Parrot Luncurkan Versi Profesional Drone Anafi dengan Kamera Thermal

Dua tahun lalu, produsen drone asal Perancis, Parrot, memutuskan untuk berfokus pada segmen drone profesional usai menyaksikan dominasi DJI yang semakin menjadi-jadi di ranah consumer drone. Namun itu bukan berarti Parrot sudah benar-benar menyerah dengan consumer drone. Buktinya, tahun lalu mereka memperkenalkan Anafi.

Berbekal desain lipat dan spesifikasi yang mumpuni, Anafi cukup pantas dipandang sebagai salah satu rival DJI Mavic Air. Namun Parrot rupanya tidak lupa dengan keputusan mereka untuk beralih fokus, hingga akhirnya lahir model drone baru bernama Anafi Thermal.

Parrot Anafi Thermal

Seperti yang bisa kita tebak, ini merupakan Anafi versi profesional atau komersial. Parrot telah menjejalkan sensor thermal FLIR Lepton untuk mendampingi sensor 21 megapixel bikinan Sony yang terpasang pada Anafi. Kehadiran sensor thermal itu memungkinkan Anafi untuk mendeteksi suhu dari -10° sampai 400° C, dengan resolusi 160 x 120 pixel.

Kecil sekali resolusinya? Memang, tapi ingat, itu hanya untuk gambar thermal-nya saja. Yang cukup istimewa, aplikasi pendamping FreeFlight 6 yang dirancang Parrot memungkinkan pengguna Anafi untuk menyatukan gambar thermal dengan jepretan kamera bawaan Anafi sehingga informasi yang didapat jadi lebih mendetail lagi.

Parrot Anafi Thermal

Parrot sengaja tidak mengubah kapabilitas kamera Anafi; video 4K masih mampu ia rekam secara stabil berkat bantuan gimbal 3-axis. Wujudnya pun nyaris identik, terkecuali masing-masing lengan Anafi Thermal yang sedikit lebih ramping, sehingga bobotnya pun 10 gram dibanding versi standarnya.

Kesannya sepele memang, tapi Parrot meyakini pemangkasan bobot ini berhasil meningkatkan daya tahan baterai Anafi Thermal menjadi total 26 menit per charge. Selama mengudara, Anafi Thermal juga mampu bertahan meski diterpa angin sekencang 50 km/jam, sedangkan kecepatan maksimumnya sendiri mencapai angka 55 km/jam.

Yang agak mengejutkan adalah banderol harganya: $1.900, nyaris tiga kali lipat harga Anafi standar, tapi kita juga tak boleh lupa bahwa target pasarnya pun berbeda. Rencananya, Parrot bakal memasarkan Anafi Thermal mulai bulan Mei mendatang.

Sumber: TheVerge via DPReview.

Ryze Tech Umumkan Drone DJI Tello Iron Man Edition

Bagi yang kepincut ingin memiliki sebuah drone sebagai hiburan atau sekedar untuk mainan anak-anak, DJI Tello adalah jawabannya. Pada DJI Official Store di Tokopedia, Tello masih dijual dengan harga normal Rp1.599.000.

Meski di Indonesia disebut DJI Tello, perangkat ini sebenarnya dibuat oleh perusahaan startup asal Tiongkok bernama Ryze Tech. Namun memang menggunakan sistem flight stabilization DJI di dalam Tello dan diotaki oleh VPU (vision processing unit) Intel Movidius Myriad 2.

dji_tello_iron_man_edition_skin-768x428

Nah bila Tello versi standar hanya tersedia dalam balutan warna putih, Ryze Tech telah mengumumkan Tello edisi spesial yaitu Tello Iron Man Edition yang dibanderol dengan harga US$129. Tello pun tampil futuristik dengan dominasi warna merah dan aksen emas ala Super Hero Marvel tersebut.

Untuk spesifikasi dan kemampuan terbang Tello masih sama seperti versi aslinya. Tello hanya bisa mengudara selama 13 menit dengan jangkauan 100 meter, bisa memotret foto 5 MP, dan merekam video 720p.

Meski begitu lewat aplikasi bernama Tello Hero, pengguna bisa berinteraksi dengan ‘Friday’ – asisten AI Tony Stark dari film Marvel untuk menyelesaikan misi dan mempelajari kemampuan drone ini.

Bukan hanya itu saja, Tello Iron Man Edition ini juga mendukung aplikasi Tello EDU, Switch Playground, Python, dan Scratch. Di mana anak-anak bisa memprogram Tello, mulai dari merancang pola terbang tertentu sampai manuver-manuver akrobatik yang lebih kompleks.

Sumber: Slashgear

MetaFly Adalah Drone Unik Bertubuh Serangga

Awalnya dimanfaatkan di bidang militer dan pertahanan, drone kini diasosiasikan oleh banyak orang dengan gadget terbang bertenaga baling-baling untuk mengambil foto atau video dari udara. Drone sebetulnya adalah penyederhanaan dari istilah UAV, yang berarti ‘kendaraan terbang tanpa awak’. Sistem penerbangannya juga tidak selalu mengandalkan rotor dan banyak pihak mencoba memperluas kegunaannya.

Salah satu contoh unik dari drone tanpa baling-baling diajukan inventor asal Perancis belum lama ini. Lewat Kickstarter, desainer Edwin Van Ruymbeke memperkenalkan MetaFly, robot terbang dengan struktur tubuh yang terinspirasi dari makhluk hidup – sebuah proses penciptaan berbasis biomimetic/biomimicry. Ketika mayoritas drone komersial memanfaatkan baling-baling sebagai sistem pendorong utamanya, MetaFly terbang berbekal sepasang sayap.

MetaFly 1

Wujud MetaFly menyerupai perpaduan antara kupu-kupu dan burung, meski sebetulnya, perancangannya berkiblat pada lebah. Ada sayap di tiap sisi tubuhnya, dibantu ekor untuk memberikannya kemampuan bermanuver. Ketika terbentang, drone mempunyai lebar 29cm serta panjang tubuh 19cm. Buntutnya dirancang sedemikian rupa agar MetaFly mudah menikung di udara, serta memungkinnya terbang lebih cepat atau lambat dengan mengubah sudut kemiringan bagian ini. MetaFly bisa melesat di kecepatan maksimal 18km/jam.

Aspek penting yang menjadi perhatian Van Ruymbeke dan tim dalam mendesain MetaFly adalah memastikan bobotnya ringan sehingga tidak membebani sayap serta memungkinkan drone melayang tanpa harus selalu mengepakkan sayapnya. Bagian itu terbuat dari campuran liquid crystal polymer dan serat karbon. Tubuhnya sendiri tersusun atas material plastik lentur sehingga komponen-komponen penting di sana tidak cepat rusak ketika jatuh atau tak sengaja terbentur objek lain. MetaFly punya berat total kurang dari 10-gram.

Hal paling menarik dari drone bersayap ini adalah ia cukup lincah dan akurat untuk terbang di dalam ruangan. Pengendaliannya dilakukan via unit remote control 2-channel, ditenagai oleh dua buah baterai AA dan mampu terhubung ke MetaFly hingga jarak 100-meter. Baterai built-in drone mempersilakannya terbang selama 8-menit, dengan waktu isi ulang 12-menit via power bank 1.500mAh yang sudah disediakan.

Buat sekarang, MetaFly masih belum memiliki kapabilitas fotografi. Kepada DigitalTrends, Van Ruymbeke menjelaskan bahwa kreasinya itu sengaja dibuat agar konsumen dapat merasakan pengalaman terbang yang unik. Perangkat saat ini sudah bisa dipesan di Kickstarter, dapat Anda miliki dengan mengeluarkan uang € 70 (atau kisaran US$ 78P. Kampanye crowdfunding MetaFly sangat sukses, produk rencananya akan mulai didistribusikan pada bulan September 2019.

Drone Bantu Polisi Kalifornia Tangkap Pelaku Kejahatan

Dengan tersedianya beragam jenis produk berteknologi canggih, meningkat pula resiko keamanan. Kira-kira dua tahun silam, Jepang diusik oleh aktivitas drone ilegal. Insiden jadi bertambah serius ketika sebuah drone diduga mencoba memata-matai kediaman perdana menteri Shinzo Abe. Sebagai responsnya, pihak kepolisian juga menggunakan UAV yang dibekali jaring buat menangkap drone-drone mencurigakan.

Kali ini, teknologi unmanned aerial vehicle juga dimanfaatkan para penegak hukum di kawasan Kalifornia. Departemen Kepolisian Chula Vista belum lama ini diketahui bekerja sama dengan penyedia platform cloud spesialis drone Cape untuk mengembangkan program Drone as a First Response – disingkat DFR. Program ini mengandalkan drone untuk mengidentifikasi para pelaku kejahatan sehingga memudahkan polisi buat melakukan penangkapan.

Sesi tes DFR sudah dijalankan mulai bulan Oktober 2018 silam, bertujuan untuk menguji efektivitas pengolahan data secara real-time dari udara. Kabar gembiranya, tes yang dilakukan kepolisian Chula Vista ternyata sukses. Dalam periode tiga bulan, drone membantu mereka melakukan 20 penangkapan. UAV tersebut telah beroperasi sebanyak 282 kali, dengan waktu terbang total mencapai 62 jam.

Program Drone as a First Response tentu saja masih mengandalkan operator. Kepada Digital Trends, CEO Cape Chris Rittler menjabarkan prosedur pengoperasian DFR. Setelah drone diluncurkan dari atap markas utama CVPD, sang pilot yang berada di pusat kendali segera mengarahkan UAV ke ketinggian yang ideal sehingga keadaan di sekitarnya dapat ditampilkan secara optimal. Tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.

Tanpa ada halangan, drone biasanya tiba di tempat kejadian lebih dulu dari unit darat. Selanjutnya, tim di pusat kendali dapat melakukan proses indentifikasi serta mempertimbangkan apa saja yang perlu diturunkan ke lokasi. Selain itu, para petugas di lapangan bisa mengakses live stream dari kamera drone via smartphone, memberikan mereka pengetahuan secara menyeluruh tentang apa yang tengah terjadi.

Drone

Tentu saja program DFR tidak menggunakan UAV standar. Cape melengkapinya dengan software ‘Aerial Telepresence’, akan diluncurkan jika ada panggilan-panggilan prioritas tinggi dalam radius satu mil dari markas CVPD. Insiden-insiden tersebut di antaranya tindakan kriminal, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan jika ada laporan terkait benda-benda berbahaya.

Di Amerika, respons masyarakat mengenai penggunaan drone dalam penegakan hukum terbilang positif. FAA (Federal Aviation Administration) sendiri berencana buat mulai menyederhanakan regulasi pemakaian drone, demi mendukung pemanfaatannya di ranah keselamatan publik.

DJI Mavic 2 Enterprise Dual Dilengkapi Kamera Termal untuk Misi Penyelamatan

Seri DJI Mavic 2 terus bertambah dengan peresmian model terbaru, Mavic 2 Enterprise Dual. Seri ini merupakan pelengkap dari seri, Mavic 2 Enterprise yang dirilis pada Oktober awal tahun ini. Sejumlah peningkatan sudah barang tentu jadi ekspektasi yang tak berlebihan.

Premis utama dari Mavic 2 Enterprise Dual yang baru adalah bekal seperangkat kamera visual dan termal yang duduk berdampingan. Walhasil, drone mampu terbang sambil mengukur suhu, menyimpan gambar dan data suhu untuk kasus penggunaan industri atau tugas-tugas yang bersifat sensitif dan darurat. Drone bahkan dilengkapi fitur HeatTrack yang secara otomatis melacak objek panas yang terlihat. Fitur yang sangat berguna untuk operasi penyelamatan khususnya menemukan korban hilang yang selamat.

Kemampuan di atas secara khusus memungkinkan pilot Mavic 2 Enterprise Duo untuk mendapatkan tanda-tanda kehidupan dengan menangkap suhu panas yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Kelebihan lainnya, drone juga menawarkan gimbal tiga sumbu yang menambah stabilitas kamera ketika merekam video. Dan karena terintegrasi dengan fitur-fitur DJI yang ada, memungkinkan pengguna untuk terbang dengan mode penerbangan DJI, seperti mode QuickTrack yang memfokuskan kamera pada area yang dipilih. Fitur baru bernama

Di luar sana tentu ada banyak drone yang juga menawarkan gimbal tiga sumbu. Tetapi Mavic 2 Enterprise Dual berbeda. Drone ini dilengkapi sensor 4K berdampingan yang bertugas menangkap cahaya dan mikrokamera termal FLIR Lepton untuk menangkap data termal.

Sejumlah teknologi termal di drone terbaru DJI ini dikembangkan bersama dengan FLIR Systems. Kombinasi keduanya secara khusus menjawab kebutuhan kalangan industri, tetapi juga cocok untuk operasi pengawasan dan penyelamatan.

Drone Mavic 2 Enterprise Dual dijual perdana di Amerika Serikat dengan harga retail mulai dari $2,699 mencakup pesawat, remot kontrol, baterai dan tiga aksesoris serta satu pelindung dengan flight tools.

Sumber berita DJI via Slashgear.

Usung Aksesori Modular, DJI Mavic 2 Enterprise Dirancang untuk Kebutuhan Para Profesional

DJI resmi memperkenalkan drone terbarunya, Mavic 2 Pro dan Mavic 2 Zoom, pada bulan Agustus lalu. Sekarang, giliran versi komersialnya yang diungkap. Dijuluki Mavic 2 Enterprise, ia dirancang untuk memenuhi kebutuhan para pemilik bisnis sekaligus perangkat pemerintahan.

Secara teknis, Mavic 2 Enterprise sebenarnya identik dengan Mavic 2 Zoom. Ia mengemas kamera 12 megapixel dengan lensa 24-48mm (2x optical zoom), sanggup merekam video dalam resolusi 4K 30 fps dan bitrate 100 Mbps. Sistem transmisi yang digunakan pun sama persis, yakni OcuSync 2.0 yang mendukung streaming 1080p hingga sejauh 8 km.

Perbedaannya terletak pada sifatnya yang modular. Ia datang bersama tiga aksesori yang dapat dilepas-pasang. Yang pertama adalah lampu sorot dengan tingkat kecerahan maksimum 2.400 lumen. Yang kedua adalah speaker 100 desibel, dan terakhir ada lampu suar yang kelipannya bisa kelihatan dari jarak sejauh 4,8 km.

DJI Mavic 2 Enterprise

Karena modular, ketiga aksesori ini dapat digunakan menyesuaikan dengan kebutuhan. Untuk inspeksi di malam hari misalnya, kehadiran lampu sorot yang amat terang jelas bakal sangat membantu. Mavic 2 Enterprise juga bisa menjadi alat bantu yang ideal di tangan regu penyelamat.

Di samping itu, DJI tidak lupa menyematkan fitur keamanan ekstra pada Mavic 2 Enterprise. Utamanya adalah fitur Password Protection, yang ketika aktif, mengharuskan pengguna untuk mencantumkan kata sandi setiap kali mereka menyalakan drone, menyambungkan controller-nya, dan mengakses isi storage-nya.

Bicara soal storage, Mavic 2 Enterprise hadir membawa penyimpanan internal sebesar 24 GB, tiga kali lebih besar daripada duo Mavic 2 versi consumer. Untuk proyek yang sifatnya rahasia, pengguna dapat mengaktifkan fitur Local Data Mode guna memblokir koneksi internet untuk sementara.

DJI Mavic 2 Enterprise

Terkait daya tahan baterai, Mavic 2 Enterprise dapat beroperasi hingga 31 menit dalam satu kali pengisian, sama persis seperti Mavic 2 standar. Bedanya, baterai ini dibekali kemampuan self-heating sehingga drone tetap bisa mengudara di suhu sedingin -10° Celsius.

Selebihnya, tidak ada yang berbeda dari DJI Mavic 2 Enterprise. Di Amerika Serikat, DJI saat ini telah memasarkannya seharga $1.999, sudah termasuk tiga aksesori modularnya itu tadi.

Sumber: DJI.

Peneliti Kembangkan Drone yang Bisa Dikendalikan Dengan Pandangan Mata

Terbuka akses begitu lebar bagi konsumen untuk memiliki produk-produk robotik. Perangkat-perangkat ini hadir dalam beragam wujud, dari mulai drone, aksesori stabilizer untuk pembuatan foto dan video, hingga robot telepresence. Tapi satu aspek masih terus dieksplorasi oleh para produsen dan peneliti: bagaimana caranya menciptakan sistem kendali yang lebih intuitif lagi.

Kali ini satu terobosan unik dipresentasikan oleh para ahli dari New York University, University of Pennsylvania dan tim US Army Research Laboratory. Melalui sebuah video, mereka memperlihatkan bagaimana drone quadrotor dapat dikendalikan dengan gerakan mata. Anda hanya perlu melihat ke arah tujuan dan UAV tersebut akan segera mengikutinya. Satu hal menarik di sana adalah, para peneliti sebetulnya mengusung teknologi yang cukup familier di kalangan konsumen.

Kepada Digital Trends, Dr. Giuseppe Loianno selaku pemimpin tim riset menjelaskan bahwa solusi mereka ini berpotensi membuka jalan dalam upaya menciptakan cara berinteraksi baru dengan robot. Dengannya, manusia bisa menentukan rute terbang drone dalam bidang tiga dimensi cukup berbekal pandangan. Menurut Loianno, sistem tersebut berbeda dari pengendalian berbasis orientasi kepala dan penyajiannya jauh lebih simpel.

Untuk mengontrol drone, tim memanfaatkan teknologi pelacak gerakan mata yang ada di Tobii Pro Glasses 2. Tobii Technology ialah perusahaan Swedia yang punya spesialisasi pada penyediaan produk eye-tracking. Awalnya memfokuskan bisnis mereka di ranah enterprise (seperti medis), mulai beberapa tahun silam Tobii juga melebarkan sayapnya ke segmen konsumen dalam menyediakan perangkat seperti SteelSeries Sentry, Tobii Eye Tracker 4C, dan sejumlah laptop gaming serta monitor ‘eye-tracker‘.

Sesuai namanya, Tobii Pro Glasses 2 mengusung wujud seperti kacamata, dan di sana tersimpan komponen inertial measurement unit dan kamera HD. Dengan menggunakan teknologi neural network pintar serta sistem pembaca orientasi kepala yang ada di IMU, perangkat wearable itu mampu mendeteksi ke mana sang user sedang melihat serta mengukur jarak drone dari operator dan posisi tujuan.

Mengendalikan drone memang tidak mudah. Namun berkat kehadiran brand-brand seperti DJI dan Parrot di Indonesia serta teknologi ‘serba-otomatis’ yang diusung produk-produknya, menerbangkan drone tak lagi jadi hal yang mustahil bagi orang awam. Meski demikian, latihan dan disiplin dalam mengikuti peraturan penerbangan tetap diperlukan.

Eksistensi sistem pengendalian melalui pandangan akan membuat proses menerbangkan drone jadi lebih sederhana lagi. Dan tentu saja, eksplorasi yang dilakukan tim peneliti tidak berhenti sampai di sana. Mereka punya rencana untuk memperluas input-nya, sehingga UAV juga bisa merespons gerakan tubuh serta perintah suara.

Header: Yahoo News.

DJI Mavic 2 Pro dan Mavic 2 Zoom Resmi Diperkenalkan

DJI belakangan kembali santer dibicarakan akibat bocoran foto Mavic 2 yang beredar. Drone tersebut akhirnya resmi diperkenalkan, dan benar saja, kali ini ada dua model sekaligus yang tersedia: Mavic 2 Pro dan Mavic 2 Zoom.

Kedua quadcopter ini memiliki penampilan fisik yang identik, dan desainnya pun juga mirip seperti Mavic Pro generasi pertama yang sangat revolusioner pada masanya. Yang agak mengejutkan, dimensi Mavic 2 ternyata sedikit lebih besar ketimbang pendahulunya, namun ini bisa dimaklumi mengingat DJI memang punya penawaran lain bagi mereka yang memprioritaskan portabilitas, yaitu Mavic Air dan Spark.

DJI Mavic 2

Meski membesar, Mavic 2 diklaim lebih aerodinamis, memungkinkannya untuk bermanuver dalam kecepatan hingga 72 km/jam. Tingkat kebisingannya juga diyakini menurun, dan baterainya dapat menemaninya mengudara sampai 31 menit. Bagian perutnya (bawah), dibekali sebuah lampu yang akan menyala secara otomatis ketika drone mendarat di lokasi yang gelap, sehingga pendaratannya bisa lebih presisi.

Kemampuannya untuk terbang dan menghindari rintangan dengan sendirinya juga diklaim membaik berkat kehadiran total 10 sensor di seluruh sisi tubuhnya. Tidak hanya itu, Mavic 2 juga lebih cekatan mengikuti subjek (ActiveTrack) berkat tiga kamera depan yang dimanfaatkan untuk menciptakan peta 3D atas subjek yang dilacaknya.

DJI Mavic 2 Pro / DJI
DJI Mavic 2 Pro / DJI

Namun perubahan terbesar yang dibawa Mavic 2 justru terletak pada kameranya, dan kamera ini juga yang menjadi satu-satunya pembeda antara model Pro dan Zoom. Tentu saja kamera milik kedua model duduk di atas gimbal 3-axis yang bertugas menstabilkan gambar selama drone bergerak.

Untuk Mavic 2 Pro, yang dititikberatkan adalah kualitas gambar. DJI telah menyematkan sensor berukuran lebih besar dari biasanya (1 inci), dengan resolusi 20 megapixel dan kemampuan merekam video 4K dalam format HDR 10-bit. Kamera rancangan Hasselblad ini juga unik karena aperture-nya bisa diubah-ubah antara f/2.8 – f/11.

Mavic 2 Pro juga telah mengatasi kekurangan pendahulunya dalam hal reproduksi warna melalui teknologi Hasselblad Natural Color Solution, yang dipastikan bisa menangkap warna yang lebih akurat. Anda tentunya tidak lupa kalau DJI merupakan salah satu pemegang saham Hasselblad terbesar, bukan?

DJI Mavic 2 Zoom / DJI
DJI Mavic 2 Zoom / DJI

Beralih ke Mavic 2 Zoom, kelebihannya terletak pada lensa 24–48mm (2x optical zoom), atau bisa juga digabungkan dengan digital zoom untuk menyimulasikan efek lensa telefoto 96mm. Kualitas gambarnya bukan yang terbaik dengan sensor standar (1/2,3 inci) beresolusi 12 megapixel, akan tetapi tersedia pula fitur Super Resolution yang akan menggabungkan sembilan foto menjadi satu foto beresolusi 48 megapixel.

Untuk video, tentu saja ia juga bisa merekam dalam resolusi 4K. Baik Mavic 2 Pro dan Zoom sama-sama dibekali penyimpanan internal sebesar 8 GB, dan teknologi transmisi OcuSync 2.0 memungkinkan kedua drone untuk meneruskan video 1080p ke smartphone atau tablet dari jarak hingga sejauh 8 kilometer.

DJI Mavic 2 Zoom / DJI
DJI Mavic 2 Zoom / DJI

Secara keseluruhan, DJI Mavic 2 bisa dibilang lebih mengarah ke upgrade kamera ketimbang upgrade total, namun tetap saja dominasi DJI jadi semakin tidak terkejar. Tanpa harus berlama-lama, Mavic 2 Pro dan Mavic 2 Zoom saat ini sudah dipasarkan di Amerika Serikat dengan harga masing-masing $1.449 dan $1.249.

Sumber: TechCrunch dan DJI.

Yuneec Mantis Q Adalah Rival DJI Mavic Air yang Dapat Dioperasikan dengan Suara

Dua bulan lalu, Parrot membuktikan bahwa kompetitor DJI masih mampu menghadirkan pesaing yang pantas untuk Mavic Air. Dinamai Anafi, keunikan utama drone terbaru Parrot itu terletak pada kemampuan kameranya untuk zooming, meski sayang ia tidak sanggup menghindari rintangan dengan sendirinya.

Sekarang, Yuneec rupanya juga tidak mau ketinggalan dalam upaya membendung dominasi DJI. Mereka memperkenalkan Mantis Q, drone berwujud ringkas yang juga menganut desain foldable, di mana keempat lengannya dapat dilipat ke dalam ketika perangkat sedang tidak digunakan. Selagi terlipat, dimensinya cuma 16,8 x 9,7 x 5,6 cm, sedangkan bobotnya berkisar 480 gram.

Yuneec Mantis Q

Moncongnya dibekali dengan kamera yang sanggup merekam video dalam resolusi maksimum 4K 30 fps. Image stabilization 3-axis (elektronik) juga tersedia, sayangnya hanya untuk perekaman dalam resolusi 1080p saja. Kamera ini bisa diatur tingkat kemiringannya ke atas atau bawah, sedangkan sudut pandang lensanya mencapai angka 117º.

Oke, lalu apa yang istimewa dari Mantis Q yang membuatnya unik jika dibandingkan rival terkuatnya, Mavic Air? Yang paling utama adalah kemampuannya untuk dioperasikan menggunakan perintah suara. Untuk mengambil selfie, cukup ucapkan “take a selfie”, lalu untuk memanggil drone pulang dan mendaratkannya secara otomatis, cukup dengan frasa “return home”, plus masih banyak frasa lainnya.

Selanjutnya, Mantis Q juga unggul perihal performa. Saat pengguna mengaktifkan Sport Mode, drone dapat melesat hingga secepat 70 km/jam. Dalam satu kali pengisian, Mantis Q siap mengudara sampai selama 33 menit, dan ia pun juga mudah diterbangkan di dalam ruangan berkat kehadiran sepasang sensor sonar dan infra-merah.

Yuneec Mantis Q

Mode semi-otomatis yang sudah menjadi standar drone di kelas ini pun juga tersedia, termasuk halnya fitur face detection yang memungkinkan drone untuk mengambil gambar dari jarak sampai sejauh 4 meter ketika diberi aba-aba lambaian tangan. Sayang sekali, sama seperti Parrot Anafi, Mantis Q juga tidak bisa menghindari rintangan secara otomatis.

Di Amerika Serikat, Yuneec Mantis Q saat ini telah dipasarkan seharga $500, sudah termasuk aksesori seperti controller dan baling-baling ekstra. Dibandingkan penawaran sekelas dari DJI dan Parrot, Mantis Q adalah yang paling terjangkau harganya.

Sumber: SlashGear dan PR Newswire.

Drone Mungil AirSelfie 2 Benahi Kekurangan Pendahulunya di Sektor Kamera

Apa definisi drone menurut Anda? Robot terbang? Kamera terbang? Bagi sebagian besar konsumen, mungkin istilah kamera terbang lebih cocok menggambarkan kebutuhannya akan sebuah drone. Dan karena tren itu terus bertambah populer, muncullah produk nyentrik seperti AirSelfie.

Diperkenalkan di tahun 2016, AirSelfie tidak lain dari kamera terbang yang, saking kecilnya, bisa disimpan di dalam casing smartphone. Sesuai namanya, ia berfungsi menggantikan peran tongsis kala selfie beramai-ramai atau ketika pemandangan di belakang juga perlu terpampang jelas pada komposisi.

AirSelfie 2

Namun karena ruang komponennya jelas terbatas, spesifikasinya pun biasa-biasa saja. Kelemahan itu pada akhirnya berhasil diatasi oleh suksesornya, AirSelfie 2. Desainnya nyaris tidak berubah, masih berupa balok pipih dengan empat baling-baling yang masing-masing ditenagai motor brushless.

Sebagai kamera, kemampuannya meningkat pesat. Resolusi foto tak lagi terbatas di angka 5 megapixel saja, melainkan 12 megapixel. Video pun juga demikian, di mana AirSelfie 2 siap merekam dalam resolusi 1080p 30 fps. Semuanya menggunakan lensa f/2.0 dengan sudut pandang seluas 81º.

AirSelfie 2

Bukan cuma itu, kapasitas penyimpanannya (microSD) naik dari 4 GB menjadi 16 GB pada AirSelfie 2. Baterainya pun ikut membesar menjadi 400 mAh, dan perangkat siap mengudara selama lima menit dalam satu kali pengisian (via USB-C).

AirSelfie 2 memiliki dimensi 98,5 x 71,2 x 13,6 mm, dengan bobot 80,3 gram. Sedikit membesar dibandingkan pendahulunya, tapi tidak sampai kelewatan. Ia tak lagi ditawarkan melalui Kickstarter, melainkan langsung dipasarkan seharga $200. Oktober nanti, bundel AirSelfie 2 bersama sebuah battery case akan menyusul seharga $250.

Sumber: Android Police.