BOOM Esports Lolos ke DOTA Summit 11 Southeast Asia Qualifier

BOOM Esports lolos ke Dota Summit 11 Southeast Asia Qualifier. Mereka merupakan salah satu dari 10 tim yang bertanding di MDL Chengdu Major SEA Closed Qualifier. Sepuluh tim yang bertanding dibagi ke dalam dua grup dan BOOM masuk ke grup A. Pada group stage, format yang digunakan adalah round robin, mengharuskan BOOM bertanding dengan empat tim lain yang ada di grup yang sama, yaitu Fnatic, Team Adroit, Team Jinesbrus, dan SG Dragons. Dalam group stage, BOOM harus puas dengan dua hasil imbang dan dua kekalahan. Dengan dua poin, BOOM memiliki poin yang sama dengan SG Dragons. Karena itu, keduanya harus bertanding dalam tiebraker. BOOM berhasil menang dari SG Dragons dengan skor 1-0.

Sementara itu, di grup B, Reality Rift dan Alpha x Hashtag juga mendapatkan dua poin dengan dua kekalahan dan dua hasil imbang. Keduanya juga harus saling bertanding dalam tiebraker. Reality Rift berhasil menang dengan nilai 1-0. BOOM lalu harus melawan Reality Rift, memperebutkan spot untuk masuk ke Dota Summit 11 Southeast Asia Qualifier. Pada awal pertandingan pertama, BOOM sempat unggul meski pada akhirnya, mereka harus rela menelan kekalahan. BOOM berhasil membuat keadaan menjadi imbang dengan memenangkan pertandingan kedua. Pada babak ketiga, Reality Rift sempat menguasai permainan. Untungnya, BOOM berhasil menemukan momentum dan membalikkan keadaan. Setelah bertanding selama 41 menit, BOOM memenangkan pertandingan, menurut situs resmi BOOM.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

Di grup A, Fnatic dan Team Adroid duduk di posisi pertama dan kedua, membuka jalan mereka ke babak playoff. Sementara itu, di grup B, posisi pertama dan kedua dipegang oleh TNC Predator dan Cignal Ultra. Dalam babak playoff, Fnatic berhasil mengalahkan Cignal Ultra dengan skor 2-0. Melawan Team Adroit, TNC Predator juga meraih kemenangan dengan skor 2-1. Untuk menentukan posisi ketiga, Cignal Ultra harus melawan Team Adroit. Team Adroit keluar sebagai pemenang dengan skor 2-0. Dengan begitu, Fnatic dan TNC Predator sebagai juara pertama dan kedua lolos ke Chengdu Major. Begitu juga dengan Team Adroit yang menduduki posisi ketiga. Sementara Cignal Ultra masih harus bertanding di Dota Summit 11 Southeast Asia Qualifier.

Selain BOOM, tiga tim lain yang lolos ke DOTA Summit 11 Southeast Asia Qualifier antara lain Cignal Ultra, Team Jinesbrus, dan Geek Fam. Summit 11 akan menggunakan format double elimination. Setiap pertandingan akan menggunakan sistem Best of Three. Dua tim yang keluar sebagai pemenang akan bisa bertanding di Chengdu Major. Sementara dua tim yang tereliminasi akan mendapatkan 20 poin Dota Pro Circuit.

BOOM didirikan pada 2016 dengan nama BOOM.ID. Pada September 2019, mereka mengganti namanya menjadi BOOM Esports. Saat ini, BOOM merupakan tim Dota 2 terbaik di Indonesia. Mereka berhasil mempertahankan gelar itu setelah menang dari EVOS Esports pada babak final ESL Indonesia Championship Season 2 dan membawa gelar juara. Setelah sukses di Indonesia, semoga BOOM juga akan dapat menorehkan prestasi di tingkat regional atau bahkan internasional.

Rekap Grand Final ESL Indonesia Championship S2: Usaha Keras BOOM Esports Mempertahankan Gelar

Akhir pekan lalu (15 September 2019) menjadi konklusi dari perjalanan panjang perjuangan tim Dota terbaik di ESL Indonesia Championship Season 2. Setelah fase grup sepanjang 6 pekan lamanya, kini hanya tinggal tersisa empat tim saja yang bertanding di Tennis Indoor Senayan.

Empat tim yang tersisa tersebut adalah BOOM Esports, EVOS Esports, dan PG. Barracx, Alter Ego. Dari hasil klasemen di pekan terakhir kemarin, hasil dari pertarungan yang terjadi mungkin bisa ditebak. Namun nyatanya, pemain-pemain yang bertarung di panggung mega ESL Indonesia Season 2 mengusahakan segalanya agar dapat merebut gelar tersebut dari BOOM Esports.

Semi-final 1 – EVOS Esports vs PG.Barracx

Pertandingan yang mempertemukan antara si muda dengan para senior di kancah Dota Indonesia. PG.Barracx sendiri sebenarnya menjadi salah satu tim muda yang diwaspadai di Indonesia. Terakhir kali, mereka berhasil menjadi wakil Indonesia untuk cabang Esports Dota 2 di SEA Games 2019.

Awal-awal permainan antara EVOS melawan PG.Barracx terbilang cukup imbang. Saling bertukar kill satu sama lain yang tidak banyak mengubah keunggulan net-worth. Semua itu berubah ketika EVOS melakukan invasi ke tower tier 2 PG.Barracx di lane bawah.

Sand King dari Adit “Aville” Rosenda menginisiasi serangan kepada Fahmi “Huppey” Choirul yang sedang lengah. Kawan-kawan PG.Barracx langsung teleport (TP) ke arah bawah, tapi mereka melakukan satu kesalahan yang cukup fatal.

Mereka TP dengan posisi yang terlalu saling berdekatan. Alhasil Sand Storm dari Sand King milik Aville, ditambah Calldown Gyrocopter dari Drew, menggerus HP para pemain PG.Barracx dengan cepat. Felix “Ifr1t” Deardo dan kawan-kawan terpaksa tersapu bersih dalam pertarungan ini. EVOS langsung menikmati kereta momentum ini untuk mempertahankan dan meningkatkan keunggulan sampai ke fase late-game.

Masuk menit 35, keunggulan EVOS secara net-worth sudah mencapai angka 20k. Ingin menyelesaikan pertandingan, EVOS mengambil Roshan. PG.Barracx mencoba melakukan perlawanan terakhirnya. Karena keunggulan item dan level yang sangat jauh, PG.Barracx tentu jadi kesulitan melawan Matthew “Whitemon” Filemon dan kawan-kawan. Terkena sapu bersih lagi, PG.Barracx terpaksa mengetik GG di game pertama.

Sumber:: Facebook ESL Indonesia
Sumber: Facebook ESL Indonesia

Pertarungan berlanjut pada game kedua. PG.Barracx kembali keteteran di pertengahan permainan, sempat kembali terkena wipe oleh EVOS. Namun mereka bertahan, bahkan sempat membalas, dan membuat EVOS terkena teamwipe di menit 27.

Tapi ternyata, teamwipe tersebut berdampak besar. PG.Barracx menikmati keunggulan net-worth sebesar 9k, mereka jadi lebih leluasa menekan EVOS. Keunggulan tersebut bahkan terus bertambah sampai jadi 18k bagi PG.Barracx di menit 40.

Memanfaatkan hal tersebut, mereka melakukan push di lane atas milik EVOS, demi mendapatkan kemenangan. EVOS yang sudah ketinggalan jauh mencoba sekuat tenaga menahan, namun mereka tak mampu lagi. Satu demi satu pemain EVOS tumbang, yang akhirnya memaksa mereka memberikan game kedua pada PG.Barracx.

Masuk game terakhir, EVOS tak mau memberi ruang bagi PG.Barracx untuk berkembang. Mereka menerapkan permainan agresif, mengungguli skor kill 15-4, dan net-worth sebesar 3k Gold.

Walau keunggulan sudah cukup besar, PG.Barracx sebenarnya masih punya kesempatan. Ifr1t dan kawan-kawan bahkan sempat berhasil membunuh 3 pemain EVOS dalam satu pertarungan, yang memberi mereka keuntungan berupa 1,8k Gold dan 3,5 XP.

Tetapi itu saja ternyata tidak cukup. EVOS masih tetap kuat, langsung membalasnya dengan sebuah teamwipe untuk PG.Barracx pada menit 20. EVOS yang sudah sangat kuat untuk menutup permainan, langsung melakukan serangan terakhirnya di menit 40.

Usep “FACEHUGGER” Setiawan melakukan Dream Coil yang langsung menusuk ke tengah jantung pertahanan PG.Barracx. Kehilangan dua pemain dengan tanpa buyback PG.Barracx akhirnya harus pasrah. EVOS menjadi finalis pertama ESL Indonesia Championship Season 2.

Semi-final 2 – BOOM Esports vs Alter Ego

Semi-final kedua ini sebenarnya cukup menarik. Ini mengingat kedua tim sama-sama punya merupakan pemain yang sudah cukup senior di kancah Dota 2 Indonesia. Alter Ego punya beberapa pemain kawakan yang sebenarnya potensial untuk kalahkan BOOM Esports seperti Farand “Koala” Kowara, Ramzi “Ramz” Bayhaki, ataupun Michael “KelThuzard” Samsir.

Kendati demikian, BOOM Esports layaknya masih terlalu kuat. Mencoba bermain lebih aktif, BOOM Esports berhasil amankan keunggulan skor kill 10-5 di menit 15. Pertarungan terus berjalan dengan cukup seimbang sampai menit 20an, tetapi Alter Ego beberapa kali kalah bertarung dan mengalami kerugian yang lumayan; kehilangan dua sampai hero inti.

Masuk menit 30, BOOM Esports sudah unggul cukup besar, skor kill 23-12 dan 8k net-worth. Tak mau terlalu berlama-lama mereka langsung saja menyerang mid-lane dengan gagah berani. Alter Ego dengan kekuatan seadanya tak kuat lagi menahan gempuran BOOM Esports. Game pertama dimenangkan oleh BOOM Esports.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Alter Ego kembali mencoba memberi perlawanan terbaiknya di game kedua. Kini mereka mencoba bermain late-game dengan mengamankan Alchemist untuk Rudy “MyDearest” Lucky Thutang. Namun BOOM Esports cukup tanggap dengan mengamankan hero-hero yang kuat di pertengahan game, seperti Legion Commander, ditambah dengan kombinasi apik Phantom Assassin dan Magnus.

Sama-sama butuh waktu untuk memperkuat diri, permainan berjalan adem pada 15 menit pertama. Namun BOOM tetap melakukan rotasi secara aktif, menculik satu demi satu pemain Alter Ego, yang semakin menumpuk pundi-pundi keunggulan BOOM Esports.

Pundi-pundi bagi BOOM Esports terus bertambah sampai tak terbendung lagi oleh Alter Ego. Pada menit 22, BOOM Esports sudah punya keunggulan skor kill 26-10 dan 13k Gold. BOOM Esports sudah bersiap di Lane bawah. Alter Ego setengah mati berjuang menahan gempuran, tapi semua jadi bencana ketika Invoker tertangkap, diikuti Alchemist, dan seluruh anggota tim.

Tak lagi punya buyback Alter Ego langsung saja mengetik GG. BOOM Esports lolos ke Grand Final.

Grand Final – BOOM Esports vs EVOS Esports

Akhirnya babak Grand Final mempertemukan peringkat satu dan dua dari klasemen terakhir di fase grup. Secara peringkat dan perbedaan poin, beda kemampuan BOOM dengan EVOS mungkin terasa beda tipis. Tapi nyatanya beda kemampuan BOOM dengan EVOS tetaplah jauh, baik dari secara pengalaman, ataupun mental pertandingan.

Kendati demikian, Vlaicu, Whitemon dan kawan-kawan tak pernah gentar, siapapun yang mereka lawan. EVOS Esports tetap mengusahakan yang terbaik melawan tim yang masih mengemban titel tim Dota terbaik di Indonesia.

Game pertama EVOS Esports sebenarnya masih bisa cukup mengimbangi fase early-game. Walaupun Omniknight dari Adit “Aville” Rosenda berkali-kali diberi tekanan, namun ia juga berkali-kali masih bisa kabur. Namun memasuki fase pertengahan, rotasi aktif yang dilakukan BOOM Esports terbukti bikin EVOS kesulitan mengikutinya.

Apalagi Earthshaker dari Dreamocel, yang bermain sebagai semi-support, berkali-kali bikin EVOS kerepotan karena Fissure yang tepat sasaran.  Mulai mengarah ke late-game EVOS jadi makin kesulitan. Kekurangan hard-carry bisa dibilang jadi salah satu yang membuat EVOS berat menghadapi BOOM Esports di late-game. EVOS menggunakan Lifestealer sebagai carry. Ditambah lagi mereka juga tidak punya hero inisiator yang biasanya jadi kombinasi dengan skill Infest milik Lifestealer.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pada sisi lain, BOOM Esports punya Juggernaut. Ditambah dengan kehadiran skill Empower dari Magnus, membuat Juggernaut jadi semakin cepat farming. Benar saja, Lifestealer kesulitan mencari target saat masuk late-game. Walau mereka punya Repel Omniknight, namun Reverse Polarity yang tembus Spell Immunity berhasil membuat mereka keok.

Akhirnya momentum kekuatan BOOM Esports terus bergulir seperti bola salju yang terus dan terus semakin besar. InYourDream dan kawan-kawan hanya tinggal menutup keunggulan ini dengan kemenangan saja. Pertarungan di midlane pada menit 34 jadi momen tersebut.

Drew dari EVOS yang terlalu overextend langsung di-Hex oleh Fbz. Tak berkutik tanpa sang carry, EVOS jadi kekurangan damage. Satu per satu pemain EVOS mulai berjatuhan, mereka pun tak punya buyback. Sadar tak mampu lagi menahan, EVOS langsung saja mengetik “GG” sebagai tanda menyerah.

Masuk game kedua, EVOS Esports mencoba pertaruhannya dengan memberikan Morphling kepada Drew. Melihat hal ini, BOOM Esports tentu saja langsung bereaksi. Mereka pun mempersiapkan pertahanan dengan mengambil Omniknight di sisi mereka, dan sebagai pelengkap tentu saja; Earthshaker untuk Dreamocel.

Memainkan Morphling, wajar kalau fase awal EVOS Esports terbilang cukup pasif. Untungnya mereka juga mempersiapkan pertahanannya dengan mengambil Clockwerk, yang merupakan salah satu hero kuat untuk fase-fase awal. Keadaan sebenarnya cukup berimbang, tapi mimpi buruk bagi tim EVOS terjadi di menit 20.

Sedang berusaha mempertahankan top-lane, Morphling dari Drew sedikit terlambat merespon agresi BOOM Esports. Akhirnya, 4 punggawa EVOS tercerai berai gara-gara Flak Cannon Gyrocopter dengan kemampuan merusak yang sangat tinggi. Akhirnya semua pemain EVOS rata di momen tersebut, yang memberi keuntungan sebesar 2k Gold dan 6k XP pada BOOM.

Melihat kesempatan, BOOM mencoba menggedor midlane milik EVOS. Berusaha bertahan dengan segala daya dan upaya, Drew berhasil membayar kesalahan yang ia buat sebelumnya. Melakukan Morph ia berubah menjadi Earthshaker dan mengacak-acak formasi serangan BOOM Esports.

Peperangan tersebut berhasil membuat cukup kesulitan, tapi keunggulan net-worth masih tetap dipegang oleh BOOM. Setelahnya, BOOM kembali mengambil pundi-pundi kill dari momen ke momen, yang membuat keunggulan Fbz dan kawan-kawan jadi semakin besar.

Walau tinggal menutup keunggulan ini dengan kemenangan, namun pertandingan berjalan dengan cukup alot, membuat durasi pertarungan bahkan molor sampai 40 menit lebih. Saking alotnya, InYourDream bahkan sampai harus membuat Divine Rapier untuk Gyrocopter.

Dengan satu item mematikan tersebut, kemenangan bagi BOOM jadi semakin tak terhindarkan. EVOS Esports, kehilangan barrack di atas dan tengah, harus bertahan setengah mati di bawah. Tak kuat lagi menahan, EVOS Esports akhirnya terpaksa merelakan Ancient. BOOM Esports pun kembali menjadi pemenang dari ESL Indonesia Championship.

BOOM Esports soal Dominasinya di Kancah Lokal dan Persiapan Major

Kemenangan ini menjadi lanjutan koleks trofi kompetisi lokal bagi BOOM Esports. Ini juga jadi kemenangan kedua BOOM Esports, setelah mereka juga berhasil jadi juara di ESL Indonesia Championship Season 1.

“Ini salah satunya karena sistem yang ada di divisi Dota BOOM Esports sudah terbentuk dengan matang.” Ujar Alfi “Khezcute” Syahrin. “Ini juga mungkin karena BOOM Esports selalu berusaha sebisanya untuk menyelesaikan masalah internal tim dengan tanpa harus emosional, entah itu membahas soal mentalitas tim ataupun teknis permainan.” Khezcute membahas soal hal yang jadi alasan dominasi panjang BOOM Esports di kancah Dota lokal.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kehadiran Analis dan Psikolog tim juga bisa dibilang jadi salah satu alasan lain tim Dota BOOM Esports yang makin kuat. “Analis sangat membantu dalam memberikan insight after game. Karena dia nggak main, jadi dia bisa melihat dan memberikan gambaran lebih luas atas apa yang terjadi di dalam permainan.” jawab Randy “Fervian” Muhammad Sapoetra.

“Kalau psikolog tim, kebetulan nggak tinggal bareng di GH. Biasanya dipanggil jelang kompetisi besar.” Fervian menceritakan cara kerja Psikolog tim yang mendampingi BOOM Esports.

Bertarung sengit dengan EVOS di babak final, Muhammad “InYourDream” Rizky juga memberikan sedikit komentarnya terhadap permainan EVOS. “Menurut gue EVOS mainnya kurang stabil sih. Mungkin karena pemain carry-nya bukan merupakan pemain awal roster Dota EVOS Esports.” IYD menjelaskan pendapatnya.

Kemenangan ini memberikan BOOM Esports total hadiah sebesar $6500 (sekitar Rp91 juta). Mereka juga mendapat kesempatan bertanding di kancah yang lebih tinggi, ESL Clash of Nations Bangkok 2019 (25-27 Oktober 2019) yang masuk dalam rangkaian acara Thailand Game Show. Ada 8 tim terbaik dari negara-negara Asia Pasifik (Indonesia, Malaysia-Singapura, Thailand, Vietnam, Australia-New Zeland, Filipina, dan India) yang akan memperebutkan total hadiah sebesar US$50 ribu pada turnamen tersebut.

Dapatkah BOOM Esports membuktikan dirinya di ESL Clash of Nation Bangkok 2019 nanti? Mari kita doakan saja agar mereka bisa mendapatkan hasil yang terbaik!

Rekap Grand Final ASL Indonesia Season 3: EVOS Esports Juara ASL Tiga Musim Berturut-turut

Enam pekan panjangnya fase liga Arena of Valor Star League telah berlalu. Yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. 14 September 2019 menjadi konklusi dari perjuangan semua tim yang bertanding di dalamnya. Kini tersisa empat tim saja yang memperebutkan tahta tertinggi di kancah Arena of Valor Indonesia, EVOS Esports, Saudara E-Sports (SES), BOOM Esports, dan DG E-Sports.

Sejak awal, persaingan panas antar tim sudah sangat terasa. Sajian pertama adalah semi-final satu, antara Saudara E-Sports melawan BOOM Esports. Di atas kertas, kedua tim ini bisa dibilang punya kekuatan yang tidak beda jauh. Alhasil benar saja, pertarungan berjalan dengan cukup seimbang.

Semi-final satu, BOOM Esports vs Saudara E-Sports

Game pertama, SES membuka permainan dengan rotasi-rotasi yang ciamik. Pergerakan mereka sangat efektif, dan hampir selalu mendapatkan objektif yang dibutuhkan ketika melakukan penyergapan. Sementara di sisi lain, mencoba mempersiapkan untuk late game, BOOM Esports malah sedikit keteteran.

Menggunakan Lindis, gagal mendapatkan winning condition yang seharusnya mereka dapatkan. Kehilangan kuasa atas area jungle mereka sendiri, pergerakan Lindis jadi semakin sulit, membuat dampaknya dalam pertarungan jadi semakin kecil. Kendati demikian, Randy “CL” Shimane berjuang keras untuk mencari celah kemenangan di antara keadaan yang sulit tersebut dengan menggunakan Grakk.

Terlepas dari semua usaha yang dilakukan CL, SES ternyata sudah mendapatkan keunggulan yang dibutuhkan. Melihat kesempatan di depan mata, SES langsung saja memaksa peperangan dan menyelesaikan permainan dalam satu tarikan nafas. 1-0 untuk SES.

Masuk game kedua, BOOM Esports ternyata berhasil mendapatkan momentumnya. Mendapatkan Fennik bagi Cassy jadi salah satu alasannya.  Belum lagi Naitomea juga mendapatkan hero yang masih cukup kuat di musim ini, Liliana. Namun permainan masih imbang sampai setidaknya pada 5 menit pertama.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Masuk pertengahan game, BOOM Esports kembali mendapatkan momentum besar lewat teamfight. SES yang sedang mencari informasi tanpa sadar terjebak dari rotasi BOOM Esports yang datang dari kiri dan kanan. Benar saja, mereka langsung habis kena wipe, yang digunakan oleh BOOM Esports untuk menyelesaikan permainan. Skor kini menjadi 1-1.

Game ketiga, game penentuan. Awal permainan SES cukup unggul dengan beberapa kill penting yang berhasil mereka dapatkan. Namun, memasuki pertengahan, SES sebenarnya sempat kehilangan momentum. Mereka kehilangan tiga pemain saat mereka ingin menekan rotasi milik BOOM Esports.

Masuk menit 10 BOOM sudah mulai tertekan. Melihat keadaan ini SES mengambil kesempatannya untuk membunuh Dark Slayer. SES Esports yang menguasai lebih banyak area kini jadi lebih leluasa. Namun BOOM Esports masih mencoba merebut sang Dark Slayer yang pada akhirnya terpaksa harus gagal setelah permainan brilian dilakukan oleh SES.Mystyk. Dengan buff DS, dan bantuan The Drake, SES tak lagi menunggu lebih lama untuk merampungkan permainan. SES melaju ke babak final dengan skor 2-1.

Semi-final dua, EVOS vs DG E-Sports

Lanjut ke semi-final dua, kita menyaksikan pertarungan antara EVOS melawan DG E-Sports, yang bisa dibilang seperti pertarungan antara si raksasa melawan si manusia kerdil. EVOS sebagai tim yang mendominasi sepanjang fase grup ASL Season 3, kembali menunjukkan kelasnya pada pertarungan ini.

Pada game satu, EVOS sebenarnya bermain dengan cukup santai, terutama pada fase early game. Melihat celah tersebut, DG E-Sports mencoba memanfaatkan keadaan. Walau sudah berhasil menahan, namun EVOS ternyata mulai menunjukkan taringnya ketika masuk fase mid-game. Mereka mulai mengacak-acak permainan, membuat DG E-Sports jadi kalang kabut. Tak perlu waktu lama, EVOS lalu langsung saja mengamankan peluang kemenangan yang terlihat setelah tower ke-3 dari DG E-Sports hancur. 1-0 untuk EVOS Esports.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Game kedua menjadi harapan terakhir bagi DG E-Sports. Permainan sebenarnya berjalan cukup adem di awal-awal permainan, namun memasuki pertengahan EVOS langsung menggila, terutama Florentino dari EVOS.Wyvorz. Masuk pertengahan game, keunggulan EVOS sudah cukup jauh secara skor kill (16-4). Namun DG masih mencoba untuk melakukan perlawanan terbaiknya.

Mereka mendapat kesempatan untuk mengunci Pokka dan Wyvorz. Tanpa disangka, peluang ini malah jadi bencana bagi DG. Berada dalam keadaan 2 lawan 4, Wyvorz dengan Florentino terlihat seperti sedang berdansa di tengah serangan ganas para pemain DG yang sedang haus darah. Dengan ditambah bantuan llaF, tarian pedang Wyvorz menebas pemain DG E-Sports satu per satu, sampai ia berhasil mendapatkan triple kill.

Dengan keunggulan yang sangat jauh, EVOS kini tinggal menutup kemenangannya saja. Akhirnya, DG yang sudah semakin kalang kabut harus menerima kekalahannya di menit 11:35 setelah DG.Backdoor harus mati bersama seluruh kawan-kawannya. EVOS melaju ke babak Grand Final.

Grand-Final, EVOS vs SES

Ini seakan menjadi pertarungan yang sudah ditakdirkan sebelumnya. Pada fase grup, masing-masing berada di peringkat satu dan dua. Langsung saja pertarungan game satu dimulai dengan pertarungan yang berhasil membangkitkan sorak sorai para penonton.

Sepanjang permainan, kedua tim berusaha keras untuk menjaga perolehan kill ataupun net-worth tetap seimbang. Namun semua berubah pada pertarungan di menit 13. SES mencoba menyergap EVOS, mereka sudah mendapatkan posisi yang mantap untuk memenangkan pertarungan tersebut.

Superman dari SES.Mars mencoba memecah formasi, membuat EVOS jadi cukup kelabakan. Untungnya Hayate darn EVOS.Hanns cukup tenang dalam mengambil keputusan, langsung membantai sumber masalah dari tim SES, Diao Chan milik SES.RoboX. Pemain SES tumbang satu per satu, sampai akhirnya tak ada lagi yang tersisa. EVOS langsung mengambil kesempatan ini dan amankan game pertama.

Ketegangan pendukung SES melihat ketatnya pertarungan Grand Final melawan EVOS Esports .Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Ketegangan pendukung SES melihat ketatnya pertarungan Grand Final melawan EVOS Esports .Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Game kedua giliran SES yang dapat kesempatan. Tetapi ini tak lain dan tak bukan karena kawan-kawan SES kini bermain dengan lebih cermat. Terlihat SES kini tak mau terlalu terburu-buru menyelesaikan permainan walau sebenarnya punya kesempatan. Hal ini terlihat pada menit 12, ketika mereka mendapatkan tower tengah dalam, namun memilih untuk regroup terlebih dahulu dibanding memaksakan kemenangan.

Kesempatan untuk Dark Slayer langsung diambil setelahnya, mereka pun lanjut menekan lane bawah untuk mematikan ruang gerak EVOS Esports. Wiraww dan kawan-kawan yang kini sudah terkunci pergerakannya, terpaksa harus menyerah kalah dan memberikan game kedua kepada SES.

Pertarungan seimbang keduanya kembali terjadi pada game tiga dan empat. EVOS dapat game tiga dengan kereta momentum yang dibuat sejak awal permainan. Sementara SES, dengan mengulang permainan cermat, ditambah permainan Nakroth dari SES.Catee yang sangat ganas, berhasil membungkam EVOS di game empat.

Tersisa satu game penentuan, game kelima. Dengan format Global Ban-Pick, kedua tim sudah sama-sama semakin kehabisan opsi. Untungnya, SES masih menyimpan Enzo untuk Catee, yang menurut Teemola sebagai caster, punya win-rate hampir 100%. Dari sisi EVOS, opsi terbaik mereka hanya Richter dari Wyvorz saja, ditambah sedikit kejutan dengan Airi sebagai jungler dari Wiraww.

Pada 5 menit pertama, SES memberi shock therapy kepada EVOS dengan first blood dan juga rotasi-rotasi efektif yang dilakukan. Sayangnya, seiring waktu, entah kenapa dampak permainan Catee malah kurang terasa. Apalagi EVOS juga mulai sedikit demi sedikit menghimpun kekuatannya.

Perjuangan SES jadi semakin berat ketika mereka kehilangan dua carry tim mereka, Mystyk dan Catee di menit 11. Ketika itu SES luput karena mereka terlihat tidak satu visi di dalam pertarungan. Sementaran Mystyk dan Catee sedang berusaha keras mendapatkan Abyssal Dragon, ketiga pemain sisanya justru sedang mencoba melakukan pressure di lane atas dan tengah.

EVOS tanggap melihat hal ini, dan langsung mengerahkan 4 pemainnya untuk meringkus Catee dan Mystyk. SES kembali mencoba membuka kesempatannya di menit 14, menyergap Hanns yang sedang lengah di lane atas. Setelah gagal membunuh Hanns, SES lalu mundur, namun EVOS ternyata melakukan inisiasi balik dan mempersiapkan rotasi ke arah atas.

SES mulai kehilangan satu demi satu pemain. Mystyk yang salah rotasi tak dapat membantu banyak di momen tersebut. Ternyata kesempatan di menit 14 jadi kesempatan terakhir bagi SES. Setelahnya EVOS bisa mendapatkan Abyssal Dragon dan Dark Slayer secara gratis. SES tak lagi mampu menahan gempuran, EVOS menangkan permainan 3-2 dan kembali mengangkat trofi ASL Indonesia untuk ketiga kalinya.

EVOS AOV, Juara Bertahan Liga ASL Indonesia 3 Kali Berturut-turut.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kali ini adalah kali ketiga EVOS AOV mengangkat trofi ASL Indonesia, serta mengamankan titel sebagai tim terbaik di Indonesia. Pada musim pertama dan kedua, mereka mendapatkan kemenagan yang cukup mendominasi di babak Grand Final. Musim pertama dan kedua, Aldi dan kawan-kawan GGWP.ID gagal memberi perlawanan terbaiknya kepada EVOS Esports. Pada dua musim tersebut mereka selalu menang 3-1 di babak Grand Final.

Musim ini, SES sangat ngotot melawan EVOS Esports. Untuk pertama kalinya, penggemar EVOS AOV harus merasakan ketegangan hampir dikalahkan oleh Catee, Mystyk dan kawan-kawan. “SES memang pesaing terberat EVOS sedari dulu.” Ucap Henry “Carraway” Teja. “Mereka berkembang sangat jauh, Hero Pool mereka juga semakin luas. Dengan adanya Global Ban Pick, menurut saya mereka berhasil  beradaptasi dengan baik.” Carraway menjelaskan lebih lanjut.

Walaupun ini adalah kemenangan ketiga bagi tim EVOS Esports, namun sebenarnya ini tetap memberikan kesan tersendiri kepada tim. Salah satunya adalah karena kehadiran Gilang “Fall” Dwi Fallah. “Fallah sebagai pemain sangat mudah melebur dengan tim dan sangat bisa diajak untuk bekerja sama. Kehadiran Fall juga memberi tantangan bagi tim EVOS, kami jadi mengusahakan kemenangan ini untuk Fall, soalnya dia belum pernah menang sebelumnya…hahaha.” jawab Carraway seraya berkelakar.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kemenangan ini memberikan mereka hadiah sebesar Rp300 juta dan juga kesempatan bertanding di Arena of Valor International Championship 2019 (AIC 2019). Kini ada dua kompetisi internasional yang akan dihadapi oleh EVOS Esports. Selain dari AIC 2019, ada juga cabang esports AOV di SEA Games 2019.

“Menghadapi dua kompetisi ini, yang pasti sih kita latihan terus. Selain itu juga perbanyak scrim (latih tanding) dengan tim luar negeri, supaya bisa mempelajari cara main tim luar.” Henry menjelaskan.

Akankah kemenangan ini menjadi kereta momentum yang berlanjut sampai AIC 2019 atau SEA Games 2019 nanti? Mari kita doakan agar EVOS Esports bisa mendapatkan hasil terbaik di kompetisi AOV internasional yang akan dihadapi.

BOOM Esports, Evolusi Terbaru BOOM.ID yang Tumbuh Dewasa

Kurang lebih sudah sekitar 3 tahun BOOM.ID hadir sebagai organisasi esports yang menaungi pemain berbakat yang ingin meraih mimpinya. Sebagai kulminasi dari proses tersebut, pada 13 September 2019 BOOM.ID meluncurkan kampanye rebranding diri mereka.

BOOM.ID kini menjadi BOOM Esports, serigala yang dulu terlihat cenderung lucu, kini jadi lebih dewasa, garang dan siap menerjang siapapun yang dihadapinya. Bersamaan dengan semua itu, hadir juga jersey dengan rancangan baru, dan jargon yang digaungkan sebagai bentuk kampanye rebranding ini, yaitu, “BOOM Esports, Where Champions Are Made”.

Selama ini, BOOM Esports menjadi salah satu organisasi esports yang secara konstan fokus mengembangkan pemainnya, terlepas dari hasil yang didapat. Bentuk nyata hal ini adalah roster Dota 2 BOOM Esports yang stabil, dan sangat jarang berganti pemain.

Sumber: Youtube BOOM Esports
Sumber: Youtube BOOM Esports

Bahkan sepanjang musim DPC 2018-2019 BOOM Esports hampir bisa dibilang bertahan dengan satu jajaran roster saja, yang berhasil membawa mereka ke berbagai kompetisi DPC Minor. Terakhir kali, badai roster shuffle pasca TI akhirnya tidak tertahankan, Tri “Jhocam” Kuncoro terpaksa pergi meninggalkan BOOM dan Muhammad “InYourDream” Rizky kembali masuk ke dalam tim.

“Perubahan nama dari BOOM.ID menjadi BOOM Esports sebenarnya merupakan usaha kami menyelaraskan brand dengan visi dan tujuan kami, yaitu menjadi tim nomor 1, bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia.” ujar Marzarian “Ojan” Sahita, selaku General Manager BOOM Esports.

“Kalau soal logo, memang logonya sengaja dibuat lebih tegas, untuk menggambarkan keyakinan akan nilai dan culture yang sudah terbentuk dari pengalaman BOOM selama ini. Sementara sang Serigala, ikon BOOM, yang kini menghadap tepat ke depan merupakan simbol kesiapan kami menghadapi berbagai macam halangan dan rintangan dengan tanpa ragu.” Ojan lanjut menjelaskan.

Selain soal logo dan nama, jargon baru yang digaungkan juga menjadi menarik dibahas. Dengan menyebut BOOM Esports sebagai tempat “Where Champions Are Made”, cukup penasaran dengan usaha BOOM dalam menciptakan talenta yang siap bersaing menjadi juara.

“Slogan atau jargon Where Champions Made adalah nilai yang dipercaya BOOM Esports bahwa proses adalah sesuatu yang patut dihargai, karena kami percaya proses yang baik akan mengantarkan kami pada hasil yang baik pula.” Ojan menjelaskan soal jargon terbaru BOOM Esports.

“Agar jargon ini tidak jadi sekadar ucapan belaka, ada beberapa hal yang kami lakukan. Di antaranya adalah meningkatkan fasilitas dan infrastruktur untuk para pemain, memperhatikan metode pelatihan untuk para pemain, dan memperhatikan mentalitas pemain dengan mendatangkan psikolog serta pelatih mental.” Ojan menjelaskan lebih lanjut.

Momen rebranding tentu menjadi waktu yang tepat bagi tim untuk melakukan rekonsiliasi di dalam tubuh organisasi. Jargon baru yang digaungkan juga dapat menjadi pengingat inspiratif bagi pemain, manajemen, ataupun para fans, tentang pentingnya proses yang baik, daripada sekadar ingin dapat hasil yang instan saja.