BlackBerry: 6,8 Juta Unit Terjual Selama Q1 2013, 2,7 Juta Perangkat BlackBerry 10

BlackBerry di penghujung pekan lalu akhirnya mengumumkan performanya selama kuartal pertama tahun 2013 ini. Laporan kuartal pertama 2013 ini melingkupi periode April hingga Juni 2013. Periode ini sedikit berbeda dengan periode yang digunakan oleh lembaga-lembaga analisis pasar seperti IDC, Kantar, atau Canalys yang menempatkan kuartal pertama pada periode Januari hingga Maret.

Dalam laporannya, BlackBerry mengumumkan bahwa selama periode April hingga Juni 2013, BlackBerry sudah berhasil mejual 6,8 juta unit perangkat ponsel pintarnya. Dikatakan bahwa 40% dari angka penjualan tersebut (sekitar 2,7 juta unit) adalah perangkat berbasis sistem operasi BlackBerry 10. Angka penjualan ini merupakan peningkatan sebesar 13% jika dibandingkan dengan angka penjualan di kuartal sebelumnya.

Demikian juga, dari segi pendapatan, BlackBerry mengalami peningkatan pendapatan menjadi $3,1 miliar, naik 15% dari pendapatan di kuartal sebelumnya. Sayangnya, meski mengalami peningkatan pendapatan dan angka penjualan, BlackBerry masih tetap mengalami kerugian sebesar $84 juta.

Pandangan saya, angka-angka ini belum cukup baik jika BlackBerry masih ingin kompetitif di pasar ponsel pintar. Jika dibandingkan dengan perangkat-perangkat flagship Android misalnya, angka 2,7 juta unit untuk perangkat BlackBerry 10 jelas masih jauh tertinggal dari angka penjualan HTC One (5 juta unit) dan Samsung Galaxy S4 (10 juta unit) sejauh ini.

Tentunya BlackBerry tidak akan tinggal diam. Setelah merilis Z10 pada akhir Januari lalu dan Q10 pada awal Mei lalu, BlackBerry sudah merilis varian perangkat berbasis BlackBerry 10 lainnya Q5 pada pertengahan Mei lalu. Dengan harga yang lebih kompetitif, mampukah Q5 mengangkat pangsa pasar BlackBerry di kuartal kedua nanti?

 

Sumber: Engadget. [gambar via]

Sony Rilis Jam Tangan Pintar Berbasis Android, SmartWatch 2

Jam tangan pintar atau smartwatch belakangan ini cukup santer digadang-gadang akan menjadi tren berikutnya di pasar gadget. Meski sudah dimulai oleh Pebble, beberapa produsen perangkat elektronik seperti Apple, Samsung, dan Microsoft sudah beberapa kali dirumorkan sedang membuat perangkat jam tangan pintar.

Tanpa melalui terlalu banyak rumor, Sony justru baru-baru ini merilis perangkat jam tangan pintar berbasis sistem operasi Android. Mengambil nama SmartWatch 2, perangkat ini memang bukan perangkat jam tangan pintar pertama yang dirilis oleh Sony. Tahun lalu, Sony juga sempat merilis jam tangan pintar dengan nama SmartWatch meskipun nampaknya tidak terlalu sukses di pasar.

SmartWatch 2 memiliki spesifikasi berupa bodi berbahan alumunium seperti varian ponsel pintar Xperia Z, layar berukuran 1,6 inci, konektivitas Bluetooth 3.0 dan NFC. Selain itu Sony juga mengklaim bahwa SmartWatch 2 memiliki daya tahan baterai yang paling lama dibandingkan perangkat jam tangan pintar lainnya. Dikatakan, dengan pemakaian moderat, SmartWatch 2 bisa bertahan selama 4 hari, sedangkan dengan pemakaian yang minimal, SmartWatch 2 bisa bertahan selama 7 hari.

Jika masih memiliki konsep seperti varian awal SmartWatch maka SmartWatch 2 tidak dioperasikan sebagai perangkat yang berdiri sendiri. SmartWatch 2 terhubung dengan perangkat ponsel pintar milik pengguna dan digunakan untuk melakukan operasi sederhana seperti membaca SMS, membaca email, mengoperasikan aplikasi musik, atau menjawab panggilan telepon.

Belum ada informasi resmi mengenai harga dan tanggal ketersediaan SmartWatch 2. Sementara waktu, Anda bisa melihat-lihat fitur SmartWatch 2 pada video berikut ini.

[youtube id=”DoUzM7WYlP0″ width=”620″ height=”360″]

 

Sumber: Android and Me.

Ini Daftar Harga Samsung Galaxy Tab 3

Meski sudah diperkenalkan sejak awal bulan ini, jajran terbaru seri Galaxy Tab 3 belum diketahui harga dan tanggal rilis ke pasarnya. Baru-baru ini, Samsung akhirnya mengumumkan harga resmi dan tanggal ketersediaan Galaxy Tab 3 ke pasaran.

Galaxy Tab 3 varian 10,1 inci dibanderol dengan harga $399. Varian Galaxy Tab 3 yang berukuran 8 inci dibanderol dengan harga $299. Terakhir, varian Galaxy Tab 3 yang berukuran 7 inci dibanderol dengan harga $199 yang menempatkannya sebagai kompetitor langsung perangkat-perangkat semacam Google Nexus 7 keluaran Asus.

Meski sudah diumumkan secara resmi, ketiga varian tablet yang merupakan tablet pertama Samsung yang dilengkapi dengan prosesor Intel ini baru akan tersedia di pasaran pada tanggal 7 Juli. Walaupun demikian, mulai dari tanggal 25 Juni kemarin konsumen di Amerika Serikat sudah bisa melakukan pemesanan.

Untuk varian yang dijual di Amerika Serikat sendiri hanya varian-varian yang memiliki konektivitas Wi-Fi, tanpa konektivitas jaringan telekomunikasi lain seperti 3G atau HSDPA. Spesifikasi lengkap mengenai Galaxy Tab 3 bisa dilihat di ulasan kami sebelumnya di tautan ini.

 

Sumber: PC Mag.

Konsol Game Android Ouya Mulai Dipasarkan di 3 Negara

Setelah penantian yang cukup panjang, konsol game berbasis sistem operasi Android Ouya akhirnya mulai dipasarkan di tiga negara. Ketiga negara yang menjadi pasar pertama Ouya tersebut adalah Amerika Serikat, Inggris, dan Kanda.

Ouya sendiri sudah mengalami perjalanan yang cukup panjang untuk sampai ke tahap pemasaran secara luas ini. Bermula dari penggalangan dana di situs Kickstarter, Ouya berhasil meraih animo yang cukup tinggi dengan mendapatkan pendanaan sebesar lebih dari 8 juta dolar AS dari target awal yang hanya sebesar 950.00 dolar AS.

Berhasil mendapatkan pendanaan tidak lantas berarti langkah mulus dihadapi oleh Ouya. Memiliki target awal untuk dirilis ke pasar pada bulan Maret tahun ini, Ouya mengalami keterlambatan yang menyebabkan rilis tertunda hingga bulan Juni ini. Meskipun demikian, Ouya berhasil menepis skeptisme dengan membuka pre-order sejak bulan Februari dengan target pengiriman mulai bulan Juni ini.

Kini, dengan harga resmi sebesar $99,99, Ouya sudah bisa dibeli di berbagai toko retail seperti BestBuy, GameStop, Target, GAME, dan Amazon di Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Saat ini Ouya sudah memiliki 170 judul game yang dikembangkan khusus untuk platform miliknya. Meski masih terbilang sangat sedikit, setidaknya dengan 17.000 ribu pengembang aplikasi yang terdaftar sebagai jejarin pengembangnya, ada harapan bahwa judul-judul game untuk perangkat ini akan terus bertambah.

Di saat yang hampir bersamaan, beberapa waktu lalu dua raksasa game konsol, Microsoft dan Sony baru saja merilis produknya masing-masing. Dengan nama besar dan pangsa pasar yang dikuasai oleh seri Xbox dan PlayStation, mampukah perangkat konsol berbasis Android seperti Ouya mendapatkan pangsa pasar yang berarti?

 

Sumber: The Next Web.

Google Kini Terima Aplikasi Mobile untuk Google Play for Education

Pada ajang Google I/O beberapa waktu lalu, Google untuk pertama kalinya memperkenalkan Google Play for Education. Sebagai bagian khusus dari Google Play Store, Google Play for Education ditujukan untuk menjual produk-produk tablet, buku, video, dan aplikasi-aplikasi yang berkaitan dengan pendidikan.

Baru-baru ini Google akhirnya secara resmi mulai membuka kesempatan bagi para pengembang aplikasi mobile untuk mulai mengirimkan aplikasi-aplikasi pendidikan yang hendak dipasarkan di Google Play Store. Aplikasi-aplikasi yang dikirimkan oleh pengembang ini nantinya akan diperiksa oleh sekumpulan praktisi pendidikan yang bekerjasama dengan Google. Dalam proses ini, aplikasi-aplikasi akan dipastikan sudah sesuai dengan mata pelajaran dan kelas tertentu. Aplikasi-aplikasi di Google Play for Education diwajibkan memenuhi standar dari Google untuk memastikan bahwa aplikasi-aplikasi tersebut bisa digunakan untuk proses belajar mengajar di ruang kelas.

Sayangnya, hingga saat ini aplikasi-aplikasi Google Play for Education baru kompatibel dengan sistem pengajaran dan kurikulum pendidikan untuk usia sekolah dasar dan menengah di Amerika Serikat. Meskipun jika mengingat ini adalah tahun pertama Google Play for Education, wajar jika Google mentargetkan pasar untuk negara asalnya terlebih dulu. Apalagi menyesuaikan aplikasi dengan standar sistem pendidikan memang bukan perkara yang mudah.

Saya sendiri melihat langkah Google masuk ke pasar pendidikan ini merupakan langkah yang sangat strategis. Dengan sejak dini memperkenalkan anak-anak pada ekosistem Google di sistem operasi Android, Google nampaknya berharap ke depannya generasi berikut akan lebih terbiasa dengan beragam aplikasi mobile ketimbang aplikasi-aplikasi desktop yang saat ini pasarnya masih dikuasai oleh Microsoft.

Lebih lengkap mengenai Google Play for Education bisa dilihat di tautan ini.

[gambar via]

This mobile channel is brought to you by Samsung Developer Competition 2013. SDC ’13 is an app competition for Android apps that leverage Samsung’s mobile technologies. For more information please visit http://techne.dailysocial.net/sdc.

Rumor: HTC Persiapkan HTC One Versi Windows Phone?

Menyusul kesuksesan HTC One yang diperkirakan telah terjual sebanyak 5 juta unit, HTC dirumorkan telah mempersiapkan beberapa varian dari perangkat tersebut. Selain HTC One Mini yang sudah dirumorkan sejak bulan Mei lalu, kini HTC dirumorkan juga sedang mempersiapkan HTC One versi Windows Phone.

Rumor ini pertama kali muncul dari situs teknologi yang fokus mengulas produk-produk Microsoft, Neowin. Neowin mengklaim bahwa narasumbernya melaporkan HTC sedang mempersiapkan perangkat berbasis Windows Phone dengan ciri-ciri fisik yang mirip dengan HTC One.

Perangkat ini, meski tidak bisa dipastikan berapa ukuran pastinya, dikatakan akan memiliki ukuran layar antara 4 hingga 5 inci. Sebagaimana HTC One, perangkat ini juga akan terbuat dari bahan logam dan dilengkapi dengan teknologi Beats Audio serta kamera UltraPixel. Perlu diingat, gambar perangkat di atas hanya sekedar mock-up saja, bukan gambar perangkat sesungguhnya.

HTC One versi Windows Phone ini dikatakan akan diumumkan pada kisaran bulan September hingga November dan akan mulai tersedia untuk konsumen di penghujung 2013. Belum ada informasi mengenai kisaran harga serta di negara mana saja perangkat ini akan dijual.

 

Sumber: Neowin.

Vertu Rilis Dua Varian Baru Smartphone Android Mewah Vertu Ti, Terbatas 1.000 Unit

Kurang dari enam bulan sejak pertama kali merilis ponsel pintar berbasis Android pertamanya, Vertu kembali merilis dua varian terbaru dari Vertu Ti. Kedua varian baru ini tak lain adalah Vertu Ti dengan warna “Sunset Red” dan “Midnight Blue”. Kedua varian warna baru ini, sebagaimana umumnya ponsel-ponsel lain keluaran Vertu, akan tersedia dalam jumlah terbatas 1.000 unit saja.

Dari segi teknis, Vertu Ti sendiri tidak mengedepankan spesifikasi komponen-komponen di dalamnya. Mengusung layar berukuran 3,7 inci, Vertu Ti “hanya” dibekali dengan prosesor berinti ganda dengan kecepatan 1,7 GHz, memori RAM 1 GB, kapasitas penyimpanan internal 64 GB, dan kamera beresolusi 8 megapiksel. Vertu Ti bahkan masih menggunakan sistem operasi Android versi Ice Cream Sandwich yang sudah berumur hampir tiga tahun. Secara umum, spesifikasi teknis Vertu Ti tidak lebih baik dari sebagian ponsel pintar flagship Android lain seperti HTC One, Samsung Galaxy S4, atau Xperia Z.

Nilai jual Vertu Ti adalah pada proses produksi yang dilakukan secara handmade, dengan desain serta komponen-komponen yang mewah. Menggunakan bahan dasar Titanium untuk rangka perangkat dan kristal safir untuk layar, Vertu Ti memang ditujukan sebagai barang mewah dengan harga yang sangat tinggi. Satu unit Vertu Ti dibanderol dengan harga $11,700 atau sekitar 116 juta rupiah.

Sayangnya tidak banyak informasi yang beredar mengenai seberapa berhasil Vertu Ti di pasaran. Melihat Vertu kembali merilis varian baru perangkat ini, saya pikir ada kemungkinan Vertu Ti varian pertama terjual paling tidak memenuhi ekspektasi Vertu.

 

Sumber: Engadget.

Galaxy NX, Kamera DSLR Berbasis Android dari Samsung

Jika produk Galaxy S4 Zoom mengedepankan konsep sebagai perangkat ponsel pintar yang dilengkapi dengan berbagai fitur kamera unggulan, Samsung menggunakan konsep sebaliknya pada Galaxy NX. Boleh dibilang, perangkat Galaxy NX adalah kamera DSLR yang dilengkapi dengan sistem operasi Android ala ponsel pintar.

Tidak seperti perangkat Galaxy S4 Zoom atau Galaxy Camera yang tampak seperti kamera point-and-shoot, perangkat yang baru dirils di penghujung pekan lalu ini benar-benar mengambil bentuk seperti layaknya kamera DSLR. Sekilas, kamera ini mirip dengan seri Samsung NX20 yang pernah dikeluarkan oleh Samsung sebelumnya. Layaknya kamera DSLR, Galaxy NX juga bisa digunakan dengan lensa kamera yang berbeda-beda.

Secara teknis, Galaxy NX memiliki sensor kelas APS-C yang bisa menghasilkan gambar dengan kualitas tinggi. Selain dibekali dengan prosesor berinti empat dengan kecepatan 1,6 GHz, Galaxy NX juga memiliki prosesor untuk pemrosesan citra DRIMe IV layaknya kamera digital NX300 yang juga pernah dirilis Samsung sebelumnya. Ditunjang dengan memori RAM sebesar 2 GB dan kapasitas penyimpanan internal sebesar 16 GB, perangkat ini nampak ditujukan untuk mendukung fotografi yang serius ketimbang sekedar mengambil gambar untuk diunggah ke media sosial seperti Instagram.

Beroperasi dengan sistem operasi Android Jelly Bean, Galaxy NX memiliki semua fitur yang umum dimiliki oleh ponsel pintar kelas atas Android minus kemampuan untuk melakukan panggilan telepon. Nampaknya Samsung benar-benar ingin membedakan Galaxy NX dari Galaxy S4 Zoom yang sudah dirilis sebelumnya.

Belum diketahui berapa harga yang dibanderol oleh Samsung untuk Galaxy NX. Sebagai perbandingan, kamera digital Samsung NX20 dibanderol dengan harga $899 ketika dirilis pertengahan tahun 2012 lalu. Dengan harga yang kemungkinan besar akan sangat premium, menarik untuk disimak bagaimana keberterimaan Galaxy NX di pasaran nantinya.

 

Sumber: CNET, The Verge, Gizmag.

Indie+, Layanan Prabayar ‘Rasa’ Pascabayar dari Tri

Jika Anda menggunakan layanan telekomunikasi prabayar, mungkin ada pernah mengalami kehabisan pulsa di saat Anda justru sedang perlu untuk berkomunikasi melalui ponsel Anda. Sementara terkadang keadaan tidak memungkinkan Anda untuk membeli pulsa. Mencoba memberi solusi terhadap permasalahan tersebut, Tri merilis layanan yang mereka sebut dengan Indie+.

Sederhananya, Indie+ berusaha menghadirkan kenyamanan ala layanan pascabayar kepada pengguna layanan prabayar. Dengan paket Indie+, pelanggan Tri bisa memiliki Kantong Kredit sebesar 200.000 rupiah yang bisa digunakan untuk menambah sisa pulsanya. Pulsa tambahan yang didapat dari Kantong Kredit dapat dibayar di kemudian hari, sebagaimana tagline yang digunakan dalam iklan-iklan paket Indie+, “pake dulu, bayar kapan kamu suka”.

Tentu saja tidak semerta-merta semua pelanggan Tri bisa langsung menggunakan paket ini. Untuk bisa mengaktifkan paket Indie+, pengguna harus membeli paket ini dari berbagai outlet yang biasa menjual pulsa Tri. Dengan membayar sebesar 200.00 rupiah, pengguna akan mendapatkan pulsa sebesar 200.000 rupiah tersebut plus Kantong Kredit sebesar 200.000 rupiah juga. Setelah paket aktif, pengguna bisa mengambil Kantong Kredit kapan saja melalui aplikasi BimaTri yang sudah tersedia untuk perangkat iOS, Android, BlackBerry, serta desktop (baik yang berbasis Windows maupun Mac).

Seluruh transaksi yang dilakukan pengguna dari Kantong Kredit yang dimilikinya, tidak akan secara otomatis berdampak pada pengisian ulang pulsa yang dilakukan pengguna secara manual. Artinya, pembayaran Kantong Kredit hanya dilakukan dengan secara khusus membayar untuk Kantong Kredit di outlet-outlet penjualan pulsa. Bhuwan Kulshreshta, CCO Tri Indonesia, dalam rilis pers yang kami terima mengatakan, “tidak ada penalti atau bunga bagi yang belum bisa membayar. Bahkan jika pelanggan belum dapat membayar tagihan Kantong Kredit, Tri tidak akan melakukan pemblokiran. Mereka tetap dapat menggunakan kartunya seperti biasa dan terus dapat memanfaatkan jaringan data berkecepatan tinggi kami tanpa kendala”.

Tri Indonesia sendiri saat ini sudah memiliki 26 juta pengguna dengan 60% dari jumlah tersebut merupakan pengguna layanan data HSDPA. Memiliki jaringan HSDPA di Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan dan Sulawesi, Tri mengklaim bahwa jaringan HSDPA miliknya bisa melayani 86% populasi Indonesia.

[Video] Demonstrasi Fitur Kolaborasi Edit Dokumen dengan Office Web Apps

Meski sudah merilis aplikasi Office Web Apps sejak tiga tahun lalu, fitur untuk berkolaborasi mengedit sebuah dokumen secara bersamaan merupakan salah satu fitur yang masih belum dimiliki oleh Office Web Apps. Fitur yang sudah sejak lama tersedia di aplikasi-aplikasi Google Docs tersebut kini akhirnya hadir juga di Office Web Apps.

Pada sebuah video yang dirilis oleh akun OfficeGarageSeries di situs YouTube, Amanda Lefebvre dari Microsoft mendemonstrasikan bagaimana fitur kolaborasi tersebut berjalan di aplikasi-aplikasi Word, Excel dan PowerPoint. Sebagaimana dengan Google Docs, pengguna bisa melihat kursor pengguna lain yang berkolaborasi untuk mengedit sebuah dokumen dengan warna kursor yang berbeda. Selain operasi dasar seperti menulis teks, kolaborasi pun bisa dilakukan untuk beberapa operasi yang lebih rumit seperti menambahkan objek SmartArt pada dokumen PowerPoint.

Di akhir demonstrasi, disebutkan bahwa fitur-fitur yang sedang didemonstrasikan tersebut masih dalam tahap pengembangan. Tidak disebutkan secara pasti kapan fitur-fitur ini akhirnya bisa dinikmati oleh pengguna. Lefbvre sendiri hanya memberi perkiraan bahwa fitur kolaborasi ini akan tersedia dalam hitungan bulan.

Tak sabar ingin melihat demonstrasi fitur kolaborasi Office Web Apps? Simak video berikut ini (demonstrasi dimulai pada 5:34).

[youtube id=”BANDtmnGylo” width=”620″ height=”360″]