Cetak Pertumbuhan 3x Lipat, Mapan Terus Dorong Pemberdayaan Perempuan di Indonesia

Platform arisan digital Mapan merupakan perusahaan teknologi keuangan berbasis komunitas yang berfokus pada penyediaan akses dan kesempatan untuk kalangan masyarakat menengah ke bawah. Perusahaan sempat masuk ke dalam ekosistem Gojek hingga akhirnya diakuisisi penuh pada 2017.

Pada 2022 lalu, Mapan mengumumkan pendanaan seri A senilai $15 juta atau setara Rp223 miliar. Dana segar ini disebut akan digunakan untuk mengembangkan lebih lanjut layanan arisan digital melalui perluasan jangkauan produk dan bermitra dengan pemasok terbaik.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, CEO Mapan Ardelia Apti mengungkapkan pertumbuhan bisnis perusahaan yang dinilai cukup signifikan, “Pada periode 2021-2022, revenue kita meningkat 3x lipat secara Year on Year (YoY). Hal ini juga didukung oleh pertumbuhan jumlah pengguna baik dari sisi mitra usaha dan anggota arisan di platform Mapan.”

Hingga saat ini, Mapan berhasil menjangkau sekitar 250 ribu agen atau mitra dan melayani lebih dari 3 juta pengguna, tidak disebutkan berapa orang yang aktif dari angka tersebut.

Mereka melihat ada potensi yang sangat besar di sektor ini. Pihaknya menilai masyarakat masih memiliki isu dalam hal disiplin menabung. “Kami percaya digitalisasi arisan adalah solusi yang sustainable dalam collective saving. Kita juga mencanangkan untuk bisa menjangkau 10 juta rumah tangga dengan solusi ini di tahun 2026,” tambah Ardelia.

“Di samping itu, kita juga menambah jumlah SKU yang ditawarkan dengan metode arisan. Memperluas jangkauan ke beberapa daerah di Indonesia seperti Sumatra, Sulawesi, Kalimantan dan Nusa Tenggara. Hal ini yang mendorong revenue terus meningkat,” ujar Ardel, panggilan akrabnya.

Untuk SKU sendiri, Mapan melakukan riset tersendiri untuk mengetahui kebutuhan dari para anggota. Perusahaan juga memilih supplier yang cocok untuk target pasar. Saat ini, untuk supply, penyimpanan, serta pengiriman  dilaksanakan oleh partner, saat ini adalah Blibli.

Dorong pemberdayaan perempuan

Melalui berbagai layanannya, Mapan memberikan akses dan peluang bagi penggunanya untuk bisa lebih berdaya dan mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Saat ini terdapat empat produk utama di platform mapan, yaitu Mapan Arisan, Mapan Toko, Mapan Mart, dan Mapan Pulsa.

Mapan menargetkan pengguna dari kalangan perempuan yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga atau pemilik warung, ingin berkontribusi buat keluarganya sebagai Mitra Usaha Mapan atau MUMs. Mereka yang menjadi perpanjangan tangan layanan Mapan di lingkungannya dan mendistribusikan konsep arisan digital pada para anggotanya.

Salah satu kisah yang dibagikan oleh seorang MUM bernama Eka Uswatun yang sebelumnya pernah menjadi karyawan swasta namun memutuskan untuk fokus ke keluarga setelah menikah. Ketika pandemi, ia mengaku, “Mapan membantu saya untuk bertahan secara finansial dan akhirnya saya bisa membantu ekonomi keluarga saya.”

Selain itu, Eka juga aktif melakukan edukasi ke warga sekitar untuk bisa menjadi lebih berdaya, mandiri, dan produktif secara finansial lewat Mapan. “Persona yang ditargetkan adalah para perempuan yang bisa menjadi pionir dalam kelompok arisan ini serta membantu menyampaikan nilai dari platform ini.

Profilnya sendiri cukup beragam. Banyak MUMs yang Banyak di 30-40an. Ada yang punya bisnis reseller ada yang ini jadi bisnis pertamanya. Kebanyakan adalah sebagai pribadi, Mapan ini source utama. Kebanyakan housewives yang tidak memiliki penghasilan dan mapan bisa menjadi source of income melalui komisi.

“Selain menggencarkan digitalisasi arisan, kita juga punya tim community management di daerah-daerah utama kehadiran Mapan. Kami berusaha untuk tidak hanya melakukan empowering dalam hal berjualan dan menghasilkan pemasukan tetapi juga untuk pengayaan ilmu dan keterampilan yang dibutuhkan,” jelas Ardel.

Mapan juga mengoperasikan MapanTV yang berisi video dengan topik terkait women empowerment serta program-program yang ada di platformnya. Melalui kanal ini, mereka juga kerap menayangkan kelas pemberdayaan seperti kelas masak online. Selain itu, komunitas di Mapan juga secara rutin melakukan kopdar, termasuk menyelenggarakan event yang bukan hanya berisi informasi terkait mapan tetapi juga membahas kesadaran akan kesehatan fisik dan mental.

Dalam wawancara ini, Ardel turut membagikan pengalamannya sebagai seorang pemimpin perempuan dan sebagai pekerja pada umumnya. Ia mengungkapkan bahwa terkadang, tantangan yang dihadapi datang dari diri sendiri. Banyak kasus perempuan tidak bisa meningkatkan derajat hidupnya karna terhhalau limitasi yang ia buat sendiri.

Ardel ditunjuk menjadi CEO Mapan menggantikan Hendra Tjanaka pada Juni 2022 setelah menjalani masa transisi selama lima bulan. Ia merasa ini adalah kesempatan luar biasa untuk bekerja di sebuah perusahaan yang mengedepankan women empowerment. Sebelumnya, Ardelia bekerja sebagai Country Director di Element, Inc. dan konsultan di McKinsey & Company.

Sebagai CEO perempuan, Ardel mengaku tidak ada tantangan yang signifikan dari sisi penerimaan tim, “Lebih kepada membangun kepercayaan diri sendiri. Bagaimana aku menghadapi keraguan atas diriku sendiri. Salah satu caranya adalah dengan bersikap terbuka dan menerima kritik dan saran dari orang lain,” ungkapnya.

Menjadi seorang leader, satu hal yang penting adalah memiliki kedekatan dengan karakteristik audiens Mapan yang adalah perempuan. Itulah yang menjadi alasan perusahaan banyak melakukan riset, mengunjungi rumah MUMs, juga melakukan kopdar.

“Supaya kita bisa pastikan untuk menyediakan solusi dan layanan yang sesuai dengan target market yang adalah perempuan, sesuai nature dan karakteristik perempuan, kebutuhan perempuan dan opportunity yang cocok dilaksanakan perempuan. Arisan sendiri menurut aku sangat cocok. Kami lakukan digitalisasi dan ekspansi agar arisan ini bisa jadi sesuatu yang lebih impactful,” ujarnya.

Di Mapan, ia juga merasakan banyak keselarasan antara semangat tim dengan layanan yang disediakan untuk menjadi perusahaan yang relevan dengan misinya. karena banyak alignment antara spirit tim, layanan yang dilaksanakan, untuk menjadi perusahaan yang relevan dengan misinya. Hingga saat ini tim Mapan sudah berkembang menjadi sekitar 150 karyawan.

Tanggal 21 April lalu merupakan peringatan hari Kartini yang bertepatan dengan Lebaran Idul Fitri 2023. Salah satu poin yang ingin diangkat oleh Ardel adalah bahwa perempuan butuh lebih banyak representasi di level kepemimpinan untuk bisa membantu membangun kepercayaan diri. Satu hal penting adalah seberapa percaya kita pada kemampuan sendiri untuk bisa mencapai posisi yang kita inginkan.

Salah satu ungkapan favorit Ardel dari RA Kartini adalah “Kerja! Kerja! Kerja! Perjuangkan kebebasanmu! Baru kemudian kalau kau telah bebaskan dirimu sendiri dengan kerja, dapatlah kau menolong yang lain-lain!” Ia percaya bahwa kita harus bisa membebaskan diri dari batasan-batasan yang dibuat untuk diri sendiri dengan bekerja keras hingga mencapai aktualisasi diri. Hanya dengan membebaskan diri maka kita bisa membebaskan orang lain.

Application Information Will Show Up Here

Fokus Simona Ventures Dukung “Female Founders” di Asia Pasifik

Berangkat dari pengalamannya berkecimpung di dunia teknologi sejak tahun 2011, Putri Izzati kemudian berinisiatif untuk mendirikan sebuah wadah yang bisa menampung entrepreneur perempuan di Indonesia. Bernama Simona Ventures, misi dari Putri dan tim adalah membantu pendiri startup perempuan mendapatkan dukungan menyeluruh agar bisa membangun bisnis mereka, dan tidak kalah saing dengan pendiri startup yang saat ini masih didominasi laki-laki.

Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang mengalami peningkatan cukup signifikan dalam hal pertumbuhan startup, juga pasar yang paling banyak dilirik oleh perusahaan venture capital asing. Namun demikian Putri mencatat, masih sedikit jumlah pendiri startup perempuan yang mendapatkan dukungan dalam bentuk investasi hingga kesempatan lainnya dari venture capital dan pihak terkait.

“Hal tersebut yang kemudian menjadi fokus kami di Simona Ventures, yaitu memberikan dukungan dalam bentuk networking dan edukasi sehingga pada akhirnya investasi kepada mereka pendiri startup perempuan atau startup yang memiliki perempuan di jajaran C-Level,” kata Putri.

Putri menambahkan, dengan demikian nantinya bisa muncul role model perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi untuk bisa menjadi panutan bagi generasi muda khususnya perempuan. Hal tersebut yang saat ini masih sangat sedikit jumlahnya bukan hanya di Indonesia namun juga secara global.

“Kalau kita lihat saat ini negara seperti Amerika Serikat sudah mulai menempatkan perempuan di jajaran C-Level mereka sehingga meminimalisir gender gap di perusahaan. Di Indonesia sendiri masih sangat belum maksimal dilakukan,” kata Putri.

Meluncurkan Simona Accelerator APAC Women Founders

Salah satu kegiatan rutin yang baru saja diumumkan oleh Simona Ventures bulan Febuari lalu untuk batch pertama dan nantinya akan menjadi kegiatan rutin yang digelar dua kali dalam satu tahun adalah APAC Women Founders. Acara yang diinisiasi oleh Simona Accelerator ini akan memilih 12 startup terbaik yang memiliki pendiri perempuan atau memiliki perempuan di jajaran C-Level atau di manajemen perusahaan.

Nantinya startup terpilih dari Asia Pasifik akan mendapatkan bantuan, dukungan hingga investasi untuk kemudian melakukan ekspansi di Indonesia. Selain itu pemenang dari kegiatan tersebut juga berhak mendapatkan mentorship dari Google dan berhak mengikuti program khusus di Korea Selatan.

“Meskipun fokus kita adalah mengundang startup Asia Pasifik untuk masuk ke Indonesia, namun bagi startup dari Indonesia yang beruntung juga bisa mendapatkan kesempatan mentoring hingga perluasan bisnis secara regional,” kata Putri.

Kategori startup yang dipilih tentu saja yang mendukung “closing the gender gap” dan memiliki pendiri perempuan. Dengan demikian bisa lebih fokus lagi bagi Simona Ventures dan partner untuk meraih tujuan akhir yaitu memberikan kesempatan lebih kepada female founders untuk mengembangkan bisnis mereka.

“Kami juga ingin memberikan dukungan setelah kegiatan tersebut berakhir. Salah satu rencana kami adalah mengembangkan program alumni, sehingga peserta baru dan lama bisa saling bertemu dan menjalin networking setelah program berakhir,” kata Putri.

Terapkan Empat Hal Berikut untuk Menarik Minat Developer Perempuan

Saat ini masih banyak startup yang kesulitan untuk menemukan developer perempuan. Mulai dari kurangnya minat dari kalangan perempuan untuk berkarier menjadi seorang developer, hingga belum adanya kesempatan hingga masih minimnya peluang untuk developer perempuan mengembangkan karier. Artikel berikut ini akan membahas 4 hal penting yang wajib dicermati oleh startup, jika berniat untuk menambah jumlah developer perempuan dalam tim.

Perhatikan jumlah developer perempuan

Salah satu alasan pada akhirnya developer perempuan tertarik untuk bekerja di sebuah startup adalah jumlah developer yang saat ini ada. Semakin sedikit jumlah developer yang ada, semakin besar keraguan dari calon developer perempuan tersebut untuk mencoba. Rekrutlah developer perempuan lebih banyak dalam tim Anda, dan ciptakan kolaborasi yang positif agar bisa menarik lebih banyak minat para developer perempuan.

Lingkungan kerja yang nyaman

Saat ini kultur perusahaan, fasilitas yang lengkap sudah menjadi pemandangan yang umum di sebuah startup. Namun demikian jika tidak didukung dengan suasana kerja yang hangat serta kolaborasi yang solid akan menjadi percuma dan tentunya kurang ampuh untuk menarik perhatian developer perempuan. Jika Anda ingin merekrut lebih banyak developer perempuan, pastikan suasana kerja dalam tim akrab dan ciptakan relasi yang positif.

Berikan promosi dengan adil

Berikan kesempatan, penghargaan hingga promosi yang adil bukan hanya untuk developer pria namun juga perempuan. Sampaikan secara langsung jika ada kesalahan yang dibuat atau penghargaan jika kinerja yang baik. Pada umumnya pekerja perempuan, enggan untuk menanyakan perihal promosi, kenaikan gaji dan hal terkait lainnya kepada atasan. Untuk itu jika memang developer perempuan tersebut memiliki skill dan kemampuan di atas rata-rata, berikan promosi yang layak untuk mereka.

Berikan dukungan

Menjadi kaum minoritas dalam sebuah startup sudah menjadi hal yang biasa dialami oleh developer perempuan. Untuk mengimbangi hal tersebut berikan dukungan kepada developer perempuan dengan menunjukkan pendekatan hingga aksi yang positif dan tentunya memberikan impact kepada developer perempuan. Dengan demikian meskipun kalah jumlahnya dibandingkan dengan developer pria, para developer perempuan bisa tetap nyaman bekerja.

HangOut with FreakOut Kedua Akan Bahas Feminisme di Ekosistem Pemasaran Digital

Setelah sebelumnya hadir Januari lalu mengangkat tema pemasaran digital modern, HangOut with FreakOut kini melanjutkan debutnya di acara diskusi kedua. Berkolaborasi dengan DBS Bank, tema yang akan diangkat pada event kali ini mengenai “Feminism in Digital Marketing Ecosystem”. Tema ini diangkat untuk membuktikan bahwa di dalam ekosistem digital marketing ada sosok-sosok Kartini yang menginspirasi banyak orang.

Acara kedua ini akan diadakan di DBS Tower pada Jumat, 28 April 2017 mulai pukul 13.00. FreakOut mengajak semua perempuan yang tertarik dengan dunia digital dan ingin mendengarkan langsung cerita dan insight menarik dari para pemateri.

Beberapa pemateri yang akan dihadirkan dalam event HangOut with FreakOut ini di antaranya Ernita Ariestanty (CEO ZenithOptimedia), Mireille Makmur (Head of Business Analytics and Customer Experience DBS Bank) dan Nendra Rengganis (Ex Editor in Chief Hipwee, CEO Boombastis). Ketiga pembicara tersebut akan membagikan berbagai cerita dan pengalaman mereka sebagai perempuan karier di lingkup profesional digital marketing.

Sedangkan mengenai tema spesifik yang akan dibawakan, Ernita Ariestanty dari ZenithOptimedia akan membagikan ceritanya memimpin sebuah agensi dari konvensional hingga bertransformasi digital, namun tetap menjaga komitmennya sebagai ibu rumah tangga. Mireille Makmur, dengan segudang pengalamannya di bidang analisis, akan bercerita mengapa dia memilih analisis sebagai jenjang kariernya dan apa insight konsumen menarik yang dia temukan terutama di bidang perbankan.

Tak ketinggalan Nendra Rengganis akan banyak bercerita tentang pengalamannya membangun dan memimpin media milennials Hipwee, dan apa yang akan dilakukannya untuk media millennials yang sekarang sedang dikerjakannya, yaitu Boombastis.

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi laman resmi HangOut with FreakOut di sini http://id.foutap.com/hangout-with-freakout.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara HangOut with FreakOut

Empat Hal yang Wajib Diperhatikan Perempuan Sebelum Bekerja di Startup

Saat ini sudah banyak perempuan yang tertarik untuk bekerja di startup. Apakah untuk mengisi posisi jajaran engineer, pemasaran hingga tim media sosial. Meskipun dominasi tetap ada di kalangan pria, namun dunia startup menawarkan banyak kemudahan dan tentunya suasana kerja yang dinamis, cocok untuk Anda perempuan Indonesia yang ingin bekerja di startup.

Artikel berikut ini akan mengupas 4 hal yang wajib diketahui oleh perempuan, jika tertarik untuk bekerja di startup.

Kultur startup

Saat ini sudah banyak startup yang menerapkan kultur startup di kalangan internal. Hal tersebut memang banyak dianjurkan oleh para pakar hingga praktisi dan penggiat startup. Selain mampu menerapkan kerangka dan struktur perusahaan yang tepat, kultur perusahaan juga bisa menempatkan para pegawai hal-hal yang wajib dilakukan dan dihindari. Jika Anda perempuan tertarik untuk bekerja di sebuah startup baru atau yang sudah establish, baiknya cermati dulu kultur dari startup tersebut. Hal ini penting dilakukan, untuk memastikan karakter dan kebiasaan Anda, apakah cocok dengan kultur startup yang diincar atau tidak.

Perhatikan latar belakang dan berita terkini tentang startup

Cara lain yang wajib dilakukan adalah dengan melakukan pengecekan secara menyeluruh kondisi keuangan dan berapa banyak nilai dari startup yang Anda incar. Jangan hanya tergoda dengan fasilitas, kantor yang terlihat keren dan hip, namun ternyata tidak cukup mampu menghasilkan profit. Idealnya startup yang sehat adalah startup yang memiliki organisasi dan keuangan yang baik, sehingga Anda sebagai pegawai nantinya bisa merasa nyaman dan aman bekerja di startup tersebut.

Usia dan pengalaman dari CEO

Kebanyakan CEO dan pendiri startup adalah pria yang masih berusia muda. Meskipun terbukti sudah banyak startup yang berawal dari pengalaman minim serta usia belia dari CEO namun bisa sukses dan menjadi perusahaan besar saat ini (Facebook, Snapchat, Airbnb), namun hal tersebut bisa juga menyebabkan startup tidak bisa berjalan dengan baik, karena kurangnya pengalaman dari CEO. Untuk itu cari tahu lebih mendalam pengalaman, visi dan misi serta strategi yang dimiliki oleh CEO muda di startup yang Anda incar. Jika mereka mampu memperlihatkan potensi dan peluang yang ada, bisa dipastikan startup akan tumbuh dengan baik.

Perempuan di jajaran manajemen

Sebagai perempuan tentunya Anda bisa menilai secara langsung, kultur serta kebiasaan yang ada pada startup dari jajaran manajemen atau supervisor. Jika di startup tersebut tidak memiliki perempuan yang memegang peranan penting, bisa dipastikan startup tersebut kurang menghargai atau memerlukan peranan perempuan untuk memegang posisi kunci. Hal ini tentunya bisa menjadi penilaian yang krusial bagi Anda perempuan muda, yang berencana untuk bekerja di startup tersebut.

Hasil Temuan Mastercard tentang Ketertarikan Perempuan Berkarier di Bidang STEM

Mastercard kembali merilis laporan keduanya bertajuk “Girls in Tech”, kali ini memfokuskan pada kepuasan para pekerja perempuan di bidang STEM (Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika). Salah satu simpulan menarik disebutkan bahwa 72 persen dari pekerja di bidang STEM di Indonesia sangat puas dengan karier mereka saat ini. Sementara itu tingkat partisipasi anak-anak perempuan di Indonesia (usia 15-19 tahun) di bidang STEM merupakan kedua tertinggi di wilayah Asia Pasifik.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini berdasarkan pada wawancara yang berlangsung pada bulan Desember 2016 dengan jumlah responden sebanyak 2.270 perempuan berusia 12-25 tahun di enam negara di kawasan Asia Pasifik, termasuk Indonesia.

Di antara first jobber yang lulus kuliah dengan gelar STEM, sebanyak 84 persen memperoleh pekerjaan pertama kurang dari enam bulan, sementara 60 persen dari para lulusan tersebut sangat puas dengan pilihan pekerjaan yang mereka miliki setelah lulus.

Selain itu banyak 63 persen dari perempuan muda yang disurvei mengungkapkan bahwa mereka cenderung untuk bertahan di bidang yang terkait dengan STEM dalam karier. Banyaknya kesempatan untuk belajar, bertumbuh dan maju, serta passion mereka terhadap bidang STEM merupakan faktor utama yang dipilih responden untuk tetap bertahan berkarier di bidang STEM.

Kondisi peminat STEM di kalangan perempuan Indonesia

Di Indonesia, mayoritas dari lulusan STEM bekerja di bidang yang sesuai dengan gelar mereka (84 persen bekerja di bidang STEM). Mereka mengatakan bahwa passion (50 persen) dan tantangan (47 persen) merupakan alasan utama untuk bekerja di bidang STEM. Pemikiran mereka ketika memutuskan untuk memilih sebuah pekerjaan ialah upah yang tinggi (82 persen), bekerja dengan orang-orang yang cerdas (82 persen), keamanan dalam bekerja (79 persen) serta kesesuaian pekerjaan dengan ketertarikan mereka (79 persen).

Sementara itu walaupun partisipasi anak-anak perempuan berusia 12-19 tahun di bidang STEM merupakan salah satu yang tertinggi di wilayah Asia Pasifik, namun dibandingkan dengan negara lainnya Indonesia menjadi negara yang paling mendekati untuk menutup adanya kesenjangan gender (gender gap).  Hanya 26% dari anak-anak perempuan di Indonesia (dibandingkan dengan 39% rata-rata di wilayah tersebut) yang menyatakan bahwa anak-anak perempuan lebih cenderung untuk tidak memilih mata pelajaran STEM ketika melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.

Kekhawatiran dan harapan perempuan di dunia kerja berbasis teknologi

Di antara para remaja perempuan yang disurvei, 30 persen dari mereka yang berusia 17-19 tahun mengatakan bahwa mereka tidak akan memilih pekerjaan di bidang STEM walaupun mereka mempelajari mata pelajaran bidang tersebut. Sementara itu, anak-anak perempuan berusia 12-19 tahun mengatakan mereka akan terus memegang persepsi bahwa mata pelajaran STEM itu sulit (39 persen) dan karier STEM merupakan karier yang bias gender, dengan dua dari lima anak perempuan percaya hanya sedikit anak perempuan yang memilih mata pelajaran STEM dikarenakan adanya persepsi bahwa pekerjaan STEM didominasi oleh laki-laki.

Ketika ditanyakan mengenai hal yang dapat menarik perhatian anak perempuan untuk mengejar karier di bidang STEM, anak-anak perempuan berusia 17-19 tahun menyatakan bahwa beasiswa (38 persen), wanita yang telah berhasil di bidang STEM dan menjadi panutan mereka (34 persen) serta dukungan kuat dari sekolah dan institusi (32 persen) sebagai tiga motivasi utama mereka. First jobber di bidang STEM merasa bahwa paparan sebelumnya mengenai karier STEM melalui kesempatan bersosialisasi atau networking (43 persen), magang (36 persen) dan pameran untuk karier (35 persen) akan membantu untuk mempersiapkan diri mereka lebih baik dari kondisi mereka saat ini.

Tiga dalam lima first jobber yang disurvei menyatakan bahwa kesesuaian pekerjaan bagi wanita merupakan sebuah kriteria ketika mereka mencari pekerjaan, sementara 46 persen percaya bahwa pada organisasi mereka saat ini, para pria dibayar lebih banyak dibandingkan perempuan untuk posisi yang sama.

Di antara first jobber STEM yang mempertimbangkan untuk bekerja di bidang non-STEM, kekhawatiran terhadap kurangnya eksposur terhadap hal-hal komersial (36 persen), jam kerja yang panjang (36 persen) dan kesesuaian untuk jenis kelamin/gender (33 persen) merupakan alasan utama yang mendorong mereka untuk melakukan hal tersebut.  42 persen dari first jobber STEM percaya bahwa kita butuh untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap STEM agar dapat menarik generasi perempuan selanjutnya untuk mengejar karier di bidang STEM.

Bagaimana Perempuan Menjadi Bagian Sebuah Startup (Bagian 2)

Tulisan ini menjadi lanjutan dari artikel di tahun 2015 berjudul “Bagaimana Perempuan Menjadi Bagian Sebuah Startup”. Kala itu kami mewawancara tiga orang yang terlibat langsung dalam sebuah bisnis startup, dari sisi investor, pengembang bisnis dan juga developer. Dalam artikel tersebut dijabarkan beberapa hal teknis terkait keterlibatan perempuan dalam sebuah bisnis teknologi.

Dalam sebuah kesempatan, pada pagelaran Women in Tech yang diinisiasi oleh ADITIF (Asosiasi Digital Kreatif), sebuah diskusi terkait peran perempuan dalam industri teknologi dibahas. Kali ini fokus pada kultur kerja dan juga lingkungan yang berkorelasi dengan kenyamanan pekerja perempuan dalam bisnis teknologi, khususnya dalam ukuran startup.

Dalam kesempatan tersebut hadir GKR Hayu sebagai penanggung jawab TIK di Keraton Yogyakarta, Founder & CEO Fitinline Istofani Api Diany, Co-Founder & CEO JakPat Anggit Tut Pinilih dan CEO WeMarry Mugi Rahayu Wilujeng.

Salah satu yang melatarbelakangi diskusi ini adalah hasil survei Harvard Business Review (HBR) yang mengemukakan fakta untuk dalam industri teknologi. Dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2016 tersebut, dituliskan perbandingan keterlibatan perempuan dan laki-laki dalam industri teknologi adalah dua banding delapan. Hanya 9 persen dari total entrepreneur adalah perempuan.

Di sisi investasi pun juga angkanya sangat signifikan jaraknya. Data dari Entrepreneur.com mengemukakan 89 persen investor adalah laki-laki dan mereka berinvestasi pada (kebanyakan) perusahaan yang dikelola oleh laki-laki. Hanya 7 persen founder perempuan yang mendapatkan suntikan investasi dari venture capital.

Kultur yang menahun dianggap sebagai sebuah kepastian

Mengawali pemaparannya Hayu menceritakan pengalamannya masuk menjadi tim IT sebuah perusahaan perbankan diteruskan menjadi manajer produk di sebuah perusahaan pengembang game. Berbicara dari sisi kemampuan teknis, anggapan miring seputar kompetensi pekerja perempuan sudah sangat akrab ia terima. Hayu mengatakan masih sering menemui kebiasaan yang memposisikan perempuan selalu harus berada di role pekerjaan yang non-teknis. Itu jika berbicara dari sisi kapabilitas dan di lingkungan kerja menurutnya ada hal lebih mendasar yang justru mengganggu kemajuan karier perempuan di industri teknologi, yaitu lingkungan pekerjaan.

“Kantor di perusahaan IT sering kali kurang memberikan kenyamanan kepada perempuan. Hal ini terbangun secara alamiah karena umumnya perusahaan IT didominasi laki-laki. Sementara itu perempuan memiliki sifat kurang merasa aman ketika harus di lingkungan seperti itu,” ujar Hayu membuka diskusi.

Sebagai CEO, Anggit mengonfirmasi keadaan yang disebutkan dalam riset HBR di atas. Beberapa kali ia ketemu investor, tidak jarang yang menyampaikan sikap acuh dan underestimate. Namun jika dalam perspektif lingkungan kerja, karena di startup yang ia pimpin porsi jumlah perempuan dan laki-laki hampir seimbang, proses bisnis justru bisa saling melengkapi.

“Sering kali terjadi perbedaan pendapat terutama ketika mengembangkan produk. Karena tim pengembang laki-laki sering kali memfokuskan pada fitur, sedangkan perempuan lebih banyak mengulas tentang detail dan sudut pandang dari calon pengguna. Namun dari situ malah saling melengkapi,” ungkap Anggit menceritakan kultur kerja di kantornya.

Diskusi tentang Women in Tech dari Aditif

Edukasi perlu dilakukan dari sudut pandang laki-laki

CEO portal pernikahan WeMarry Mugi Rahayu Wilujeng atau akrab disapa Ajeng memberikan pendapat bahwa untuk meningkatkan awareness tentang kesetaraan ini, perlu dilakukan banyak kegiatan edukasi di sisi laki-laki. Kepekaan mereka dan mindset untuk bisa terbuka dinilai akan memberikan dampak signifikan pada meningkatnya persentase perempuan yang terjun dalam bisnis digital.

Istofani mengomentari hal yang sama. Kaitannya dengan kultur yang sudah terlanjur dianggap menjadi sebuah kebenaran, bahwa perempuan kurang pas jika harus berjibaku dengan urusan yang sangat teknis. Sulit untuk diubah, namun dengan memberikan role model yang banyak sedikit demi sedikit pandangan ini akan terkikis.

“Menariknya 90 persen customer Fitinline, yang banyak dinilai sebagai startup yang cewek banget, justru laki-laki. Ketika berhadapan dengan customer laki-laki so far tidak ada masalah. Justru ketika mereka mengetahui bahwa kita adalah perempuan, mereka dapat bersikap lebih lembut,” papar Istofani.

Pada akhirnya diskusi tersebut menyimpulkan bahwa dengan penempatan pada lingkungan yang baik (dalam startup teknologi) perempuan akan dapat berpartisipasi besar dalam proses pengembangan produk, khususnya pada bagian teknis. Kendati jumlahnya masih sangat sedikit, mengingat demand mahasiswi di bidang TIK juga tidak banyak, tantangan saat ini adalah menunjukkan panutan sebanyak- banyaknya tentang kisah sukses perempuan yang berkiprah di industri atau startup teknologi.