 23 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Trihill Capital, diikuti partisipasi dari Kenangan Kapital dan Kopital Network. Melalui pendanaan ini, mereka akan membangun ekosistem pertanian dari hulu ke hilir hingga mengembangkan super app bagi petani.

Sejumlah founder startup juga ikut menyuntik investasi ke Eratani di antaranya adalah Co-founder & CEO Koinworks Benedicto Haryono, Co-founder & CEO Sociolla John Marco Rasjid, Founder & CEO Gaji Gesa Vidit Agrawal, dan beberapa angel investor lainnya.

Menurut Founder & CEO Eratani Andrew Soeherman, investor tertarik dengan model bisnisnya karena fokus pada seluruh proses pertanian dari hulu (upstream) hingga hilir (downstream). Hal ini memberikan Eratani nilai kompetitif terhadap terobosan baru di industri pertanian ke depan.

“Kami terus membangun dan memajukan ekosistem pertanian dengan digitalisasi dan transparansi di setiap prosesnya. Ke depannya Eratani ingin banyak berkolaborasi dengan badan usaha pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional dan membantu pemerintah dalam mendorong pertumbuhan sektor pertanian yang merata di Indonesia,” ungkapnya.

Eratani didirikan oleh Andrew Soeherman, Kevin Juan Tanggo Laksono (COO), dan Angles Gani (CPO) pada Juni 2021. Mereka membidik posisi nomor satu di Indonesia sebagai platform agritech yang memiliki ekosistem pertanian kuat dengan layanan mulai dari pembiayaan, pengadaan barang, pengolahan, hingga distribusi hasil panen. Saat ini Eratani telah membina lebih dari 5.000 petani di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta. 

Ekspansi hingga super app

Lebih lanjut, Eratani akan fokus membangun ekosistem dan supply chain; ekspansi ke seluruh pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan; serta mengembangkan platform super app bagi petani Indonesia. Adapun, super app ini dirancang untuk dapat mengakomodasi kebutuhan petani melalui digitalisasi proses pertanian, mulai dari akses permodalan usaha, edukasi pengolahan lahan, sarana produksi pertanian, dan pengelolaan hasil panen.

“Sejak awal Eratani hadir di Indonesia, kami berupaya membantu petani melewati tantangan yang dihadapi. Itulah sebabnya pembangunan super app menjadi kunci percepatan bagi tersedianya ekosistem digital yang terpercaya bagi petani. Kami optimistis akan lebih banyak petani yang dapat diberdayakan,” ujarnya.

Dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.id, Andrew mengungkap beberapa isu yang kerap dialami sektor pertanian. Pertama, 98% proses pertanian dari hulu ke hilir belum terdigitalisasi. Kedua, 93% petani masih melakukan kegiatan usaha sendiri dan tidak terorganisir.

Ketiga, petani tidak punya modal untuk mengolah lahan sampai panen. Kebanyakan sarana produksinya dibeli dengan hasil panen. Ia juga menyoroti sulitnya meregenerasi petani-petani baru karena anak-anak masa kini kurang tertarik untuk bertani.

Mengacu data BPS di 2020, sebesar 46,30% masyarakat yang masuk dalam kategori miskin di Indonesia, sebagian besar berasal dari sektor pertanian. Sektor pertanian masih menjadi pilar utama perekonomian Indonesia.

Sementara, laporan McKinsey mencatat sebanyak 50%-70% hasil panen di Indonesia tidak pernah sampai ke pasar. Riset memperkirakan produktivitas petani di Indonesia harus naik 60% jika ingin memenuhi kebutuhan pangan sebanyak 280 juta jiwa. Itu pun bisa terealisasi apabila petani mampu meningkatkan hasil panen, mengurangi kerugian pasca-panen, hingga dapat mendistribusikannya ke kota besar.

Application Information Will Show Up Here

Platform Insurtech B2B “Aman” Mendapat Pendanaan 18 Miliar Rupiah Dipimpin GFC dan Trihill Capital

Aman (PT Insurtech Technologies Indonesia) telah mendapatkan pendanaan pre-seed (pra-awal) senilai $1,2 juta atau setara 18 miliar Rupiah yang dipimpin Global Founders Capital (GFC) dan Trihill Capital. Turut terlibat di dalam putaran tersebut 1982 Ventures, Alto Partners, dan Atlas Global Kapital.

Sejak didirikan pada 2020 oleh Steven Tannason dan Kan Le, misi Aman meringkas proses administrasi dan klaim benefit asuransi yang ditujukan perusahaan untuk para karyawannya. Guna menunjang kebutuhan tersebut, Aman memosisikan diri sebagai platform yang memadukan antara layanan asuransi, teknologi SDM, dan healthtech.

Di dalam sistemnya, terdapat sejumlah fungsionalitas yang memudahkan tim HR untuk merencanakan atau membeli paket asuransi yang sesuai dengan kebutuhannya — dengan cara dihubungkan dengan mitra broker di jaringan Aman. Kemudian Aman juga membantu tim HR dalam mendistribusikan dan pengelolaan produk tersebut sesuai porsi yang telah ditentukan.

Untuk perusahaan akan ada dasbor khusus yang diberikan berbasis web; sementara untuk karyawan ada aplikasi mobile yang disediakan untuk proses klaim.

Selain itu, di dalam aplikasinya juga terdapat sejumlah manfaat yang coba diberikan Aman kepada para penggunanya. Seperti konten terkait kesehatan/wellness, diskon spesial untuk layanan kesehatan mental dan farmasi, sampai dengan layanan pendukung lainnya seperti tes Covid-19.

Aman menargetkan perusahaan dengan ukuran menengah, termasuk ke kalangan startup digital dan UMKM di Indonesia.

Potensi asuransi di Indonesia

Menurut data terbaru Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penetrasi asuransi di Indonesia ada di angka 3,18%. Persentase tersebut mencakup asuransi jiwa (1,19%), asuransi umum (0,47%), asuransi sosial (1,45%), dan asuransi wajib (0,08%). Sementara itu angka densitas (pengeluaran rata-rata premi) sebesar Rp1,82 juta.

Angka tersebut menunjukkan masih besarnya peluang adopsi produk asuransi oleh segmen baru di Indonesia. Namun demikian, para pemain juga ditantang untuk melakukan edukasi dan penetrasi produk secara menyeluruh agar bisa merangkul kalangan yang lebih luas. Platform digital dinilai menjadi medium yang efektif untuk meningkatkan keterjangkauan produk asuransi.

Menurut laporan DSInnovate tentang perkembangan insurtech di Indonesia, sebagian pemain saat ini masih menyasar segmen ritel melalui produk mikro-asuransi. Potensi di B2B pun masih sangat besar, mengingat lanskap ini masih didominasi pemain tradisional. Beberapa startup mencoba masuk ke sini, baik yang sebelumnya B2C lalu merambah B2B, ataupun mereka yang dari awal memang fokus menyediakan platform asuransi untuk bisnis.

Selain Aman, startup insurtech lain yang menyasar B2B adalah Aigis. Baru-baru ini mereka juga mengumumkan perolehan pendanaan pra-awal senilai $1 juta dari Y Combinator, Init-6, Goodwater Capital, dan sejumlah angel investor. Layanan yang diberikan adalah sebagai platform penyedia tunjangan kesehatan bagi pegawai kantor.

Application Information Will Show Up Here