Nokk dan Warden, Operator R6 Baru dalam Update Bertajuk Operation Phantom Sight

Rainbow Six sudah memasuki tahun yang ke empat. Jelang akhir musim, kini Ubisoft akhirnya sudah mengungkap operator terbaru mereka, Nokk dan Warden. Dalam update yang bertajuk Operation Phantom Sight, kedua operator ini akan hadir pada musim kedua, beserta dengan perubahan-perubahan lain yang akan dihadirkan di dalam game.

Kedua Operator ini punya karakteristik yang mewakili masing-masing kata dari judul update season 2 tersebut. Elemen Phantom dihadirkan lewat Nokk sebagai Operator Attacker yang bersifat stealthy. Sementara elemen Sight datang dari Warden sebagai Operator Defender, yang punya kemampuan penglihatan super tajam.

Bersifat stealthy, gadget milik Nokk bernama Hel Presence Reduction. Fungsi gadget ini adalah membuat Nokk jadi tidak terlihat oleh kamera pengawas dan membuat suara langkah kakinya jadi lebih pelan. Jika melakukan tembakan, Nokk jadi sedikit terlihat dalam bentuk sebuah garis tipis yang membentuk siluet tubuhnya.

Nokk, seperti Vigil dan Caveira, berfungsi untuk dapat menyusup ke area kunci dengan tanpa terdeteksi, dan membungkam para Defender yang lengah. Agar lebih seimbang, pilihan senjata Nokk adalah senjata-senjata spesialis close-quarter combat. Dua senjata tersebut adalah FMG-9 seperti milik Smoke, dan Shotgun SIX12 SD seperti milik Lesion.

Sementara Warden punya gadget bernama Glance Smart Glasses. Mewakili elemen “Sight”, gadget ini membuat Warden jadi punya penglihatan yang tajam. Ketika digunakan, Warden tak bisa terbutakan oleh flash dari Stun Grenade atau Flash Shield milik Operator Blitz, dan dapat melihat dengan jelas menembus smoke.

Warden dengan gadget miliknya, terbilang sangat bergantung pada momentum di dalam permainan. Namun gaya main Operator ini kurang lebih seperti ini: Bersiaga di barisan depan, bersiap menyerang balik Attacker yang sedang menyerbu dengan tergesa-gesa, karena merasa percaya sudah membutakan seseorang dengan Stun Grenade.

Lalu kira-kira bagaimana dampak kehadiran dua Operator baru ini terhadap meta permainan di R6 nantinya? Saya berbincang singkat dengan Ajie “WildLotus” Zata dari Project Manager R6IDN sekaligus salah satu caster di kancah kompetitif R6 Indonesia. Membahas soal ini, menurutnya dari kedua Operator tersebut, Warden yang bakal lebih berguna di dalam meta permainan.

Sumber: Ubisoft Official Media
Sumber: Ubisoft Official Media

“Nokk, walaupun bisa invisible dan bikin surprise attack, tapi menurut saya masih kurang bisa masuk meta kompetitif. Mengapa demikian? Salah satunya adalah karena kehadirannya bisa dengan mudah di-counter oleh Operator-Operator Defender yang fungsi gadget-nya adalah trapping seperti, Lesion, Kapkan, dan Ela.” Jawab Ajie membahas soal Nokk.

Lalu bagaimana dengan Warden? Menurut saya Warden ini bakal sangat mengerikan, apalagi untuk melawan Operator seperti Blitz, atau permainan breaching yang sangat agresif. Membahas ini, Ajie mengatakan bahwa Warden nantinya bisa menggantikan peran Operator yang biasa digunakan sebagai Anchor, seperti Mira, Doc, atau Rook. “Ditambah lagi, loadout Warden yang adalah Shotgun, membuat rotasi Operator ini jadi lebih efektif ketimbang Maestro. Tapi menurut saya Warden bisa juga dikombinasikan dengan Maestro itu sendiri, atau Operator Anchor lain sepeti Smoke, Echo, Kaid, dan Mute.” Lanjut Ajie.

Dua Operator ini akan hadir dalam Operation Phantom Sight, yang kemungkinan besar sudah dapat dimainkan pada sekitar bulan Juni. Selain kehadiran dua Operator tersebut, update Y4S2 juga akan menghadirkan rework pada map Kafe Dostoyevsky, rework Thermal Scope milik Glaz, dan beberapa perubahan perubahan penting lainnya.

Team Empire Juarai R6 Pro League Season 9, Bungkam Evil Geniuses 2-1

Setelah enam bulan pertandingan, akhir pekan kemarin (19 Mei 2019) menjadi konklusi dari kompetisi R6 Pro League Season 9. Digelar di Milan, Italia, kompetisi ini mempertemukan Evil Geniuses dengan Team Empire, dua tim yang sama sama sedang haus akan kemenangan. Evil Geniuses di satu sisi sudah lelah dengan menjadi runner-up, sementara Team Empire sedang mencoba membuktikan diri di kancah kompetitif R6 internasional.

Dari seri best of 3 pertandingan berlangsung dengan sangat sengit. Bertanding pada map Bank, Oregon, dan Clubhouse, EG berkali-kali hampir menang, namun sayang nasib harus berkata lain. Memulai pertandingan, EG menunjukkan permainan mendominasi dalam map Bank. Mereka tampil sangat percaya diri, membuat Empire kelimpungan.

Pemain Amerika Serikat yang selama ini kerap gagal di babak semifinal, menjadi tambah percaya diri dengan momentum ini. Sayang, terlalu percaya diri malah berdampak buruk bagi tim mereka. Walau berhasil tahan Empire 5-2, namun EG sempat jadi keteteran. Skor menjadi kembali seimbang, 5-5, setelah Danilla “Dan” Donstov berhasil bungkam 3 personil penyerang tim EG dengan seorang diri saja. EG berhasil bertahan, dan menangkan Bank dengan skor 7-5.

Map dua, EG mencoba untuk menyelesaikan pertandingan dengan 2-0. Tapi tentunya perjalanan bagi EG tidak akan semudah itu, karena Empire juga mengerahkan segala daya upayanya untuk dapat menahan game ini. Lima ronde berjalan, EG cukup nyaman dengan dominasi 4-1. Tetapi semua berubah ketika EG kembali menjadi terlalu percaya diri, dan keadaan kembali berbalik.

Pelan-pelan Empire mencoba mengumpulkan fokus di dalam tim mereka sendiri. Nathan “nvK” Valenti sempat memberi pertunjukkan yang luar biasa lewat permainannya, yang berhasil menumpas para attacker di luar dari zona defender. Ketika skor jadi 6-3, mentalitas tim EG mulai goyah karena berada diambang kemenangan.

Empire menemukan celah ini, mulai dapat membaca permainan EG, dan mulai comeback ronde demi ronde. Bermain dengan lebih tenang, Empire berhasil memenangkan lima ronde sekaligus dan amankan kemenangan di Oregon dengan skor 8-6.

Clubhouse menjadi map penentu takdir kemenangan bagi kedua tim. Namun, sepertinya kegagalan di Oregon menjadi tamparan keras bagi kepercayaan diri Troy “Canadian” Jaroslawski dan kawan-kawan. Ronde demi ronde map Clubhouse dimenangkan oleh Empire. Sementara EG terus semakin goyah, dan tidak bisa menjawab apa yang diberikan oleh tim Empire.

EG masih sempat bisa membalas beberapa ronde, membuat skor jadi 6-2. Namun kemenangan tersebut ternyata tidak berhasil membangkitkan mental tim EG. Akhirnya Clubhouse ditutup dengan kemenangan Empire dengan skor 7-3. Melihat kekalahan EG yang sangat bikin sakit hati, Fauzan “K1RBY” Yuzarli Production Officer R6IDN juga turut memberikan komentarnya.

Menurut Fauzan, permainan Empire sebenarnya terbilang konsisten, walau sempat kalah pada map pertama. Sementara dari sisi EG, lagi lagi soal mental yang menjadi sorotan di sini. “Saat map dua, permainan mereka sebenarnya sangat solid, apalagi melihat Necrox dan NvK yang main dengan sangat memukau. Sayangnya saat skor jadi 6-3, mereka jadi terlalu bernafsu untuk menang. Mentalitas mereka berubah menjadi play to win the match, bukan lagi play to win the round. Gara-gara ini, permainan mereka setiap rondenya jadi berantakan. Mereka seakan berpikir sedang mengangkat trofi, walau sebenarnya mereka belum menang dan belum menampilkan permainan yang terbaik.”

Sumber: Facebook Fauzan YR
Fauzan “K1RBY” Production Officer tim R6IDN. Sumber: Facebook Fauzan YR

Pendapat Fauzan juga cukup senada membicarakan map 3. Ibarat sudah jatuh tertimpa tanggah, EG seakan tak bisa bangkit lagi meski sudah mendapatkan satu dua momentum. “Pada map 3, EG sudah sangat down. Tapi Empire juga memang main dengan sangat baik. Joystick salah satunya contohnya, dia bermain dengan sangat leluasa menggunakan Ash pada map ini. Menguasai Blue Tunnel di sisi timur map, dia berhasil mendapatkan 2-3 pemain anchor dari EG, yang berhasil mengamankan kemenangan bagi tim Empire.”

Kemenangan ini memberikan tim Empire hadiah sebesar US$75.000 atau sekitar Rp1 miliar. Team Empire juga berhak mendapatkan slot untuk bertanding di gelaran terbesar kancah kompetisi Rainbow Six yaitu Six Invitationals tahun 2020 mendatang.

BOOM.ID dalam Kualifikasi Dota 2 Epicenter Major Sejauh Ini

Setelah MDL Disneyland selesai diselenggarakan pekan lalu, pertandingan Major akan kembali hadir dalam waktu dekat. Pekan ini, adalah kualifikasi Epicenter Major yang sedang terselenggara. Gelaran utama Epicenter Major sendiri akan dilaksanakan pada 22-30 Juni 2019 mendatang, tetapi fase kualifikasi sudah terselenggara sejak 16 Mei 2019 kemarin.

Dalam gelaran ini, BOOM.ID kembali menjadi salah satu peserta, diundang bertanding ke dalam fase closed qualification Epicenter Major. Selain BOOM.ID, ada juga EVOS yang dipunggawai oleh Muhammad “InYourDream” Rizky dan kawan-kawan. Kualifikasi terbagi ke dalam dua fase, fase grup dan fase bracket.

Pada fase grup, penampilan BOOM.ID terbilang cukup kuat. Dengan pertandingan best of 1 round robin, BOOM.ID bisa dengan mudahnya menyantap hampir semua tim peserta lainnya. Tim yang punya nama di kancah SEA seperti Geek Fam, Mineski, dan WG.Unity, bisa dikalahkan dengan cukup mudahnya.

BOOM Minor 3 #3

Namun sayang, lagi-lagi BOOM.ID masih tergelincir ketika harus melawan Fnatic dan juga TNC Predator. Kedua tim tersebut memang masih menjadi batu sandungan terbesar bagi BOOM.ID ketika bertanding di tingkat Asia Tenggara. TNC Predator selaku pemuncak klasemen sudah langsung lolos ke Epicenter Major, sementara BOOM.ID harus melanjutkan pertandingan. 

Tersisa satu slot lagi, BOOM.ID harus bertanding dalam fase bracket bersama 4 tim lainnya. Ada Fnatic, Geek Fam, dan Power of MYSG+AU yang berisikan Chan “WinteR” Litt Binn dan kawan-kawan. Sejauh ini, performa permainan BOOM.ID mengalami peningkatan yang cukup positif. Terakhir kali, pada OGA Dota PIT Minor, Randy “Dreamocel” Saputra dan kawan-kawan berhasil lolos sampai fase bracket. Mereka berhasil kalahkan beberapa tim besar seperti EHOME dan juga Ninja in Pyjamas.

Dalam wawancara bersama vpesports, Dreamocel mengatakan, salah satu alasan peningkatan performa ini adalah karena kehadiran sports psychologist yang membantu mereka. Aspek psikologi sebenarnya memang merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan oleh seorang atlet esports. Saya sempat berbincang dengan Yohannes Paragian, VP Esports tim EVOS Esports, membahas soal aspek psikologi dari seorang atlet esports yang kerap terlupakan oleh sebuah organisasi esports. Ini tentu adalah sebuah kemajuan, melihat BOOM.ID atau EVOS yang akan merekrut sports psychologist, demi menajamkan mental para atlet-atlet esports Indonesia.

Sumber: Twitter @dotasltv
Sumber: Twitter @dotasltv

Satu hal yang juga saya penasaran adalah, bagaimana cara kerja sosok sports psychologist ini di dalam sebuah tim? Brando Oloan, manajer tim Dota 2 BOOM.ID menceritakan secara singkat soal peran yang satu ini. “Untuk performa tim, psikolog berguna untuk memberi kita perspektif yang objektif, karena sang psikolog yang sifatnya adalah sebagai observer. Kalau curhat satu sama lain, kadang jadinya malah subjektif. Kehadiran psikolog membantu menyamakan pikiran, mengarahkan para pemain agar berpikir bahwa ‘we’re on the same boat’.”

“Kalau cara kerjanya, kurang lebih sih konsultasi, diskusi, dan sharing-sharing aja.” Kata Brando menceritakan cara kerja sports psychologist di dalam tim mereka. Terkait peluang lolos, Brando cukup yakin bahwa mereka bisa lolos dalam kualifikasi yang satu ini. “Gue yakin sama kinerja anak-anak sekarang, jadi gue yakit kita bisa lolos ke major, Amin!”

Kualifikasi major berlangsung pada siang hari ini. Jika ingin menyaksikannya, Anda bisa langsung pergi ke kanal Twitch resmi Epicenter. BOOM.ID akan melawan Power of MYSG+AU, lalu setelahnya akan melawan Fnatic jika menang, atau Geek Fam jika kalah dan tergelincir ke lower bracket.

3 Pemain Kontingen PES Indonesia Siap Bertanding Dalam Gelaran IISC 2019

Dari berbagai cabang game esports yang ada di Indonesia, para punggawa di cabang game Pro Evolution Soccer mungkin bisa dibilang sebagai yang paling berprestasi di kancah Internasional. Terakhir, jagoan-jagoan PES Indonesia ini pesta kemenangan dalam gelaran PES Asia Finals 2019. Ketika itu Indonesia berhasil sabet dua gelar juara sekaligus, yaitu pada kategori 1vs1 dan 3vs3.

Berkat prestasi yang diraih tersebut, Indonesia pun kini menjadi salah satu negara yang diakui dalam jagat kompetisi PES internasional. Terbukti, mereka baru-baru ini diundang untuk bermain di dalam gelaran International Intelligent Sports Congress (IISC). Kompetisi ini merupakan bagian dari gelaran World Intelligent Congress, sebuah kongres internasional dengan topik seputar IT dan Artificial Intelligence yang diadakan di Tianjin, Tiongkok.

Dalam kompetisi ini, kontingen Indonesia bertanding dengan 9 negara lainnya. Kesembilan negara tersebut adalah Brazil, Spanyol, Inggris Raya, Serbia, Tiongkok, Myanmar, Singapore, Thailand, dan Malaysia. Dengan ragam negara dari berbagai regional, kompetisi ini bisa dibilang seperti pemanasan jelang World Finals yang diselenggarakan oleh Konami sendiri pada akhir bulan depan.

Sumber: Facebook Liga1PES
Sumber: Facebook Liga1PES

Melihat lawan Indonesia yang datang dari berbagai negara dalam kompetisi ini, saya lalu bertanya kepada Valentinus Sanusi selaku founder Liga1PES dan juga penggerak komunitas PES di Indonesia, seputar kesiapan Indonesia. Kalau bicara latihan dan persiapan, Valentinus mengaku bahwa kontingen Indonesia tidak banyak melakukan persiapan khusus, hanya latihan biasa saja.

“Untuk kompetisi ini kita nggak ada persiapan khusus sih, cuma latihan di komunikasi aja karena ada pertandingan co-op 2v2. Tetapi karena yang main 2v2 itu adalah Rio DS sama Lucky, jadi mereka juga udah sedikit terbiasa. Soalnya mereka kemarin juga sudah sempat main co-op 3v3 di PES League Asia di Tokyo.” Valentinus bercerita soal persiapan kontingen Indonesia.

Terkait lawan terberat, selain dari Asia Tenggara, ada negara seperti Brazil dan Serbia yang juga patut untuk diawasi dalam kompetisi ini. “Brazil ada juara dunia 2 tahun lalu, Serbia ada juara 3 WESG tahun ini, jadi mereka patut diawasi juga sih.” jawab Valentinus. Lebih lanjut membahas soal harapan kontingen Indonesia menghadapi kompetisi ini, Valentinus ternyata menjawab dengan cukup optimis.

Sumber: Twitter @pesleague
Guifera, juara PES World Finals tahun 2017, yang juga menjadi peserta dalam gelaran IISC ini. Sumber: Twitter @pesleague

“Jujur, target kita di kompetisi ini adalah juara. Kenapa? Soalnya lawan-lawan yang kita hadapi sudah sering kita lihat permainannya secara online. Tapi kalau bicara pertandingan lapangan tentunya akan berbeda ya, karena faktor mental pemain lebih menentukan dibandingkan dengan skill. Jadi kita sih nothing to lose aja untuk kompetisi ini.” Cerita Valentinus.

Kompetisi IISC ini akan diselenggarakan pada akhir pekan nanti, tepatnya tanggal 18-19 Mei 2019 mendatang. Menurut Valentinus, pertandingan akan ditayangkan pada platform streaming lokal Tiongkok, huya.com. Namun, jika Anda penasaran dengan hasil pertandingan kontingen Indonesia, Anda bisa ikuti akun media sosial Liga1PES untuk informasi lebih lanjut.

Maju terus kontingen PES Indonesia! Semoga bisa memberikan hasil yang terbaik dan membanggakan Indonesia di kancah internasinoal!

 

Tentang Pekerjaan Shoutcaster: Antara Keberanian dan Personalitas

Dalam sebuah pertandingan esports, pasti ada saja satu sosok yang berteriak di tengah keseruan pertandingan, memberi analisis, memandu penonton menikmati jalannya pertandingan. Sosok tersebut merupakan sosok yang dikenal sebagai seorang shoutcaster. Pada dasarnya, shoutcaster tak beda jauh dengan komentator olahraga. Perbedaan utamanya mungkin hanya dari penyebutannya saja.

Seiring dengan berkembangnya ekosistem esports di Indonesia, kebutuhan akan pekerjaan shoutcaster ini juga semakin tinggi. Semakin banyak kompetisi yang hadir, para penyelenggara tentu akan semakin membutuhkan shoutcaster tersebut untuk memeriahkan acara mereka. Tetapi, apakah pekerjaan shoutcaster merupakan pekerjaan yang menjanjikan di masa depan? Membahas soal ini, Saya berbincang dengan dua orang yang sudah banyak makan asam garam menjadi caster di ekosistem esports Indonesia, Vinzent “Oddi” Indra dan Wibi “8Ken” Irbawanto. Sebelum menuju ke pembahasan, mari kita sedikit berkenalan dengan para narasumber.

Vinzent “Oddie” Indra

Sumber: Facebook Vinzent Putra
Sumber: Facebook Vinzent Putra

Oddie memulai karir sebagai caster pada tahun 2013 di sebuah studio broadcasting esports, bernama Dota 2 TV Indonesia (DTVI). Ketika itu ia menjadi caster karena diajak oleh Indra “Yota” Putra, dan Yudi “Justincase” Anggi. Ia bercerita ketika itu ia menjalani pekerjaan caster hanya sebagai freelance job dan hobi saja. Namun apa yang ia lakukan bersama DTVI terus berlanjut sampai 2015-2016.

Tetapi nyatanya ia keterusan berkecimpung sebagai caster. Berkat kemampuannya, ia sempat mendapat kesempatan menjadi guest panel desk saat gelaran GESC. Ketika itu ia satu meja dengan panel desk Dota 2 seperti Sheever dan Nahaz. Seiring pergeseran tren, Oddie akhirnya mulai mencoba menjadi shoutcaster Mobile Legends.

Ia menjadi shoutcaster dalam gelaran Mobile Legends Professional League (MPL) S2 (bahasa Inggris) dan S3 (bahasa Indonesia)  dan juga Mobile Legends SEA Championship (MSC) 2018 (bahasa Inggris). Ia juga menjadi caster dalam gelaran Grand Final MPL 2019 yang digelar di Britama Arena pada 5 Mei 2019 lalu.

Wibi “8Ken” Irbawanto

Sumber: Facebook Page @8KenCSGO
Sumber: Facebook Page @8KenCSGO

Nama 8Ken (dibaca HachiKen) pertama kali menjajaki karir sebagai shoutcaster pada tahun 2015. Ketika itu ia menjadi shoutcaster untuk gelaran NXL Amateur Cup sambil menjadi manajer tim CS:GO dari Revival Esports. Masuk tahun 2016, ia menjadi caster dalam gelaran League of Legends Garuda Series Season 6, yang berhasil melejitkan namanya.

Selama beberapa saat, nama HachiKen melekat dengan scene League of Legends lokal. Ia menjadi caster untuk beberapa kompetisi League of Legends lokal, seperti LoL National Collegiate Championship, LGS Summer dan Spring Split pada musim selanjutnya.

Namun, ia juga masih menjadi caster untuk game FPS terutama CS:GO. Ia menjadi caster pada beberapa acara seperti Supreme League Arena Tournament, dan ASUS ROG Masters CS:GO. Seperti Oddie, HachiKen juga turut menjadi caster Mobile Legends, seiring dengan pergeseran tren esports Indonesia. Ia menjadi caster bahasa Inggris pada MPL Finals Season 1, MSC 2017, MPL Regular Season 2 dan Finals, MSC 2018. Ia juga sempat menjadi caster Rainbow Six Siege pada gelaran Silver Slam yang diselenggarakan oleh Mogul.gg

Apa Modal Utama Seorang Shoutcaster?

Topik pertama yang saya lemparkan kepada dua narasumber adalah soal modal untuk menjadi seorang shoutcaster. Anda yang ingin mencoba terjun menjajaki karir di bidang ini mungkin penasaran setengah mati, selain harus percaya diri bicara di depan umum atau di depan kamera, sebenarnya modal apalagi yang diperlukan supaya Anda bisa jadi shoutcaster papan atas di ekosistem esports Indonesia?

Masing-masing narasumber punya poin mereka tersendiri terkait modal kemampuan ini. Wibi mengatakan modalnya adalah berani, sementara Oddie bicara soal modal personality. Memang, keduanya bisa dibilang sebagai modal soft skill yang penting di dunia hiburan esports ini.

Lebih lanjut soal modal berani yang dikatakan Wibi bercerita berdasarkan pengalaman dan melihat kawan-kawannya sesama shoutcaster. “Maksud modal berani itu adalah berani tampil, berani salah, berani dikritik, dan berani untuk terus berkembang walau di luar zona nyaman.” Wibi menjawab. “Anda tak perlu khawatir atau minder ketika tampil untuk pertama kalinya, karena nggak ada caster yang baru muncul langsung jago. Kalau yang saya lihat sendiri, yang bertahan sampai sekarang itu minimal punya mental keberanian yang kuat.”

shoutcasters 3
BangPen dan Pasta, dua shoutcasters yang terkenal punya personality yang kuat. Sumber: Facebook Page PUBG Mobile ID

Vinzent Oddie juga turut menjelaskan modal personality yang ia maksud. “Sebetulnya masing-masing caster punya modalnya sendiri-sendiri,” jawab Oddie membuka penjelasan “tapi yang pasti, selain keahlian bicara dan pemahaman game, modal utamanya adalah personality. Kenapa personality? Agar membuat Anda bisa terlihat berbeda dibandingkan dengan para shoutcaster lainnya.”

“Ada beberapa contoh jika bicara personality. Pasta contohnya, dia punya kemampuan mengomentari play-by-play dengan cepat, tapi dia juga punya personality yang asik. Contoh lainnya Oji Ranger Emas, selain pemahaman atas game dan kemampuan bicara, ia juga berhasil memunculkan personality sebagai seorang shoutcaster yang selalu heboh dalam berbagai momen permainan.” kata Oddie memberi contoh soal personality.

Lebih lanjut soal personality, saya juga menanyakan apa yang harus dilakukan shoutcaster pendatang baru agar bisa tampil beda. Apakah harus jadi shoutcaster yang disukai pasar penonton esports pada umumnya? (caster yang hobi melucu contohnya) atau memaksimalkan personality alami dari sang shoutcaster. Menurut Oddie, lebih baik untuk menjadi natural dan tidak memaksakan menjadi orang lain. “Shoutcaster lucu itu cenderung populer, tapi ini mungkin karena shoutcaster yang punya knowledge lebih, belum bisa menyajikan pengetahuan tersebut dengan menarik dan membuat penonton jadi suka.”

Kembali lagi kepada modal berani yang dibicarakan Wibi, pertanyaannya berikutnya tentu adalah, apakah modal berani saja cukup? Wibi lalu menjelaskan lebih lanjut, bahwa setelah berani, Anda harus terus mau belajar. Pada poin berani, ia juga menyematkan poin berani untuk terus berkembang walau di luar zona nyaman.

“Kenapa yang saya point out adalah modal berani? Karena skill public speaking dan pengetahuan atas game yang dikomentari bisa diasah seiring waktu. Terlebih, seberapa keras Anda belajar juga akan mempengaruhi seberapa cepat karir Anda menanjak di bidang shoutcaster. Semakin bagus cara Anda bicara di depan umum, semakin Anda paham terhadap game yang dikomentari, maka pemasukan Anda akan semakin besar juga.” Wibi menjelaskan. “Sedikit saran, awal mula jadi caster tentunya nggak bakal langsung dapat job bukan? Jadi seiring waktu sambil terus pelajari game yang akan dikomentari dan sering-sering latihan bicara sendiri supaya semakin terlatih.”

Bagaimana Cara Tepat Memulai Karir Shoutcaster?

Setelah bicara soal kemampuan yang dibutuhkan untuk menjadi shoutcaster, topik berikutnya yang kami bahas adalah soal cara tepat memulai karir sebagai shoutcaster. Karena pekerjaan ini terbilang masuk ke golongan pekerjaan dunia hiburan, jadi jalur masuknya terbilang tidak sangat jelas seperti karir di dunia profesional. Kalau karir di dunia profesional, jalurnya mungkin sudah jelas. Anda harus memulai jadi karyawan terlebih dahulu, setelah belajar beberapa tahun, Anda lalu jadi manajer, setelah jadi manajer Anda bisa jadi kepala bagian, sampai Anda menjadi bagian teratas dari manajemen perusahaan.

Tapi bagaimana dengan pekerjaan caster? Orang yang baru jadi caster selama beberapa bulan bisa saja mendadak sukses dan populer dalam satu malam karena cara ia mengomentari game sangat disukai khalayak. Karena jalurnya yang cenderung sangat lepas, jadi bagaimana sebenarnya cara yang tepat untuk memulai karir sebagai shoutcaster.

Dua caster berpengalaman ini pun menceritakan berdasarkan dari apa yang ia alami. Keduanya punya jawaban yang kurang lebih senada. Ada dua jalur yang mungkin dijalani, yaitu jalur usaha sendiri, dan jalur pencarian bakat. Keduanya bukan jalur yang terpisah, Anda bisa saja usaha sendiri, lalu mengikuti ajang pencarian bakat caster yang sedang diselenggarakan.

Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia
Ajang pencarian bakat bisa menjadi salah satu jalan untuk menjajaki karir di dunia shoutcaster. Sumber: Facebook Page Garena AOV Indonesia

Wibi lalu menjelaskan lebih lanjut soal usaha mandiri yang bisa dilakukan. “Salah satu jalur mandiri yang bisa Anda lakukan adalah dengan menawarkan diri untuk menjadi caster di berbagai acara dengan bayaran yang kecil atau bahkan bersedia tidak dibayar. Anda juga perlu mempersiapkan modal untuk mempromosikan diri sendiri dan Anda bisa membangun portfolio lewat jalur ini.” Sementara penjelasan Oddie soal usaha mandiri sedikit berbeda. “Kalau menurut saya, salah satu usaha mandiri yang bisa dilakukan untuk menjadi caster, Anda bisa ambil game sampel, Anda komentari sendiri, merekamnya, lalu disebarkan lewat kanal berbagi video seperti YouTube.”

Bicara soal hal ini, Oddie membahas pentingnya melakukan networking atau memperluas jaringan pertemanan di ekosistem esports Indonesia. Oddie mengatakan hal tersebut lewat cerita pengalamannya yang menjadi caster karena diajak oleh Yota dan Justincase. “Kalau bicara menjadi caster, memang jalur setiap orang beda-beda. Contohnya seperti saya, yang diajak teman-teman sesama shoutcaster untuk menjadi komentator di dalam suatu kompetisi.”

Shoutcaster 6
Atau mungkin coba melamar pada saat ada rekrutmen tertentu. Sumber: Facebook Page ESL Indonesia

Wibi juga bicara soal pentingnya networking ini berdasarkan dari pengalamannya. “Networking matters a lot. Percuma punya kemampuan tapi tidak ada yang tahu tentang Anda. Tapi juga bukan berarti networking saja bakal membuat Anda jadi shoutcaster yang sangat sukses. Enaknya keduanya berjalan secara paralel, sambil terus networking, sambil terus dikembangkan kemampuan bicara di depan umum dan pemahaman atas game yang dikomentari.”

Oddie pun punya pendapat yang serupa. “Networking tanpa kemampuan yang mumpuni, atau bukti bahwa Anda bisa, akan membuat Anda jadi tidak dipercaya oleh orang lain. Sedangkan kalau Anda kerja terus, walaupun dikenal penonton, bisa jadi Anda tidak mendapat job kalau Anda tidak dikenal oleh sang organizer sebuah kompetisi esports.”

Shoutcaster Sebagai Pekerjaan Tetap, Apa Mungkin?

Seperti yang diceritakan Dimas “Dejet” Surya Rizki dalam gelaran Hybrid Day pertama, menjadi shoutcaster itu menyenangkan. Kenapa? Anda bisa kerja karena hobi, mendapat uang dari hobi tersebut, dan menjadi terkenal karena hobi yang Anda jalani tersebut. Namun, di balik hingar bingar pekerjaan caster, pertanyaan yang sesungguhnya adalah, apakah pekerjaan ini dapat menopang kehidupan sehari-hari? Apakah pekerjaan ini akan terus dibutuhkan sampai, anggaplah 5 tahun ke depan?

Bicara soal pendapatan yang bisa didapatkan oleh seorang caster, tanpa basa-basi Wibi mengatakan bahwa pendapatan shoutcaster itu tidak sebesar yang Anda bayangkan. “Kalau kerjaannya cuma terbatas menjadi shoutcaster saja, saya bisa bilang kehidupan kalian akan sangat pas-pasan. Kenapa? Karena bayaran shoutcaster itu tidak segitu besar, walau pada satu titik bisa saja di atas UMR.”

Sumber: Facebook Page MLBB Indonesia
Sumber: Facebook Page MLBB Indonesia

“Tetapi di sisi lain, shoutcaster kerap dianggap sebagai key opinion leader. Maka dari itu sekarang ini banyak shoutcaster yang merangkap jadi influencer, kenapa? Karena pemasukannya cukup besar dari bidang tersebut.” Jelas Wibi. “Maka dari itu, sebagai shoutcaster, sebenarnya Anda bisa branch out ke beberapa pekerjaan sampingan lain. Contohnya seperti live streaming, bikin konten untuk platform yang tersedia, jadi pembicara, jadi influencer, atau bahkan kerja di belakang layar.”

Lebih lanjut soal gaji seorang shoutcaster, tim Hybrid cukup beruntung karena Wibi mau membocorkan bayaran dari para caster walau hanya bersifat perkiraan saja. “Bayaran caster di Indonesia cukup beragam. Caster pendatang baru mungkin bisa saja tidak dibayar. Tapi kalau untuk sekarang, harusnya para caster pemula sudah bisa mengantungi sekitar Rp250 ribu sampai Rp400 ribu per hari ia menjadi caster. Untuk caster kelas kakap, bayarannya bisa lebih dari Rp1,5 juta per hari. Selain dua spektrum paling ekstrim tersebut, ada juga tingkatan di tengahnya, dengan bayaran kisaran Rp500 ribu – Rp1 juta per harinya.” Jawab Wibi.

Oddie juga angkat bicara soal masa depan pekerjaan caster ini. Menurutnya pekerjaan caster sangat mungkin untuk dijadikan pekerjaan utama, tapi Anda sebagai caster juga harus kompetitif. “Seperti para atletnya, para caster juga harus kompetitif dengan para talent lainnya. Kenapa? Karena jumlah caster dalam setiap acara terbatas, yang tentunya tidak akan cukup untuk semua caster yang ada di Indonesia.” Jawab Oddie. Membahas soal apakah pekerjaan ini masih akan dibutuhkan pada 5 tahun ke depan, Oddie menjawab, tergantung. “Kalau untuk masa depan, itu sih tergantung. Tergantung apakah esports yang jadi ladang pekerjaan shoutcasting Anda masih bertahan di Indonesia atau tidak.

Masih membahas soal pekerjaan shoutcaster sebagai karir masa depan, kami lalu mendiskusikan soal kehadiran talent management atau caster management yang kini menjamur di ekosistem esports Indonesia. Hal yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana peran talent management ini di dalam ekosistem esports? Terutama dari sudut pandang sang caster itu sendiri.

Menurut Oddie, ada beberapa keuntungan bagi seorang caster untuk bergabung dengan sebuah talent management. “Satu hal yang pasti, kalau tergabung ke dalam talent management ada gaji bulanan. Jadi sudah jelas bisa menopang kehidupan sehari-hari.” Selain memberikan pendapatan tetap, Wibi juga menceritakan pengalamannya bergabung di dalam talent management milik RevivalTV. Saat ini sendiri Wibi bekerja paruh-waktu sebagai caster, dengan kesibukan utamanya adalah sebagai mahasiswa. Menurutnya talent management sangat membantu bagi caster yang bekerja paruh-waktu seperti dirinya.

Caster management helps you grow while you do the other stuff. Kalau Anda jadi caster yang dikelola oleh talent management, bisa dibilang Anda tinggal ‘terima jadi’, ini cocok apalagi kalau Anda mau terjun ke dunia esports sambil memiliki kesibukan lain.” Kata Wibi. “Kalau dikelola talent management, networking Anda dibantu oleh sang manajer. Jadi, Anda juga tak perlu repot-repot menjual diri sendiri ke berbagai event organizer. Cuma kekurangannya, bayaran Anda terkena potongan manajemen tentunya.”

Entah menjadi caster yang dikelola talent management atau menjadi freelance casters, keduanya tetap mengharuskan Anda untuk terus belajar, terus berkembang, agar bisa bersaing di dunia kerja yang satu ini. Sumber: LoL Garena Indonesia
Entah menjadi caster yang dikelola talent management atau menjadi freelance casters, keduanya tetap mengharuskan Anda untuk terus belajar, terus berkembang, agar bisa bersaing di dunia kerja yang satu ini. Sumber: LoL Garena Indonesia

Lalu dengan banyaknya talent management, apakah ini artinya akan memperkecil kesempatan caster baru, atau freelance caster untuk mendapatkan pekerjaan di berbagai event esports yang ada? Baik Oddie ataupun Wibi punya jawaban yang senada. Keduanya merasa bahwa sebenarnya talent management tidak sebegitunya memakan seluruh pekerjaan caster yang ada di ekosistem esports Indonesia ini. Kesempatan bekerja tetap sama besarnya, baik bagi caster yang dikelola talent management ataupun mereka yang menjadi freelance caster.

“Terlihat dari 2 event terakhir, yaitu Piala Presiden dan MPL, penyelenggara acara masih menggunakan talent freelance dan juga caster dari talent management lain. Salah satu alasannya, karena memang secara jumlah caster dari satu talent management kadang masih kurang untuk bisa mengisi suatu acara.” Jawab Oddie membahas soal ini. “Tetapi memang freelance caster sebagai karir itu punya risiko yang lebih tinggi. Sebab, seperti  kebanyakan pekerjaan freelance, kita tidak bisa tahu kapan bisa dapat kerjaan. Tetapi mengingat banyaknya event esports sekarang, maka bisa dibilang resiko zaman sekarang terbilang lebih rendah dibanding dulu.” Oddie melanjutkan.

Pendapat dari Wibi juga kurang lebih sama, bahwa sebenarnya talent management tidak serta-merta membuat ladang pekerjaan bagi freelance caster jadi lebih sempit. “In-house talent (caster yang berasal dari talent management yang sama dengan sang penyelenggara sebuah event esports) memang bisa dibilang lebih murah dan mudah diakses. Tapi hal tersebut tak serta-merta membuat para caster yang tak tergabung dalam talent management manapun jadi tak punya kesempatan untuk bersinar. Malah kadang dalam rivalitas antar manajemen, mereka mau tak mau jadi harus mempekerjakan talent freelance atau opsi-opsi caster lain yang tidak berasal dari saingan langsung mereka. Pro kontra talent management pasti ada, tinggal kembali ke kita aja soal gimana cara menyikapinya.”

Pekerjaan caster, kendati menarik untuk ditekuni, namun memang punya tantangannya tersendiri untuk bisa sukses di bidang tersebut. Anda harus siap usaha ekstra mengembangkan diri, bahkan di luar dari zona nyaman, jika ingin menjadi caster favorit di ekosistem esports Indonesia. Usaha ekstra tersebut bisa dengan menonjolkan personality yang Anda miliki, lebih pintar dalam membahas analisis sebuah pertandingan, atau lebih mahir memainkan kosakata yang bisa membuat penonton jadi tergelitik.

Pada akhirnya pekerjaan shoutcaster bisa dibilang seperti banyak pekerjaan lain di dunia hiburan, aset terbesar dalam pekerjaan ini adalah citra diri Anda sendiri.

PMCO SEA Spring Split Week 1: Permainan Kompetitif Tim Indonesia

Sepanjang pekan lalu, gelaran PUBG Mobile Club Open 2019 (PMCO 2019) telah berjalan . Setelah Bigetron menjadi juara di dalam gelaran PMCO 2019 Indonesia Finals, kini kompetisi berlanjut ke tingkat berikutnya, PMCO SEA -Spring Split. Gelaran ini dibagi menjadi dua fase, fase pertama adalah fase liga, dilanjut dengan fase kedua yang berupa fase turnamen.

Fase liga akan berjalan selama 5 pekan, pekan lalu adalah pertandingan pekan pertama. Pada fase liga, format kompetisi mirip dengan FACEIT Global Summit: PUBG Classic. 24 tim peserta dibagi menjadi menjadi tiga grup, A, B, dan C. Pertandingan selama sepekan berjalan dengan format round robin yang berarti ada pertandingan grup A vs B, grup A vs C, dan grup B vs C.

Dalam kompetisi ini, Indonesia diwakili 5 tim, yaitu Bigetron Esports, Victim Esports, EVOS Esports, WaW Esports, dan Onic Esports. Menariknya, performa Bigetron malah cenderung melorot pada pekan pertama ini. Sementara di sisi lain, EVOS sedang panas-panasnya, dan berhasil memberikan permainan yang maksimal di selama sepekan pertandingan.

Permainan maksimal tersebut terlihat lewat tiga kali chicken dinner yang berhasil mereka kumpulkan dalam pertandingan grup C vs A. Sementara itu tim RRQ Athena masih jadi salah satu lawan terberat di kancah Asia Tenggara. Salah satu alasannya adalah karena permainan konsisten RRQ Athena. Walau cuma dua chicken dinner didapatkan dari 7 ronde pertandingan grup B melawan grup C, namun mereka berhasil amankan skor lumayan besar lewat perolehan kill yang banyak.

Sementara ini klasemen 10 besar masih diisi oleh tim-tim dari Indonesia. Mencoba menilik performa tim Indonesia dalam gelaran ini, Hybrid mewawancara Riantoro “Pasta” Yogi selaku shoutcaster berbahasa Indonesia dalam gelaran PMCO 2019. “Kalau bicara soal performa tim-tim Indonesia, menariknya selalu ada peningkatan pada setiap harinya, walau tidak secara serentak.” kata Pasta kepada redaksi Hybrid.

“Saya sendiri sebagai caster cukup puas melihat permainan tim Indonesia yang ternyata bisa bersaing. Dari 5 tim Indonesia yang bertanding, empat di antaranya sudah dapat chicken dinner, EVOS 3 kali, Onic 1 kali, WaW 2 kali, Bigetron 1 kali, tinggal Victim aja yang belum dapat.” Pasta menjawab. Permainan tim PUBG Indonesia memang cukup memukau selama gelaran PMCO SEA Spring Split ini, namun sebenarnya masih ada ruang untuk jadi lebih baik lagi.

Sumber: Facebook @pastadota
Riantoro “Pasta” Yogi, shoutcaster bahasa Indonesia yang bertugas dalam gelaran PMCO SEA Spring Split. Sumber: Facebook @pastadota

“Pada hari pertama dan kedua di week 1 kemarin, permainan tim Indonesia terlihat kurang lepas. Mungkin karena sambil analisa strategi musuh seperti tempat turun, dan arah rotasi yang dilakukan. Saya berharap week 2 jadi milik tim Indonesia. Harusnya week 1 kemarin sudah cukup waktu untuk mereka membaca strategi permainan musuh-musuhnya.” Pasta menjelaskan soal gameplay tim Indonesia.

Tersisa 4 pekan pertandingan dari fase liga PMCO SEA Spring Split. Fase ini akan bergulir sampai dengan 9 Juni 2019 mendatang. Dari total perolehan poin, 4 tim asal Indonesia saat ini sudah menduduki posisi 10 besar, dengan EVOS berada di peringkat 4. Semoga pekan kedua ini mereka bisa memberikan yang terbaik, meraih prestasi, dan membanggakan nama Indonesia di kancah internasional!

Pekan 1 Big League IGL 2019, Dominasi SFI Kenny “Rainesual” Melawan Freaks Bryan

Akhir pekan kemarin (12 Mei 2019) menjadi pertandingan perdana Big League Indonesia Gaming League 2019. Mempertandingkan pemain FIFA 19 FUT dari segala penjuru Indonesia, 24 pemain yang sudah lolos dibagi menjadi dua grup, Big East dan Big West. Menariknya, walau drawing bersifat acak, namun pembagian dua grup seakan seperti sudah direncanakan.

Grup Big East menjadi grup neraka yang berisikan para pemain-pemain FIFA 19 FUT kelas kakap. Pada grup tersebut Anda bisa melihat nama-nama seperti Kenny “Rainesual” Prasetyo dari tim SFI, Ega “Eggsy” dari tim RRQ, Icanbutsky dari PG.Barracx, dan beberapa pemain jagoan lainnya.

Sementara grup Big West banyak berisikan pemain-pemain underdog. Beberapa nama di antaranya adalah gerombolan komunitas Sukabumi seperti Rakel Ramadhan dan Arlan Paranti. Tetapi terselip juga nama besar seperti Raja Pugu, yang mungkin akan jadi batu sandungan besar terhadap para pemain underdog tersebut.

 

Dari match yang dijalankan pada akhir pekan kemarin, dua yang menarik untuk disimak adalah pertandingan antara Kenny SFI vs Freaks Bryan pada grup Big East, dan Raja Pugu vs DMC Andri pada grup Big West. Pertandingan antara Kenny SFI melawan Freaks Bryan jadi menarik karena seperti bertemu mantan, Kenny harus melawan tim yang pernah menaungi dirinya, yaitu Freaks.

Pertarungan antara Kenny melawan Bryan terbilang cukup berat sebelah karena dominasi yang ditunjukkan oleh Kenny. Oper-operan yang apik ditambah skill mengendalikan bola yang baik dari Kenny berhasil bikin Bryan kewalahan. Akhirnya setelah pertandingan Home-Away total gol 5-1 didapatkan dengan skor leg 1 adalah 3-0 untuk Kenny, skor leg 2 adalah 2-1 untuk Kenny.

Terkait pertandingan pekan pertama IGL 2019, Kenny sedikit bercerita soal pengalamannya melawan Freaks Bryan. “Saat leg 1 aku menang dengan cukup meyakinkan dengan skor 3-0. Penyebabnya adalah karena aku bisa cetak gol di awal-awal, sehingga aku bisa pegang kendali match.” Jawab Kenny.

“Masuk leg 2, Bryan ternyata mengubah taktiknya. Dia main high pressure yang berhasil membuat aku jadi kewalahan walaupun unggul 2-0. Dia sempat cetak gol dan membuat skor jadi 2-1, tapi sayangnya nggak sempat membalas, dan skor tersebut bertahan sampai akhir”. Kenny menceritakan soal leg 2 saat melawan Freaks Bryan.

Sumber: SFI Esports
Sumber: SFI Esports

“Aku merasa sudah bermain dengan baik, tapi masih ada peluang yang belum bisa aku maksimalkan. Itu adalah PR buat aku untuk berlatih lagi. Kenapa? Kalau kita nggak bisa memaksimalkan peluang, bisa jadi hasil akhir pertandingan malah tak seperti yang diharapkan”. Kenny bercerita sambil refleksi diri atas pertandingannya melawan Freaks Bryan pada pekan 1 IGL.

Pertandingan Indonesia Gaming League 2019 akan berlanjut lagi pada pekan ini, tepatnya hari Jumat, 17 Mei 2019, pukul 20:30. Pertandingan semakin panas pada pekan ini, dengan kehadiran pertandingan-pertandingan seperti PG.Barracx Icanbutsky melawan Abdul Rozak pada grup Big East, ataupun Rakel Ramadhan melawan Raja Pugu di grup Big West.

Anda bisa subscribe kanal Youtube Indonesia Gaming League untuk lanjutan pertandingan IGL 2019!

Team Secret Juarai Major Kedua di MDL Disneyland Paris Major 2019!

Setelah perjalanan panjang selama kurang lebih satu pekan, 12 Mei 2019 kemarin menjadi puncak gelaran MDL Disneyland Paris Major 2019. Penuh dengan berbagai pertarungan sengit, babak Grand Final akhirnya mempertemukan dua legenda Dota, Clement “Puppey” Ivanov dari Team Secret melawan Kuro “Kuroky” Salehi dari Team Liquid.

Pertandingan antar keduanya berlangsung dengan cukup sengit. Pertandingan dibuka dengan permainan Dark Seer yang sangat brilian dari Ivan “Mind_Control” Borislavov. Berkali kali berhasil membuat Secret kelimpungan, bahkan juga berhasil mendaratkan Vacuum yang membuat Secret berada dalam posisi yang buruk. Morphling Amer “Miracle-” Al-Barkawi berhasil melakukan tugasnya sebagai carry pembersih dengan sangat baik, bahkan sampai mendapat quad-rampage ketika sedang berusaha meruntuhkan pertahanan Team Liquid.

Sumber: Twitter @MarsMedia
Sumber: Twitter @MarsMedia

Tetapi kemenangan game pembuka bukan jaminan kemenangan bagi Team Liquid. Michat “Nisha” Jankowski dan kawan-kawan justru mengamuk di game-game selanjutnya. Pada game-game selanjutnya Liquid jadi semakin kesulitan. Akhirnya Secret melakukan reverse sweep, menjadi juara MDL Disneyland setelah kalahkan Liquid 3-1.

Membahas soal kemenangan Team Secret dalam pertandingan ini, kami berdiskusi dengan salah satu sosok shoutcaster tersohor di kancah Dota Indonesia, Gisma “Melondoto” Priayudha. Menurut sosok yang kerap disapa Melon ini, kunci kemenangan Secret sebenarnya terletak pada permainan mereka di early game.

“Mereka rotasi 3 orang bersama-sama untuk culik musuh di berbagai tempat. Lalu sampai menit 15an mereka baru mulai coba menyebar membantu atau menjaga Nisha. Alhasil networth Nisha sama Midone jadi tak beda jauh. Dua carry jadi, kemenangan jadi cukup  mudah bagi Team Secret” jawab Melon mengomentari match antara Secret melawan Liquid di Grand Final MDL Disneyland Paris Major 2019.

Lebih lanjut bicara soal game terakhir, kami membicarakan soal draft Team Liquid yang cukup bisa dipertanyakan. “Salahnya Liquid mengira bisa menghentikan Sven dan Templar Assassin cuma dengan bermodal Earthshaker saja. Nyatanya, butuh timing yang tepat agar strategi ini berhasil. Pada prakteknya, Secret main berani di game ini, terutama Nisha. Liquid kaget merespon hal ini, akhirnya mereka tidak sempat bereaksi, sehingga membuat permainan bisa selesai dengan cukup cepat.” jawab Melondoto.

Kemenangan ini memberikan Team Secret total hadiah sebesar US$350 ribu atau sekitar Rp5 miliar dan juga Poin DPC sebesar 4950 poin. Dengan ini maka Team Secret masih tetap menjadi pemuncak klasemen di Dota 2 Pro Circuit musim 2018-2019 dengan perolehan sebesar 14250 poin.

Amerika Serikat Akan Regulasi Loot Box, Apa Artinya Untuk Ekosistem Esports?

Perkara microtransaction dan loot box atau sistem gacha sudah beberapa waktu lalu menjadi perdebatan badan legislatif pemerintahan di Barat sana. Setelah beberapa negara di Eropa angkat bicara soal hal ini, Amerika Serikat kini akhirnya turut bicara soal permasalahan ini.

Masalah ini terangkat ke permukaan setelah senator Amerika Serikat, Josh Hawley, mencanangkan sebuah peraturan untuk meregulasi microtransaction di dalam game. Proposal regulasi tersebut diberi nama sebagai The Protecting Children from Abusive Games Act. Mengutip rilisan pers sang senator, sesuai dengan namanya, kebijakan ini dibuat dengan fokus untuk melindungi anak dari praktek monetisasi eksploitatif lewat sistem pay to win dan loot box yang umum ada di dalam game.

Maka dari itu, jika regulasi ini berhasil diterima oleh pemerintahan, badan legislatif Amerika Serikat akan melarang penjualan loot box pada game yang dirancang untuk pemain berusia di bawah 18 tahun. Jadi, hanya game dengan rating 18+ yang bisa memiliki sistem loot box di dalamnya.

Sumber:
Senator Josh Hawley, sosok yang mencanangkan kebijakan regulasi loot box di Amerika Serikat. Sumber: News-Leader

Entertainment Software Association (ESA), yang merupakan regulator dari sistem rating ESRB langsung angkat bicara soal hal ini. Mengutip Esports Insider, berikut apa yang dikatakan ESA: “beberapa negara termasuk Irlandia, Jerman, Denmark, Australia, New Zealand, dan Britania Raya sudah menyatakan bahwa loot box bukan perjudian.”

“Kami ingin berbagi kepada pak Senator soal perangkat dan informasi yang disediakan oleh pihak industri game. Perangkat tersebut memungkinkan para orang tua untuk mengendalikan pengeluaran mata uang nyata di dalam game. Alat tersebut memungkinkan para orang tua kini dapat membatasi atau bahkan melarang pembelian di dalam game dengan menggunakan perangkat parental control yang mudah digunakan”.

Perdebatan soal microtransaction dan loot box sudah terjadi sejak beberapa waktu lalu. Tiongkok dan Korea Selatan sudah terlebih dahulu meregulasi sistem loot box. Pada dua negara tersebut, pengembang game harus mengungkap besaran kesempatan untuk mendapatkan berbagai item yang ada di dalam sebuah loot box.

Australia juga sempat memperdebatkan soal hal ini. Mereka juga merupakan negara pertama yang melakukan riset dan mengatakan bahwa loot box punya sifat mirip seperti judi secara psikologis. Pada akhirnya, Australia mencoba menerapkan regulasi yang mirip seperti apa yang diajukan oleh senator Amerika Serikat tersebut, membatasi penjualan loot box pada game dengan rating 18+ saja. Sayangnya regulasi tersebut belum diterima oleh pihak legislatif Australia.

Apa Arti Regulasi Microtransaction Terhadap Ekosistem Esports?

Sumber: Dota 2 Official Blog
Sumber: Dota 2 Official Blog

Pada akhirnya, kita tidak bisa melepaskan antara regulasi microtransaction di dalam game dengan ekosistem esports. Hal ini mengingat beberapa game esports yang sifatnya kompetitif juga turut menggunakan sistem ini. Game-game tersebut menggunakan sistem dalam bentuk loot box, untuk memberikan berbagai macam skin yang bisa mempercantik penampilan karakter di dalam game. Contoh nyatanya adalah game seperti CS:GO, Overwatch, atau Dota 2.

Lalu bagaimana dampak regulasi loot box dan microtransaction terhadap ekosistem esports? Hal tersebut sebenarnya tergantung bagaimana bentuk regulasinya, dan bagaimana hubungan antara sistem microtransaction yang diterapkan di dalam game, dengan ekosistem esports yang sudah berjalan.

Mari kita berandai-andai ada regulasi yang isinya melarang sepenuhnya microtransaction yang bersifat pay to win serta loot box. Kalau regulasi ini berlaku secara internasional, mungkin hype dan hadiah Dota 2 The International mungkin tidak akan sebesar seperti sekarang. Kenapa? Sistem Battle Pass di Dota 2 merupakan sebuah bentuk microtransaction yang menggunakan sistem loot box, dan terintegrasi dengan kompetisi Dota 2 The International.

Jadi kalau regulasi tersebut melarang sistem loot box, maka Battle Pass mungkin jadi terbatas hanya pembelian Battle Pass Level 1 saja. Anda jadi tidak dapat membeli level untuk membuka skin yang menggunakan sistem loot box. Tidak bisa membeli level, berarti tidak ada kontribusi hadiah untuk Dota 2 The International. Artinya hadiah TI akan jadi lebih kecil, yang membuat hype Dota 2 The International menurun.

Scene CS:GO juga bisa jadi scene esports lain yang turut terkena dampaknya. Hype ekosistem esports CS:GO dijaga lewat item in-game yang sifatnya loot box. Memang ekosistem esports CS:GO tidak seperti Dota, yang mana pemain dapat menggunakan microtransaction untuk menyumbang total hadiah turnamen. Namun tanpa kehadiran item in-game berupa sticker yang dijual lewat sistem loot box, ekosistem esports CS:GO mungkin tidak akan hype seperti sekarang.

Soal microtransaction dan loot box sebenarnya memang lebih esensial untuk diperdebatkan, dibanding soal dampak konten game terhadap perilaku kekerasan. Sebab sistem ini seperti buah simalakama, satu sisi memberi keuntungan dan berfungsi menjaga game tetap hidup. Pada sisi lain, tak bisa dipungkiri sistem ini punya dampak tersendiri di dalam masyarakat.

Pemerintah Indonesia sebenarnya harus mulai sadar soal masalah ini. Apalagi setelah kasus anak membeli item in-game tanpa pengawasan orang tua yang sempat merebak waktu itu.

Dota 2 MDL Paris Major 2019 Sejauh Ini, Barat Mendominasi, Tiongkok Kembali Lesu?

Saat ini sedang berjalan kompetisi Major dari Dota 2 Pro Circuit musim 2018-2019. Kompetisi tersebut adalah Mars Dota 2 League Disneyland Paris Major. Kompetisi yang jadi unik karena bertanding di taman hiburan Disneyland ini, memperebutkan total hadiah sebesar US$1 juta dan poin DPC sebesar 15.000 poin.

Saat ini, turnamen yang berlangsung sampai 12 Mei 2019 mendatang ini sudah memasuki fase bracket. Apa saja yang sudah terjadi? Berikut rekap singkat dari Hybrid.co.id

Tim Barat yang Masih Dominan

Sumber: Twitter @MarsMedia
Sumber: Twitter @MarsMedia

Kalau mengikuti TI Curse, tahun ganjil memang tahun milik tim-tim asal Barat di kancah kompetisi Dota 2. Ternyata, kutukan tersebut masih belum terpatahkan sampai sekarang. Tim Barat masih mendominasi di tahun ganjil, setidaknya jika berdasarkan bracket MDL Paris Major. Sekarang tersisa empat tim di upper bracket, dan semuanya adalah tim Barat, Team Secret, EG, NiP, dan OG.

Belakangan, tim asal Barat memang cenderung sedang dominan. Dari 5 besar peringkat DPC saja, ada tiga tim asal Barat yaitu Virtus Pro, Team Secret, dan Evil Geniuses. Apalagi Team Secret yang belakangan sempat menang beruntun di dua turnamen, Chongqing Major 2019 dan ESL One Katowice.

Membahas soal tim Barat, memang menarik membahas Team Secret pada musim ini. Selain performa mereka yang mendadak jadi sangat kuat, sosok wonderkid Michat “Nisha” Jankowski juga jadi hal lain yang menarik untuk di simak. Selama MDL Team Secret kembali menunjukkan permainannya dengan sangat baik.

Tercatat mereka berhasil sapu bersih fase grup. Mereka sempat tersandung satu kali saat melawan PSG.LGD di babak bracket, namun tetap berhasil memenangkan permainan berkat draft Pudge yang unik yang dimainkan oleh Ludwig “Zai” Wahlberg. Menariknya, walau bicara soal dominasi Barat, Virtus Pro malah terjungkal pada awal-awal bracket.

Mereka melawan juara TI tahun lalu, OG. Pertandingan sebenarnya berjalan cukup sengit di awal-awal, tapi entah kenapa VP malah goyah setelah rentetan kesalahan yang dilakukan. Pertandingan selesai dengan cukup cepat, VP tergelincir ke lower bracket setelah kalah 2-0 dari OG. Padahal performa VP terbilang sedang cukup konsisten belakangan. Berhasil menangkan satu major dan menjadi runner-up di dua major lainnya.

Pada sisi lain, Ninja in Pyjamas, juga menjadi tim Barat lain yang menjadi algojo tim Dota Tiongkok selain dari Team Secret. Melawan Vici Gaming, dua game berjalan dengan cukup cepat, kedua tim saling bertukar poin dengan sttrategi permainan agresif. Game terakhir, Phantom Lancer dari Marcus “Ace” Hoelgaard berhasil meng-carry tim dengan sangat baik. Mendominasi sepanjang permainan, amankan 10 ribu net-worth dalam 16 menit, Ace membuat VG jadi kelimpungan. Tak terhentikan, permainan selesai dalam 32 menit, kemenangan bagi NiP.

Performa Tim Tiongkok yang Masih Dipertanyakan

Sumber: Twitter @MarsMedia
Sumber: Twitter @MarsMedia

Kerangka narasi kancah kompetitif Dota internasional secara umum berkutat di sekitar tim Dota Barat melawan tim Dota Tiongkok. Sayangnya beberapa musim belakangan bukanlah musim yang baik bagi tim Dota asal Tiongkok. Bermula dari kegagalan PSG.LGD merengkuh tahta juara dunia di tahun genap, The International 2018, kini performa permainan Tiongkok di kancah Dota internasional semakin berangsur menurun.

Pada MDL Paris Major 2019, Tiongkok diwakili oleh tiga tim, PSG.LGD, Keen Gaming, dan Vici Gaming. Ketiganya bisa dibilang cukup kuat, masih masuk 10 besar peringkat DPC 2019. Terakhir kali Vici Gaming yang jadi ujung tombak kebanggaan Tiongkok, berhasil jadi juara di DreamLeague Stockholm Major setelah mengalahkan Virtus Pro.

Namun demikian, kini keadaan benar-benar sedang sangat tidak baik bagi wakil-wakil Tiongkok dalam kompetisi MDL Paris Major 2019. Entah apa yang terjadi pada tim-tim Tiongkok, ketiganya kini terhempas ke lower bracket setelah kalah melawan tim-tim Barat.

Padahal kalau bicara roster, ketiga tim tersebut sebenarnya punya pemain-pemain yang berkualitas. PSG.LGD masih dengan roster yang sama dengan TI 2018 lalu. Vici Gaming juga tidak banyak melakukan perubahan secara roster, masih dengan Zhang “Paparazi” Chengzun sebagai ujung tombak dan kawan-kawan. Keen Gaming juga punya roster yang cukup lumayan, ada Hu “Kaka” Liangzhi yang memandu kawan-kawannya.

Berada di lower bracket, ketiga tim Tiongkok ini tinggal punya satu kesempatan lagi untuk bertahan di MDL Paris Major. PSG.LGD bertemu di Complexity Gaming, sementara Vici Gaming harus perang saudara dengan sesama tim Tiongkok, Keen Gaming.

Akankah tim Tiongkok bisa merebut gelar juara TI di tahun genap dari tim Barat? Kalau bicara MDL Paris Major, harapan terbesar mungkin terletak pada Vici Gaming. Mengingat PSG.LGD yang terbilang inkonsisten belakangan, saya personal tak terlalu berharap banyak pada Lu “Somnus” Yao dan kawan-kawan, walau sebenarnya mendukung PSG.LGD. Terlebih, ada Virtus Pro yang mungkin akan dihadapi PSG.LGD pada bracket selanjutnya.

MDL Paris Major 2019 akan berlanjut lagi sore ini. Kompetisi ini akan melanjutkan pertarungan hidup dan mati bagi para tim yang sudah terhempas di babak lower bracket. Anda dapat menyaksikan pertandingan tersebut secara langsung di kanal Twitch.tv @MDLDisney. Jadi, apakah Anda pendukung tim Barat atau tim Tiongkok di esports Dota 2?