Tampil Sempurna, Team Secret Juara ESL One Katowice 2019

Selain dari MDL Macau 2019, ESL One Katowice juga menjadi esports Dota lain yang berjalan beriringan akhir pekan kemarin. Setelah lima hari kompetisi berjalan, Team Secret keluar sebagai juara setelah berhasil sapu bersih Gambit Esports 3-0 dari seri pertandingan best of 5.

Belakangan, Team Secret memang sedang on-fire sepanjang awal musim kompetisi Dota 2 tahun 2018-2019. Kemenangan ini menjadi kemenangan berentet kedua, setelah sebelumnya mereka juga berhasil memenangkan Chongqing Major 2019.

Sumber:
Sumber: Twitter @ESLDota2

Sepanjang musim ini, Team Secret tercatat sudah memenangkan 4 kompetisi LAN yang mereka ikuti, yaitu PVP Esports Championship 2018, ESL One Hamburg 2018, Chongqing Major 2019, dan ESL One Katowice 2019. Mereka hanya gagal di Kuala Lumpur Major 2019, itupun mereka mendapat posisi runner-up setelah kalah oleh Virtus Pro.

Salah satu faktor kemenangan ini bisa dibilang adalah berkat midlaner muda dan berbakat dari Team Secret, Michat “Nisha” Jankowski. Nisha merupakan wonderkid asal Polandia yang sebelumnya sempat bermain untuk Team Kinguin. Bermain Dota sejak dari tahun 2017, potensi besar pemain berusia 18 tahun muncul setelah bergabung dengan Team Secret pada September 2018 lalu.

juara esl one katowice 2019 2
Nisha, pemain muda berbakat asal Polandia yang belakangan jadi buah bibir setelah rentetan kemenangan Team Secret belakangan. Sumber: Twitter @ESLDota2

Karena usia dan juga kemampuan bermainnya, Nisha bahkan disebut sebagai salah satu dari tujuh pemain yang bakal jadi the next Topson oleh joinDOTA. Selain tim OG yang mengejutkan jagat kompetitif Dota tahun 2018 lalu, Topias “Topson” Taavitsainen adalah fenomena lain yang terjadi saat Dota 2 The International 2018.

Topson segera menjadi buah bibir berkat permainan yang sangat brilian serta kesuksesannya memenangkan The International di usia yang sangat muda. Apalagi ditambah juga dengan fakta menarik bahwa The International adalah kompetisi besar pertama yang Topson ikuti.

Walau bukan bagian dari DPC, kemenangan Team Secret di ESL One Katowice menjadi momen yang indah bagi Nisha. Alasan hal ini adalah karena kemenangan ini ia dapatkan pada sebuah kompetisi yang diadakan di tanah kelahirannya, Polandia.

Sumber:
Yazied “Yapzor” Jaradat. Sumber: Twitter @ESLDota2

Dalam sebuah wawancara dengan VPEsports, Yazied “Yapzor” Jaradat mengatakan “Kami ingin dia (Nisha) menikmati karirnya di Dota semaksimal mungkin. Saya sendiri bakal sangat senang misal bisa memenangkan kompetisi di tanah kelahiran sendiri. Saya tahu perasaannya pasti akan sangat menyenangkan meski saya sendiri belum pernah merasakan hal tersebut. Jadi karena hal tersebut kami pun memutuskan datang ke Katowice demi Nisha” jawab Yapzor kepada VPEsports saat event Chongqing Major.

ESL One Katowice 2019 menjadi perjalanan kompetisi yang sangat solid bagi Team Secret. Dari 21 pertandingan yang seharusnya ia jalani, tercatat Team Secret hanya kalah satu kali saja, yaitu saat melawan tim OG pada fase grup.

Sepanjang fase bracket, semua musuhnya mereka sapu bersih 2-0, termasuk tim PPD dan kawan-kawan, Ninja in Pyjamas, serta Gambit Esports saat fase upper bracket finals. Sayang Gambit Esports yang dapat kesempatan balas dendam, masuk grand finals dari lower bracket, hanya menjadi seperti kerikil kecil yang dilibas dengan mudahnya oleh Team Secret.

Sumber:
Sumber: Twitter @ESLDota2

Kemenangan ini memberikan Team Secret hadiah sebesar US$ 125.000 atau sekitar Rp1.7 Miliar. Ludwig “Zai” Wahlberg terpilih sebagai MVP, berhak mendapatkan satu unit mobil Mercedes-Benz

Pada rangkaian sirkuit DPC, Team Secret saat ini sudah memiliki 7950 poin. Dengan poin yang mereka miliki tersebut, mereka bisa dibilang hampir dipastikan lolos ke The International 2019. Kini tersisa 3 Major dan 3 Minor untuk musim DPC 2018-2019, dengan 46.500 total poin tersisa untuk diperebutkan.

Major berikutnya adalah Dream League Season 11 yang akan diadakan pada Maret 2019 di Stockholm, Swedia. Dengan performa yang seperti ini, akankah Team Secret kembali keluar sebagai juara pada Major berikutnya?

Electronic Arts Kerjasama Dengan ELEAGUE Untuk Kompetisi FIFA 19

ELEAGUE, salah satu penyelenggara kompetisi esports yang terkenal berkat kompetisi CS:GO, umumkan akan selenggarakan kompetisi FIFA 19. Hal ini dilakukan ELEAGUE setelah kerjasama antara mereka dengan sang pengembang FIFA 19, Electronic Arts, akhirnya resmi terjalin.

Bentuk kerjasama antar keduanya adalah penyelenggaraan serta penayangan kompetisi FIFA 19 oleh ELEAGUE, termasuk kompetisi FIFA 19 Global Series (salah satu kompetisi kelas Major dari game FIFA 19). Selain itu karena kepemilikan Turner (konglomerasi media di Amerika Serikat) terhadap ELEAGUE, maka kerjasama ini juga menawarkan integrasi unik antara FIFA 19 dengan kompetisi sepakbola itu sendiri serta kesempatan untuk menayangkan esports di jaringan televisi TBS.

Sumber: Esports Observer
Esports FIFA 19, menjadi salah satu game yang banyak dilirik oleh ekosistem industri hiburan esports di luar negeri sana. Sumber: Esports Observer

Kerjasama ini tentu menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi EA sendiri selaku pengembang FIFA. Alih-alih sekadar menayangkan kompetisi mereka di Twitch dengan menggunakan branding ELEAGUE, tawaran agar game FIFA 19 bisa tayang di televisi tentu jadi tawaran rekanan yang sulit untuk dilewatkan.

“Hal ini adalah kesempatan yang besar. Sejak awal kami memang sudah melihat peluang pada game FIFA 19. Dengan aset yang kami miliki, kami merasa kerjasama ini adalah kesempatan untuk membuat esports jadi lebih dikenal lagi, memberi pengalaman yang lebih menyeluruh namun tetap otentik kepada para fans. Menurut kami, ini adalah nilai pembeda dari ELEAGUE; sesuatu yang tak bisa dilakukan oleh ESL ataupun MLG.” Kata Craig Barry, Executive Vice President dan Chief Content Officer dari Turner Sports kepada Esports Observer.

Seperti tadi sudah disebutkan, ELEAGUE selama ini terkenal sebagai salah satu penyelenggara dari kompetisi Major CSGO. Namun portfolio pengalaman mereka tak terbatas pada  CSGO saja. Selama kurang lebih 4 tahun pengalaman, mereka juga sudah menggelar kompetisi beragam game, contohnya seperti Super Smash Bros, Street Fighters, Injustice 2,  dan juga Rocket League.

Sumber: Esports Observer
Sumber: Esports Observer

Dengan semua pengalaman tersebut, ELEAGUE menjanjikan produksi berkualitas tinggi seperti kompetisi lainnya yang pernah mereka jalankan. Barry pun kembali menambahkan soal evolusi teknologi serta industri game yang kini semakin bergeser nilainya. Kembali mengutip dari Esports Observer, menurutnya salah satu pelajaran terbesar dalam industri tersebut adalah keharusan untuk mendengar masukan dari para fans dan ekosistem.

Salah satu contoh terbesar hal ini adalah Fortnite, yang mana game tersebut tak lagi hanya sekadar game. Fortnite, terutama di Amerika Serikat sana, seakan jadi perpanjangan tangan dari kultur serta cara anak muda untuk bersosialisasi, layaknya seperti bagaimana popularitas Mobile Legends mengakar di Indonesia.