Roster Counter-Strike Natus Vincere akan Beradu dalam Showmatch Boomers vs Zoomers

Dalam beberapa waktu lagi kita akan disuguhkan pertandingan roster Counter-Strike melegenda dari organisasi esports Natus Vincere. Roster Counter-Strike di tahun 2010 dan tahun 2020 akan saling bertarung dalam showmatch bertajuk Boomers versus Zoomers.

Kedua roster tersebut pernah mencatatkan nama Natus Vincere sebagai tim terbaik di puncak gelaran turnamen global Counter-Strike 1.6 dan Counter-Strike: Global Offensive. Bersamaan dengan dukungan sponsor dari tim Natus Vincere, 1XBET, dan jeda di antara turnamen CS:GO maka pertandingan Boomers versus Zoomers akan digelar di 1 Agustus 2020.

Menilik sejarah Natus Vincere, tahun 2010 adalah tahun keemasan bagi divisi Counter-Strike 1.6 mereka. Ketika bertanding di penghujung masa Counter-Strike 1.6,  Natus Vincere tercatat menyapu bersih seluruh gelaran Major yang diadakan.

Secara umum komunitas penggemar Counter-Strike akan setuju mengingat roster Natus Vincere di 2010 sebagai sebuah legenda. Roster yang sepenuhnya terdiri pro player asal Ukraina membuat perhatian dunia Counter-Strike tertuju pada region CIS.

Sayangnya, entah apa yang terjadi saat CS:GO melanda. Roster Counter-Strike tim Natus Vincere seolah kehilangan momentum di lingkungan game yang baru dan berjalan dengan sedikit terseok-seok.

Sedangkan dengan roster CS:GO tahun 2020, Natus Vincere seolah berhasil mendapatkan generasi emas kedua setelah roster 2010. Dengan bergabungnya Ilya “Perfecto” Zalutskiy ke dalam tim, Natus Vincere membangun momentum untuk dapat bersaing di kancah CS:GO global.

Selepas tahun 2016 sampai 2019 divisi Counter-Strike Natus Vincere seolah luntur kekuatannya. Memasuki tahun 2020, puncak pembuktian roster 2020 adalah ketika mereka bisa unggul dan menanag atas tim G2 di gelaran Intel Extreme Masters XIV.

Deretan map yang akan dipertandingkan di Counter-Strike 1.6 dan Counter-Strike: Global Offensive adalah: Train, Inferno dan secara berturut-turut Tuscan dan Dust 2.

via: NaVi.gg
via: NaVi.gg

Na`Vi CS 1.6 2010:

  • Danylo “Zeus” Teslenko
  • Yegor “markeloff” Markelov
  • Ioann “Edward” Sukhariev
  • Arseniy “ceh9” Trynozhenko
  • Sergey “starix” Ischuk

Na`Vi CS:GO 2020:

  • Egor “flamie” Vasilev
  • Oleksandr “s1mple” Kostyliev
  • Denis “electronic” Sharipov
  • Kirill “Boombl4” Mikhailov
  • Ilya “Perfecto” Zalutskiy

Dengan bertemunya kedua roster Natus Vincere dalam Boomers versus Zoomers, maka kita akan menyaksikan salah satu generasi terbaik dari esports Counter-Strike yang akan saling menguji, apakah skill permainan mereka tetap relevan. Melalui showmatch ini juga akan menunjukkan siapa saja pro player yang bisa bermain lebih baik di Counter-Strike 1.6 maupun Counter-Strike Global Offensive.

Divisi CS:GO BOOM Esports Resmi Merekrut João “Snowzin” Vinicius Menjadi Anggota Ke-6

Seperti info yang dilansir dari laman media sosial milik BOOM Esports, João “Snowzin” Vinicius resmi menjadi anggota terbaru bagi roster divisi CS:GO BOOM Esports. Player yang masih berumur 13 tahun berhasil mengundang perhatian dari pro player kawakan di tim BOOM Esports.

Nantinya Snowzin akan turut berlaga di kejuaraan Gamers Club Masters V menghadapi deretan tim terbaik dari region Amerika Selatan. Mneurut catatan, sampai sejauh ini BOOM Esports adalah kandidat kuat untuk mendapatkan slot berlaga di turnamen Major CS:GO ESL One: Rio 2020 setelah berhasil mengatongi 1600 poin RMR dengan memenangkan kejuaraan ESL One Road to Rio 2020 di bulan April 2020.

via: HLTV
via: HLTV

Mengingat usia João “Snowzin” Vinicius yang masih 13 tahun, maka bisa saja hal ini menjadi rekor pemain termuda yang bergabung ke dalam tim profesional CS:GO. Dari segi kemampuan, Snowzin cukup menjadi sorotan ketika secara rutin Snowzin melakukan livestreaming.

Awal perkenalan Snowzin dengan CS:GO adalah karena melihat pamannya bermain game yang sama. Sampai saat ini snowzin menyampaikan bahwa ia sudah memainkan CS:GO selama 3 tahun terakhir.

Snowzin merasa bangga bisa bertanding bersama dan menjadi bagian dari salah satu tim CS:GO terbaik di Amerika Selatan. Snowzin percaya bahwa dedikasinya selama ini menjadi terbayarkan dengan datangnya kesempatan bergabung dengan tim BOOM Esports.

Adapun gelaran turnamen ESL One: Rio 2020 adalah gelaran pemuncak untuk sirkuit CS:GO secara global. Sampai saat ini belum ada kepastian apakah ESL One: Rio 2020 akan diadakan secara offline atau sepenuhnya berpindah secara online di bulan November 2020 mendatang. Jika BOOM Esports bisa menjaga performa yang konsisten sampai dengan gelaran turnamen perebutan RMR terakhir maka secara tidak langsung organisasi esports asal Indonesia berhasil sampai dan berlaga di puncak turnamen CS:GO global.

https://twitter.com/boomesportsid/status/1285605922136633345?s=20

Kembali kepada Snowzin, dengan usia yang terbilang masih muda, masih sangat mungkin Snowzin dapat berkembang lebih pesat lagi sebagai pro player CS:GO. Esports saat ini memang perlahan sudah diterima lebih baik dan kerap kali muncul pemain berbakat sejak remaja.

Cerita yang mirip juga pernah ada di skena CS:GO tanah air dengan kehadiran Jason “f0rsakeN” Susanto. Kelihaian f0rsakeN bermain CS:GO bisa saja terkait erat dengan kakaknya yang sudah terlebih dahulu menjadi pro player CS:GO di kancah internasional. Tercatat sampai saat ini f0rsaken adalah atlet esports CS:GO yang masih muda dan berbakat yang kini tengah membela tim JMT dan aktif di region Asia.

Tim TYLOO Keluar sebagai Jawara Perfect World Asia League Summer 2020

Akhir pekan yang lalu tim Tyloo asal Tiongkok memenangkan gelaran turnamen Perfect World Asia League Summer 2020. Dengan kemenangan yang diraih, tim TYLOO berhak atas 2000 poin RMR yang memperbesar peluang mereka untuk turut serta di gelaran turnamen Rio Major di bulan November 2020 mendatang.

Sebelumnya tim TYLOO sudah memperoleh 1500 poin RMR melalui turnamen ESL One: Road to Rio region Asia. Pada gelaran tersebut tim TYLOO harus puas menduduki posisi kedua di bawah tim TIGER asal Mongolia. Sampai saat ini tim TYLOO menjadi pengumpul RMR terbanyak di region Asia dengan keunggulan 400 poin di atas tim ViCi Gaming.

Di babak final, tim TYLOO kembali bertemu Invictus Gaming. Berdasarkan hasil fase round robin sebelumnya, hanya tim Invicitus Gaming yang bisa menjadi lawan yang sebanding bagi tim TYLOO dan berhasil menang.

Invictus Gaming VS TYLOO | via: YouTube
Invictus Gaming VS TYLOO | via: YouTube

Map pertama di babak final adalah Vertigo pilihan tim TYLOO. Meskipun demikian, justru tim Invictus Gaming bisa tampil menekan tim TYLOO di awal permainan. Pada round ke-11 momentum berpindah ke tim TYLOO yang tampil membalas sebelum halftime. Setelah jeda halftime terlihat tim Invictus Gaming lebih lengah dan merugi secara ekonomi dengan kehilangan 4 round secara beuntun. Akhirnya kemenangan di map pertama mejadi milik tim TYLOO dengan skor 16-14.

Setelah jeda, laga babak final kembali dilanjutkan di map Mirage yang dipilih oleh tim Invictus Gaming. Sekalipun dengan ketertinggalan 5 round tidak menyurutkan perlawanan dari tim Invictus Gaming. Permainan dengan rotasi yang disiplin bisa dipertahankan oleh tim Invictus Gaming dan mengamankan kemenangan mereka di map kedua dengan skor 16-12.

Akhirnya dengan hasil imbang, map ketiga akan menjadi penentuan jawara gelaran turnamen Perfect World Asia League Summer 2020. Tanpa menunggu lama tim TYLOO berusaha tampil menekan di awal-awal, namun permainan justru dapat dikuasai oleh tim Invictus Gaming sampai bertukar side di halftime. Setelah halftime justru sekarang tim Invictus Gaming dibuat tidak dapat berkutik dan harus mengakui ketangguhan tim TYLOO dengan skor akhir 16-11.

Dengan performa solid dan jumlah poin RMR yang dimiliki saat ini, tim TYLOO masih berpeluang besar mendapatkan direct invitation slot menuju gelaran turnamen Rio Major di bulan November 2020 mendantang. Tim TYLOO tidak menunjukkan penurunan kualitas permainan sekalipun selepas kepergian Hansel “BnTeT” Ferdinand ke tim lain. Di tahun ini hanya tersisi satu gelaran turnamen lagi untuk memperebutkan poin RMR dan menentukan tim terbaik dari region Asia untuk berlaga di turnamen Rio Major 2020 mendatang.

CGA dan 5EPlay akan Menghelat Turnamen CS:GO FunSpark ULTI 2020 di Tiongkok

Baru-baru ini 2 esports organizer asal negeri tirai bambu mengumumkan kerja sama dan akan menghelat turnamen CS:GO berskala global bertajuk FunSpark ULTI 2020. CGA dan 5eplay adalah dua esports organizer kenamaan yang sudah berpengalaman menjalankan turnamen CS:GO berskala besar di region Tiongkok.

FunSpark ULTI 2020 akan menjadi salah satu proyek ambisius Tiongkok dan  membuka diri kembali bagi kompetisi CS:GO berskala global. Adapun gelaran turnamen FunSpark ULTI 2020 akan menawarkan hadiah sebesar 300.000 Dolar Amerika.

Sekalipun direncanakan akan dihelat secara offline di tanggal 1-6 Desember tahun ini, kemungkinan besar gelaran turnamen akan mengalami pernundaan ke awal tahun 2021. Berdasarkan arahan dari otoritas pemerintah Tiongkok, segala bentuk turnamen olahraga, termasuk juga esports yang dijadwalkan sampai akhir tahun 2020 terancam diundur atau harus dibatalkan. Kemungkinan besar akan ada pergantian format turnamen dan pertandingan akan dilangsungkan secara online sepenuhnya.

via: HLTV
via: HLTV

Perwakilan CGA memberikan pernyataannya kepada HLTV “kami akan melangsungkan event LAN kembali jika Tiongkok sudah aman dan bisa kedatangan pemain dari luar negeri.”

Babak utama turnamen FunSpark ULTI 2020 akan terdiri dari 8 slot. Dari 4 tim yang akan mendapatkan direct invitation, tim FURIA asal Brazil dan tim TYLOO dari Tiongkok adalah 2 tim pertama yang dikonfirmasi menerima direct invite.

Secara berturut-turut closed qualifier di region Amerika dan Asia akan saling memperebutkan hanya 1 slot dari masing-masing region. Hanya closed qualifier di region Eropa saja yang bisa mengirimkan 2 tim. Nantinya masih akan menyusul 2 tim lagi yang akan diumumkan mendapatkan direct invitation.

Berikut adalah daftar tim region Asia yang akan berlaga di fase closed qualifier FunSpark ULTI 2020:

BTRG
Invictus
Beyond
D13
Zero.TSG
Bren
HZ
Mazaalai
JiJieHao
TIGER
OneThree
JMT
Lynn Vision
ViCi
Open qualifier

Berdasarkan daftar tim di atas, masih bisa kita saksikan permainan dari pro player CS:GO Indonesia yang tersebar di beberapa tim di region Asia. Tercatat sampai saat ini ada Kevin “xccurate” Susanto dan Kevin “Eeyore” Gunawan yang bermain di bawah bendera tim BTRG. Tidak lupa juga akan pro player berbakat Jason “f0rsakeN Susanto dari tim JMT yang namanya baru terdengar di skena CS:GO Asia.

 

Klub Sepak Bola Argentina Umumkan Roster CS:GO

Walau olahraga tradisional tidak bisa dibilangnya sepenuhnya serupa dengan esports, namun tak bisa dipungkiri keduanya punya semangat yang sama, semangat berkompetisi. Tapi, satu yang mungkin tak bisa dipungkiri adalah bahwa tim olahraga juga mengejar khalayak esports demi melebarkan jangkauan mereka.

Satu yang aktif terlihat adalah klub sepak bola asal Prancis, Paris Saint-Germain (PSG), yang sempat bekerja sama dengan RRQ di tahun 2019 lalu, dan baru-baru ini berkolaborasi dengan Talon Esports untuk masuk liga LoL Asia Pasifik. Tetapi, kisah hubungan erat antara klub sepak bola dan esports bukan hanya milik PSG semata. Baru-baru ini, juga ada klub sepak bola Amerika Latin yang mengumumkan divisi CS:GO.

Klub tersebut adalah River Plate, salah satu tim sepak bola Amerika Latin ternama yang berasal dari Argentina. Secara pemain, divisi CS:GO River Plate memang tidak mengambil pemain yang namanya sudah termasyhur secara internasional. Kebanyakan pemain mereka berasal dari kancah lokal Argentina. Roster pertama mereka adalah Ezequiel Palmero (KUN), pemain muda berusia 22 tahun asal Argentina.

Mengutip dari HLTV.org, KUN sudah diincar oleh River Plate sejak awal lama. Namun demikian, negosiasi tidak berjalan lancar. Semuanya berubah ketika KUN dibangkucadangkan pada tim sebelumnya, Coscu Army. Dari sana, sedikit demi sedikit roster terbentuk. KUN mengajak mantan rekan satu timnya, yaitu Ariel Ramirez (arieldidi) dan Mariano Santa Maria (MRN1), yang sedang dalam posisi free agent setelah meninggalkan tim Hawks.

Mereka lalu merekrut pemain dengan status free agent lain, Thomas Navales (christopher). Baru setelah itu skuad tersebut dilengkapi dengan Guido Romano (guidimon). Sebagai pelengkap terakhir, Hugo Caceres (rew4z) hadir sebagai pelatih.

Dengan roster ini, River Plate akan bertanding di beberapa kompetisi, yaitu Aorus League, FiRe League, Logitech G Challenge 2020, Argentina Game Show, dan La Liga Pro Trust.

Ini bukan kali pertama bagi River Plate terjun ke dalam ekosistem esports. Pada 21 Desember 2019 kemarin, Liga Master Flow, kompetisi League of Legends terbesar di Argentina, sudah mengumumkan kehadiran River Plate di dalam ke dalam kompetisi; yang diikuti oleh pengumuman resmi dari klub River Plate pada 16 Januari 2020.

https://twitter.com/RiverPlateGames/status/1217627789840592897

Menarik jika melihat bagaimana klub sepak bola kini semakin tidak ragu untuk masuk ke dalam ekosistem esports. Melihat potensi bisnis esports yang menggiurkan, mungkin di masa depan akan ada lebih banyak lagi klub olahraga profesional ikut terjun ke dalam ekosistem esports.

Tips Aiming FPS di PC: Grip Style, Aim Style, Latihan, sampai Cara Pilih Mouse

First-Person Shooter adalah sebuah genre game tembak menembak dari sudut pandang orang pertama. Genre ini menawarkan pengalaman yang imersif, karena Anda seperti dibawa masuk ke dalam dunia game tersebut

Seiring perkembangan zaman dan teknologi, genre ini mengalami pergeseran. Berawal sebagai game single-player, kini kebanyakan FPS seperti Counter-Strike jadi game multiplayer yang fokus pada aspek kompetitif. Dalam ranah single-player, game FPS masih bisa dimainkan secara santai. Lawannya hanya AI, yang kemampuannya ditentukan oleh tingkat difficulty.

Dalam ranah multiplayer? Jangan harap kata ada ampun. Lawan Anda adalah pemain lain yang tidak peduli siapapun lawannya, akan tetap bermain semaksimal kemampuan mereka. Jika lawan sangat jago, bisa jadi Anda sudah wafat sebelum sempat melihat bentuk karakter musuh.

Perasaan menghadapi lawan seperti itu tentu mengintimidasi. Ini mungkin juga menjadi alasan, kenapa beberapa orang patah arang saat main FPS kompetitif. Tapi hal ini juga jadi alasan kenapa beberapa orang ketagihan, karena adrenalin saat bertanding dan kepuasan ketika berhasil menjadi lebih baik dari pemain lain. Apalagi ditambah dengan perkembangan esports dari waktu ke waktu, membuat mengejar skill bermain juga kian kompetitif dari sebelumnya — bahkan buat yang tidak berencana terjun ke skena profesional.

Game kompetitif FPS memang mengintimidasi, tapi di sisi lain juga memancing adrenalin kompetisi. Sumber: win.gg
Game kompetitif FPS memang mengintimidasi, tapi di sisi lain juga memancing adrenalin kompetisi. Sumber: win.gg

Jika Anda sudah terjerumus, dan merasa tidak ada perkembangan dari segi kemampuan aim, jangan khawatir, banyak orang mungkin merasakan perasaan serupa. Kesalahannya mungkin bukan dari Anda, bukan juga dari hardware yang Anda miliki. Bisa jadi kesalahannya adalah dari cara Anda melatih diri.

Sebelum menuju ke pembahasan, mungkin ada baiknya saya menjelaskan lebih dulu bagaimana proses saya jadi menyukai game FPS kompetitif. Jujur saya mengakui, saya bukan yang terbaik di dalam game FPS. Seringkali saya luput dalam adu bidik, yang juga membuat saya kesal dan frustasi. Saya justru baru menekuni FPS beberapa saat setelah Playerunknown’s Battleground hadir di Steam (sekitar tahun 2017-an).

Namun sejak saat itu saya ketagihan belajar untuk menjadi lebih baik dalam game FPS kompetitif, karena ada rasa kepuasan tersendiri ketika menang adu bidik, dan supaya tidak diledeki potato aim oleh sesama gamers… Hehe. Ditambah lagi, belakangan saya juga sedang keranjingan game FPS di PC (Ya benar, VALORANT), yang membuat saya jadi kembali kepada proses ketagihan belajar menjadi lebih baik.

Jadi dalam artikel ini, saya mencoba membagikan beberapa pengetahuan seputar cara menjadi lebih baik dalam bermain game FPS. Informasi ini saya rangkum dari berbagai sumber, dikombinasikan dengan pengalaman saya sendiri. Agar memudahkan Anda, saya juga mengurutkan hal-hal yang perlu Anda ketahui dari yang paling mendasar hingga tingkat lanjutan. Tanpa bermaksud menggurui, mari kita sama sama belajar, dan semoga artikel ini dapat menjadi lahan sama belajar bersama.

Pilih Cara Ternyaman Untuk Pegang dan Gerakkan Mouse

Satu salah kaprah yang sering terjadi saat main game FPS kompetitif adalah, menyalahkan aim yang buruk kepada pengaturan sensitivitas, pemilihan mouse, mousepad, dan segala tetek bengek hardware lainnya. Padahal aim yang buruk adalah salah diri Anda sendiri, ya betul, ANDA SENDIRI.

Ini mungkin kenyataan pahit, namun jadi kenyataan yang harus Anda diterima untuk menjadi lebih baik. Karena menurut saya, faktor terbesar dalam kemampuan aiming game FPS datang dari kemampuan motorik tangan dalam memegang dan menggerakan mouse serta koordinasinya dengan mata Anda. Baru sebagian kecil lainnya datang dari pemilihan mouse, monitor, mousepad, pengaturan DPI, sensitivitas in-game, crosshair, dan lain sebagainya.

Maka dari itu, untuk pertama-tama latih dan biasakan motorik otot tangan Anda dalam memegang dan mengendalikan mouse komputer terlebih dahulu. Seperti saat ingin memegang tangan gebetan, Anda harus kenalan terlebih dulu… Eh, maksudnya kenali cara memegang mouse. Teknik memegang dan mengendalikan mouse disebut juga sebagai Grip Style dan Aiming Style.

Grip Style dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Palm Grip, Fingertip Grip, dan Claw Grip. Palm Grip artinya memegang mouse dengan seluruh telapak tangan Anda. Fingtertip Grip artinya memegang mouse hanya dengan ujung jari saja. Sementara Claw Grip gabungan antar keduanya, telapak Anda tetap menempel pada mouse, namun jari Anda menekuk dan hanya menyisakan ujung jari di tombol klik kiri dan kanan.

Selanjutnya, Aiming Style adalah cara Anda mengendalikan mouse untuk menarget musuh. Secara umum, ada dua gaya membidik, yaitu Arm Style dan Wrist Style. Arm Style artinya menggerakan mouse dengan seluruh bagian lengan Anda. Sementara Wrist Style artinya menggerakan mouse hanya dengan pergelangan tangan.

Masing-masing Grip dan Aiming Style punya fungsinya masing-masing. Mengutip dari pembahasan Cnet, Palm Grip bisa dikatakan menjadi cara memegang mouse yang paling umum dan tidak hanya digunakan untuk bermain game saja. Cara memegang ini biasanya dikombinasikan dengan Arm Aiming Style. Dengan kombinasi ini, Anda mengibaratkan mouse sebagai perpanjangan tangan Anda. Kombinasi Palm Grip dengan Arm Aiming cenderung membuat pergerakan Anda lebih lambat, namun memberikan Anda presisi bidikan yang lebih tajam dalam menggerakan mouse.

Lalu selanjutnya ada Claw dan Fingertip Grip yang keduanya bisa dibilang mirip-mirip. Dua Grip Style tersebut biasanya dikombinasikan dengan Wrist Aiming Style, karena gaya yang satu ini lebih mengutamakan kecepatan daripada akurasi. Claw Grip dan Wrist Aiming Style memungkinkan Anda untuk mengarahkan kursor dari satu titik ke titik lain dengan sangat cepat, namun kelemahannya adalah gaya ini terbatas kepada sudut gerak pergelangan tangan manusia.

Setelah memahami jenis-jenis Grip dan Aiming Style, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mencari yang ternyaman. Jadikan apa yang saya jelaskan sebagai panduan saja. Jika Anda punya Grip dan Aiming Style sendiri yang lebih nyaman bagi tangan Anda, gunakan saja gaya tersebut, lalu biasakan sampai menjadi Muscle Memory (ini akan saya bahas pada sub-bagian selanjutnya). Tapi, jika tangan Anda menjadi sakit, dan kemampuan membidik Anda tidak berkembang, tidak ada salahnya untuk mencoba contoh gerakan yang ada di atas.

Sebagai tambahan informasi, selain dari segi karakteristiknya, Wrist dan Arm Aiming Style juga punya dampak tersendiri terhadap otot tangan Anda. Keduanya sama-sama punya risiko cedera, karena gerakan yang dilakukan pemain FPS cenderung repetitif, dalam durasi yang lama.

Namun Wrist Aiming, terbilang punya risiko cedera yang lebih besar. Wrist Aiming dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit Carpal Tunnel Syndrome. Penyakit yang umum terjadi di kalangan para gamers ini dapat menyebabkan telapak tangan Anda mati rasa, dan sangat sakit ketika digerakkan. Maka dari itu, melakukan peregangan pada pergelangan tangan, menggerakkan pergelangan tangan setiap satu sesi permainan, jadi hal-hal yang tak kalah penting untuk Anda lakukan, untuk mengurangi risiko cedera.

Setelah memahami bagaimana cara memegang dan mengendalikan mouse. Tahap berikutnya adalah melakukan pembiasaan.

Latih Kordinasi Mata-Tangan dan Bangun Kemampuan Muscle Memory

Setelah menemukan Grip dan Aiming Style ternyaman, selanjutnya adalah melatih koordinasi mata dan tangan agar sinkron. Secara teori, latihan ini mirip seperti latihan mengoper bola bagi pemain sepak bola. Hal ini perlu dilakukan setiap hari, karena mungkin seorang Cristiano Ronaldo sekalipun pernah mengalami masa, ketika tendangannya tidak tepat sasaran gara-gara koordinasi mata dengan otot motorik yang tidak sinkron.

Maka dari itu, pada fase ini, Anda harus betah melakukan tindakan-tindakan yang repetitif. Apa fungsi latihan ini? Kenapa saya harus mengulang-ulang gerakan untuk menjadi lebih baik? Jawabannya adalah untuk membangun Muscle Memory.

Apa itu Muscle Memory? Daripada terlalu njelimet menjelaskan soal Myelin dan istilah neuroscience lainnya, lebih baik saya jelaskan pakai menggunakan analogi saja. Analogi paling sederhana untuk memahami konsep Muscle Memory adalah seperti Anda belajar mengendarai sepeda.

Awal menaiki sepeda, badan Anda pasti terasa limbung. Jangankan jalan, menyeimbangkan sepeda saja sudah sulit. Anda akan sering jatuh awalnya, tapi semakin lama, dan sering bersepeda, kegiatan ini jadi semakin terasa natural, seperti berjalan kaki. Bahkan Anda mungkin bisa bisa melakukannya dengan mata tertutup (jangan dilakukan ya, bahaya), atau tanpa tangan.

Maka dari itu Ada beberapa aplikasi yang bisa membantu Anda membiasakan koordinasi mata-tangan. Salah satunya adalah rhythm game osu! Oke, Anda boleh mulai tertawakan saya karena menggunakan osu! Untuk latihan aiming. Tapi aplikasi ini menjadi satu-satunya lahan saya membiasakan koordinasi mata-tangan dalam mengendalikan mouse, ketika saya bermain PUBG (Steam) di tahun 2017; yang bukan cuma tidak punya training mode tapi juga laggy dan memiliki pengalaman bermain yang buruk ketika itu.

Penggunaan osu! sebagai sarana latihan aim memang menjadi perdebatan sendiri di komunitas game FPS. Alasannya sederhana, karena osu! adalah game 2 dimensi, sementara game FPS bersifat 3 dimensi. Hal ini bahkan menjadi pembahasan tersendiri di forum osu! karena ada seorang pemain yang menanyakan soal lagu osu! terbaik untuk melatih aim.

Saya sedikit setuju dengan pendapat tersebut. Namun menurut saya, tujuan bermain osu! Memang bukan untuk melatih aiming pada game FPS yang dimainkan (CS:GO, Overwatch, PUBG, VALORANT atau apapun), melainkan untuk membiasakan Grip dan Aiming Style yang Anda gunakan, juga untuk mengukur seberapa jauh gerakan tangan yang Anda butuhkan untuk klik satu target ke target lain.

Kembali pada analogi sepeda, memang benar adanya bermain sepeda di jalan landai tidak akan membantu Anda menjadi mahir melakukan trik sepeda BMX. Tapi pada awalnya, Anda tetap harus bisa mengendarai sepeda terlebih dahulu bukan? Maka dari itu, menurut saya latihan di osu! Jadi cara yang paling mendasar, untuk membangun skill mentah dalam aiming, seperti Anda belajar mengendarai sepeda sampai bisa jalan terlebih dahulu.

Selain osu!, ada juga alat untuk berlatih aim berbasis web yang bernama Aimbooster. Dalam Aimbooster, tugas Anda sederhana. Klik target yang muncul di layar satu per satu. Awalnya target muncul secara satu per satu dalam jeda waktu yang lambat. Lama-lama target akan muncul semakin cepat, yang memaksa Anda untuk menggerakan mouse dan merespon lebih cepat lagi. Tidak percaya akan keguanaan Aimbooster? Shroud menggunakan alat latihan ini juga lho.

Oke setelah OSU! dan Aimbooster lalu apa? Anda bisa mulai transfer kebiasaan Grip dan Aiming Style yang dilakukan ke dalam game yang Anda mainkan. Game FPS modern biasanya sudah menyediakan ruang latihan mereka tersendiri, Sementara pada CS:GO Anda bisa mengunduh map latihan buatan komunitas. Maka dari itu, mari kita berlanjut ke tahap latihan berikutnya.

Pelajari Mekanik Game FPS yang Anda Mainkan

Berlatih menggunakan in-game Training Mode sengaja saya masukkan ke dalam tahap ketiga. Kenapa? Karena menurut saya, pada tahap ini yang perlu Anda pelajari bukan cuma cara membidik, tetapi juga termasuk mekanik game yang Anda mainkan.

Apa maksudnya mekanik? Yang paling mendasar dari game FPS adalah Recoil Pattern. Seperti tembakan di dunia nyata, tembakan di game FPS juga patuh pada hukum fisika. Artinya senapan akan terpental ke atas pada saat Anda menembak secara berentet dengan senjata otomatis. Dalam game FPS kompetitif, pentalan atau recoil senapan biasanya memiliki pola.

Maka dari itu, guna dari latihan dengan menggunakan in-game Training Mode adalah untuk membiasakan Grip dan Aim Style anda dengan mekanik internal yang ada di dalam game. Dalam kasus VALORANT, yang saya lakukan adalah menembak secara otomatis, lalu membiarkan senapan tersebut terpental secara alamiah. Dari sana Anda bisa memahami, bagaimana pola recoil dari sebuah senapan, ke mana dia akan terpental, dan pada titik mana pantulannya akan berhenti.

Memahami Recoil Pattern akan membantu tembakan Anda tetap tepat sasaran, walau Anda menembak berentet dengan senapan otomatis. Sebagai contoh, recoil senjata Vandal di VALORANT. Recoil senjata tersebut akan melompat cukup signifikan pada peluru ketiga atau keempat. Jika Anda paham polanya, maka Anda jadi bisa siap-siap menarik mouse dari kepala ke kaki agar peluru dari senapan tetap mengenai badan atau kepala, dan menghasilkan damage yang maksimal.

Jujur saya sendiri sebenarnya tidak begitu rajin mencoba recoil semua senjata satu per satu di mode training. Malah awal main, saya langsung turun lapangan di matchmaking…Hehe. Tapi untuk Anda yang benar-benar serius, Anda harus lebih rajin mempelajari satu per satu elemen permainan, apalagi jika ingin terjun ke ranah esports FPS.

Setelah recoil, baru Anda mempelajari mekanik lanjutan game FPS yang Anda mainkan. Selain aiming, kemampuan spasial jadi kemampuan lain yang perlu Anda pelajari di dalam game FPS. Kemampuan ini sebenarnya di luar dari urusan aiming, tapi jadi hal yang perlu Anda kuasai juga.

Kalau pakai analogi sepak bola, aiming adalah kemampuan mengolah bola paling dasar, dribble, passing, dan shooting. Sementara itu kemampuan spasial adalah kemampuan sang pemain bola memahami setiap sentimeter lapangan, memahami tempat mana yang akan kosong jika ia bergerak ke suatu tempat, dan daerah mana yang cocok untuk diberi umpan terobos.

Dalam game FPS, kemampuan spasial melibatkan pemahaman atas seluk beluk sebuah map dan medan tempat Anda bermain. Cara untuk melatih ini adalah dengan bermain dalam pertandingan sesungguhnya. Tapi satu hal yang perlu jadi catatan adalah, Anda harus fokus, jangan main hanya karena ingin tembak-tembakan saja.

Sebagai contoh saya kembali menggunakan VALORANT. Misal jika Anda ingin mempelajari map Ascent, coba ulang terus satu jalan yang ingin Anda pelajari, sambil melakukan analisis. Misal Anda ingin belajar menyerang B-site, ulang terus jalan Anda lewat B Lobby, sampai Anda hafal arah datangnya ancaman musuh. Memahami lewat permainan jadi cara latihan spasial Micro-Game (apa yang Anda lihat ketika menyerang area B Ascent).

Kemampuan spasial Anda akan semakin lengkap jika Anda bisa memahami Macro-Game (bentuk map secara keseluruhan). Bagian ini bisa Anda pelajari di luar game, entah dengan membaca artikel tips suatu map, menonton video pembahasan map, atau mempelajari map itu sendiri.

Sambil belajar seluk-beluk map dan membentuk kemampuan spasial, Anda juga bisa sambil berlatih Crosshair Placement. Teknik ini merupakan cara meletakkan bidikan agar selalu siap menghadapi musuh. Teknik ini penting untuk dikuasai karena dalam game FPS kompetitif, karena siapa yang menembak lebih dulu dan kena, maka dia adalah pemenangnya. Teknik Crosshair Placement melibatkan beberapa aspek, seperti selalu meletakkan crosshair di area perkiraan kepala musuh berada, selalu membidik ke arah tembok saat memeriksa pojokan, dan juga membidik ke arah di mana musuh biasanya ada.

Seperti melatih kemampuan spasial, teknik Crosshair Placement hanya bisa Anda latih dengan cara terjun langsung ke medan pertarungan. Namun seperti saya bilang sebelumnya, Anda harus main dengan lebih SADAR, bukan sekadar main dan ingin adu mulut saja.

Dalam konteks VALORANT, kemampuan aiming ini juga jadi alasan, kenapa Anda tidak perlu memikirkan siapa Agents yang terbaik. Pada dasarnya VALORANT adalah FPS taktikal, Anda tetap bisa menang walau cuma modal adu tembak saja. Kalau perlu, saat belajar, jangan beli skill saat main. Fokus saja mempelajari map, dan menembak yang benar, tanpa harus terlalu repot memikirkan harus menggunakan skill apa.

Jika Anda sudah melalui tiga tahap di atas, baru kita ke tahap selanjutnya.

Saatnya Khilaf! Pilih Mouse, Mouse pad, dan Monitor Paling Sesuai untuk Anda

Bagian ini sengaja saya letakkan di akhir artikel, karena memang tingkat urgensinya jauh lebih rendah dibanding melatih kemampuan motorik tangan Anda. Ibaratnya sepak bola, masa iya Anda pakai sepatu Nike Mercurial seharga jutaan Rupiah, padahal Anda hanya bermain sepak bola untuk kompetisi tingkat antar-kampung? Ya kalau memang hobi dan punya dana berlebih sih boleh saja, kalau tidak? Latih kemampuan dulu saja deh.

Kalau harus dijelaskan secara terperinci, memilih mouse sebenarnya bisa jadi artikel sendiri karena saya perlu menjelaskan juga soal DPI, Polling Rate, bentuk, dan berat mouse yang tepat bagi Anda. Maka dari itu, pada bagian ini saya hanya akan menjelaskan cara memilih mouse secara singkat saja, berdasarkan karakteristik umumnya.

Bermain FPS kompetitif tentu tidak butuh mouse yang terlihat seperti mimpi buruk saat dipegang dan dikendalikan dalam durasi yang lama ini. Sumber: HowToGeek
Bermain FPS tentu tidak butuh mouse yang terlalu banyak tombol layaknya bermain RPG. Sumber: HowToGeek

Jika mengutip dari howtogeek.com, setidaknya ada tiga jenis mouse yang paling umum. Tiga jenis tersebut adalah Shooter Mouse, yang bentuknya mirip seperti mouse pada umumnya, “MOBA” Mouse yang punya banyak tombol di bagian sisi, dan Ambidextrous Mouse yang bentuknya simetris untuk gamers bertangan kidal.

Saya sendiri cukup setuju dengan artikel tersebut, bahwa mouse dengan bentuk yang minimalis adalah Shooter Mouse. Ini karena, kenyamanan memegang mouse adalah segalanya dalam bermain game FPS. Maka dari itu, Anda tidak perlu gaming mouse yang banyak gimmick, seperti bentuk yang katanya “ergonomis”, atau tombol tambahan yang terlalu banyak. Meski begitu, salah satu yang tak kalah penting juga untuk dipertimbangkan adalah switch yang digunakan untuk klik kiri dan kanan (seperti yang optical switch digunakan Razer Basilisk V2) — karena biasanya mouse gaming cenderung rentan dengan penyakit double click. Kecuali Anda rela membeli mouse gaming baru setiap 3 bulan sekali.

Selanjutnya, kembali lagi kepada bagaimana tipe Grip dan Aiming Style Anda. Jika Anda menggunakan tipe Arm Aiming Style atau tipe Control, maka Anda akan butuh mouse yang sedikit lebih berat. Jika Anda adalah pemain Wrist Aiming Style atau tipe Speed, maka Anda butuh mouse yang ringan, agar tidak terlalu membebani pergelangan tangan Anda.

Pemilihan Mouse Pad juga jadi hal yang tak kalah penting. Jika Anda tipe Control biasanya bisa menggunakan mouse pad dengan permukaan kain. Sementara jika Anda adalah tipe Speed, maka Anda mungkin akan butuh mouse pad dengan permukaan keras atau tipe Hard-Surface. Hal yang juga perlu Anda ketahui adalah, mengganti mouse dan mouse pad berarti harus adaptasi. Jadi jangan khawatir jika setelah mengganti gaming gear, kemampuan Anda jadi sedikit menurun. Juga yang terpenting, kenyamanan tetap jadi hal yang utama.

Selain mouse, jika kemampuan motorik Grip dan Aiming Style sudah terlatih, hal selanjutnya yang perlu Anda pelajari adalah pengaturan sensitivitas di dalam game. Secara umum, pemain Arm Aiming Style biasanya membutuhkan sensitivitas rendah, agar gerakan mouse senada dengan gerakan lengan. Sementara pemain Wrist Aiming Style biasanya membutuhkan sensitivitas tinggi, agar menjadi kompensasi atas sudut gerak pergelangan tangan yang terbatas.

Monitor juga jadi elemen penting lain yang tak kalah penting dalam game FPS. Refresh rate tinggi, seperti yang dimiliki oleh BenQ Zowie XL2746s, sudah jadi elemen wajib. Selain itu yang mungkin juga tak kalah penting adalah kemampuan sang monitor untuk menghasilkan warna. Anda bisa menyimak pembahasan dari techguided.com yang membahas beda panel LCD monitor, mulai dari TN, IPS, dan VA untuk memahami apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing tipe panel. Namun berhubung monitor dengan kemampuan refresh rate 144Hz cenderung lebih mahal, ini mungkin bisa jadi hal paling belakangan untuk dipenuhi, terutama jika budget Anda terbatas.

Apalagi, frame rate suatu game juga ditentukan dari spesifikasi komputer Anda. Kalau spesifikasi komputer Anda masih pas-pasan, membeli monitor dengan kemampuan refresh rate 144Hz sih sebenarnya hanya buang-buang uang saja.

Semoga setelah membaca artikel ini Anda jadi kembali punya tujuan, karena jadi belajar cara latihan yang tepat untuk menjadi lebih jago main game FPS. Saya sendiri pun masih berlatih dan terus berlatih agar jadi lebih jagi main game FPS. Tentu bukan untuk jadi seorang pemain esports. Tapi kalau saya jadi lebih jago, minimal waktu yang saya habiskan untuk bermain VALORANT bisa menjadi konten yang menarik untuk dilihat pemain lainnya… Hahaha.

Eden Esports Adakan Seri Turnamen CS:GO, Total Hadiah Rp5,7 Miliar

Eden Esports, komunitas gaming dan esports asal Malta, akan menyelenggarakan seri turnamen Counter-Strike: Global Offensive yang dinamai Eden Arena: Malta Vibes. Kompetisi ini akan diadakan mulai 30 Juni sampai 6 September 2020. Selama 10 minggu, sebuah turnamen akan diadakan setiap minggu.

Masing-masing turnamen akan menawarkan hadiah sebesar US$40 ribu (sekitar Rp566 juta). Jadi, secara total, Malta Vibes menawarkan total hadiah sebesar US$400 ribu (sekitar Rp5,7 miliar). Selain itu, tim yang menang dalam kompetisi mingguan juga berhak untuk ikut serta dalam bootcamp di Malta secara gratis.

“Tim juara dari kompetisi mingguan akan mendapatkan paket bootcamp di hotel bintang 5 InterContinental Malta. Mereka akan bisa melaksanakan bootcamp tersebut kapanpun selama 1 tahun sejak kompetisi,” tulis Eden Esports, menurut laporan VP Esports.

Dalam setiap turnamen mingguan, akan ada 16 tim CS:GO yang bertanding dengan satu sama lain. Enam belas tim tersebut akan bertanding dalam group stage sebelum masuk ke babak playoff. Di babak playoff, pemenang akan ditentukan berdasarkan format Best-of-Three single-elimination.

Sayangnya, saat ini, belum diketahui daftar tim yang akan berlaga di seri turnamen Malta Vibes. Satu hal yang pasti, tim-tim yang ikut serta akan berasal dari Eropa atau CIS (Commonwealth of Independent States). Kemungkinan, akan ada beberapa tim yang tidak ikut serta dalam Malta Vibes, atau setidaknya, tidak berlaga di semua kompetisi mingguan. Pasalnya, Malta Vibes diselenggarakan bersamaan dengan turnamen cs_summit, yang diadakan pdaa 24 Juni-5 Juli 2020, waktu rehat bagi para pemain, yang berlangsung dari 6 Juli sampai 6 Agustus 2020, dan juga ESL One Cologne, yang diselenggarakan pada 21-30 Agustus 2020. Memang, pandemi virus corona membuat beberapa turnamen CS:GO harus ditunda atau bahkan dibatalkan, seperti ESL One Rio dan Intel Grand Slam.

Menurut laporan The Esports Observer, untuk mengadakan Malta Vibes, Eden Esports bekerja sama dengan GamingMalta, badan nirlaba yang dibuat oleh pemerintah Malta dan Malta Gaming Authority untuk meningkatkan kesadaran para pelaku esports akan keberadaan Malta.

BOOM Esports CS:GO Juarai Gamers Club Redragon Challenge

Beberapa waktu yang lalu BOOM Esports baru saja memenangkan turnamen CS:GO bertajuk Gamers Club Redragon Challenge. Gamers Club adalah tournament organizer yang aktif menyelenggarakan turnamen di skena esports Amerika. Sepanjang jalannya turnamen BOOM Esports mampu menampilkan permainan yang mengesankan dan keluar sebagai pemenang.

Sekalipun sempat harus turun ke lower bracket, BOOM Esports mampu kembali menantang tim Isurus di babak final. Jika memang BOOM Esports tidak memiliki mental juara, mereka bisa saja gagal menjuarai turnamen Gamers Club Redragon Challenge.

via: YouTube
via: YouTube

Kisah tim berjulukan hungry beast di skena CS:GO Amerika bermula dari ekspansi BOOM Esports mengakuisisi roster INTZ. Dinamika dan performa BOOM Esports di region Amerika tampaknya seperti luput dari perhatian kita yang ada di Indonesia.

Meskipun begitu, seiring waktu BOOM Esports CS:GO sanggup memberikan performa yang cukup konsisten. Roster INTZ yang diakuisisi oleh BOOM Esports pada Februari 2020 perlahan mencatatkan kemenangan. Performa yang baik dipengaruhi juga dari chemistry tim yang sudah terbangun baik di bawah pimpinan Gustavo “Yel” Knittel.

Mencermati sepak terjang BOOM Esports CS:GO di skena Amerika, pertemuan dengan tim Isurus asal Argentina, seperti menjadi pertemuan musuh bebuyutan. Mereka kerap kali saling berhadapan  partai final skena kompetitif CS:GO di region Amerika.

Lebih jauh tentang jalannya turnamen, mengawali dua hari pertama, perjalanan BOOM Esports dimulai dari kualifikasi grup D. Dengan skor sempurna BOOM Esports mengalahkan tim DETONA dan tim Cream Real Betis Latam. Dominasi di paruh pertama permainan menjadi pola permainan yang dilancarkan BOOM Esports.

Berlanjut ke babak playoff, di upper bracket, laga dimulai dengan pertemuan melawan tim 9z. Tanpa sanggup berbuat banyak tim 9z dikalahkan nyaris tanpa balas. Keesokan harinya tim paiN Gaming bisa merebut kemenangan di map pertama dari BOOM Esports, tetapi 2 map berikutnya dapat dimenangkan oleh BOOM Esports sekalipun harus melalui fase tie breaker.

Lebih jauh ke upper bracket final, BOOM Esports bertemu dengan tim Isurus. Sayangnya, BOOM Esports kalah telak 2-0 secara berturut-turut di map Inferno dan Mirage. Setelah terdegradasi ke lower bracket, sekali lagi BOOM Esports menghadapi tim paiN Gaming dan melibas sekaligus map Train dan Dust 2.

via: Instagram boomesportsid
via: Instagram boomesportsid

Babak final menjadi puncak keseruan karena pemenang harus ditentukan lewat permainan 4 map secara penuh. Keunggulan di babak final langsung dimiliki oleh tim Isurus karena 1 map advantage. Posisi sulit tidak mengendurkan semangat tim BOOM Esports dan membalas 2 map secara beruntun. Agregat menjadi seimbang selepas map ketiga karena tim Isurus keluar sebagai pemenangnya. Map Inferno yang menjadi penentuan berakhir dengan skor ketat 13-16 bagi kemenangan BOOM Esports.

Dengan kemenangan ini BOOM Esports berhak atas 1 seed pada turnaman tier B, Gamers Club Masters V yang direncanakan digelar di bulan Juli mendatang.

FACEIT dan VISA Luncurkan Program Esports di Rusia

FACEIT dan VISA, baru saja mengumumkan kerja sama untuk mendukung skena esports di Rusia. Kerja sama FACEIT dan VISA sudah pernah dibicarakan keduanya akhir tahun lalu (2019), kali ini dibuktikan melalui penggelontoran dana untuk turnamen CS:GO dan Dota 2.

Mengutip dari penyampaian Niccolo Maisto, Co-Founder & CEO, FACEIT, “kami sangat senang dapat meluncurkan program bersama VISA dan Gazprombank dalam kolaborasi yang pertama di dunia.”

FACEIT bukan sekadar platform tournament management, tetapi juga hadir dan mengedepankan fitur penting seperti anti-cheat, matchmaking, dan stats. Baik untuk casual gamer sampai pro player, sebuah match yang adil adalah hal yang penting. Untuk setiap match yang dilakukan di platform FACEIT, dapat terlihat juga data statistik untuk memantau progres secara mandiri.

FACEIT London Major | via: faceitmajor.com
FACEIT London Major | via: faceitmajor.com

Eksistensi platform turnamen FACEIT sudah tumbuh dan berkembang di komuntas esports internasional hingga komunitas grassroot. Tidak terbatas pada turnamen amatir, FACEIT juga sudah sering dipercaya menjadi platform pendukung turnamen skala besar.

Sedangkan PUBG, CS:GO, dan Dota 2 menjadi deretan game teratas di platform FACEIT dari sisi jumlah pengguna. Berdasarkan data terbaru FACEIT, CS:GO dan Dota2 sudah menembus angka masing-masing 1.300.000 dan 800.000 concurrent players.

FACEIT Dota2 Invitational | via: faceit twitter
FACEIT Dota2 Invitational | via: faceit twitter

Tidak hanya dalam bentuk distribusi prizepool, Gazprombank, yang menjadi rekanan, akan meluncurkan kartu debet khusus edisi esports. Salah satu keunikan dari produknya adalah penggunaan in-game name pada kartu debet Gazprombank.

Berbicara lebih jauh lagi, benefit yang bisa didapatkan antara lain: turnamen eksklusif di berbagai level, in-game item edisi terbatas, dan kemudahan transaksi digital. Adanya kerjasama dengan pihak bank, bisa memberikan jaminan proses transaksi yang lebih nyaman bagi player yang berkompetisi dan memenangkan hadiah uang.

via: ecs.faceit.com
via: ecs.faceit.com

Menurut pengakuan Alexey Popovich, First Vice President dan Board Management Gazprombank, “saya yakin produk ini akan diminati, karena audiens esports di Rusia mencapai 10-12 juta dan diprediksi bertumbuh 20% per tahun.”

Demografi usia muda produktif bisa jadi salah satu pendorong masuknya produk layanan finansial ke dalam industri gaming dan esports. Seiring berjalannya waktu, esports terlihat menjanjikan karena dapat memberikan pemasukan dengan mengikuti kompetisi di berbagai level. Di tengah situasi pandemi, esports seolah menjadi aktivitas olah raga yang menyenangkan dan pilihan yang lebih aman daripada olah raga konvensional.

FaZe Clan Siap Rilis Cinematic Universe di Akhir Tahun 2020

Dalam beberapa waktu terakhir FaZe Clan selalu memberikan gebrakan melalui ekspansi bisnisnya. Berawal dari sekumpulan gamer yang membentuk clan, FaZe Clan kini menjadi ikon yang memberi pengaruh ke kultur gaming di skala global.

Siapa yang mengira kumpulan video trickshot yang diunggah ke YouTube bisa berkembang begitu pesatnya. Rentetan turnamen game FPS di berbagai belahan dunia seakan sudah menjadi langganan bagi siapapun yang tergabung dalam skuad FaZe Clan.

FaZe recruitment challenge |via: fazeclan instagram
FaZe recruitment challenge |via: fazeclan instagram

Tidak cuma berlaga di level kompetitif, FaZe Clan juga menjadi markas bagi gaming personalities. Sekalipun tidak turun dalam kejuaraan, streamer dari FaZe Clan kerap menyajikan konten yang banyak disukai khalayak muda.

Melihat eksistensi FaZe Clan di dunia gaming, mereka seakan berhasil menghilangkan batasan antara gaming dan lifestyle. Misalnya dengan memproduksi berbagai merchandise eksklusif. Melalui produk-produk apparel edisi terbatas, FaZe Clan melancarkan ekspansi ke ranah fashion dan ingin menjadi sebesar merek apparel Supreme.

via: win.gg
via: win.gg

Seakan tidak berpuas diri, FaZe lanjut melakukan ekspansi melalui pembuatan cinematic universe. Dalam pembuatannya FaZe bekerja sama dengan Adam Goodman, pemimpin dari studio konten digital Invisible Narratives. FaZe Clan juga mengajak Andrew Sugarman, sosok produser eksekutif dari serial TV 13 Reasons Why, yang sudah lebih dulu bergabung untuk pengerjaan serial TV bersama FaZe Clan.

Menurut Lee Trink, CEO dari FaZe Clan dalam keterangannya kepada Deadline, “ketika Adam pertama kali menyampaikan ide uniknya untuk menjembatani content creator dan pembuat film, saya tahu dia berbicara tentang hal yang besar.”

Berbicara lebih jauh tentang pemeran dalam FaZe Clan cinematic universe, nantinya akan dibintangi oleh anggota-anggota dari FaZe Clan sendiri. Dengan masuknya sejumlah besar pendanaan akan memungkinkan FaZe Clan membiayai produksinya secara mandiri.

Sedangkan sebagai elemen pendukungnya, soundtrack dari Epic Records akan disuguhkan dalam proyek cinematic universe milik FaZe Clan. Epic Records adalah perusahaan rekaman yang sudah banyak menggawangi musisi terkenal dari genre Pop, Rock, RnB, Hip Hop, dan juga banyak lainnya.

Rencananya proyek FaZe Clan cinematic universe akan dirilis di penghujung tahun 2020. Berbeda dari pemutaran film pada umumnya, secara perdana FaZe Clan cinematic universe akan ditayangkan di bioskop drive in di Los Angeles.