Bukan Sembarang TWS Gaming, JBL Quantum TWS Mengemas Fitur Dual Connection yang Cerdas

Saat mendengar frasa “TWS gaming“, yang tebersit di pikiran saya adalah TWS yang ditujukan untuk para gamer mobile, bukan gamer PC. Dalam konteks ini, definisi gaming itu umumnya diwakili oleh koneksi Bluetooth dengan latensi yang minim, sehingga pada akhirnya audio bisa berjalan sinkron dengan game yang sedang dimainkan (tidak delay).

Namun TWS terbaru dari JBL berikut ini menolak untuk dideskripsikan seperti itu. Ketimbang hanya menarget gamer mobile, perangkat bernama JBL Quantum TWS ini rupanya juga ingin mencuri perhatian kalangan gamer PC maupun konsol. Caranya adalah dengan memberikan opsi koneksi nirkabel ekstra via bantuan dongle USB-C (wireless 2,4 GHz).

Ya, TWS ini cukup unik karena dapat disambungkan ke PC atau konsol seperti headset gaming wireless pada umumnya. Di saat yang sama, ia turut mengemas koneksi Bluetooth seperti hampir semua TWS yang ada di pasaran — versi yang terbaru pula, yakni Bluetooth 5.2. Jadi kalau mau dipakai jalan-jalan di luar pun tidak masalah, apalagi mengingat fisiknya tahan air dengan sertifikasi IPX5.

Istimewanya lagi, dua jenis koneksi yang berbeda itu bisa aktif secara bersamaan. Jadi selagi terhubung ke PC atau konsol via dongle, perangkat juga dapat terhubung ke smartphone via Bluetooth. Alhasil, ketika ada panggilan telepon yang masuk, pengguna bisa langsung menerimanya tanpa perlu repot-repot berganti koneksi. Setelahnya, sesi gaming pun bisa langsung dilanjutkan karena koneksi perangkatnya memang tidak pernah terputus.

Kecanggihan JBL Quantum TWS tidak berhenti sampai di situ saja, sebab ia turut dilengkapi fitur active noise cancellation (ANC) yang adaptif, yang dapat berubah-ubah sendiri intensitasnya berdasarkan seberapa riuh kondisi di sekitar. Sebaliknya, ketika sedang berada di luar dan perlu mendengarkan suara-suara di sekitar, pengguna dapat mengaktifkan fitur ambient mode, yang juga bisa diatur intensitasnya.

Mengikuti tren terkini, JBL tidak lupa membekali Quantum TWS dengan dukungan teknologi spatial audio rancangannya sendiri. Dalam sekali charge, baterainya dipercaya bisa tahan sampai 8 jam pemakaian, sementara charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat hingga sebanyak dua kali (total 24 jam).

Di Amerika Serikat, JBL Quantum TWS kabarnya akan dipasarkan mulai musim semi mendatang dengan harga $175. Sejauh ini masih belum ada informasi terkait ketersediaannya di pasar tanah air.

Sumber: JBL via What Hi-Fi.

CES 2022; Jabra Elite 4 Active Hadirkan Active Noise Cancellation di Harga Kurang dari 2 Juta

Setiap orang pasti memiliki resolusi tahun barunya sendiri-sendiri, namun salah satu yang paling umum adalah “memulai gaya hidup yang lebih sehat”. Cara termudahnya tentu adalah dengan aktif berolahraga, tapi terkadang kita butuh dorongan ekstra untuk memulai suatu kebiasaan baru.

Dorongan ekstranya bisa dalam bentuk gadget baru, dan dalam konteks ini, TWS merupakan opsi yang masuk akal. Di pasaran sudah ada banyak TWS berdesain sporty yang ideal digunakan selagi berolahraga, dan salah satu yang terbaru datang dari Jabra.

Dijuluki Jabra Elite 4 Active, kehadirannya melengkapi lini TWS baru Jabra yang dirilis pada bulan September 2021 kemarin. Dari penamaannya, bisa ditebak bahwa posisi Elite 4 Active berada tepat di tengah-tengah Elite 3 dan Elite 7 Active. Ia lebih kapabel ketimbang Elite 3, tapi tidak sampai semahal Elite 7 Active.

Satu kelebihan utama Elite 4 Active yang tidak bisa kita jumpai pada Elite 3 adalah active noise cancellation (ANC), dan ini bisa didapat dengan selisih harga tidak lebih dari $40. Namun perlu dicatat, intensitas kinerja ANC di Elite 4 Active tidak bisa diubah-ubah. Fitur ini masih eksklusif untuk duo Elite 7 yang duduk di kategori premium.

Fitur transparency mode, atau HearThrough kalau dalam kamus Jabra, tentu juga tersedia di Elite 4 Active. Total ada empat buah mikrofon yang tertanam, lengkap beserta lapisan jaring-jaring untuk membantu meminimalkan suara angin yang tertangkap. Untuk kinerja audionya, Elite 4 Active mengandalkan sepasang driver berdiameter 6 mm. Sebagai pemanis, Jabra tak lupa menyematkan fitur-fitur pelengkap macam Google Fast Pair, Spotify Tap, dan integrasi Alexa.

Secara desain, Elite 4 Active tampak mirip seperti saudara-saudaranya. Ia tidak dilengkapi sirip seperti kebanyakan TWS sporty yang ada di pasaran, akan tetapi Jabra yakin ia masih bisa tetap stabil di telinga meski penggunanya sedang aktif berolahraga. Tanpa harus terkejut, bodinya secara keseluruhan tahan air dengan sertifikasi IP57.

Dalam sekali pengisian, Elite 4 Active mampu beroperasi hingga 7 jam nonstop, sementara charging case-nya sanggup mengisi ulang perangkat hingga sebanyak tiga kali, memberikan total daya tahan baterai selama 28 jam — sama persis seperti Elite 3.

Di Amerika Serikat, Jabra Elite 4 Active saat ini telah dipasarkan dengan harga $119, atau kurang lebih sekitar 1,7 jutaan rupiah. Sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya di Indonesia, namun kalau boleh menebak, harga jualnya di sini pasti masih di bawah 2 juta, sehingga masih terpaut cukup jauh dari Elite 7 Active yang dibanderol 2,5 jutaan.

Sumber: PR Newswire.

Dibanderol $199, Shure Aonic Free Ramaikan Pasar TWS Premium

Pabrikan audio kenamaan asal Amerika Serikat, Shure, meluncurkan TWS baru bernama Aonic Free. Shure menyebut Aonic Free sebagai TWS pertamanya, meski sebenarnya mereka sudah punya TWS bernama Aonic 215.

Alasannya simpel: secara desain, Aonic Free sangatlah berbeda dari Aonic 215 yang dibekali pengait telinga (ear hook). Terlepas dari ukurannya yang terkesan bongsor, Aonic Free tetap kelihatan jauh lebih mirip seperti kebanyakan TWS yang beredar di pasaran.

Tipikal Shure, kualitas suara menjadi suguhan paling utama, dan Aonic Free pun menjanjikan perpaduan antara clarity yang sangat baik dengan bass yang mantap. Shure memang tidak menjelaskan secara merinci spesifikasi driver yang digunakan, tapi nama besar dan pengalaman panjang mereka di industri audio semestinya sudah bisa menjadi jaminan.

Koneksinya mengandalkan Bluetooth 5, dan perangkat sepenuhnya kompatibel dengan codec aptX. Cukup disayangkan Aonic Free tidak punya active noise cancellation (ANC). Sebagai gantinya, ia mengandalkan mekanisme isolasi suara pasif yang diyakini mampu memblokir suara hingga 37 desibel.

Menariknya, meski tidak dilengkapi ANC, Aonic Free tetap menawarkan fitur transparency mode (Environment Mode kalau dalam kamus Shure) yang dapat diaktifkan via satu klik tombol, sehingga pengguna dapat mendengar suara-suara di sekitarnya ketika dibutuhkan tanpa perlu melepas perangkat dari telinga. Intensitas fitur transparency ini juga dapat diatur melalui aplikasi ShurePlus Play di smartphone.

Dalam satu kali pengisian, baterai Aonic Free diklaim bisa tahan sampai 7 jam pemakaian, sementara charging case-nya siap mengisi ulang sebanyak dua kali, memberikan total daya tahan baterai selama 21 jam. Shure tidak lupa menyematkan fitur fast charging; pengisian selama 15 menit saja sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam pemakaian.

Di Amerika Serikat, Shure Aonic Free saat ini telah dipasarkan seharga $199, atau kurang lebih sekitar 2,8 jutaan rupiah. Cukup terjangkau jika dibandingkan dengan deretan earphone kelas audiophile-nya yang biasa dijual di kisaran 8-9 jutaan rupiah.

Sumber: Engadget dan Shure.

Harga Beda Sedikit, Beats Fit Pro Bisa Jadi Alternatif yang Lebih Menarik Ketimbang AirPods 3

Apple belum lama ini meluncurkan AirPods generasi ketiga dengan desain baru dan kinerja audio yang lebih superior, tapi tanpa active noise cancellation (ANC) meski harganya dipatok $179. Kalau itu terdengar mengecewakan, Anda mungkin bisa mengalihkan perhatian ke TWS baru keluaran Beats berikut ini.

Dinamai Beats Fit Pro, ia bisa dianggap sebagai versi lebih canggih dari Beats Studio Buds yang dirilis beberapa bulan lalu. Wujudnya pun sepintas kelihatan mirip seperti Studio Buds. Bedanya, Fit Pro dilengkapi semacam sirip lentur (wingtip) yang akan memastikan perangkat tidak mudah terlepas dari telinga, bahkan ketika pengguna sedang aktif mengikuti sesi Apple Fitness+ sekalipun.

Hal lain yang sangat membedakan Fit Pro adalah penggunaan chip Apple H1 (yang absen pada Studio Buds). Berkat chip ini, Fit Pro mampu menawarkan fitur-fitur andalan lini AirPods macam one-touch pairing atau auto-switching antara perangkat-perangkat yang terhubung ke satu akun iCloud.

Beats bahkan tidak lupa menyematkan sensor skin-detect yang sama seperti milik AirPods 3 sehingga Fit Pro mampu memutar atau menyetop jalannya audio secara otomatis ketika dipasang atau dilepas dari telinga.

Namun bagian yang membuatnya jauh lebih menarik ketimbang AirPods 3 adalah keberadaan ANC yang adaptif sekaligus transparency mode (yang keduanya absen di AirPods 3). Ini secara langsung menempatkan Beats Fit Pro sebagai alternatif terhadap AirPods Pro, apalagi mengingat ia juga mengusung fitur Adaptive EQ dan dynamic head tracking untuk konten spatial audio (termasuk Dolby Atmos).

Semuanya kian disempurnakan oleh daya tahan baterai yang terbilang awet; hingga 6 jam nonstop dengan ANC menyala, plus 18 jam daya ekstra yang disuplai oleh charging case-nya (total 24 jam). Fast charging pun turut didukung; pengisian selama 5 menit sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam pemakaian. Sayang sekali case-nya tidak mendukung wireless charging.

Di Amerika Serikat, Beats Fit Pro dihargai $200, cuma $20 lebih mahal ketimbang AirPods 3. Pilihan warna yang tersedia ada empat: hitam, putih, abu-abu, dan ungu.

Sumber: Business Wire.

Palm Umumkan Palm Buds Pro, TWS ANC Seharga $129

Tiga tahun lalu, brand Palm resmi bangkit dari kubur di bawah manajemen baru. Produk perdananya sebagai sebuah startup baru adalah ponsel unik bernama Palm Phone. Sekarang, Palm rupanya sudah siap melangkah lebih jauh lagi hingga merambah kategori perangkat lain.

Produk terbarunya adalah Palm Buds Pro, sebuah TWS seharga $129 yang relatif kaya fitur. Meski kelihatan sleek, desain fisiknya yang tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4 sebenarnya tergolong cukup generik, akan tetapi itu tidak mencegah Palm menyematkan sederet fitur yang umumnya cuma bisa konsumen jumpai di TWS premium.

Utamanya adalah fitur active noise cancellation (ANC) yang mengandalkan total enam mikrofon (tiga di masing-masing earpiece). Palm cukup berbangga bahwa TWS-nya mengemas lebih banyak mikrofon ketimbang produk-produk pesaing yang bahkan berharga lebih mahal, dan ini tentu juga bakal berdampak positif pada kualitas suara yang ditangkap selama menelepon.

Tanpa harus terkejut, Palm Buds Pro tentu turut dilengkapi fitur ambient mode yang cara kerjanya bertolak belakang dengan ANC. Untuk mengaktifkan fitur-fitur ini, pengguna bisa memanfaatkan panel sentuh di sisi luar masing-masing earpiece, demikian pula untuk mengatur playback.

Hal lain yang dibanggakan oleh Palm adalah ukuran fisik driver yang tertanam di TWS bikinannya. Palm percaya bahwa driver berdiameter 10 mm milik Buds Pro mampu menghasilkan bass yang lebih mantap ketimbang TWS lain yang cuma mengandalkan driver sebesar 6 mm atau malah 4 mm. Sayang sekali untuk urusan codec, perangkat cuma mendukung AAC dan SBC, tidak ada aptX.

Palm bilang perangkat ini mampu beroperasi sampai 5 jam nonstop dalam sekali pengisian, atau sampai 6 jam kalau ANC-nya dimatikan. Charging case-nya sendiri siap mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali. Layaknya AirPods, Palm Buds Pro diklaim bisa langsung di-pair ke perangkat sesaat setelah casing-nya dibuka.

Belakangan ini ranah TWS memang terus bertambah ramai dan didatangi banyak pemain baru, sebut saja Nothing, Nura, dan Grell Audio. Apple yang memopulerkan kategori ini bahkan juga baru saja menyingkap AirPods generasi ketiga yang desainnya sudah dirombak drastis.

Sumber: The Verge.

AirPods Generasi Ketiga Unggulkan Desain Baru Serta Kinerja Audio yang Lebih Superior

Bersamaan dengan peluncuran MacBook Pro generasi baru, Apple juga memperkenalkan AirPods generasi ketiga. TWS anyar ini membawa sederet pembaruan yang signifikan dibanding pendahulunya, mulai dari desain sampai fitur dan performanya.

Dari segi desain, bisa kita lihat bahwa wujudnya kini jadi sangat mirip seperti AirPods Pro, minus eartip silikon di ujung masing-masing unitnya. Tangkainya memendek jika dibandingkan generasi sebelumnya, dan Apple juga menyematkan force sensor seperti yang terdapat pada AirPods Pro demi menghadirkan mekanisme pengoperasian yang lebih intuitif.

Tidak seperti pendahulunya, AirPods generasi ketiga kini tahan cipratan air dan keringat dengan sertifikasi IPX4. Bobotnya berada di kisaran 4,28 gram per earpiece, cuma sedikit lebih berat daripada AirPods generasi kedua (4 gram).

Meski mirip, AirPods generasi ketiga dan AirPods Pro sebenarnya masih punya sejumlah perbedaan fisik. Yang paling kentara adalah absennya ventilasi udara pada AirPods generasi ketiga, yang berguna untuk memperluas soundstage.

Terkait fitur dan kinerjanya, AirPods generasi ketiga menjanjikan kualitas suara dan mikrofon yang lebih baik dari sebelumnya. Apple turut membekalinya dengan fitur Adaptive EQ, yang diklaim mampu mengoptimalkan suara di frekuensi rendah dan sedang secara real-time berdasarkan fitting perangkat di telinga masing-masing pengguna.

Seperti halnya AirPods Pro dan AirPods Max, AirPods generasi ketiga juga sepenuhnya kompatibel dengan konten Dolby Atmos (spatial audio) sekaligus fitur dynamic head tracking. Perangkat turut dibekali fitur auto-play dan auto-pause berkat sensor yang bertugas mendeteksi apakah ia sedang berada di dalam telinga atau tidak.

Satu hal yang paling membedakan AirPods generasi ketiga dari AirPods Pro adalah active noise cancellation (ANC). Entah kenapa alasannya, Apple enggan menyematkan ANC ke TWS ini. Padahal, Beats Studio Buds yang dijual lebih murah saja punya fitur pemblokir suara aktif tersebut.

Soal daya tahan baterai, AirPods generasi ketiga diklaim sanggup beroperasi hingga 6 jam nonstop dalam sekali charge, sementara charging case-nya dapat mengisi ulang perangkat sampai sebanyak 4 kali, memberikan total daya baterai selama 30 jam.

Fast charging pun turut didukung; pengisian selama 5 menit saja sudah cukup untuk menenagai perangkat selama 1 jam pemakaian. Oh ya, case-nya ini kompatibel dengan charger MagSafe, kabar gembira bagi pengguna iPhone 12 dan iPhone 13.

Di Amerika Serikat, AirPods (3rd Generation) akan segera dipasarkan dengan harga $179. AirPods (2nd Generation) masih akan tetap dijual, tapi kini harganya tinggal $129 saja. Untuk AirPods Pro, batch barunya kini datang bersama charging case MagSafe dengan banderol yang sama, yaitu $249.

Apple Music Voice Plan

Bersamaan dengan peluncuran AirPods generasi ketiga, Apple juga memperkenalkan paket berlangganan baru buat layanan streaming musiknya. Paket bernama Apple Music Voice Plan ini akan tersedia dalam waktu dekat di 17 negara, tapi Indonesia tidak termasuk salah satunya.

Di Amerika Serikat, Apple mematok tarif $4,99 per bulan untuk paket baru ini, alias separuh dari tarif paket standarnya, dan sama persis seperti harga paket pelajar. Andai tidak ada perubahan, Apple Music Voice Plan semestinya bakal dihargai Rp29 ribu per bulan di Indonesia.

Lebih murah, lalu apa yang dipangkas? Sesuai namanya, Apple Music Voice Plan dimaksudkan untuk sepenuhnya diakses via perintah suara. Jadi ketimbang memilih lagu atau playlist via aplikasi, pelanggan paket ini harus meminta bantuan Siri. Dengan kata lain, paket ini jelas tidak cocok buat pelanggan yang menggunakan perangkat Android.

Perintah suaranya kontekstual, tapi tentu terbatas pada bahasa yang didukung oleh Siri (yang sejauh ini belum mencakup bahasa Indonesia). Beberapa contoh yang Apple berikan di antaranya adalah “Play the dinner party playlist,” dan “Play more like this”. Pelanggan Apple Music Voice Plan juga bakal menjumpai tampilan aplikasi yang berbeda dari biasanya.

Dari segi konten, pelanggan paket baru ini bisa mengakses katalog lengkap Apple Music yang mencakup lebih dari 90 juta lagu. Yang tidak tersedia adalah akses ke konten lossless dan Dolby Atmos. Kalau itu yang dicari, maka pengguna sebaiknya berlangganan paket standarnya.

Sumber: Apple 1, 2.

[Review] Huawei Freebuds 4: TWS Open-fit dengan ANC 2.0, Suara Bagus tanpa Gangguan Suara Luar

Huawei merupakan salah satu produsen AIoT yang memperkenalkan teknologi active noise cancelling pada produk True Wireless Stereo-nya di Indonesia. Berselang 2 tahun kemudian, Huawei kembali meluncurkan produk TWS-nya yang memiliki teknologi ANC yang lebih canggih lagi. Produk tersebut adalah penerus dari Huawei Freebuds 3, yaitu Huawei Freebuds 4.

Berbeda dengan Huawei Freebuds 4i yang memiliki desain in-ear, Freebuds 4 masih mengadopsi desain yang sama dengan Freebuds 3, yaitu Open-Fit. Unit review dari Huawei ini juga sudah menghampiri rumah saya semenjak bulan lalu. Dan semenjak itu, saya penasaran ingin mencoba teknologi ANC 2.0 yang dibenamkan pada TWS baru ini. Huawei juga mengatakan bahwa Freebuds 4 sudah dicoba dengan berbagai macam bentuk telinga sehingga ANC-nya lebih efektif dibandingkan seri sebelumnya.

Hal tersebut juga lah yang membuat saya sangat tertarik untuk mencobanya. Saya merupakan salah satu orang yang kurang cocok dengan TWS dengan desain Open-Fit. Hal tersebut tentu saja karena TWS jenis ini mudah tergeser ke bagian luar sehingga suara dari driver tidak sepenuhnya masuk ke rongga telinga serta noise dari luar yang mengganggu suara.

Huawei Freebuds 4 sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Bobot 4,1 gram per earbuds, 38 gram case
Versi Bluetooth 5.2
Ukuran Driver ⌀14,3 mm dynamic
Dimensi 41,4 x 16,8 x 18,5 mm (earbud), ⌀58 x 21,2 mm (case)
Kapasitas Baterai 30 mAh (per earbud), 410 mah (case)

Seperti pendahulunya, Huawei Freebuds 4 masih menggunakan driver besar dengan dimensi 14,3 mm. Driver berukuran besar ini memang cocok untuk melepaskan suara dengan lebih kuat ke rongga telinga pada model Open-fit. Huawei juga menjanjikan latensi rendah, yaitu 150ms pada smartphone EMUI serta 90 ms pada sistem operasi HarmonyOS. Sayangnya, saya sedang tidak memegang perangkat HarmonyOS pada saat pengujian.

Unboxing

Pada paket penjualan dari Huawei Freebuds 4 hanya akan ditemukan sebuah kabel USB-C untuk mengisi daya. Bagi pengguna yang memakai smartphone dengan port USB-C tentunya tidak perlu menggunakan kabel ini dan bisa memakai bawaan dari smartphone-nya.

Desain

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Huawei Freebuds 4 menggunakan model Open ear atau Open fit. Model ini sendiri akan digantung pada celah yang ada di telinga bagian bawah. Oleh karena itu, model Open fit tentu tidak akan masuk rapat ke rongga telinga dan seringkali tergeser ke luar. Dengan begitu, suara dari luar akan masuk ke rongga telinga sehingga suara dari driver kerap terganggu dan tidak penuh dan di sinilah ANC 2.0 dari Huawei berfungsi.

Sama seperti TWS yang beredar di pasaran, Huawei Freebuds 4 masih menggunakan bahan plastik polikarbonat yang tebal. Saat dipegang, TWS ini memang terasa kokoh sehingga saya tidak terlalu khawatir jika perangkat ini jatuh dari telinga. Charging case-nya pun juga dibuat sangat kokoh oleh Huawei sehingga tidak perlu khawatir untuk menaruhnya pada kantong belakang celana Anda.

Pada setiap earbuds-nya terdapat sebuah speaker, microphone, serta beberapa sensor. Pada bagian batang setiap earbuds-nya terdapat sensor sentuh yang bisa dikonfigurasi fungsinya dari aplikasi AI Life. Sensor tersebut memiliki 3 jenis gesture, yaitu sentuh 1x, sentuh 2x, dan menggeser dari atas ke bawah atau sebaliknya. Dan pada bagian bawah dari TWS ini terdapat konektor untuk mengisi ulang baterai dari case-nya.

Pada charging case-nya sendiri terdapat sebuah LED pada bagian depannya. Saat case ini terbuka, earpiece-nya akan langsung mencari perangkat bluetooth lainnya untuk melakukan pairing atau langsung terhubung. Pada bagian kanannya terdapat sebuah tombol untuk melakukan pairing dengan perangkat lainnya.

Huawei telah membenamkan driver berukuran besar ke dalam TWS Open-fit ini. Dengan dimensi yang sedikit lebih besar dibandingkan sang pendahulunya, Freebuds 4 pun memiliki driver 14,3 mm. Penggunaan driver yang lebih besar sendiri juga membuat suara pada bagian bass menjadi lebih baik. Hal ini pula lah yang dibutuhkan pada sebuah TWS dengan model ini.

Baterai yang ditanamkan pada kedua buah earpiece ini memiliki kapasitas 30 mAh. Dengan kapasitas ini, Huawei menjanjikan pemakaian hingga 4 jam tanpa ANC dan 2,5 jam dengan ANC. Untuk Charging case-nya sendiri sudah ditanamkan baterai 410 mAh yang membuat total pemakaian bisa mencapai 22 jam atau seharian penuh. Pengisian baterai charging case-nya sendiri menggunakan USB-C yang sudah umum digunakan saat ini.

Untuk orang yang sering berkeringat seperti saya, tidak perlu lagi khawatir TWS-nya akan rusak. Huawei Freebuds 4 sudah memiliki sertifikasi IP4X yang tahan terhadap percikan air. Jadi, perangkat ini juga cocok dijadikan perangkat penghilang kebosanan saat sedang berolah raga sendirian.

Huawei Freebuds 4 menggunakan sebuah aplikasi yang bernama AI Life. Aplikasi ini akan memperlihatkan informasi mengenai Huawei Freebuds 4, seperti sisa baterai. Selain itu, aplikasi ini juga bisa mengubah setting seperti gesture dan mengkonfigurasi ANC yang ada. Tentunya, aplikasi ini juga bisa melakukan upgrade firmware.

Menggunakan selama sebulan

TWS dengan model Open-ear memang tidak cocok untuk orang dengan telinga seperti saya. Setiap kali memasangkannya pada telinga, selalu saja ujung eartips menjauh dari rongga telinga. Hal tersebut tentu saja membuat suara yang dihantarkan dari driver ke telinga berkurang dan menjadi tidak lengkap. Oleh karena itu, saya sangat tertarik untuk mencoba ANC yang ada pada TWS ini.

Setelah membuka paket penjualannya, saya langsung menghubungkannya ke smartphone yang digunakan. Perangkat ini sudah mendukung codec SBC dan AAC dalam mentransfer suara. Aplikasi AI Life juga langsung mendeteksi perangkat yang satu ini. Setelah itu, sebuah firmware pun juga terdeteksi setelah terhubung dengan aplikasi tersebut, sehingga ada beberapa peningkatan pada Huawei Freebuds 4 yang saya gunakan.

 

Sekarang waktunya memasangkan perangkat ini pada kedua telinga saya. Tentunya saat memasangkan kedua earpiece tersebut, tidak ada yang berbeda dengan TWS Open-fit pada umumnya. Ujung dari earpiece lagi-lagi tidak mencapai rongga telinga sehingga saya cukup jelas mendengar semua suara di sekitar saya.

Kemampuan ANC 2.0 pada TWS ini pun saya uji kebenarannya. Saat menyalakannya, suara yang ada dari luar memang terdengar lebih kecil dibandingkan biasanya. Suara kipas PC yang biasanya cukup terdengar, sekarang terdengar sekitar 30-40%-nya saja. Apalagi suara ketikan dari sebuah keyboard mechanical yang menjadi hampir tidak mengganggu.

Setelah itu, saya langsung mendengarkan sebuah lagu dari aplikasi Spotify. Dengan menggunakan bitrate tertinggi (Vorbis 320 Kbps), saya mencoba pada volume sekitar 80% saja. Ternyata, suara yang ada dari luar menjadi sangat kecil sehingga suara dari lagu yang dimainkan menjadi dominan. Hal ini tentunya menambah kenyamanan pemakainya dalam mendengarkan musik.

Sayangnya, karena terdapat celah antara earpiece dan rongga telinga, membuat saya harus menaikkan volume suara menjadi 90%-100%. Pada tingkat ini, suara dari luar sudah hampir tidak terdengar sama sekali. Selain itu, menaikkan volume dari TWS ini juga diperlukan karena memang suara yang dihasilkan terdengar kurang kuat.

Satu hal yang pasti pada perangkat TWS ini adalah suara vokal yang dihasilkan terdengar jernih. Untuk channel high dan low, akan cukup menyenangkan mereka yang menyukai profil balanced. Untuk saya, TWS memberikan bass yang kurang dominan sehingga harus menyalakan fungsi bass boost pada aplikasi AI Life. Setelah itu, baru TWS ini terasa pas suaranya.

Mendengarkan lagu dengan format FLAC bahkan menjadi lebih enak untuk ukuran TWS Open-fit. Saya bisa mendengar petikan senar gitar dengan cukup jelas pada lagu Tears in Heaven. Tentunya suara dari Eric Clapton sendiri terdengar jelas dan tidak mendominasi. Untuk urusan mendengar musik, TWS ini berhasil memikat hati saya.

Dengan menyalakan ANC-nya, saya juga mencoba menonton film-film yang ada di Netflix. Hasilnya memang cukup menyenangkan. Suara yang ada terasa sangat fokus pada film tersebut dan hampir tidak terdengar suara lain dari luar. Akan tetapi apabila ada orang didekat saya sedang berbicara, tentu saja masih akan terdengar suaranya.

Dengan janji latensi yang rendah, tentu saja saya mencoba TWS ini dengan bermain game. Saya mencoba TWS ini dengan bermain game di PC, yaitu Shadow of the Tomb Raider dan Valorant. Alangkah senangnya pada kedua game ini, delay yang terjadi hampir tidak terasa sama sekali. Suara langkah musuh bisa saya dengar dengan jelas dan tepat.

Terakhir adalah pengujian untuk melakukan panggilan dengan menggunakan Whatsapp Call. Saya pun mencoba di luar ruangan yang memiliki banyak gangguan suara dan angin. Call Noise Cancellation yang ada bisa meredam gangguan dengan cukup baik, walaupun belum mengisolasi suara saya secara utuh.

Janji Huawei untuk daya tahan baterai pada TWS ini ternyata cukup tepat. Tanpa ANC, saya bisa menggunakannya hingga 4 jam. Untuk ANC, TWS ini akan mati dalam waktu sekitar 2,5 jam saja. Untuk mengisi baterai pada earpiece-nya, akan penuh dalam waktu sekitar 30 menit.

Verdict

Membeli sebuah TWS Open-Fit akan terasa sama jika tidak memiliki sebuah Active Noise Cancelling. Hal tersebut disebabkan oleh adanya celah yang cukup besar antara eartips dengan rongga telinga. Hal tersebut akan membuat suara dari luar masuk ke telingga sehingga suara dari TWS akan memudar. Masalah ini pun dipecahkan oleh Huawei dengan mengeluarkan Freebuds 4.

Teknologi Open-fit noise cancellation yang ada pada Huawei Freebuds 4 memang membuatnya berbeda dari TWS lain. Walaupun posisinya tidak pas pada telinga saya, suara yang dihadirkan pun menjadi lebih terdengar karena suara dari luar akan terhalau oleh ANC. Dengan volume penuh, suara luar akan terasa terisolasi dan akan memberikan suara yang bagus.

Daya tahan baterai dari TWS ini juga cukup baik saat tidak menyalakan ANC-nya. Selain itu, IP4x juga menjamin bahwa perangkat ini tidak rusak akibat terkena keringat di telinga. Latensi pada perangkat ini juga cukup kecil yang membuatnya pas untuk bermain game.

Untuk semua fitur yang dihadirkan, Huawei menjual Freebuds 4 dengan harga Rp. 2.199.000. Dengan harga tersebut, konsumen akan mendapatkan sebuah TWS Open-fit yang terasa pas untuk semua telinga berkat ANC 2.0-nya. Huawei menjual TWS ini pada jalur distribusi mereka baik online maupun offline.

Sparks

  • Teknologi ANC yang membuat TWS ini mirip in-ear
  • Kualitas suara yang dihasilkan bagus
  • Desainnya cukup nyaman di telinga
  • Aplikasi AI Life menyediakan fungsi yang cukup lengkap
  • Latensi kecil yang nyaman untuk bermain game

Slacks

  • Suara yang dihasilkan terasa kurang keras
  • Daya tahan baterai, terutama dengan ANC, kurang lama

TWS 1More ColorBuds 2 Unggulkan ANC dan Personalisasi Profil Suara

Mencari TWS yang sempurna buat semua orang itu nyaris mustahil. Alasannya sederhana: tiap orang mempunyai kemampuan mendengar sekaligus selera yang berbeda-beda. Itulah mengapa personalisasi menjadi aspek yang esensial.

Belakangan ini di pasaran mulai banyak TWS yang menawarkan personalisasi profil suara, tidak terkecuali persembahan terbaru 1More yang bernama ColorBuds 2 ini. Berbeda dari pendahulunya, ColorBuds 2 hadir membawa teknologi SoundID rancangan SonarWorks.

SoundID bekerja dengan mengajak pengguna menjalani tes singkat (via aplikasi smartphone) untuk memahami kemampuan mendengar sekaligus preferensinya masing-masing. Setelahnya, karakter suara yang dihasilkan oleh perangkat akan di-tune sesuai dengan hasil analisis tersebut. Lebih intuitif dan komprehensif ketimbang harus mengutak-atik equalizer.

Pembaruan lainnya adalah dukungan terhadap codec aptX Adaptive yang memungkinkan perangkat untuk bekerja secara maksimal ketika memutar musik, atau menekan latensi serendah mungkin ketika dipakai untuk menonton video atau bermain game. Koneksinya pun sudah memakai versi yang terbaru, yakni Bluetooth 5.2.

Namun pembaruan yang paling signifikan mungkin adalah hadirnya active noise cancellation (ANC) di ColorBuds 2. Intensitas fitur pemblokir suara ini juga dapat diatur sesuai kebutuhan, dan 1More tentu tidak lupa menyematkan fitur kebalikannya, yakni transparency mode yang dapat diaktifkan agar suara di sekitar pengguna bisa didengar tanpa perlu melepas perangkat dari telinga.

ColorBuds 2 mengemas sepasang dynamic driver 7 mm dan empat buah mikrofon noise cancelling. Semua itu dimampatkan dalam bodi yang ringkas dengan bobot cuma 4,9 gram per earpiece, plus sisi luar yang mendukung kontrol sentuh. Fisiknya pun tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX5.

Walaupun mungil, baterai ColorBuds 2 tergolong lumayan awet, setidaknya di atas kertas. Dalam sekali pengisian, ColorBuds 2 mampu bertahan hingga 6 jam pemakaian dengan ANC, atau 8 jam tanpa ANC, sementara charging case-nya dapat mengisi ulang sampai sebanyak dua kali.

Fast charging tentu masih didukung; mendiamkan ColorBuds 2 di case-nya selama 15 menit saja sudah cukup untuk pemakaian selama 2 jam. Case-nya sendiri mendukung pengisian menggunakan Qi wireless charger, satu fitur praktis yang absen pada pendahulunya.

1More ColorBuds 2 saat ini telah dipasarkan dengan harga S$159 di Singapura, atau kurang lebih setara 2,3 jutaan rupiah. Selisih harganya cukup jauh jika dibandingkan versi pertamanya yang dibanderol kurang dari sejuta, tapi memang pembaruan yang dibawa tergolong amat drastis.

V-MODA Ungkap TWS Perdananya, Hexamove Lite dan Hexamove Pro

V-MODA resmi ikut meramaikan pasar TWS dengan meluncurkan Hexamove. Bukan cuma satu, debut perdana V-MODA di ranah TWS ini hadir dalam dua varian sekaligus, yakni Hexamove Lite dan Hexamove Pro.

Dari namanya sudah tergambarkan bahwa kedua perangkat ini masih mempertahankan bentuk segi enam yang sudah menjadi ciri khas brand V-MODA itu sendiri. Tradisi lain yang juga tetap dipertahankan adalah opsi personalisasi via pelat ekstra yang bisa ditambahkan ke sisi luar masing-masing earpiece.

Awalnya saya mengira ada perbedaan dari segi kinerja audio atau spesifikasi pada kedua perangkat ini, tapi tebakan saya rupanya salah. Keduanya menawarkan kualitas suara yang identik, dengan sepasang driver berdiameter 6 mm dan dukungan codec AAC, SBC, serta aptX Adaptive, serta pengaturan equalizer via aplikasi pendamping.

Spesifikasi keduanya pun sama persis, dengan baterai yang bisa tahan hingga 6 jam dalam sekali charge, dan case yang bisa mengisi ulang perangkat sampai sebanyak tiga kali (total 24 jam). Kedua TWS sayangnya juga sama-sama tidak dilengkapi active noise cancellation (ANC). Padahal, V-MODA baru meluncurkan headphone ANC pertamanya Januari lalu.

Faktor yang membedakan Hexamove Lite dan Hexamove Pro adalah kustomisasi. Di Hexamove Lite, kustomisasinya cuma sebatas eartip dalam tiga ukuran yang berbeda. Di Hexamove Pro, ada tambahan beberapa aksesori modular yang bisa dipasangkan guna semakin menyempurnakan fitting-nya.

Aksesori yang pertama adalah sport fin, semacam sirip kecil untuk membantu menstabilkan posisi perangkat di dalam telinga. Kalau itu masih terasa longgar dan kurang mantap, pengguna bisa menambah aksesori yang kedua, yakni ear hook.

Aksesori yang terakhir mungkin terdengar agak mengherankan dan counterintuitive, yakni sebuah neck strap plus stabilizer yang akan menyulap Hexamove Pro menjadi earphone nirkabel dari zaman AirPods belum eksis, dengan earpiece kiri dan kanan yang tersambung oleh seutas kabel pendek. Buat apa? Supaya ia bisa dikalungkan dan tidak mudah hilang seperti kebanyakan TWS lain.

Di Amerika Serikat, V-MODA Hexamove Lite saat ini sudah dipasarkan seharga $130, dan tersedia dalam pilihan warna hitam, merah, dan sand white. Hexamove Pro di sisi lain dibanderol $170 dan tersedia dalam opsi warna hitam atau putih saja.

Sumber: Engadget.

vivo TWS 2 ANC Adalah Earphone Pertama vivo dengan Adaptive Noise-Cancellation

Untuk melengkapi pengalaman premium di smartphone, beberapa pabrikan smartphone rutin menghadirkan perangkat True Wireless Stereo atau berikutnya kita singkat saja TWS. Salah satunya vivo, masih ingat pada bulan April lalu mereka merilis X60 Pro dengan TWS Neo.

Pada peluncuran vivo X70 Pro belum lama ini, mereka juga mengumumkan TWS 2 series yang terdiri dari TWS 2 ANC dan TWS 2e. Masing-masing dijual seharga Rp1.099.000 dan Rp799.000, seperti apa fitur-fiturnya?

Fitur vivo TWS 2 Series

Dari namanya saja, kita sudah bisa menebak fitur unggulan vivo TWS 2 ANC. Ya, ia merupakan earphone pertama dari vivo yang dilengkapi dengan teknologi adaptive noise-cancellation yang dapat secara dinamis mengeliminasi kebisingan sekitar hanya dalam satu sentuhan.

Ia dapat mendeteksi suara eksternal secara terus-menerus dan membalikkan gelombang suara untuk menghilangkan kebisingan hingga 40dB. Anda juga dapat memilih tiga level noise cancellation secara manual, tinggi, normal, dan rendah.

Beberapa tahun lalu, noise-canceling termasuk fitur premium di TWS dan setidaknya dijual di atas 2-3 jutaan. Namun sekarang sudah dapat ditemukan di TWS satu jutaan seperti vivo TWS 2 ANC.

Permintaan TWS yang tinggi dan banyaknya pemain yang masuk membuat pasar TWS sangatlah kompetitif. Konsumen cukup diuntungkan karena ada banyak model TWS yang dirilis dengan berbagai rentang harga dan adopsi teknologi TWS yang cepat.

Dari segi desain, TWS 2 ANC tampil cukup simpel dengan tipe in-ear dan tersedia dalam opsi warna khas vivo starry blue dan moonlight white. Bentuknya dibuat seringkas mungkin, dimensi earphone-nya 23,8×22,2×30,2 mm dan 60×24,3×45,4 mm untuk charging-nya.

Total bobotnya 41,9 gram dan per earphone hanya 4,9 gram, sangat ringan agar nyaman digunakan seharian sambil beraktivitas. Bodi dari earphone pun sudah dustproof dan waterproof dengan peringkat IP54.

Fitur lain termasuk transparency mode yang memungkinkan mendengarkan suara luar layaknya saat tidak memakai earphone. Jadi, Anda dapat berbicara dengan orang-orang di sekitar tanpa perlu melepas earphone.

Selain itu, latensi audio-nya hanya serendah 88ms. Sedangkan untuk daya tahan baterainya, TWS 2 ANC dapat bertahan hingga 7,3 jam sekali pengisian dengan noise cancellation dimatikan dan 4,1 jam dengan noise cancellation aktif. Serta, totalnya menjadi 29 jam dengan charging case saat noise cancellation dimatikan.

Beralih ke vivo TWS 2e, versi terjangkau dari TWS 2 ANC ini dibanderol Rp300.000 lebih murah karena tanpa teknologi noise-cancellation. Ukuran per earphone-nya sedikit lebih ringan yakni hanya 4,7 gram dan latensi audio-nya 117 ms. Daya tahan baterainya mencapai 7,6 jam dan 30 jam dengan charging case, spesifikasi lainnya cukup identik dengan TWS 2 ANC.