Baru Dirilis, Halo infinite Jadi Game Xbox Paling Sukses di Steam

Berbicara seri Halo mungkin terdengar asing bagi para gamer di Indonesia. Pasalnya, game ini awalnya muncul eksklusif di konsol Xbox, dan mayoritas gamer di Indonesia memiliki PlayStation. Namun di luar negeri, terutama di Amerika Serikat seri Halo merupakan salah satu seri yang wajib ditunggu oleh para pecinta game shooter.

Maka tidak heran bila setelah penantian panjang, para fans Halo langsung menyerbu game terbaru Halo Infinite yang baru saja dirilis. Halo Infinite memang telah melalui masa pengembangan yang cukup panjang sejak diumumkan pada 2018 lalu. Dan Microsoft cukup cerdik untuk merilis terlebih dahulu porsi multiplayer-nya secara gratis pada hari ini, 16 November 2021.

image credit: Microsoft

Tidak perlu menunggu lama, Halo Infinite: Online tersebut langsung diserbu oleh para fans. Dirilis juga melalui Steam, game ini juga langsung meroket dan menduduki posisi pertama game dengan pemain aktif terbanyak hanya dalam rentang satu hari setelah dirilis.

Analis game, Daniel Ahmad juga menuliskan lewat cuitannya di Twitter bahwa hanya dalam waktu 2,5 jam saja Halo Infinite: Online mampu menembus angka 162 ribu pemain di Steam. membuat game ini menjadi game milik Xbox Game Studio yang paling sukses sepanjang masa di Steam.


Rekor Halo Infinite: Online tersebut berhasil menggeser Forza Horizon 5 yang sebelumnya menjadi judul paling sukses mereka. Namun hal tersebut dapat dipahami karena Forza Horizon 5 masih merupakan game berbayar (meskipun dapat dimainkan secara gratis lewat Xbox Game Pass), sedangkan Halo Infinite: Online ini dapat dimainkan secara cuma-cuma.

Angka pemain tersebut hanya memperlihatkan data pemain di Steam saja. Padahal Halo Infinite: Online ini juga dapat dimainkan langsung lewat Xbox for PC dan juga konsol Xbox One, Series X, dan Series S.

Meskipun hype-nya sangat tinggi dan para fans sudah dapat memainkan porsi multiplayer dari Halo Infinite ini. Kini kekhawatiran datang dari mode single-player campaign-nya yang belum memiliki tanggal rilisnya hingga sekarang. Sehingga para fans kini hanya dapat berharap agar Microsoft dan developer 343 Industries untuk segera memberikan tanggal rilis pasti untuk mode campaign-nya.

Review Forza Horizon 5: Penyempurnaan Game Balap Open World yang Menyenangkan

Sembilan tahun sejak dirilisnya Forza Horizon pertama, Playground Games memang seakan terus menyempurnakan dan mematangkan resep game balap open-world mereka tersebut. Daya tarik utama dari game ini berada lokasi game yang selalu unik pada setiap serinya dan juga koleksi mobil yang masif dan beragam. Forza Horizon tumbuh dan berkembang sebagai sebuah game yang selalu dinanti setiap seri barunya.

Seri sebelumnya, yaitu Forza Horizon 4 sudah berumur 3 tahun dan para fans di seluruh dunia sangat bersemangat saat Microsoft mengumumkan kedatangan Forza Horizon 5 pada gelaran E3 2021 bulan Juni lalu. Setelahnya, hype untuk game ini terus terbangun dengan sendirinya dan semakin melonjak ketika berbagai media gaming mayoritas memberikan penilaian yang sangat positif terhadap game ini.

Lalu, apakah Forza Horizon 5 memang layak mendapatkan nilai sempurna 10/10, ataukah semua itu hanyalah penilaian “overrated” terhadap game ini? Berikut review-nya:

Grafis berumur yang tetap menakjubkan

Image Credit: Playground Games

Kami tidak akan menyangkal bahwa Forza Horizon 5 tetap menyajikan salah satu grafis terbaik yang pernah diusung oleh game balap atau video game secara keseluruhan. Mulai dari detail mobil hingga ke berbagai detail yang ada di lingkungannya ditampilkan dengan indah lewat pendekatan photorealistic. Namun harus diakui bagi mereka yang sebelumnya telah memainkan seri sebelumnya, grafis yang ditawarkan pada seri kelima ini bukanlah lompatan yang tinggi dari Forza Horizon 4 karena memang basis game engine yang digunakan masih sama.

Meskipun begitu, hal ini bukan sesuatu yang buruk. Playground Games tetap memberikan improvisasi visual terutama untuk pencahayaan, efek-efek seperti asap yang keluar dari roda, hingga berbagai detail pemandangan yang jauh-jauh lebih bervariasi ketimbang latar Inggris di Forza Horizon 4. Hal tersebut semakin terasa menakjubkan karena sang developer dapat memberikan performa yang sangat optimal bagi Forza Horizon 5 meskipun dengan berbagai peningkatan yang dilakukan.

Meksiko yang eksotis dan menantang untuk dijelajahi

Salah satu nilai plus (atau bahkan sempurna) dari seri Forza Horizon adalah bagaimana Playground Games selalu membangun dunia open-world yang terus terasa unik dan fresh. Dan bila sebelumnya Playground Games telah melakukan tugas yang memukau dengan mengemas miniatur Inggris dan Skotlandia lewat Horizon 4, mereka meningkatkan standar mereka lewat Meksiko di Horizon 5 ini.

Memperluas mapnya hingga 50% memang memberikan kebebasan ekstra bagi Playground Games untuk menghadirkan beragam hal. Apalagi Meksiko memang menawarkan variasi lokasi dan kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Mulai dari padang pasir, gunung berapi, hingga hutan tropis. Beragam pemandangan eksotis tersebut berhasil dihadirkan ke dalam dunia Forza Horizon 5 dengan realistis. Dunianya ditampilkan cukup padat dengan berbagai lokasi menarik yang akan membuat pengalaman mengemudi para pemain tidak akan membosankan. Namun ia juga tetap memberikan ruang bagi mereka yang ingin memacu kecepatan mobilnya hingga maksimal.

Improvisasi penting bagi para pecinta mobil

Selain improvisasi visual yang telah kami bahas sebelumnya, Forza Horizon 5 juga memberikan improvisasi pada salah satu aspek penting yang cukup dipermasalahkan di seri sebelumnya yaitu suara. Dengan koleksi mobil yang mencapai ratusan, memang cukup sulit bagi Playground Games membuat suara mobil yang akurat untuk satu per satu mobil. Namun, untungnya hal tersebut kini mendapat perhatian khusus dari sang pengembang sehingga suara mobil-mobil yang ada dalam game ini lebih realistis dan juga berbobot.

Ubahan lainnya yang tidak kalah penting adalah kemampuan untuk memodifikasi mobil baik untuk visual maupun mesin. Beberapa mobil kini memiliki modifikasi body kit dan juga aksesoris baru lain yang akan membuat setiap mobil tampak lebih menarik. Dari sisi mesin, para pemain kini juga dapat mendengarkan efek suara yang berubah karena modifikasi terhadap komponen mesin yang diganti. Hal ini menjadi sentuhan unik yang membuat Forza Horizon 5 ini dicintai.

Bersiap menjadi kolektor dan mencari mobil terbaik

Image Credit: Playground Games

Mobil tentunya menjadi nyawa utama bagi seri Forza Horizon dan Horizon 5 meneruskan hal tersebut dengan koleksi mobil yang semakin banyak. Microsoft menyebutkan bahwa ada lebih dari 500 mobil dalam Forza Horizon 5 ini yang terdiri dari beragam jenis mobil mulai klasik hingga yang paling baru. Koleksi yang masif tersebut memang menjadi salah satu kelebihan dari Forza Horizon ketimbang game balap yang lain. Setiap mobil juga memiliki feel berkendaranya masing-masing. Sehingga pemain nantinya akan melalui tahapan penyesuaian hingga pada akhirnya menjadikan satu atau beberapa mobil sebagai mobil favoritnya.

Forza Horizon 5 juga tetap mempertahankan beragam cara untuk mendapatkan mobil-mobil tersebut. Pemain dapat membelinya langsung lewat showroom dalam game-nya, atau mencari yang lebih murah lewat rumah lelang atau Auction House, hingga mencoba peruntungan untuk mendapatkan mobil-mobil berstatus khusus lewat wheelspin. Selain tiga cara utama tersebut, beberapa mobil juga akan didapatkan lewat balapan, menyelesaikan progres game, dan bahkan menemukan mobil pemberian pemain lain yang tersembunyi di seantero map.

Menyelami kultur balapan Meksiko yang tidak kalah eksotis

Seiring berkembangnya seri Forza Horizon, Playground Games memang terus menyuntikkan lebih banyak jenis balapan ke dalam game-nya. Hal tersebut dilakukan juga untuk mengakomodasi berbagai jenis mobil yang masuk ke dalam game-nya, sekaligus mengabulkan keinginan dari berbagai komunitas pecinta game balap mobil. Playground Games dengan cerdik mengintegrasikan berbagai tipe balapan tersebut ke dalam campaign-nya. Sehingga para pemain akan tetap menjajal berbagai tipe balapan tersebut untuk dapat melanjutkan game-nya.

Tercatat setidaknya ada 6 jenis balapan yang ada di dalam Forza Horizon 5 ini, antara lain road race, dirt race, cross country race, drag race, dan juga stunts. Setiap balapan akan membutuhkan mobil dan konfigurasinya masing-masing. Meskipun pemain sebenarnya dapat mengubah mobil apapun menjadi mobil untuk tipe balapan apapun.

Selain balapan, Forza Horizon 5 juga membawa berbagai aktivitas lain yang berhubungan dengan mobil seperti Horizon Arcade yang merupakan kumpulan mini games yang diadakan secara acak di map. Kemudian ada juga EventLab yang berisikan berbagai custom game yang dibuat oleh komunitas.

Kesimpulan

Forza Horizon 5 menjadi penyempurnaan Playground Games untuk membuat sebuah game balap open-world yang cocok bagi banyak orang. Dengan segala peningkatan yang dilakukan mulai dari sektor grafis, physics, hingga ke fitur-fitur baru, Forza Horizon 5 mencoba menjangkau lebih banyak gamer sebisa mungkin. Hal tersebut terbilang berhasil melihat bahwa game-nya kini telah menembus angka 6 juta pemain.

Dengan kebebasan yang diberikan ke pemain untuk mengatur hampir semua aspek mulai dari penampilan karakter, tampilan mobil, hingga ke pengaturan balapan, pemain memang dapat mencari titik ternyaman untuk menikmati game ini sesuai preferensi masing-masing. Selain segudang konten yang akan memakan waktu lama untuk dinikmati satu-persatu ditambah dengan koleksi mobil yang masif, pemain juga bisa sekadar berjalan-jalan dengan mobil favoritnya menyusuri jalanan Meksiko yang penuh dengan pemandangan indah.

Pada akhirnya, Forza Horizon 5 memang dibuat sebagai sebuah taman bermain raksasa bagi para pecinta mobil ataupun yang baru pertama mencoba game balap. Tidak ada konsekuensi untuk memainkan game ini di level terendah, ataupun tidak mengikuti mode kompetitif online yang dimiliki. Karena pada dasarnya game ini memang dibuat gara gamer dapat bersenang-senang sendirian ataupun bersama-sama.

Details Forza Horizon 5

Platforms: Xbox Series X|S, Xbox One, dan Windows
Price: US$59.99 (Xbox), Rp699 ribu (Steam)
PC Recommended Specs:
Requires a 64-bit processor and operating system
OS: Windows 10 version 15063.0 or higher
Processor: Intel i5-8400 or AMD Ryzen 5 1500X
Memory: 16 GB RAM
Graphics: NVidia GTX 1070 OR AMD RX 590
DirectX: Version 12
Network: Broadband Internet connection
Storage: 110 GB available space

Roblox Kini Lewati Activision Sebagai Perusahaan Game dengan Valuasi Tertinggi

Tidak dapat dipungkiri bahwa Activision-Blizzard merupakan salah satu perusahaan video game terbesar yang ada di Amerika Serikat. Dengan line-up game populer mulai dari seri Call of Duty, Overwatch, hingga World of Warcraft, Duo perusahaan ini bertahan cukup lama menjadi perusahaan video game dengan valuasi tertinggi di Amerika Serikat.

Namun siapa yang menyangka bahwa kedigdayaan Activision-Blizzard tersebut harus hilang pada 2021 ini. Dilansir oleh GamingonPhone, dominasi pasar Activision-Blizzard kini direbut oleh Roblox Corporation yang tidak lain adalah perusahaan yang berada di belakang Roblox.

Cukup mengejutkan bahwa perusahaan video game yang hanya memiliki satu buah game dapat mengalahkan perusahaan besar dengan berbagai judul kelas atasnya yang populer.  Namun Roblox Corporation melaporkan bahwa mereka mengalami kenaikan harga saham sebesar 42% setelah mereka mengumumkan laporan pendapatan kuartal ketiga 2021-nya.

Lonjakan tersebut membuat Roblox Corporation kini bernilai lebih dari $62 miliar atau sekitar Rp880 triliun. Angka menakjubkan tersebut akhirnya mengalahkan Activision yang bernilai $52 miliar atau sekitar Rp738 triliun.

sumber: Blizzard

Activision sendiri memang tengah mengalami penurunan tajam karena mereka mengumumkan penundaan dua game yaitu Diablo IV dan Overwatch 2. Ditambah, permasalahan internal antara Activision-Blizzard dengan para karyawannya juga masih terus berlangsung hingga sekarang. Sedangkan Roblox merupakan pemain baru dalam pasar saham yang baru go public pada Maret 2021 lalu.

Dalam pernyataannya CEO Roblox, David Baszucki mengatakan bahwa mereka dengan senang hati mengumumkan bahwa perusahaannya berhasil meraup pendapatan hingga $130 juta atau Rp1,8 triliun hanya dalam tiga bulan ke belakang. David juga mengatakan bahwa mereka menargetkan pendapatan total $500 juta atau Rp7,1 triliun pada akhir tahun 2021 nanti.

Ke depannya, David menyebut bahwa Roblox Corporation akan terus berinvestasi pada teknologi inovatif untuk memungkinkan komunitas developer kami melakukan yang terbaik, yaitu membangun dan berkreasi. Roblox juga mengatakan bahwa mereka juga memberikan perhatian terhadap Metaverse“.

Bahkan David mengatakan bahwa mereka telah memprediksi apa yang disebut metaverse tersebut sejak 17 tahun lalu. Yaitu, bagaimana membuat orang atau para pemain untuk dapat berkumpul bersama. Dan selama 16 tahun Roblox dikembangkan untuk mengakomodasi hal tersebut mulai dari pemain hingga para pengembang game yang berasal dari komunitas.

Sony Kembali Pangkas Produksi PlayStation 5 Karena Kelangkaan Komponen

Kelangkaan komponen chipset yang masih terus terjadi mulai memperlihatkan dampak lanjutan ke produksi barang elektronik. Konsol game menjadi salah satu yang terkena dampak utama karena posisi produknya yang tidak esensial.

Sony Group Crop menjadi salah satu yang terkenda dampak kelangkaan ini hingga mereka mengumumkan harus memangkas jumlah produksi PlayStation 5 mereka hingga sekitar satu juta unit setidaknya hingga akhir tahun.

Hal ini diberitakan oleh Bloomberg yang menyebutkan bahwa Sony sebelumnya memiliki target untuk memproduksi lebih dari 16 juta unit PlayStation 5 di tahun 2021 ini. Namun dalam laporan perusahaan terbarunya, Sony dikabarkan memotong target jumlah produksi mereka menjadi 15 juta unit.

Pada awal perilisannya, PlayStation 5 sempat menjadi konsol milik Sony yang mampu mencapai penjualan sebanyak 10 juta unit tercepat. Namun rekor yang dipecahkan oleh PS5 pada bulan Juli lalu tersebut tidak mampu bertahan karena pada bulan-bulan berikutnya penjualan PlayStation 5 tertinggal bila dibandingkan dengan PlayStation 4 di rentang waktu yang sama.

Image Credit: Sony

Mitra manufaktur Sony bahkan memperkirakan bahwa pasokan stok untuk PlayStation 5 akan terus langka bahkan di sepanjang tahun 2022 mendatang. Mereka bahkan menyebut target Sony untuk dapat mencapai target penjualan PS5 sebanyak 22,6 juta unit hingga tahun depan adalah tantangan yang berat.

Masalah kelangkaan chipset ini ternyata merembet juga ke penjualan game-game untuk PlayStation 5. Salah satu publisher kenamaan di Jepang yang tidak mau disebut namanya mengatakan karena stok PlayStation 5 yang tidak kunjung normal, para pemain yang sebelumnya biasa membeli versi PlayStation disebut perlahan beralih untuk membeli versi PC-nya.

Hal ini membuat game-game untuk PlayStation 5 disebut gagal untuk memberikan dampak pada grafik penjualan video game di Jepang. Akibatnya penjualan game-game PlayStation 5 kini harus bertekuk lutut kepada Nintendo Switch yang kini mendominasi pasar Jepang. Padahal Nintendo juga ikut terdampak dari kelangkaan chipset global ini.

Sony sebenarnya telah berusaha mengejar ketertinggalan akibat chipset ini dengan bekerja sama dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) untuk membangun pabrik produksi chip sebesar $7 miliar atau sekitar Rp 99 triliun di Jepang. Namun sayangnya pembangunan pabrik ini baru dimulai pada 2022 mendatang dan baru mulai memproduksi chip pada akhir 2024 mendatang.

Penghasilan Nexon Turun Drastis Hingga 44 Persen

Industri game mobile disebut-sebut akan terus mendatangkan keuntungan selama beberapa tahun ke depan. Beberapa publisher dan developer game PC dan konsol bahkan memutuskan untuk memberikan perhatian khusus pada platform mobile karena keuntungan yang menjanjikan.

Namun ternyata tidak semua perusahaan game mobile memperoleh untung selama beberapa tahun ini. Dikabarkan oleh Gamesindustry.biz, raksasa game asal Korea Selatan, Nexon mengumumkan bahwa pendapatan game mobile mereka turun hingga 44% dibanding tahun lalu. Penurunan ini membuat pendapatan dari Nexon terjun dari ¥42,4 miliar (sekitar Rp5,3 triliun) menjadi ¥18.6 miliar (Rp2,3 triliun).

Anjloknya pendapatan ini disebut karena tahun lalu hampir semua game dan hiburan mendapat lonjakan pemasukan dari adanya pandemi. Sedangkan tahun ini kasus COVID sudah menurun di beberapa negara sehingga sudah berkurang juga jumlah orang-orang yang tak bisa keluar dari rumah.

Uniknya, pendapatan Nexon dari game-game mereka di platform PC malah meningkat sebanyak 24% dari tahun sebelumnya. Nexon mencatat pendapatan sebesar ¥57,2 miliar (Rp7,2 triliun) yang disebut menjadi 75% dari total pendapatan perusahaannya.

Image Credit: Nexon

Nexon menyebut bahwa pendapatan mereka mayoritas berasal dari Dungeon & Fighter, MapleStory, FIFA Online 4, dan The Kingdom of the Winds: Yeon. Di Indonesia sendiri, game terbaru milik Nexon, yaitu Blue Archive juga mulai diminati oleh gamer mobile di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, Nexon memang terus berusaha untuk memecah bisnisnya agar tidak tergantung kepada platform PC saja. Bahkan di tahun 2020 lalu, Nexon berhasil meningkatkan pendapatan dari platform mobile-nya hingga 33%, dan menurunkan persentase pendapatan dari platform PC hingga kurang dari 67%.

Ke depannya, Nexon berharap untuk mendapat pendapatan antara ¥51.2 miliar (Rp 6,4 triliun) hingga ¥57 miliar (Rp7,1 triliun) pada kuartal keempat 2021 ini. Hal tersebut berarti Nexon menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 23% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Nexon juga dilaporkan tengah memiliki tiga buah game baru yang tengah dikembangkan yang memiliki kode nama “Codename: Pioneer” yang diprediksi akan menjadi sebuah game co-op F2P (free-to-play). Ada juga “Codename: Discovery”, sebuah game yang berfokus pada permainan berbasis tim dengan dunia yang dinamis.

Sedangkan yang terakhir adalah proyek dengan nama “Creative Platform”. Sayangnya Nexon tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai proyek ini namun diprediksi bahwa game ini akan memiliki kesamaan dengan game-game sandbox seperti Minecraft, Roblox, Fortnite creative mode, dan Rust.

Belum Rilis, Forza Horizon 5 Sudah Dimaikan oleh 1 Juta Pemain Lebih

9 November 2021, game balap Forza Horizon 5 akhirnya resmi dapat dimainkan oleh para gamer di seluruh dunia. Game balap open-world dengan latar Meksiko tersebut memang menjadi salah satu game yang paling ditunggu tahun ini. Bahkan karena tidak sabarnya, Forza Horizon 5 berhasil menembus 1 juta pemain bahkan sebelum game-nya dirilis.

Hal tersebut dimungkinkan karena adanya fitur early-access bagi mereka yang membeli Premium Edition. Jadi, para gamer yang membeli edisi tersebut sudah dapat memainkan game-nya sejak tanggal 5 November kemarin. Padahal game-nya sendiri juga dapat dimainkan secara gratis lewat Xbox Game Pass.

Apalagi sebelum sesi early-access tersebut tiba, Forza Horizon 5 juga telah merilis review dari berbagai media gaming dan juga influencer. Mayoritas memberikan penilaian positif terhadap game ini. Bahkan salah satu yang paling mengejutkan adalah ketika IGN memberikan nilai 10/10 yang sebelumnya hanya bisa diraih oleh game-game yang istimewa seperti Red Dead Redemption 2 dan God of War.


Data satu juta pemain ini ditemukan oleh salah satu streamer bernama Stallion83 yang memperlihatkan jumlah pemain yang mengikuti tantangan dalam game-nya saat berstatus early-access. Menariknya lagi, sudah ada lebih dari 1 juta pemain yang telah mencoba tantangan tersebut bahkan sebelum game-nya dirilis resmi.

Fitur early-access atau bermain lebih awal lewat pembelian edisi tertentu sebuah game memang bukan hal yang baru. Namun hak istimewa tersebut bukan tanpa resiko. Beberapa gamer yang memainkan versi early-access ini kerap mengalami beberapa masalah seperti game yang mengalami force close, frame rate yang kadang tidak stabil dan bahkan terjadi stutter, hingga ke permasalahan koneksi server yang belum stabil.

Image Credit: Microsoft

Namun hal tersebut kelihatannya tidak menghentikan para gamer untuk menikmati game ini setelah 3 tahun menunggu. Forza Horizon 5 memang menjadi game pertama yang tidak dirilis dalam siklus waktu dua tahunan.

Untungnya penantian para gamer kini terbayar karena terlepas beberapa masalah teknis yang akan segera diperbaiki, developer Playground Games berhasil menyajikan sebuah game balap yang dapat dinikmati oleh semua orang.

Garena Sebut Tidak Akan Buru-buru Bawa Free Fire MAX ke Ranah Esport

Garena International akhirnya merilis versi terbaru dari game battle royale populernya dengan judul Free Fire Max. Dirilis pada 28 September 2021 lalu, game terbaru ini menawarkan berbagai peningkatan di berbagai aspek mulai dari grafis hingga gameplay.

Mengingat Free Fire original sangat populer dan memiliki skema esport yang cukup berkembang, maka tidak mengherankan bahwa banyak fans yang mempertanyakan apakah Garena juga akan segera mengembangkan ekosistem esports untuk game terbarunya tersebut.

Lewat pernyataan yang disampaikan oleh Garena kepada media Dot Esports melalui email, Garena memberikan jawaban bahwa mereka masih belum memiliki rencana segera untuk memasukkan Free Fire Max ke dalam turnamen esport. Mereka mengungkapkan bahwa Garena akan tetap mempertahankan Free Fire original sebagai game resmi untuk turnamen.

Image Credit: Garena

Sayangnya Garena tidak memberikan penjelasan lebih lanjut terhadap keputusan tersebut. Apalagi Free Fire MAX telah mendukung crossplay yang memungkinkan akun pengguna Free Fire digunakan dalam Free Fire MAX, sehingga para pemain tidak akan kehilangan semua kosmetik yang sudah dimiliki. Plus game terbarunya ini memang tidak menawarkan improvisasi  terhadap gameplay kompetitifnya.

Dalam perjalanannya, Free Fire memang memiliki pasarnya tersendiri, terutama bagi para gamer mobile yang memiliki smartphone dengan spesifikasi rendah. Hal tersebut membuat game ini populer di negara-negara berkembang seperti Indonesia, India, dan juga negara-negara Amerika Latin.

Meskipun tidak akan digunakan dalam pertandingan, namun Free Fire MAX disebut akan digunakan sebagai platform live streaming dari turnamen esport Free Fire. Pasalnya, Free Fire Max menyajikan pengalaman menonton yang lebih baik lewat grafis yang telah ditingkatkan.

Setelah dirilis sekitar satu bulan, Free Fire Max tercatat telah diunduh sebanyak 50 juta lebih di Google Play. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa Free Fire Max ini tetap menarik minat banyak gamer, meskipun memang masih kalah jauh dibandingkan versi original Free Fire yang telah diunduh lebih dari 1 milyar kali.

Free Fire Max juga memiliki jalan yang panjang untuk menyamai versi originalnya yang bahkan berhasil menjadi game keenam dalam daftar game dengan pendapatan terbesar di dunia pada tahun ini.

Daftar Game dengan Denuvo yang Tidak Bisa Dijalankan Di Prosesor Intel Alder Lake

Intel baru saja meluncurkan CPU generasi terbarunya yaitu Intel Alder lake. Prosesor generasi ke-12 ini cukup memeriahkan kembali rivalitas prosesor antara Intel dan AMD. Hal ini tentunya mampu menaikkan kembali minat para perakit PC, terutama untuk PC gaming di saat harga prosesor AMD terus melonjak.

Namun sayangnya, prosesor baru ini langsung menghadapi masalah kompatibilatas. Masalah ini muncul terhadap 32 game yang menggunakan DRM Denuvo.

Beberapa game yang terbukti bermasalah antara lain Assassin’s Creed Valhalla dan juga Watchdogs: Legion. Dalam kasus Assassin’s Creed Valhalla, game-nya bahkan tidak dapat dijalankan menurut pengujian yang dilakukan PC Gamer.

Berikut ini adalah daftar game-game yang masih bermasalah dengan prosesor Intel generasi kedua belas tadi, yang dihimpun oleh PC Gamer.

Incompatible games (Windows 11)

  • Anthem
  • Bravely Default 2
  • Fishing Sim World
  • Football Manager 2019
  • Football Manager Touch 2019
  • Football Manager 2020
  • Football Manager Touch 2020
  • Legend of Mana
  • Mortal Kombat 11
  • Tony Hawks Pro Skater 1 and 2
  • Warhammer I
  • Assassin’s Creed: Valhalla
  • Far Cry Primal
  • Fernbus Simulator
  • For Honor
  • Lost in Random
  • Madden 22
  • Maneater
  • Need for Speed – Hot Pursuit Remastered
  • Sea of Solitude
  • Star Wars Jedi Fallen Order
  • Tourist Bus Simulator
  • Maneater

Incompatible games (Windows 10)

  • All of the above, plus:
  • Ace Combat 7
  • Assassins Creed Odyssey
  • Assassins Creed Origins
  • Code Vein
  • eFootball 2021
  • F1 2019
  • Far Cry New Dawn
  • FIFA 19
  • FIFA 20
  • Football Manager 2021
  • Football Manager Touch 2021
  • Ghost Recon Breakpoint
  • Ghost Recon Wildlands
  • Immortals Fenyx Rising
  • Just Cause 4
  • Life is Strange 2
  • Madden 21
  • Monopoly Plus
  • Need For Speed Heat
  • Scott Pilgrim vs The World
  • Shadow of the Tomb Raider
  • Shinobi Striker
  • Soulcalibur VI
  • Starlink
  • Team Sonic Racing
  • Total War Saga – Three Kingdoms
  • Train Sim World
  • Train Sim World 2
  • Wolfenstein Youngblood

Intel mengatakan bahwa mereka telah bekerja sama dengan para publisher dan developer game-game yang terdampak tersebut untuk memperbaiki masalahnya. Di sisi lain Denuvo telah merilis pernyataan bahwa mereka telah menyediakan patch khusus bagi game-game yang bermasalah dengan Intel Alder Lake tersebut.

Denuvo bahkan menyebut bahwa mereka telah menyediakan patch tersebut jauh sebelum prosesor Intel Alder Lake tersebut diluncurkan dan selanjutnya tergantung para developer untuk segera mengimplementasikan patch tersebut secepatnya atau tidak.

Image Credit: Intel

Hal-hal seperti inilah yang kelihatnya masih membuat banyak publisher dan developer enggan menggunakan Denuvo. Beberapa game seperti NieR Replicant Remaster, Tekken 7, Mafia: Definitive Edition, hingga Crysis Remastered telah menghapus Denuvo dari game-nya.

Perlindungan Denuvo memang terkenal cukup mempengaruhi performa dan juga optimalisasi game yang menggunakannya saat dijalankan di PC. Dan kini hal tersebut diperparah dengan kasus kompatibilitas yang terjadi terhadap Intel Alder Lake.

Denuvo memang telah memberikan pembelaan bahwa mereka telah bekerja sama dengan Intel mengenai masalah ini, namun tetap saja masalah ini tidak akan terjadi pada game-game yang sejak awal tidak menggunakan Denuvo.

Dalam 2 Tahun, Apex Legends Raup Hampir US$1 Miliar Per Tahun dan Lebih dari 100 Juta Pemain

Keputusan EA untuk membuat sebuah game Battle Royale free-to-play pada tahun 2019, Apex Legends, kelihatannya menjadi kesuksesan besar bagi EA. Bagaimana tidak, game yang menyandang status ‘gratis’ ini nyatanya malah memberikan salah satu keuntungan terbesar bagi publisher game asal Amerika Serikat tersebut.

Lewat laporan pendapatan terbarunya, CEO EA Andrew Wilson menyampaikan bahwa Apex Legends terus mengalami peningkatan popularitas sekaligus mendapatkan interaksi penonton yang sangat kuat. EA bahkan menyebut bahwa Apex Legends kini telah tumbuh menjadi salah satu franchise terbaik dalam industri video game.

Apex Legends dilaporkan telah dimainkan oleh lebih dari 100 juta pemain hingga saat ini. Musim 9 dan musim 10 dari game-nya mencatat jumlah pemain aktif tertinggi sejak awal game ini dirilis. Meskipun sayangnya EA tidak membuka statistik pertumbuhan jumlah pemainnya tersebut secara detail.

Image Credit: EA – Respawn

Dengan microtransaction yang dilakukan di dalam game-nya, EA menyebut bahwa mereka berhasil mencetak angka keuntungan tahunan yang mencapai US$1 miliar atau Rp14 triliun. Angka fantastis ini didapat EA lewat penjualan Battle Pass dan juga berbagai item kosmetik dengan tema-tema unik pada setiap musimnya.

Lebih lanjut, EA juga menjelaskan bahwa kuartal kedua tahun 2021 (April hingga Juni) menjadi waktu dengan pendapatan tertinggi bagi Apex Legends. Bukan hanya itu, EA juga menyebut bahwa Apex Legends kini tumbuh lebih dari sekedar sebuah game, namun juga menjadi satu judul yang paling banyak ditonton di platform Twitch.

EA mengklaim bahwa pada musim 10 kemarin, jumlah penonton Apex Legends di Twitch naik sebesar 40% dari musim sebelumnya. Membuat konten-konten dari musim 10 Apex Legends telah ditonton hingga $130 juta jam.

Pencapaian Apex Legends dalam dua tahun ini memang sangat menakjubkan mengingat game ini awalnya merupakan spin-off dari seri Titanfall. Dikembangkan oleh developer yang sama yaitu Respawan Entertainment, Apex Legends memang berhasil tumbuh pesat di antara game battle royale lain lewat karakter unik dan kemampuan khususnya masing-masing.

Apex Legends masih memiliki masa depan yang panjang karena game ini ke depannya akan diproyeksikan untuk masuk ke lebih banyak platform seperti Switch yang sudah diluncurkan pada awal tahun 2021 ini, dan juga mobile yang telah sempat dibuka masa beta tertutupnya beberapa bulan lalu.

Sejarah Diablo: Pionir Revolusi Action ke Dalam Genre RPG

Menyebut judul Diablo mungkin akan membawa beragam reaksi dari para gamer. Ada yang mungkin tidak tahu sama sekali mengenai franchise game ini, namun mungkin tidak sedikit yang memiliki memori terhadap seri game RPG Aksi (Action-RPG) yang satu ini. Sebagai catatan singkat, judul ini telah ada sejak 1997 dan telah memiliki tiga seri judul utama (seri keempatnya tengah dikerjakan).

Saat muncul pertama kali, Diablo dianggap merevolusi industri video game pada saat itu lewat berbagai terobosan di dalam game-nya. Mulai dari kehadiran mekanisme hack-and-slash secara real-time di sebuah game yang fokus pada Role-Playing. Visualisasi game-nya juga tampil dewasa dan bahkan kelam dibandingkan dengan game-game RPG mainstream lainnya. Hingga ke sistem perkembangan karakter yang sangat variatif sehingga para pemain dapat bereksperimen dengan strategi yang berbeda-beda.

Namun, semua kesuksesan yang diraih oleh seri Diablo dan juga Blizzard kembali ke 25 tahun lalu ke seseorang bernama David Brevik. Seseorang yang nantinya akan menjadi salah satu dari 10 orang paling berpengaruh dalam perkembangan game komputer.

Sejarah awal pengembangan Diablo (1994)

Image credit: Venture Beat

Awalnya pada tahun 1994, salah satu developer game di Condor Games yaitu David Brevik memiliki ide untuk membuat sebuah game RPG yang terinspirasi dari game-game roguelike dengan sistem pertarungan turn-based. Brevik juga ingin menyederhanakan elemen role-playing di dalamnya dan memberikan perhatian khusus pada sistem ‘loot’-nya.

Brevik pun mulai menyusun idenya tersebut ke dalam sebuah proyek pribadi dan memberinya nama Diablo, yang ternyata terinspirasi dari gunung Diablo tempat tinggal David Brevik saat dirinya membayangkan game impiannya tersebut.

Salah satu momen penting bagi Brevik adalah ketika Condor Games bekerja sama dengan Blizzard Entertainment. Blizzard memberikan iming-iming untuk membantu Brevik mengembangkan Diablo, namun Blizzard juga mendesak untuk mengubah mekanisme turn-based menjadi pertarungan real-time. Desakan yang akhirnya disetujui Brevik ternyata menjadi keputusan terbaiknya. Karena setelah pengembangan dan akusisi Condor kepada Blizzard, Brevik akhirnya berhasil merilis Diablo pada Januari 1997.

Diablo (1997) – Lahirnya seri legendaris Action RPG

Image credit: Blizzard Entertainment

Setelah perilisannya, Diablo ternyata mendapatkan reaksi yang sangat positif dari para gamer. Bahkan game-nya menjadi game dengan penjualan tertinggi pada 1997 dengan lebih dari satu juta kopi. Pujian datang terhadap hampir semua aspek yang ada di dalam game-nya. Beberapa aspek tentu telah dijelaskan pada awal artikel, namun ada banyak aspek lainnya yang membuat game ini menjadi sangat penting.

Salah satunya adalah mekanisme pertarungan hack-and-slash yang ternyata dapat bekerja dengan mouse dan keyboard di PC. Hal ini disebut menyelamatkan komunitas game PC dari stagnannya game-game RPG untuk PC pada kala itu yang selalu mengandalkan sistem turn-based. Hal tersebut juga membuat Diablo, yang awalnya dirilis eksklusif untuk platform PC, akhirnya dirilis untuk platform PlayStation setahun kemudian.

Salah satu keuntungan lain yang didapat oleh Diablo berada di bawah Blizzard Entertainment adalah hadirnya akses multiplayer lewat layanan online mereka, Battle.net. Meskipun pengguna online pada tahun 1997 tidak sebanyak sekarang, tetapi hal ini merevolusi Diablo sebagai game yang dapat dimainkan bersama-sama. Setelah kesuksesannya, Blizzard juga merilis ekspansi perdana untuk game ini yang berjudul Diablo: Hellfire.

Diablo II (2000) – Sekuel yang memecahkan rekor dunia

Image credit: Blizzard Entertainment

Kesuksesan Diablo pertama menuntun Blizzard untuk akhirnya mengumumkan keberadaan sekuel game-nya sesaat setelah seri pertamanya dirilis. Pada awalnya game ini direncanakan dirilis setahun setelah seri pertamanya, namun seiring perkembanganya game ini akhirnya selesai setelah tiga tahun masa pengembangan.

Yang cukup menarik adalah fakta bahwa Diablo II disebut oleh sang designer and project lead, Erich Schaefer tidak pernah memiliki dokumen desain yang resmi. Sehingga dalam pengembangannya, banyak hal baru yang dibuat begitu saja tanpa direncanakan sebelumnya. Hal ini juga membuat hasil akhir game-nya disebut oleh para game tester sebagai game yang sama saja meskipun telah dibangun ulang dari awal.

Untungnya, Blizzard Entertainment cukup cerdik dalam membangun hype untuk game ini baik untuk para gamer di Amerika Serikat maupun internasional. Strategi marketing tersebut akhirnya berhasil membuat Diablo II terjual hingga 1 juta kopi hanya dalam waktu 2 minggu dan 2 juta pada tahun 2000 dalam satu setengah bulan saja. Membuat game ini masuk ke dalam Guinness Book of World Records sebagai game dengan penjualan tercepat dalam sejarah.

Diablo III (2012) – Game ketiga yang terlalu berubah

Image credit: Blizzard Entertainment

Setelah semakin suksesnya seri Diablo, tidak ada alasan bagi Blizzard untuk berhenti mengeluarkan sekuelnya. Namun berbeda dari sebelumnya, yang hanya terpaut satu tahun, Blizzard kini mengambil waktu yang cukup lama sejak pengumuman mereka mulai mengembangkan seri ketiganya pada 2001. Game ini secara resmi diumumkan pada 2008 dan dirilis pada 2012; membuat game ini dikembangkan hampir 11 tahun.

Di seri ketiganya ini, Blizzard membawa beberapa perubahan besar pada seri Diablo. Mulai dari kebutuhan selalu online untuk bermain hingga sistem pertarungan yang lebih luwes. Selain itu Blizzard juga menyuntikkan berbagai fitur baru ke dalam Diablo III ini. Sayangnya, semua hal baru yang ditawarkan Blizzard tersebut ternyata malah menjadi penilaian negatif dari para fans.

Salah satu yang tidak disukai para fans adalah perubahan gaya visual yang di dua game pertama kental dengan nuansa horor dan kelam kini bergeser lebih condong ke game fantasi mendekati game Blizzard lainnya, World of Warcraft. Ditambah beberapa elemen RPG jadi terlalu disederhanakan demi mengundang pemain baru. Dan yang terakhir, keharusan game-nya untuk selalu online meskipun dalam mode solo juga turut membuat para fans kecewa dengan seri ketiga ini.

Setelah perilisan Diablo III, Blizzard kembali memasuki masa pengembangan yang cukup panjang kembali sebelum mengumumkan game terbarunya. Meskipun tanpa game baru, selama kurang lebih 6 tahun Blizzard tetap memberikan update untuk Diablo III dan bahkan mengeluarkan dua ekspansinya yaitu Reaper of Souls pada 2014 dan Rise of the Necromancer pada 2017.

Pengumuman Diablo Immortal (2018) – Kejutan yang tidak diinginkan para fans

Image credit: Blizzard Entertainment

Pada gelaran Blizzcon 2018, Blizzard akhirnya membuat kejutan dengan mengumumkan seri terbaru untuk Diablo. Bedanya game baru ini bukanlah lanjutan untuk seri utamanya, melainkan sebuah game free-to-play untuk mobile. Game ini merupakan kerja sama antara Blizzard dengan pengembang asal Tiongkok, NetEase.

Gelombang reaksi negatif langsung dilontarkan oleh para fans baik yang hadir langsung maupun menonton dari rumah. Para fans yang mayoritas merupakan gamer PC dan konsol tersebut semakin geram karena Blizzard juga mengkonfirmasi bahwa Diablo Immortal tersebut tidak akan dirilis untuk platform PC maupun konsol.

Meskipun dihujani reaksi negatif, namun Blizzard terus melanjutkan pengembangan dari Diablo Immortal ini. Mereka juga beberapa kali memberikan update dan bahkan telah membuka sesi tes beta tertutup pada 28 Oktober lalu. Blizzard juga masih tetap berencana untuk merilis game free-to-play ini pada semester awal 2022 mendatang.

Pengumuman Diablo IV (2019) – Kelanjutan serinya yang masih abu-abu

Image credit: Blizzard Entertainment

Setahun setelah pengumuman Diablo Immortal yang cukup mengecewakan para fans, Blizzard kelihatannya ingin membayar kesalahannya tersebut dengan mengumumkan Diablo IV pada BlizzCon 2019. Blizzard juga belajar dari kesalahan yang mereka lakukan pada seri ketiganya dan membangun seri keempatnya dengan pendekatan yang kembali ke akarnya. Hal tersebut terlihat dari gaya artistik game-nya yang kembali ke dua game pertamanya dengan tampilan kelam dengan nuansa horor dan gelap yang lebih kental.

Cerita naratif yang diusung pada seri keempat ini juga tidak lagi terlalu mengikuti kisah-kisah fantasi namun kembali ke kisah originalnya tentang melindungi dan bertahan hidup suatu daerah. Dari segi gameplay, Blizzard juga tetap menghadirkan hal-hal baru yang akan menarik para pemain. Mulai dari kostumisasi karakter, hingga sistem build karakter yang lebih beragam.

Namun, sayangnya masih belum ada kejelasan kapan game ini akan dirilis. Mengingat Blizzard tengah terkena masalah gugatan dari para karyawannya yang membuat semua proses pengembangan game-game Blizzard menjadi terhambat.

Diablo II: Resurrected (2021). Nostalgia indah yang harus ternodai

Image credit: Blizzard Entertainment

Ketika Diablo IV belum memiliki tanggal rilis pasti, Blizzard memberikan kejutan lewat remaster terhadap Diablo II. Diumumkan pada awal tahun, para fans yang telah dikecewakan dengan beberapa pengumuman sebelumnya menyambut antusias game ini. Apalagi Diablo III juga sudah tidak mendapatkan update sejak tahun 2017 lalu. Namun proyek remaster ini sendiri baru dimulai pada 2019 lalu lewat kerjasama Blizzard dan studio milik Activision, Vicarious Visions.

Versi remaster ini masih menjaga inti gameplay yang dimiliki oleh game originalnya. Para pemain veteran juga dapat melanjutkan progres yang telah mereka tempuh sebelumnya. Diablo II: Resurrected membawa ubahan grafis yang kini diubah menjadi 3D penuh, dengan pembaruan mulai dari karakter, lingkungan, hingga beragam efek dan animasi. Sedangkan gameplay tidak banyak diubah karena mereka ingin mempertahankan gameplay klasik yang dimiliki.

Sayangnya perilisan Diablo II: Resurrected pada 21 September 2021 lalu yang seharusnya menjadi perayaan bagi para fans sedikit ternodai karena masalah teknis. Mulai dari game yang tidak dapat diakses, hingga karakter yang tidak dapat dimainkan. Namun untungnya masalah-masalah tersebut kini sudah teratasi dan para fans sudah dapat bernostalgia dengan Diablo II.

Penutup

Image credit: Blizzard Entertainment

Seri Diablo mungkin bukan menjadi seri yang selalu dicintai oleh para fans, namun bagaimanapun juga Diablo memiliki andil penting dalam perkembangan genre Action RPG. Banyak game yang terlahir berkat inspirasi dari Diablo.

Dan meskipun kini nasib Diablo 4 yang harus ditunda dan belum ada tanggal rilis pasti, namun setidaknya (harusnya) para pengembang game ini telah menyadari apa keputusan mereka yang kurang tepat saat membuat Diablo III dan juga pengumuman Diablo Immortal.