Tendang TNC Predator dan Reality Rift, BOOM Esports Berhasil Lolos ke Starladder Minor 2020

Walaupun gagal di kualifikasi ESL One Los Angeles, BOOM Esports tetap mengamankan slot-nya di kualifikasi Starladder Minor 2020. Perjalanan BOOM Esports nampak berat untuk lolos ke Minor. Pasalnya, mereka harus melawan TNC di babak pertama kualifikasi Starladder Minor 2020. Belum lagi Team IO yang terlihat sangat kuat karena berisikan veteran Dota 2 Chai”Mushi” Yee Fung dan Khoo “Ohaiyo” Chong Xin. Reality Rift yang ada di kualifikasi kali ini juga sedang naik daun setelah berhasil masuk ke DreamLeague Season 13: Leipzig Major. Dua tim tadi menjadikan BOOM Esports tidak dijagokan lolos ke Starladder Minor 2020 kali ini tetapi mereka berhasil mematahkan prediksi banyak orang.

Kemenangan dramatis BOOM Esports melawan TNC Predator

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Game pertama melawan TNC Predator merupakan yang paling alot bagi BOOM Esports. Pasalnya, BOOM Esports mengungguli perolehan net worth sebesar 23 ribu di akhir game. Permainan yang agresif dari kedua tim membuat game ini semakin seru. BOOM Esports memang kewalahan untuk melawan Templar Assassin dari TNC Predator yang memakan back line mereka. Melihat permainan Kunkka dari Rafli “Mikoto” Fathur Rahman yang berhasil mencuri Roshan dari Aegis seperti memberikan harapan bagi BOOM Esports untuk mendapatkan game pertama.

Tetapi Monkey King milik Kim “Gabbi” Villafuerte menjadi mimpi buruk di pertengahan game. BOOM Esports seperti tidak memiliki jawaban untuk Monkey King dengan Black King Bar. Phantom Lancer milik Randy “Dreamocel” Muhammad Sapoetra pun belum siap untuk melawan Monkey King.

Phantom Lancer yang terbawa sampai menit 40 pun sudah menyelesaikan Butterfly dan Heart of Tarassque-nya. Alhasil, sangat sulit bagi TNC Predator untuk membunuhnya. Networth difference sudah mengarah ke BOOM Esports dan sepertinya mereka memiliki kesempatan sangat besar untuk mendapatkan game pertama.

Semakin unggul, BOOM Esports pun berhasil mengamankan dua set barracks milik TNC Predator. Tapi Anda harus ingat akan semangat TNC yang pernah mendapatkan comeback walaupun sudah dalam keadaan Mega Creep. Benar saja, BOOM Esports memaksa peperangan di luar base tanpa memiliki satupun Buyback. Dan benar saja, TNC Predator yang menyadari hal ini langsung mendorong ke arah base BOOM Esports dan menyelesaikan permainan. BOOM Esports harus merelakan game pertama ini.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Game kedua dimulai dan TNC sangat unggul di awal game. Damage besar dari Timbersaw dan Snapfire milik TNC seperti tidak bisa ditahan oleh BOOM Esports. Berkat keunggulan ini, TNC berhasil mengambil 1 set barrack di atas. Tetapi ketika Troll Warlord milik Dreamocel menyelesaikan Black King Bar-nya, TNC seperti kebingungan untuk melawan BKB Troll Warlord. Semua damage output dari TNC masih mengandalkan magic damage. Maka Troll Warlord seperti tidak terkontrol untuk menghabisi TNC Predator. Kemenangan di setiap peperangan pun memberikan keuntungan besar bagi Silencer milik Mikoto. Stolen intelligence yang ia miliki sudah terlalu banyak sehingga damage dari Glaive of Wisdom-nya pun sangat besar. BOOM Esports nampak snowball di game kedua ini dan berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan game kedua ini. BOOM Esports memenangkan game kedua dan memaksa adanya game ketiga.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Saya sendiri percaya bahwa BOOM Esports sebenarnya mendominasi TNC di dua game sebelumnya. Dan mereka akan melakukan hal yang sama di game ketiga. Benar saja, TNC membiarkan Mikoto menggunakan Monkey King dan Dreamocel memakai Ember Spirit. Dreamocel selalu menghancurkan back line dari TNC Predator dengan Fire Remnant dan membuyarkan strategi musuh. Sementara Monkey King memberikan sangat banyak damage ke bagian depan TNC Predator. Tidak adanya hero yang memiliki kemampuan tank, membuat TNC Predator semakin terpuruk. Dominasi BOOM Esports terus berlanjut sampai akhirnya mereka bisa menghancurkan ancient milik TNC Predator dan memastikan kursi mereka di partai final upper bracket kualifikasi Starladder Minor 2020.

Reality Rift pembasmi raksasa Asia Tenggara

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Team IO yang dikalahkan Reality Rift dan TNC harus gugur paling awal di kualifikasi ini. Kekalahan Reality Rift atas BOOM Esports di final upper bracket, memaksa mereka untuk melawan TNC Predator di final lower bracket. Tak disangka, Reality Rift berhasil mengalahkan TNC Predator dengan skor 2-1. Menurut saya, potensi kemenangan BOOM Esports lebih besar ketika melawan Reality Rift dibanding TNC Predator. Mengingat TNC Predator kali ini adalah pemegang peringkat satu perolehan poin DPC.

BOOM Esports pun berhadapan dengan Reality Rift di partai final best of 5 kualifikasi Asia Tenggara untuk Starladder Minor 2020. Game pertama berjalan lancar bagi BOOM Esports yang berhasil menyelesaikannya pada menit 33. Reality Rift seharusnya berhati-hati dengan Centaur milik Saieful “Fbz” Ilham dan Monkey King Dreamocel pada pertandingan selanjutnya. Andrew “Drew” Halim dan timnya seperti sangat respect terhadap Tiny milik Brizio “Hyde” Adi Putra. Pasalnya, Tiny selalu terkena ban di setiap pertandingan.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Game kedua, Reality Rift berusaha meniru hero pick milik TNC Predator saat melawan BOOM Esports. Kombinasi Puck dan Timbersaw sangat menjanjikan untuk menang di awal game. Tetapi, last pick dari BOOM Esports adalah Outworld Devourer. Pick yang membahayakan bagi Reality Rift. Seberapapun tebalnya armor milik Timbersaw, ia tidak akan bisa menahan damage dari Arcane Orb milik Outworld Devourer. Reality Rift terlalu berfokus untuk melawan Phantom Lancer saat pick and ban dan melupakan 1 hero yang belum diambil oleh BOOM Esports. Troll Warlord milik Drew pun tidak bisa berkutik, karena selalu terkena kiting oleh Astral Imprisonment. Dengan waktu yang hampir sama, BOOM Esports menyelesaikan game kedua di menit 34.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Melihat dua game sebelumnya, para penonton seperti sudah memperkirakan bahwa pertandingan ini akan berakhir di 3-0 untuk kemenangan BOOM Esports. Tetapi Reality Rift masih belum menyerah. Winter Wyvern milik Ravdan “Hustla” Narmandakh sukses menyulitkan BOOM Esports setiap peperangan besar. Winter’s Curse selalu dilemparkan menuju Silencer milik Mikoto. Maka tidak ada yang bisa mematahkan kombo dari Reality Rift ketika peperangan berlangsung dan Mikoto selalu terambil di awal. Benar saja, Reality Rift tidak akan membiarkan BOOM Esports menang mudah di best of five ini dan memaksa adanya game 4.

Sumber: Trackdota
Sumber: Trackdota

Pada game 4, BOOM Esports berhasil memenangkan mid lane dan safe lane. Razor milik Mikoto tidak bisa dilawan oleh Templar Assassin. Selalu diusir dengan Static Link memaksa Templar Assassin untuk berpindah ke jungle. Lifestealer Dreamocel pun tidak mengalami masalah laning phase melawan Centaur. Inisiasi Ring of Blood dari Fbz juga sangat cepat membuat Winter Wyvern Hustla tidak sempat bertindak apapun untuk menyelamatkan temannya. Keunggulan yang dimiliki BOOM Esports menjadi snowball dan BOOM Esports berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 3-1.

Dengan ini, BOOM Esports berhasil lolos ke Starladder Minor 2020 sebagai wakil Asia Tenggara. Kali ini, dipastikan ada pemain Dota 2 Indonesia pada event Major dan Minor selanjutnya.

Peduli akan Kualitas Tidur Atlet Esports, Gravitas Gandeng Flinders University

Tanpa disadari, video games bisa mempengaruhi kualitas tidur Anda. Pada tahun 2012, Flinders University melakukan penelitian mengenai hal ini dan memperoleh hasil bahwa partisipan yang bermain video games selama 150 menit atau lebih sebelum tidur, akan kesulitan untuk tidur selama 39 menit. Dikutip dari sleepjunkies.com, menatap layar terang di malam hari akan menahan tubuh kita untuk memproduksi melatonin yang berguna untuk membantu kita tertidur.

Gravitas merupakan organisasi esports asal Australia yang tengah bekerja sama dengan Flinders University dalam penelitian kualitas tidur para atlet esports. Penelitian ini menggunakan alat sleep tracking dan mood measures (kegelisahan dan depresi) bernama ReadiBands untuk menilai kualitas tidur mereka dan pengaruhnya terhadap kesehatan mental dan jasmani mereka. Perangkat Readibands ini biasa dipakai oleh para personel militer atau atlet olahraga. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa para atlet esports tidak memenuhi waktu tidur yang seharusnya (7-9 jam per hari untuk umur 18-25 tahun). Dalam wawancaranya, Daniel Bonnar selaku Psikolog dari Flinders University mengatakan bahwa atlet esports menghadapi beberapa gangguan untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik seperti waktu latihan yang panjang, ketergantungan kafein, dan rasa gelisah sebelum bertanding.

ReadiBand | Sumber: 3BL Media
ReadiBand | Sumber: 3BL Media

Beberapa ahli yang akan menjalankan penelitian ini adalah calon peraih PhD Daniel Bonnar dan Professor Michael Gradisar. Pemilik dari Gravitas yaitu Sean Callanan mengerti betul bagaimana kualitas tidur bisa meningkatkan performa para atlet esports. “Saya sangat ingin para pemain Gravitas mengerti pentingnya menjaga kualitas tidur dan bagaimana hal ini bisa mempengaruhi performa mereka ketika bertanding. Kualitas tidur memang sudah menjadi fokus perbincangan di olahraga, maka esports seharusnya mengikuti hal tersebut. Hal ini bisa membantu pemain Gravitas untuk mempersiapkan diri dalam ajang Oceanic Pro League”.

Tetap sehat dan bugar adalah hal penting bagi para atlet esports. Dengan begitu, mereka bisa meningkatkan performa mereka ketika bertanding dan terhindar dari masalah kesehatan mental dan jasmani yang bisa mempengaruhi karir mereka. Meningkatkan kualitas kesehatan mental dan jasmani para gamers sudah seharusnya menjadi salah satu fokus utama di tengah perkembangan esports yang sangat cepat ini. Penelitian ini sangat penting untuk menciptakan kesadaran banyak pihak. Bukan hanya melihat raihan prestasi, kesehatan para pemain pun penting untuk diperhatikan.

Chicago Huntsmen Berhadapan dengan NBA All-Stars di Call of Duty Exhibition Match

Sudah beberapa kali terlihat, upaya penggabungan antara olahraga dan esports memang berhasil membuat industri yang kita cintai menuju ke mainstream. Kali ini dalam perayaan kemenangan Chicago Huntsmen di Call of Duty League London kemarin, True Capital Management dan NRG Esports akan mengadakan exhibition match antara Chicago Huntsmen berhadapan dengan tim NBA All-Stars. Acara ini digelar pada tanggal 13 Februari 2020 dan dimulai pada jam 2 siang waktu setempat.

 

Tidak ada siaran langsung untuk acara tersebut, maka hal ini berkesan sangat eksklusif bagi mereka yang datang. Berita bagusnya, acara tersebut tidak ada biaya tiket alias gratis bagi penggemar yang ingin datang. Menonton para bintang NBA melawan juara Call of Duty tentu menjadi kesempatan yang sangat berharga. Ada juga kesempatan meet and greet dengan pemain dari NBA dan Chicago Huntsmen yang semakin membuat acara ini tidak bisa dilewatkan.

Belum ada kepastian mengenai siapa pemain NBA yang akan bertanding melawan Chicago Huntsmen nanti. Tetapi, kemungkinan besar Karl-Anthony Towns dari Minnesota Timberwolves akan ikut serta dalam acara tersebut. Mengingat tahun lalu, Karl-Anthony sempat bermain di Pro-Am saat peluncuran beta Call of Duty: Modern Warfare. Lalu ada rencana Karl-Anthony untuk diundang pada acara peluncuran Call of Duty League, tetapi rencana tersebut batal karena semua pemain NBA sedang berbelasungkawa atas meninggalnya Kobe Bryant.

Penggabungan antara olahraga dengan esports ini juga baru saja terjadi kemarin di In The Know Bowl yang diadakan oleh Misfits Gaming dan Verizon Media. Para pemain NFL berpartisipasi pada acara ini di Miami meliputi Davante Adams, Ronnie Stanley, Keenan Allen, Todd Gurley, Leonard Williams, Dwayne Haskins, Landon Collins, dan Leonard Fournette. Pemain profesional Call of Duty dipasangkan dengan pemain NFL dalam format 2 lawan 2 di game Call of Duty: Modern Warfare. Acara ini disiarkan di Facebook, Instagram, dan Youtube secara langsung.

Sumber: LGFormula Twitter
Sumber: LGFormula Twitter

Memasukkan esports di acara olahraga seperti menjadi langkah percobaan bagi para sponsor untuk melihat antusiasme penggemar esports. Sponsor tidak ingin mencoba hal yang tidak pasti dan akhirnya menyesal. Dengan popularitas acara olahraga seperti Super Bowl dan NBA All-Stars ini tentu memberikan kepastian akan kesuksesan acara tersebut. Dan juga semakin membawa esports ke mainstream.

Pringles Jadi Sponsor League of Legends European Championship 2020

Setelah menjadi sponsor di gelaran acara LEC Summer Finals 2019, Pringles kembali menjadi snack partner dari 2020 Spring Split. Pringles akan melakukan promosi melalui kode yang bisa didapatkan pada kemasan kalengnya. Dengan kode ini, pembeli bisa menukarkannya dengan banyak hadiah menarik dari Riot Games. Meliputi Hextech skins (Hextech Renekton, Hextech Jarvan IV, Hextech Malzahar, Hextech Kog’Maw, Hextech Alistar), EUR50 berupa Riot Points dan paket Hextech keys beserta chest-nya. Penggemar bisa menikmati promosi tersebut dari tanggal 12 Februari sampai 5 Mei 2020.

Namun, hadiah utamanya adalah 10 undangan VIP eksklusif ke studio LEC yang ada di Berlin. Termasuk melihat kegiatan di balik layar, bertemu dengan para casters, bermain League of Legends di panggung LEC, dan tiket gratis LEC. Jadi, bagi para penggemar yang belum mendapatkan kesempatan memenangkan undian dari Pringles di LEC musim lalu bisa kembali berharap untuk diundang ke studio LEC. Pasalnya, Pringles juga melakukan raffle yang sama pada bulan September lalu.

Pringles semakin yakin dengan esports

Sumber: Team Secret Instagram
Sumber: Team Secret Instagram

Pringles pertama kali menginjakkan kaki di esports pada tahun 2017 silam. Mereka bekerja sama dengan ESL dalam gelaran acara ESL One Hamburg. Pada tahun 2019 pun Pringles masih setia untuk mendukung acara milik ESL. Bahkan mereka memperluas kerja sama di esports dengan menjadi sponsor acara LEC Summer Finals 2019 dan akhirnya memperpanjang kerja sama dengan Riot Games pada tahun 2020 ini. Pringles memutuskan untuk mengganti pengeluaran iklan mereka dari olahraga menjadi esports bukan tanpa alasan.

Dominik Schafhaupt selaku Marketing Manager dari Kellogg’s Eropa Utara berkata, “esports menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki oleh olahraga tradisional, yaitu akses ke penonton yang lebih muda pada rentang umur 21 sampai 34 tahun. Terutama mereka yang memiliki pemasukan yang tinggi pada umur yang muda. Bagi Kellogg’s, hal ini telah berubah dari eksperimen investasi menjadi investasi yang berlanjut.”

Menyasar segmen demografi yang mereka inginkan dengan biaya sponsor yang lebih murah dibandingkan olahraga tradisional. Tidak ada alasan bagi Pringles untuk tidak meneruskan investasi mereka di esports. 

Drake Bekerja Sama dengan Platform Live-Stream Caffeine

Sepertinya Aubrey Drake Graham atau yang biasa dipanggil Drake ini tergiur dengan dunia live-streaming. Ketika bermain Fortnite bersama Tyler “Ninja” Blevins pada bulan Maret 2018, Drake memecahkan rekor jumlah penonton (non-turnamen) pada platform Twitch. Drake menyadari bahwa seberapa banyak penonton yang bisa ia bawa dalam satu sesi live-stream. Namun, tentu akan berbeda hasilnya apabila live-stream miliknya dilakukan pada platform yang lain.

Sumber: HypeBeast
Sumber: HypeBeast

Drake baru saja menandatangani kontrak dengan live-streaming platform yaitu Caffeine. Didirikan oleh mantan Designer dari Apple yaitu Ben Keighran, Caffeine telah mengudara selama 4 tahun. Pada tahun 2018 kemarin, 21st Century Fox menanam investasi di Caffeine sebesar US$100.000.000. Ben Keighran berkata dalam pengumumannya. “Kami sangat bangga bisa bekerja sama dengan Drake. Sebagai platform, Caffeine memberikan kebebasan kepada Drake untuk menciptakan ide kreatif dan kami tidak sabar untuk melihat konten-konten terbaru darinya.”

Telah diumumkan bahwa Drake akan membawa Ultimate Rap League (URL) ke Caffeine. URL adalah liga rap terbesar di Amerika Serikat. Mempertontonkan dua rapper yang beradu kemampuan rap-nya dan pemenangnya ditentukan dengan sistem poin atau rapper yang berhasil mengambil lebih banyak histeria penonton. Drake berkomentar “saya sangat senang bisa memperkenalkan Caffeine dan bisa menyediakan semua yang dibutuhkan oleh URL untuk meningkatkan kualitas pengalaman menonton bagi para penonton.”

Sumber: FastCompany
Sumber: FastCompany

Caffeine tidak akan berencana untuk menjadi pesaing Twitch, Facebook Gaming atau Mixer. Berbeda dari platform live-streaming lain yang fokus pada gaming, Caffeine akan jadi yang pertama fokus pada entertainment dan olahraga. Anda bisa melihat Mixer atau Facebook yang mengajak para gaming live-streamer untuk bekerja sama. Di Caffeine, mereka lebih memilih untuk menarik rapper selebriti seperti Kiari Kendrell Cephus yang dikenal sebagai Offset. Keighran berharap bahwa ke depannya, Caffeine bisa menjadi tempat anak muda bisa mendapatkan tontonan dari X-games, Coachella sampai Fortnite.

Facebook Gaming memberikan pernyataan “kami tidak akan pernah memberikan penawaran eksklusif kepada Drake. Walaupun kami sangat mencintai Drake, sepertinya ini bukan rencana Tuhan.” Keighran juga menolak untuk menyebutkan berapa nominal kerja sama tersebut. “Kami tidak bisa membayar Drake sebanyak Microsoft ataupun Amazon. Maka kami melakukan hal berbeda, kami menawarkan produk yang lebih menarik.”

Inter Milan Gandeng Team QLASH Bentuk Divisi Esports

Masuknya esports ke mainstream, membuat para klub bola tertarik untuk memiliki tim esports. Memang secara demografi, penggemar bola dan esports memiliki kesamaan usia yaitu generasi millenial. Karena alasan itu, klub bola berani untuk terjun lebih dalam ke industri esports. Inter telah bekerja sama dengan tim esports asal Italia yaitu Team QLASH untuk membentuk Inter | QLASH. Berfokus pada FIFA 20 dan PES 2020, mereka akan bersiap untuk turnamen eSerie A.

Melalui video pengumumannya, Inter tampak menyorot Alessandro Bastoni sebagai bintangnya. Inter menyebutkan bahwa Alessandro Bastoni memiliki kesamaan dengan para pemain dari Inter | QLASH, yaitu muda, bertalenta, keturunan Italia dan dikenal di kancah internasional. Inter | Qlash berisikan Diego “Crazy_Fat_Gamer” Campagnani dan Luigi “Kirito_Yuuki_00” Loffredo. Crazy_Fat_Gamer juga mewakili Team QLASH saat FIFA eClub World Cup 2020 kemarin. Walaupun hanya berakhir di groupstage saat FIFA eClub World Cup 2020, Crazy_Fat_Gamer memang salah satu pemain FIFA 20 yang diperhitungkan di Italia. Kirito_Yuuki_00 sendiri belum memiliki pengalaman di ranah kompetitif internasional.

Alessanddro Antonello selaku CEO dari FC Internazionale Milano Corporate berkata “Masuk ke dalam industri esports merupakan langkah penting bagi brand development Inter. Pembuatan tim esports ini membuktikan bahwa kami selalu menghidupkan semangat kompetitif, dengan fokus pada ketertarikan generasi baru. Fenomena esports terus berkembang di penjuru dunia, di Italia sendiri ada 1.2 juta penggemar esports. Dan kami senang untuk bekerja sama dengan QLASH untuk memulai petualangan baru ini.”

Sumber: Instagram Island of Gods
Sumber: Instagram Island of Gods

Inter sepertinya hanya berfokus pada genre game sepak bola. Memang hal tersebut yang paling dekat dengan klub sepak bola itu sendiri dan kesamaan ini yang mempermudah strategi pemasaran bagi Inter. Inter bisa mengasosiasikan berita mengenai Inter | QLASH kepada para penggemarnya.

Hal ini juga bisa terlihat di klub bola nasional Indonesia yaitu Bali United yang membentuk divisi esports, Island of Gods. Dalam beberapa kesempatan, terlihat Irfan Bachdim sebagai bintang dari tim sepak bola Bali United muncul di beberapa video milik Island of Gods di media sosial. Upaya tersebut berguna untuk menarik massa penggemar Bali United ke Island of Gods dan menggabungkan keduanya.

91% Pick and Ban Rate Snapfire Dota 2 di Ranah Kompetitif

ESL One Los Angeles qualifier sudah berjalan. Kesempatan ini menjadi ajang Void Spirit dan Snapfire untuk unjuk gigi. Sejak dilepas oleh Ice Frog ke captains mode pada patch 7.24 kemarin, banyak tim Dota 2 yang mengadaptasikan strategi mereka dengan Snapfire dan Void Spirit. Jarang sekali Void Spirit dan Snapfire dilepas dalam suatu pertandingan. Tetapi pada artikel kali ini, saya akan membahas Snapfire saja. Pasalnya, pick and ban rate Snapfire mencapai 91.67% di ranah kompetitif kali ini. Kenapa Snapfire memiliki popularitas sebesar itu?

Serbaguna, first pick phase material

Sumber: Dota 2
Sumber: Dota 2

Ketika fase pick pertama, terdapat dua kategori hero yang akan diambil: hero yang fleksibel atau yang overpowered. Hero fleksibel adalah hero yang bisa dimainkan di banyak peran. Snapfire bisa dimainkan di posisi offlane atau support sekalipun berkat semua skill yang ia miliki. Hero yang fleksibel sangat berguna bagi tim dalam membaca strategi musuh di fase pick kedua dan ketiga. Sehingga timnya masih memiliki banyak opsi untuk penerapan posisi hero.

Bisa menolong teman dan membantu inisiasi

Sumber: Twitter Redditdota2
Sumber: Twitter Redditdota2

Skill Firesnap Cookie miliknya sangat berguna di banyak kondisi. Skill ini akan membuat teman atau dirinya melompat dalam jarak pendek. Lalu memberikan efek stun dan damage kepada musuh yang berada di dalam radiusnya. Yang membuat skill ini sangat berguna adalah efek lompatnya yang bisa dipakai di dua skenario, yaitu membantu inisiasi atau menyelamatkan teman yang dalam bahaya sekalipun.

Damage besar dan crowd control di setiap skill-nya

Sumber: Youtube dota2
Sumber: Youtube dota2

Michael “KelThuzard” Samsir berkomentar, Snapfire memiliki potensi laning phase yang bagus. Setiap skill yang ia miliki bisa dipakai untuk mendominasi musuh. Bukan hanya damage, Snapfire juga memberikan crowd control di skill-nya. Scatterblast memberikan 290 magical damage dan efek movement speed slow sebesar 100% selama 1 detik. Dengan Scatterblast, Snapfire bisa melakukan inisiasi yang baik di awal game dan juga membersihkan lane dengan damagenya yang besar. Lalu skill keduanya yaitu Firesnap Cookie juga memberikan magic damage sebesar 300 dan efek stun selama 2.5 detik. Masih ada Lil’ Shredder yang menguatkan right click dari Snapfire dengan efek rapid fire dan juga memberikan musuh efek attack speed slow sebesar 30 per stack. Lil’ Shredder sangat membantu Snapfire untuk beradu damage dengan musuh, terutama di awal game. Musuh yang terkena efek attack speed slow tidak akan bisa bertukar damage dengan Snapfire.

Dan yang terakhir, skill ultimate-nya Snapfire yaitu Mortimer Kiss. Damage-nya terlalu konyol bagi saya. Mortimer Kiss memberikan damage sebesar 200/300/400 pada setiap proyektilnya dan burn damage per second sebesar 50/75/100. Apabila Anda terkena setidaknya 3 proyektil Mortimer Kiss, damage yang Anda terima adalah 1500 magic damage. Total proyektil Firespit yang bisa ia keluarkan adalah 8 atau 16 dengan bantuan talent level 25. Belum lagi efek slow yang diberikan oleh Mortimer Kiss dapat membantu Snapfire untuk mengarahkan proyektil lebih mudah lagi. Memang tidak mudah untuk melakukan setup team fight dengan Mortimer Kiss. Karena itu, para tim Dota 2 mulai membentuk strategi untuk memaksimalkan Snapfire. Dengan adanya pick Faceless Void, Mars atau Disruptor akan sangat membantu Snapfire untuk melancarkan Mortimer Kiss-nya.

Farming cepat, bahkan sebagai support 5 sekalipun

Keputusan Ice Frog untuk menghilangkan talent gold per minute sangat menyulitkan kehidupan para support. Tetapi hal ini bukan masalah bagi Snapfire. Dengan Scatterblast dan Firesnap Cookie, ia bisa menghabiskan creep wave atau jungle camp dengan mudah. Maka para pemain profesional yang menggunakan Snapfire memilih untuk membuat Guardian Greaves. Sebuah item mahal tetapi Snapfire bisa membelinya dengan mudah.

Jadi yang bisa saya simpulkan adalah, terlalu banyak kegunaan dari Snapfire untuk dilewatkan. Ia versatile, dapat memenangkan laning phase dengan mudah, berguna di setiap situasi dan punya damage yang sangat besar.

MaXe vip Raih Kemenangan untuk Complexity Gaming di FIFA eClub World Cup

FIFA eClub World Cup yang diselenggarakan di Milan pada tanggal 7-9 Februari 2020 telah selesai. Complexity Gaming berhasil meraih tahta juara setelah melalui 3 leg pertandingan dan adu pinalti yang sengit melawan tim Ellevens Esports.

Sumber: Fifa.com
Sumber: Fifa.com

Berjalannya partai final ini dimulai dari pertemuan Joksan “Joksan” Redona dari Complexity Gaming melawan Ethan “EthxnH” Higgins dari Ellevens. Hasilnya, Joksan berhasil mencetak dua gol tanpa balas saat peluit terakhir dibunyikan dan memberikan 3 poin bagi Complexity Gaming. Pada pertandingan selanjutnya yaitu dua lawan dua di Xbox, pasangan dari Ellevens Esports berhasil mengalahkan Complexity Gaming dengan skor akhir 2-1. Dengan begitu, memaksa adanya pertandingan ketiga untuk menentukan juara. Masing-masing pemain yaitu Max “MaXe vip” Popov dan Pedro “Resende” Resende yang tidak berhasil mencetak gol sampai akhir pertandingan akhirnya harus menuju ke babak adu penalti. Partai final yang dramatis, sampai akhirnya Joksan menutup muka dengan hoodie miliknya ketika adu penalti antara Max “MaXe vip” Popov dan Pedro “Resende” Resende berlansung.

MaXe vip yang belum pernah memenangkan adu penalti sebelumnya, sudah memiliki persiapan sebelum FIFA eClub World Cup ini dimulai. MaXe vip bercerita bahwa sang ibu mengingatkannya akan hal ini, apabila ia kalah lagi di adu penalti maka selesai sudah karirnya. Dengan bekal ini, MaXe vip berhasil menepis tendangan terakhir dari Resende dan menutup adu penalti ini dengan skor 2-1.

Ellevens Esports memang tidak berhasil menjadi juara. Tetapi, mereka mencetak prestasi yang cukup gemilang dengan menjadi runner-up di FIFA eClub World Cup. Pasalnya, Ellevens Esports baru saja dibentuk beberapa waktu lalu yang diumumkan oleh Gareth Bale. Sebuah pencetakan prestasi yang cepat bagi organisasi esports baru.

Sumber: Fifa.com
Sumber: Fifa.com

Complexity Gaming sendiri adalah sebuah organisasi esports yang bermarkas di Amerika Serikat. Complexity Gaming memiliki beberapa divisi selain FIFA. Yaitu CS:GO, Fortnite, Apex Legends, Dota 2, Hearthstone, Madden NFL 20 dan Magic The Gathering. Secara prestasi, memang Complexity Gaming tidak begitu bersinar di ranah kompetitif internasional. Tetapi, tim CS:GO-nya berhasil memenangkan satu turnamen Minor yaitu Americas Minor Championship – London 2018. Di game Dota 2, mereka juga mencetak beberapa prestasi seperti, peringkat empat di Epicenter 2016, peringkat 3 StarLadder i-League Invitational Season 3 dan juara Dota 2 Canada Cup 2016. Dengan gelar juara FIFA eClub World Cup ini, tentu akan memberikan dampak luar biasa bagi organisasi Complexity Gaming.

 

Perputaran pemain Dota 2 di Asia Tenggara, Info Tentang Mushi, Ohaiyo, Ramsz? dan Koala

Sekarang memang waktunya para tim melakukan pertukaran pemain atau membentuk tim baru guna mengadu nasib di Dota Pro Circuit atau DPC musim ini. Di ranah kompetitif Dota 2 Asia Tenggara, Anda sudah melihat T1 dengan masuknya Muhammad “inYourdreaM” Rizky dan Tri “Jhocam” Kuncoro. Namun itu saja belum cukup.

Sumber: ESTNN
Sumber: ESTNN

Chai “Mushi” Lee fung dan Khoo “Ohaiyo” Chong Xin dikabarkan akan bermain di Team IO. Mereka juga akan ditemani oleh pemain-pemain yang tidak sembarangan. Ryan Jay “Raging Potato” Qui, Kalvin Kang “Meracle” Jian Wen dan Benhur “Nayeon” Lawis melengkapi roster Team IO.

Raging Potato dan Meracle sendiri sudah terkenal di ranah kompetitif Asia Tenggara. Meracle yang terkenal dengan permainan Naga Siren-nya akan mengisi posisi mid lane. Ohaiyo sendiri masih dengan role lama sebagai offlaner. Mushi yang menyerahkan peran mid lane ke Meracle akan bermain support bersama Raging Potato.

Benhur yang dulu sempat menjadi bermain di Mineski akan mengisi posisi Carry di Team IO. Bisa dibilang Team IO ini berisikan veteran Dota 2 Asia Tenggara yang ingin mencoba untuk kompetitif lagi.

Sumber: Dota2.com
Sumber: Dota2.com

Berlanjut ke pemain Indonesia, Ramzi “Ramz?” Bayhaki terlihat sudah tidak aktif sebagai roster MS Chonburi lagi. Ramz? sendiri sudah memperkuat tim MS Cerberus sejak bulan November 2019 lalu sebelum akhirnya berganti nama menjadi MS Chonburi. Belum diketahui bagaimana kabar Ramz? selanjutnya.

Sumber: Instagram AG.Dota2
Sumber: Instagram AG.Dota2

Perombakan pemain di Indonesia sendiri, berhasil memunculkan organisasi baru untuk para pemain Dota 2. Seperti yang diinformasikan lewat post Instagram AG.Dota 2, mereka berhasil menjadi juara 3 di Para Bellum Dota 2 Tournament Thailand.

Melihat halaman turnamennya di Liquipedia, Army Geniuses atau AG terdiri dari mantan pemain naungan Pondok Gaming. Apabila Anda mengikuti gelaran ESL Indonesia Championship Season 2, seharusnya Anda familiar dengan roster Army Geniuses.

Tim ini berisikan Yukatheo “You_K” Glen, Syaid “Ridiculous” Muhammad, Tri Daya “Mamangdaya” Pamungkas, Haikal “Deadfox” Hadzik dan Hidayat “Lawlesshy” Narwawan. Untuk posisi coach, ada Koala yang berperan sebagai pelatih di Army Geniuses.

Walaupun sudah banyak organisasi esports di Indonesia yang membubarkan roster Dota 2-nya, Army Geniuses sendiri terlihat serius untuk mengembangkan timnya. Salah satu indikasinya, tim ini berisikan pemain muda yang sudah memiliki perngalaman, serta mereka dilatih oleh veteran Dota 2 Indonesia.

Menarik untuk terus memantau pergerakan skena Dota 2 di Asia Tenggara, termasuk juga tentunya di Indonesia. Tunggu informasi selanjutnya di Hybrid.co.id.

Battlefy dan ONE Esports mengadakan ONE Esports Dota 2 Jakarta Invitational

Pendaftaran Gelaran acara ONE Esports Dota 2 Jakarta Invitational telah dibuka pada tanggal 29 Januari 2020 kemarin. Jakarta Invitational akan mempertandingkan babak online qualifier, offline qualifier dan final Jakarta Invitational.

Online qualifier akan dimulai pada tanggal 15 Februari 2020. Anda dapat mendaftarkan tim anda melalui situs Battlefy untuk mengikuti online qualifier. Kualifikasi tersebut diadakan untuk enam negara yaitu: Singapore, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam dan Indonesia. Satu pemenang dari setiap negara akan diadu pada kualifikasi regional yang diadakan di Kuala Lumpur dan Jakarta pada bulan Maret mendatang.

Sumber: ONE Esports
Sumber: ONE Esports

Satu pemenang dari dua region ini berhak melaju ke main event Jakarta Invitational bersama 10 tim yang diundang. Puncaknya ONE Esports Jakarta Invitational akan diadakan di Indonesia Convention Exhibition BSD pada tanggal 18-19 April 2020. Tempat yang sama dengan gelaran GESC tahun 2018 lalu. Total hadiah yang akan diperebutkan adalah senilai US$500.000.

Carlos Alimurung selaku CEO dari ONE Esports berkata “ONE Esports memiliki tujuan untuk memberikan tontonan tim dan pemain esports bertaraf dunia. Juga memberikan kesempatan untuk para komunitas guna membuktikan diri mereka layak bertanding di panggung dunia.”

Kesempatan untuk menghidupkan kembali Dota 2 di Indonesia

Penonton GESC Jakarta | Sumber: Esports Ranks
Sumber: Esports Ranks

Battlefy akan menjadi partner ONE Esports untuk menjalankan kualifikasi online yang terbuka untuk umum. Jakarta Invitational akan menjadi acara yang memiliki kesempatan untuk membangkitkan Dota 2 di Indonesia. Pasalnya, sudah minim sekali turnamen Dota 2 yang diadakan di Indonesia. Dengan dimulainya kualifikasi online Jakarta Invitational khusus Indonesia, kesempatan ini akan menjadi wadah bagi tim-tim lokal yang ingin menunjukan taringnya. Atau bahkan akan ada organisasi esports yang berpikiran kembali untuk membentuk tim Dota 2.

Bukan hanya dari pemain, komunitas Dota 2 sendiri sudah lama tidak menikmati turnamen bertaraf dunia secara langsung. Terakhir adalah saat gelaran GESC Jakarta pada tahun 2018. Tiket acara yang terjual habis menunjukan seberapa antusias para komunitas Dota 2 di Indonesia.

ONE Esports Jakarta Invitational memang bisa menjadi angin segar bagi pencinta Dota 2 di Indonesia. Apabila pihak ONE Esports mampu mendatangkan tim-tim yang sama dengan ONE ESports Dota 2 World Pro Invitational Singapore kemarin ke Jakarta Invitational, bisa diprediksi tiketnya akan terjual habis. Bagaimana tidak, barisan tim besar seperti Team Secret, Evil Geniuses dan Virtus.pro tentu akan dinanti oleh para penggemar Dota 2 di Indonesia.

Mari kita nantikan info selanjutnya untuk tim internasional mana yang akan hadir di Jakarta. Sambil menunggu Anda bisa nabung dulu untuk persiapan beli tiket.