Bermain Solid, Afterlife Menjadi Juara R6 IDN ComCup 12

Akhir pekan lalu (Sabtu, 27 April 2019) R6 IDN kembali melanjutkan seri Community Cup (ComCup). Berada di antara hingar-bingar kompetisi besar seperti PBNC, Community Cup dari R6 IDN kali ini sudah memasuki seri ke 12. Kompetisi ini hadir dengan membawa semangat menghadirkan bibit baru di dunia kompetitif R6 Indonesia.

Mencoba mengadopsi peraturan baru, yang isinya adalah melarang tim divisi 1 Star League untuk mengikuti kompetisi ini, ternyata antusiasme komunitas tetap tinggi. Terbukti, dengan jumlah pendaftar kompetisi ini sebanyak 80 orang atau tepatnya 16 tim.

Kendati kompetisi ini ditujukan untuk tim-tim amatir, namun ComCup 12 tetap menyajikan pertandingan yang menarik. ComCup kali ini menghadirkan dua tim yang namanya belum banyak terdengar di komunitas R6 IDN. Kedua tim tersebut adalah Afterlife dan BOSS Esports.

Sumber: R6 IDN Official Media
Sumber: R6 IDN Official Media

Pertandingan antar keduanya di babak final ComCup 12 ini terjadi dengan cukup sengit. Membuka pertandingan, BOSS Esports bermain sebagai tim Defender, sementara Afterlife bermain sebagai tim Attacker pada map Coastline. Kedua tim terus-terusan saling berkejaran poin. Satu demi satu poin didapatkan secara bergantian oleh Afterlife ataupun BOSS Esports.

Keadaan tersebut terus bertahan sampai skor akhirnya menjadi 6-6. Masuk ke babak overtime, salah satu dari kedua tim harus mendapatkan 3 poin terlebih dahulu. Keadaan berimbang terus berlanjut sampai skor menjadi 7-7. Tersisa satu poin terakhir untuk menjadi penentuan. BOSS Esports ketika itu mendapat keunggulan, babat habis punggawa Afterlife sampai hanya tersisa Dev seorang.

Walau cuma seorang diri, Dev tidak gentar. Ia tetap bermain semaksimalnya dan menciptakan momen clutch yang sangat luar biasa, menang dalam pertarungan 1 vs 4. Masuk game 2, permainan berpindah ke map Villa. Map ini cukup baru dipertandingkan, akhirnya membuat kedua tim cenderung meraba-raba strategi terlebih dahulu di awal permainan.

Namun Afterlife berhasil menemukan tempo permainannya tersendiri, sehingga mereka mendapat keunggulan lebih dahulu di awal-awal. BOSS Esports memang sempat mengejar dan membuat skor jadi 6 sama, namun permainan solid Afterlife berhasil memberikan kemenangan di game 2, yang membuat mereka menjadi juara ComCup 12.

Melihat pertandingan Afterlife melawan BOSS Esports, Ajie “WhiteLotus” Zata selaku shoutcaster R6 IDN turut memberikan komentarnya tersendiri. “Permainan solid milik Afterlife adalah faktor penting kemenangan mereka di ComCup 12 ini. Selain itu, gaya main Afterlife yang mengedepankan strategi dan kerjasama tim daripada duel aim, adalah faktor penting lain dalam kemenangan mereka. Momen ini juga mungkin menjadi tanda bahwa sebenarnya tim-tim baru di scene esports R6 Indonesia punya potensi besar pada masa mendatang.”

Memang menarik melihat perjalanan Afterlife di ComCup 12 ini. Sebagai pemenang, mereka berhak mendapatkan hadiah berupa 5 buah 1200 R6 Credit. Selamat bagi tim Afterlife! Semoga bisa tetap menjaga semangat berkompetisi dan mendapatkan prestasi di tingkat yang lebih tinggi lagi nantinya!

Sapu Bersih 2 Map, RRQ.TCN Menjadi Juara PBNC 2019

Akhir pekan ini (28 April 2019) menjadi puncak dari gelaran Point Blank National Championship. Setelah beberapa bulan kualifikasi panjang, penutup musim pertama kancah kompetisi Point Blank adalah sebuah pertandingan langsung di panggung megah.

Memperebutkan total hadiah sebesar Rp1 milyar, gelaran tersebut juga menjadi penutup dua kompetisi lain yaitu PBNC Junior dan Point Blank Ladies Championship yang diadakan untuk para ladies trooper.

Final PBNC Junior

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Babak final dari PBNC Junior mempertemukan tim Raftel Youth dengan tim Bloody Shev. Kedua tim tersebut sudah melalui jalan yang panjang untuk bisa mencapai titik ini. Bertajuk PBNC Junior, rata-rata pemain dari kedua tim di bawah 18 tahun. Kendati masih muda belia, permainan mereka tak kalah beda dari permainan para pro player. Hal tersebut sempat menjadi sorotan dari salah satu shoutcaster. Ia mengatakan, bahwa skema permainan Raftel Youth yang sudah seperti milik pro player. Skema tersebut jadi tambah lengkap dengan kemampuan individu yang juga sama baiknya.

Alhasil, Raftel Youth terbilang cukup mendominasi sejak awal awal. Dalam paruh pertama mereka berhasil menangkan 5 ronde dan Bloody vest hanya bisa mengamankan satu ronde saja. Masuk paruh kedua, Bloody vest sempat memberi perlawanan. Namun Raftel Youth sudah terlalu mendominasi dalam pertandingan ini. Akhirnya dengan sedikit finishing touch, Raftel Youth jadi jadi juara PBNC Junior 2019 setelah kalahkan Bloody Shev 7-1.

Final PBLC

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pertandingan para ladies trooper lagi lagi mempertemukan dua musuh bebuyutan, yaitu Indri “Clarity” Sherlyana dan kawan-kawan EVOS Galaxy Sades melawan Gabriella “Jenova” Kashara ex FF Gaming yang kini bermain di bawah naungan STAR8 Esports. Kali ini pertandingan berlangsung dengan format best of 3.

Game pertama, pertandingan dilakukan di map Blowcity. Awal-awal permainan, STAR8 RECALL ID320 memberi perlawanan yang cukup keras kepada EVOS Galaxy Sades. Bermain sebagai CT-Force, EVOS Galaxy Sades cenderung bermain lebih bertahan pada first half. Entah apa yang terjadi, setelah awal yang ketat, STAR8 malah kedodoran jelang akhir-akhir pertandingan paruh pertama. Sampai akhirnya STAR8 harus terima kekalahan 5-3 pada first half.

Masuk second half, kedua tim bertukar sisi, kini EVOS Galaxy Sades bermain pada sisi Free Rebels. Kembali, permainan berlangsung dengan sangat ketat. Kedua tim terus-menerus bertukar skor sampai titik darah penghabisan. Walau sempat ketinggalan, namun EVOS Galaxy Sades berhasil menyusul, jadi 3-3 pada second half. Dengan skor begitu tipis, pertandingan jadi semakin panas. EVOS cukup amankan 1 ronde saja, sementara STAR8 perlu mengamankan 2 ronde berturut-turut untuk bisa menang.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Bidikan tajam serta permainan cerdik Jenova berhasil memberi secercah harapan bagi tim STAR8, membuat skor jadi 3-4. Sayangnya di ronde terakhir STAR8 malah terkena outrun, yang membuat mereka kehilangan banyak personil dalam sekejap. Akhirnya ronde terakhir berhasil diamankan EVOS Galaxy Sades, mereka menangkan map pertama dengan skor 9-7.

Map kedua adalah Midtown, salah satu map favorit para troopers. Kendati kalah pada map pertama, namun mentalitas srikandi esports tim STAR8 jadi salah satu hal yang patut diacungi jemopol. Mereka tetap tenang dan mengamankan ronde demi ronde pada first half map kedua. Bermain sebagai CT Force, permainan STAR8 sangat mengalir, dan memberikan mereka kemenangan 5-2 pada first half.

Masuk paruh kedua, STAR8 perlu mendapatkan 3 kemenangan agar bisa memenangkan map Midtown ini. Entah apa yang terjadi, permainan STAR8 malah keteteran. Setelah satu kemenangan di awal ronde, mereka lalu malah kalah berturut-turut pada ronde-ronde setelahnya. Akhirnya paruh kedua selesai dengan skor 5-1, EVOS Galaxy Sades kembali jadi juara PBLC dengan total skor 7-6.

Kemenangan EVOS Galaxy Sades kali ini melanjutkan catatan kemenangan beruntun mereka dalam gelaran PBLC. Tercatat, ini adalah kemenangan PBLC beruntun keempat bagi EVOS GALAXY Sades.

Grand Final PBNC 2019

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Berlanjut ke sajian utama, yaitu PBNC! Final kali ini jadi cukup berbeda karena tidak ada RRQ.Endeavour. Sebagai gantinya ada RRQ.TCN melawan tim The Prime pada babak final ini. Kendati tanpa kehadiran RRQ.Endeavour, namun kedua tim tetap memberikan sajian pertandingan sengit penuh kelas khas PBNC.

Seolah menjadi tradisi final PBNC, pertandingan map 1 langsung dibuka dengan Stormtube. Pertandingan sudah sengit sedari awal. Kedua tim terus-menerus bertukar skor sampai menjadi 3-3. Jelang penentuan, RRQ.TCN agaknya sedikit kurang tenang. Mereka beberapa kali melakukan kesalahan yang cukup berdampak. Sampai akhirnya first-half ditutup dengan skor 5-3, dengan keunggulan bagi ThePrime.

Second-half, perjuangan RRQ.TCN jadi lebih keras karena kalah pada paruh pertama map Stormtube. Mereka perlu menjegal ThePrime agar tidak dapat 3 kali kemenangan, sementara mereka sendiri perlu mengamankan 5 ronde. Keadaan sempat jadi di ujung tanduk ketika ThePrime unjuk gigi, langsung amankan dua ronde sekaligus.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Berada di dalam keadaan yang tertekan, ketenangan RRQ.TCN sepertinya malah kembali. Berawal dari kemenangan di satu ronde, berujung kepada kemenangan beruntun di ronde-ronde berikutnya. Cuma perlu satu ronde saja, ThePrime malah jadi kewalahan menghadapi kebangkitan RRQ.TCN. Secara mengejutkan, ThePrime malah terkena reverse sweep 5-2 di paruh kedua ini. Map Stormtube berhasil dimenangkan RRQ.TCN dengan total skor 8-7.

Pertandingan berlanjut ke map 2, dengan map Sandstorm sebagai arena bermain. Pertarungan kembali berlangsung sangat ketat, kedua tim terus menerus saling bertukar skor. Karena pertarungan kedua tim yang sangat seimbang, akhirnya first half harus selesai dengan skor 5-4, kemenangan untuk ThePrime.

Masuk second half, pertarungan jadi semakin menegangkan. Karena paruh pertama selesai dengan skor 5-4, maka baik RRQ ataupun ThePrime harus mendapatkan 5 kali kemenangan terlebih dahulu, agar bisa menjadi pemenang pada map ini. Menariknya, RRQ.TCN bermain dengan sangat tenang. Padahal beban mental mereka bisa dibilang lebih berat pada paruh kedua ini, selain karena kalah pada paruh pertama, mereka juga sedang berada di ujung kemenangan.

ThePrime yang harusnya berada di atas angin, entah kenapa malah keteteran di paruh kedua map Sandstorm. Salah satu alasannya, mungkin karena ThePrime yang kelimpungan menentukan skema serangan saat bermain sebagai Free Rebels di paruh kedua. Apalagi RRQ.TCN menjaga setiap sudut dengan sangat baik, membuat ThePrime semakin kewalahan.

Alhasil, ronde demi ronde dimenangkan oleh RRQ.TCN dengan tanpa ada banyak perlawanan dari ThePrime. Akhirnya RRQ.TCN menjadi juara di paruh kedua dengan skor 5-0, dan memenangkan map 2 dengan total skor 9-5. Dengan ini maka RRQ.TCN berhasil mencatatkan nama dalam sejarah, sebagai juara baru di kancah kompetitif Point Blank tingkat nasional.

Pertandingan antara RRQ.TCN melawan ThePrime menjadi penutup dari gelaran panjang PBNC 2019. Raftel Youth selaku juara PBNC Junior berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp10 juta. EVOS Galaxy Sades selaku juara bertahan PBLC berhak mendapat hadiah sebesar Rp15 juta. RRQ.TCN selaku juara PBNC 2019 berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp300 juta. EVOS Galaxy Sades dan RRQ.TCN juga berhak untuk mewakili Indonesia dalam kompetisi PBIWC dan PBWC, yang diselenggarakan di Moscow, Russia, pada bulan Mei 2019 mendatang.

Selamat bagi para pemenang! Semoga kalian bisa membanggakan Indonesia di tingkat internasional dalam gelaran PBWC dan PBIWC!

OPi Gaming Menjadi Juara Mobile Legends Smartfren 4G Battle

Kemarin sore (26 April 2019) adalah momentum puncak bagi gelaran Smartfren 4G Battle. Setelah kualifikasi panjang, kompetisi ini akhirnya menemukan dua tim terbaik untuk bertarung di babak Grand Final Mobile Legends Smartfren 4G Battle.

Diselenggarakan di Highgrounds Indonesia, Pantai Indah Kapuk, pagelaran puncak Smartfren 4G Battle mempertemukan OPi Gaming dan Power Danger Esports. Jalan yang harus dilewati kedua tim ini cukup panjang. Pasalnya, Kompetisi ini diikuti oleh 29.560 peserta dari seluruh penjuru Indonesia.

Mulai digelar sejak 8 Desember 2018 lalu, Smartfren 4G Battle terbagi menjadi tiga musim. Dari 3 musim, ada 5912 tim peserta yang bertarung memperebutkan total hadiah sebesar Rp185 juta. OPi Gaming dan PowerDanger Esports sendiri berhasil lolos ke babak Grand Final setelah menyisihkan para pesaingnya di babak playoff, yang digelar pada 6-7 April 2019 lalu.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Bertanding dalam format best-of-5, OPi Gaming sempat kalah satu kali. Dalam posisi ketinggalan skor, punggawa dari OPi Gaming justru bermain dengan sangat tenang. Mereka tetap berusaha meminimalisir kerugian sambil tetap mencari keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari keadaan tersebut. Akhirnya mereka bangkit di game selanjutnya, dan langsung membalikkan keadaan jadi 3-1.

Terkait kompetisi ini, Febrian Anas, selaku Head of Content Smartfren, sempat berbincang-bincang dengan awak media pada gelaran konfrensi pers. Ia menceritakan, bahwa salah satu alasan diadakannya Smartfren 4G Battle adalah untuk merangkul komunitas Mobile Legends di Indonesia. Lebih lanjut Febrian Anas juga bercerita soal keinginan Smartfren, untuk memunculkan bakat-bakat baru di kancah Mobile Legends, mengingat kancah esports game ini yang sedang berkembang pesat.

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Febrian Anas (Tengah) bersama perwakilan tim dari OPi Gaming dan Power Danger Esports. Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Kendati Smartfren 4G Battle cukup menarik perhatian komunitas pemain Mobile Legends, lebih lanjut Febrian memberikan komentarnya soal investasi Smartfren di ekosistem esports Indonesia. “Kalau bicara investasi, pastinya kita terus berusaha menyediakan infrastruktur yang mapan, agar para gamers semakin nyaman bermain dengan menggunakan jaringan Smartfren. Tapi kalau bicara soal investasi dalam menyediakan wadah kompetisi yang lebih besar, sejauh ini kami masih belum ada rencana ke arah sana.”

OPi Gaming selaku tim juara berhak mendapatkan hadiah sebesar Rp20 juta, dilanjut dengan Power Danger Esports selaku runner-up berhak mendapatkan Rp15 juta. Terakhir ada tim Ex-Sultan yang berhak menerima hadiah sebesar Rp10 juta sebagai peringkat ketiga.

Selamat bagi para tim juara! Semoga prestasi kalian bisa terus berlanjut sampai ke tingkat nasional maupun internasional!

 

Tak Terduga, Rex Regum Qeon Membubarkan Divisi Dota 2

Sore ini, (25 April 2019) berita mengejutkan datang dari salah satu pionir organisasi esports di Indonesia. Tim Rex Regum Qeon, baru-baru ini mengumumkan melepas divisi Dota 2 lewat kanal media sosial instagram. Dalam postingan tersebut, sama sekali tak ada sedikitpun penjelasan soal alasan pelepasan divisi tersebut.

Dalam caption hanya tertulis bentuk terima kasih manajemen Rex Regum Qeon, atas semua perjuangan yang telah diberikan divisi Dota 2 selama ini. Terakhir kali, tim Dota 2 Rex Regum Qeon ini beranggotakan “Rusman” Hadi, Yusuf “Yabyoo” Kurniawan, Rivaldi “R7” Fatah, dan Adi Syofian “Acil” Asyauri.

RRQ bubar Dota #1
Sumber: Instagram @teamrrq

Berita pembubaran ini jadi mengejutkan, karena mengingat tim Rex Regum Qeon yang lahir dan berkembang bersama dengan scene Dota 2 di Indonesia. Sebelum BOOM.ID menjadi buah bibir di kalangan penikmat esports Dota 2, Rex Regum Qeon bisa dibilang adalah raja pertama yang menduduki tahta tim terkuat di kancah kompetitif Dota 2 Indonesia.

Mengutip Dota 2 Liquidpedia, awal mula sejarah panjang organisasi Rex Regum Qeon adalah kompetisi Asian Cyber Games 2013. Dalam kompetisi tingkat Asia tersebut, salah satu roster terkuat Dota 2 Indonesia bertanding, yang menjadi cikal bakal dari Rex Regum Qeon. Jajaran pemain mengikuti kompetisi tersebut adalah, Farand “Koala” Kowara, Azam “Nafari” Aljabar, Ritter, Rene “Minerva” Michael Halim, dan Gehenna.

Walau meraih hasil yang kurang maksimal, namun momen tersebut menjadi momen yang patut diingat dari sejarah esports Dota 2 di Indonesia. Hal tersebut mengingat turnamen tersebut yang melahirkan RRQ. Sejak saat itu, kancah Dota 2 jadi melekat dengan organisasi esports yang punya arti nama King of Kings ini. Namun sejak tahun 2017, prestasi RRQ Dota 2 mulai berangsur menurun.

Berkali-kali mereka harus puas berhenti di posisi 10 besar, walau masih sempat menjadi runner-up dan peringkat ketiga di beberapa turnamen. Terakhir kali mereka harus puas berada di peringkat 6 dalam gelaran ESL Indonesia Championship 2019, yang dimenangkan oleh BOOM.ID.

Terkait pelepasan divisi Dota 2 ini, redaksi Hybrid.co.id mencoba menghubungi Wilbert Marco selaku Head of Team Manager Rex Regum Qeon. “Mungkin berita ini agak mengejutkan bagi para penggemar esports di Indonesia ya, tapi keputusan ini sebetulnya sudah dipikirkan masak-masak oleh pihak manajemen dari sebelum-sebelumnya.” jawab Marco menjelaskan.

Sumber: Dokumentasi RRQ - Wilbert Marco
RRQ saat GESC Indonesia Dota 2 Minor 2018. Sumber: Dokumentasi RRQ – Wilbert Marco

“Kalau soal alasan, salah satunya alasannya adalah karena manajemen kami kesulitan mencari pemain yang cocok, untuk melengkapi line-up agar dapat bersaing dengan tim-tim lain. Hal ini juga mengingat pemain Dota 2 di Indonesia yang kini sudah semakin sedikit.” Marco melanjutkan soal alasan pembubaran divisi Dota 2 Rex Regum Qeon.

Kalau permasalahaannya adalah soal talent pool Dota 2 di Indonesia, bagaimana dengan mencoba menarik pemain dari luar negeri? Marco menjawab seraya mencoba mengingatkan, bahwa RRQ sebelumnya pernah mendatangkan Bokerino dan Xrag dari Filipina. Namun percobaan tersebut ternyata tidak berbuah baik. “Sayangnya kehadiran mereka memunculkan beberapa kendala, seperti bahasa, visa, dan lain sebagainya” Jawab Marco lebih lanjut.

Pembubaran ini mungkin bisa dibilang sebagai kekecewaan terbesar bagi fans esports di Indonesia, setidaknya bagi saya sendiri yang masih menganggap RRQ sebagai salah satu pionir dalam scene esports Dota 2 Indonesia. Tapi apa mau dikata jika itu memang jalannya. Good luck bagi Yabyoo dan kawan-kawan, good luck juga untuk RRQ. Semoga ini menjadi keputusan terbaik bagi kedua belah pihak, #VivaRRQ!

5 Tim Esports Indonesia Dengan Catatan Kemenangan Beruntun di Kancah Lokal

Belakagan, kemenangan beruntun seakan menjadi tema besar di berbagai cabang game dalam kancah esports Indonesia. Ada berbagai tim berhasil meraih kemenangan beruntun di beberapa kompetisi, mulai dari yang berskala besar sampai skala kecil.

Memang tim yang ada di daftar ini terkenal sangat kuat di kancah lokal. Kalau bicara indikator tim yang kuat, menurut saya setidaknya ada dua faktor penting, yaitu kemampuan individual dan kerjasama tim yang solid. Masalahnya, para tim ini kuat secara kerjasama tim dan kemampuan individual, yang membuat mereka jadi sulit sekali dikalahkan. Sejauh ini ada 5 tim esports Indonesia yang sedang tak terkalahkan, siapa saja mereka?

EVOS AOV

Sumber:
Sumber: Facebook @IndoESL

Tim esports Indonesia ini belakangan baru meraih prestasi yang begitu gemilang di kancah lokal. Saat ini, EVOS AOV beranggotakan Hartawan “Wyvorz” Muliadi, Satria Adi “Wiraww” Wiratama, Sutandyo “MythR” Raihan, Farhan “Hanss” Akbari Ardiansyah, Hartanto “Pokka” Luis, dan Wibisono “Carraway” Henrikus Teja sebagai pemain cadangan.

Selama musim kompetisi 2018-2019, lima jawara ini sudah memborong gelar juara dari hampir semua kompetisi AOV yang diselenggarakan secara lokal Indonesia. Sejak Februari hingga April 2019 ini, mereka sudah berhasil memenangkan 4 kompetisi secara berturut-turut. Kompetisi tersebut adalah, AOV Star League Season 2 yang diselenggarakan pada Februari 2019, Grand Final Kaskus Battleground Season 4 pada Maret 2019, ESL Indondesia Championship serta ESL Clash of Nation pada akhir Maret 2019.

Memasuki season 2018-2019, penampilan EVOS AOV terhitung cukup stabil. Padahal, mereka sempat berganti roster saat pergantian musim. Ketika itu, Randy “CL” Shimane, Muhammad “Naitomea”, dan Mustain “Mumuy” Al, keluar dari tim karena alasan tertentu. Menggantikan ketiga pemain tersebut, masuklah Wyvorz, MythR, dan Pokka, yang kini tampil menjadi pemain inti.

Kendati sempat kalah dua kali selama liga ASL, namun chemistry antar pemain terbentuk sepanjang musim tersebut, yang membuat permainan mereka jadi sangat solid. Puncak kemenangan mereka adalah saat tim AOV Indonesia akhirnya bisa membuktikan diri di hadapan tim-tim Asia Tenggara dalam kompetisi ESL Clash of Nations 2019.

Sebagai salah satu program esports yang paling saya amati, saya mengakui memang EVOS AOV bisa dibilang sebagai tim paling stabil di kancah AOV. Senjata utama tim ini adalah ketenangan yang luar biasa dari seluruh anggota tim. Dalam keadaan kalah sekalipun, mereka tidak pernah keteteran, tetap fokus memanfaatkan keadaan sebaik mungkin. Alhasil, kemenangan mereka kerap datang ketika tim lawan kelabakan karena kesalahan sepele nan fatal yang mereka lakukan, meski sedang dalam keadaan unggul.

BOOM.ID Dota 2

ESL Indonesia Championship - BOOM.ID
BOOM.ID juara Dota 2 ESL Indonesia Championship | Sumber: ESL Indonesia

Setelah membahas MOBA untuk Mobile, kini kita akan bicara soal MOBA di PC. Siapakah tim esports Indonesia dengan kemenangan beruntun di kancah MOBA PC? Siapa lagi kalau bukan divisi Dota 2 dari BOOM.ID. Roster tim BOOM.ID ini berisikan talenta-talenta berbakat, yaitu Rafli “Mikoto” Fathur Rahman, Randy “Dreamocel” Sapoetra, Saieful “FBZ” Ilham, Tri “Jhocam” Kuncoro, dan Alfi “Khezcute” Nelyphyana.

Nama BOOM.ID di kancah Dota 2 memang terbilang sangat bersinar, terutama di kancah lokal. Dalam kancah lokal, BOOM.ID bisa dibilang sudah tidak bisa dikalahkan lagi. Tim ini juga sudah tiga kali bertanding di kancah internasional, tepatnya pada kompetisi DPC Minor. 

Kalau hanya mencatat kompetisi lokal terbesar saja, kemenangan beruntun BOOM.ID belum berhenti dari tahun 2018 lalu. Kompetisi lokal yang berhasil dimenangkan BOOM.ID adalah, Indonesia Games Championship 2018 yang diselenggarakan oleh Telkomsel, Predator League 2019 Indonesia Qualifier, dan ESL Indonesia Championship 2019. Fakta menarik lainnya adalah, dari tiga kompetisi besar tersebut BOOM.ID menang mulus tanpa ada kekalahan sekalipun, baik dalam format best of 3 ataupun best of 5.

Dahulu roster Dota 2 BOOM.ID bisa dibilang jadi roster dream team. Sebab, ketika itu tim ini diisi oleh carry dan midlaner yang bisa dibilang terbaik pada masanya. Mereka berdua adalah Dreamocel dan Muhammad “InYourDream” Rizky. Namun, karena suatu hal, InYourDream akhirnya memutuskan untuk berpisah jalan dengan BOOM.ID, yang akhirnya digantikan oleh FBZ. Banyak penggemar Dota ragu dengan kemampuan FBZ awalnya. Namun ia berhasil membuktikan dirinya pertama kali saat IGC 2018 lalu. Akhirnya, BOOM.ID Dota berhasil melaju dengan baik-baik saja walau tanpa kehadiran InYourDream; bahkan perstasinya jadi lebih baik.

Kendati sudah tak terkalahkan di kancah lokal, hal lain yang masih ingin dibuktikan BOOM.ID adalah kemampuannya di kancah internasional. Sejauh ini, BOOM.ID masih belum bisa berbuat banyak dalam dua kompetisi minor terakhir yang mereka ikuti. Tercatat, dua kali mereka harus puas berada di peringkat 7-8, berada di posisi terbawah dan gagal lolos dari fase grup. Kini mereka sedang menjalani Minor ketiga mereka, yaitu OGA Dota PIT Minor 2019, yang diselenggarakan di Kroasia. Akankah BOOM.ID dapat memecahkan kutukan dan membuktikan dirinya di kancah internasional?

Bigetron PUBG Mobile

Sumber: Tencent Official Media
Sumber: Tencent Official Media

Berlanjut ke kancah esports yang belakangan sedang populer di kalangan gamers, yaitu PUBG Mobile. Kalau AOV punya EVOS yang sudah hampir tak terkalahkan, di PUBG Mobile ada tim Bigetron yang juga sedang berada dalam kemenangan beruntun. Tim ini beranggotakan Made Bagas “Zuxxy” Pramudita, Made Bagus “Luxxy” Prabaswara, Robby “Natic” Mahardika Saputra, dan Muhammad “Ryzen” Albi.

Seperti EVOS AOV, catatan kemenangan beruntun Bigetron PUBG Mobile banyak berasal dari kompetisi lokal. Sampai saat ini, sepertinya banyak tim sedang berpikir keras mencari cara untuk mengalahkan tim ini, entah secara strategi ataupun skill individu. Kalau berdasarkan kompetisi PUBG Mobile yang resmi digelar Tencent, mereka sudah menang berturut-turut sejak 2018 lewat kompetisi PUBG Indonesia National Championship 2018, dan PUBG Mobile Clash Open 2019.

Catatan kemenangan beruntun mereka lalu terus berlanjut setelah PINC 2018. Kompetisi yang berhasil mereka menangkan setelah PINC 2018 adalah, Indonesia Pride Weekdays Championship yang digelar oleh Mineski pada November 2018, dilanjut dengan Indonesia Esports Games pada awal Januari 2019, dan tak lupa juga Metaco Circuit Cup Season 1 yang baru saja selesai pada April 2019 lalu.

Alasan kemenangan beruntun tersebut, mungkin karena tim PUBG Mobile Bigetron yang sangat solid, karena sudah bermain bersama sejak lama. Zuxxy, Luxxy, dan Natic sendiri sudah bermain bersama sejak Rules of Surivival masih menjadi salah satu game Battle Royale terpopuler di mobile. Ketika bermain RoS secara kompetitif, mereka juga berhasil menjadi juara nasional dalam kompetisi Rules of Survival Indonesia Championship. Mereka bertiga akhirnya memutuskan hijrah ke PUBG Mobile dan berhasil mempertahankan tradisi juara tersebut.

Kini, pembuktian Bigetron PUBG Mobile berikutnya adalah di kancah internasional. Terakhir kali mereka menempati peringkat 4 dalam kompetisi PUBG Mobile Star Challenge (PMSC) yang diselenggarakan di Dubai, Uni Emirat Arab. Walau bukan peringkat yang sebegitu buruk, namun tetap saja mereka masih belum pernah menjadi juara di kancah internasional. Ketika itu kompetisi PMSC dijuarai oleh tim PUBG Mobile asal Thailand, RRQ.Athena. Mereka keluar sebagai juara karena taktik permainan agresif, yang dilengkapi dengan kemampuan individual yang sangat baik.

Onic Mobile Legends

Sumber: Piala Presiden Official Media
Sumber: Piala Presiden Official Media

Organisasi Onic Esports bisa dibilang sebagai pendatang baru di ekosistem esports Indonesia. Baru berdiri sejak tahun 2018 lalu, Onic Esports langsung menggebrak dengan mencatatkan kemenangan beruntun pada divisi Mobile Legends. Onic Mobile Legends beranggotakan Teguh “Psychoo” Iman Firdaus, Muhammad Julian “Udil” Ardiansyah, Adriand “Drian” Larsen Wong, Maxhill “Antimage” Leonardo, dan satu pemain asal Malaysia, Lu “Sasa” Kai Bean.

Tercatat, tim Onic Mobile Legends hampir tidak terkalahkan sepanjang awal musim 2019 ini. Catatan kemenangan beruntun ini juga terjadi selama Mobile Legends Professional League, liga utama Mobile Legends yang diselenggarakan oleh Moonton. Tercatat, dari 11 pertandingan yang harus mereka jalani, Onic Esports tidak pernah sekalipun kalah dan berhasil mengumpulkan poin sempurna.

Kalau ditambah dengan kompetisi lain yang diikuti selain dari liga resmi, maka mereka catatan kemenangan beruntun mereka dimulai sejak akhir-akhir tahun 2018. Mereka sudah tak terkalahkan sejak Indonesia Pride Weekdays Championship season 4,5, dan 6, Indonesia Esports Games 2018, Dunia Games League 2019, sampai kompetisi Piala Presiden Esports 2019 dan Mobile Legends Star League Season 3.

Salah satu alasan kemenangan beruntun dari tim Onic Esports ini, adalah berkat kemampuan individu Udil dan Sasa. Saat ini, kemampuan mereka bisa dibilang sudah berada di atas rata-rata pemain Mobile Legends Indonesia. Ditambah lagi, permainan tim mereka juga sangat kompak, karena Anti-Mage, Psychoo, dan Drian yang juga sama jagonya dan bisa mengimbangi permainan Udil dan Sasa.

Secara lokal, mereka sudah tidak bisa dikalahkan. Tetapi bagaimana dengan di tingkat internasional? Sementara ini, kompetisi antar-negara berikutnya dalam kancah Mobile Legends adalah Mobile Legends Southeast Asia Cup 2019. Kompetisi setingkat Asia Tenggara ini terakhir kali didominasi oleh Aether Main, (Sekarang menjadi roster Bren Esports) tim Mobile Legends asal Filipina. Tapi semisal Onic Esports juga berhasil mengalahkan Filipina dan memenangkan MSC 2019, saya rasa Moonton harus mempertimbangkan menyelenggarakan kompetisi Mobile Legends tingkat internasional.

RRQ.Endeavour Point Blank

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Sumber: Dokumentasi Pribadi Akbar Priono

Terakhir ada tim RRQ.Endeavour. Sebagai salah satu tim terkuat di kancah Point Blank, tim ini mungkin bisa dibilang sudah mencapai status legenda. Kenapa? Salah satunya adalah karena gaung prestasinya yang sudah mencapai tingkat internasional. Tim ini diperkuat oleh Benny “Moza” Setiawan, Heriyanto “F1re”, Irvan “KingLeo” Ardiansyah, Yulius “NextJacks”, dan Armario “Talent” Falentino Bochem.

Jika melihat prestasi tim ini berdasarkan kompetisi PBNC saja, maka catatan kemenangan beruntun mereka sudah dimulai sejak tahun 2017. Mereka berhasil memenangkan Point Blank National Championship secara berturut-turut, yaitu pada tahun 2017 dan tahun 2018. Tidak berhenti di kancah lokal saja, mereka juga berhasil jadi tim Indonesia yang menorehkan prestasi di kancah Internasional, lewat gelaran Point Blank International Championship 2017.

Walau begitu, tak seperti 4 tim sebelumnya, Endeavour sebenarnya sempat gagal juara di PBGC 2018. Jadi bisa dibilang kemenangan beruntun milik RRQ.Endeavour kurang sempurna, namun tetap mendominasi kancah esports PB di Indonesia. Selain dari kompetisi tersebut, mereka juga mencatatkan diri sebagai juara PBGC 2017, Indonesia Games Championship 2017, dan menjadi pemuncak klasemen di Indonesia Esports Premiere League TBOF musim tahun 2018.

Pemain kunci dari RRQ.Endeavour adalah NextJacks, yang terkenal memegang Point Man di dalam tim. Sebagai Point Man, NextJacks kerap menggunakan senjata laras panjang yang dentumannya bisa membuat musuh bergidik ketakutan. Walau menggunakan senjata laras panjang, bidikan flickshot super cepat NextJack membuat dia menjadi mesin pembunuh efisien yang efisien di dalam game, entah itu jarak jauh ataupun jarak dekat. Berkali-kali ia berhasil melakukan clutch moment, bahkan berhasil memenangkan pertarungan satu lawan beberapa orang sekaligus.

Melihat kelima tim ini yang sudah sangat kuat di kancah lokal, harapan saya cuma satu, yaitu mereka bisa membuktikan diri lebih jauh lagi dengan memenangkan kompetisi internasional. Dari daftar tersebut, baru ada RRQ.Endeavour saja yang benar-benar menjadi pemenang di kancah internasional.

Sebagai pengamat dan penggemar, mari kita doakan agar prestasi tim-tim tersebut bisa semakin cemerlang, dan mencapai tingkat internasional.

Mendominasi, Bigetron Esports Menjadi Juara Metaco Circuit Cup Season 1

Setelah tiga pekan, perjalanan Metaco Circuit Cup Season 1 telah mencapai puncaknya pada akhir pekan lalu. Kualifikasi pekan ke-4 diselenggarakan pada hari Sabtu, 13 April 2019. Kualifikasi tersebut diikuti oleh berbagai nama-nama besar di kancah PUBG, seperti Bigetron, The Prime, PG.Barracx, dan banyak lagi. Alhasil, kualifikasi Metaco Circuit Cup jadi terasa beda kelas, jika dibandingkan dengan pekan-pekan sebelumnya.

Menariknya di kualifikasi ke-4 MCC, Bigetron malah terbilang tidak sebegitu ganas. Seperti biasa, kualifikasi mempertandingkan 3 ronde. 2 ronde pertama diselenggarakan dengan mode TPP mengguakan map Erangel dan Miramar, sementara ronde terakhir menggunakan map FPP Erangel.

Ronde pertama permainan terbilang cukup acak. Banyak tim yang tercecer dan mendarat di tempat yang kurang menguntungkan. Dranix yang berhasil mengamankan bangunan strategis sejak dini, berhasil mendapatkan chicken dinner di ronde ini.

Sumber: Metaco.gg
Sumber: Metaco.gg

Masuk ronde kedua, pertandingan berpindah ke Miramar. Menariknya, pertarungan di sini malah berlimpah kill. Padahal, map ini biasanya dimainkan secara pasif oleh para pemain. Membuka permainan, Bigetron melakukan atraksi clutch tiga lawan satu, yang membuat mata penonton terbelalak. Kendati demikian, Bigetron gagal mendapat chicken dinner, dilibas oleh tim The Prime.

Ronde ketiga, circle jadi tak kondusif karena mengerucut ke arah jembatan. Permainan terpaksa harus diakhiri dengan adu heal. Jelang akhir permainan, kedua pemain sudah terlanjur terjebak, yang satu di atas jembatan, lainnya di bawah jembatan. Ketika circle semakin mengerucut, keduanya jadi tak bisa melakukan konfrontasi. Adu heal akhirnya berhasil dimenangkan oleh Bigetron Game.ly.

Setelah kualifikasi ke-4, esok harinya langsung dilanjut dengan pertandingan Grand Final Metaco Circuit Cup. Kali ini pertandingan berjalan dengan lebih panjang. Pertandingan berlangsung 5 ronde, dengan komposisi 2 TPP Erangel dan Miramar, 2 FPP Erangel dan Miramar, ditutup 1 ronde TPP Erangel.

Ronde pertama, berhasil mengamankan bangunan strategis dapat bertahan hingga tersisa dua tim saja. Sayang, setelah lemparan granat yang luar biasa akurat ke Capital Esports, Aura.One terbunuh oleh Lexus Esports karena pergerakan yang ceroboh. Ronde pertama dimenangkan Lexus Esports.

Ronde kedua, Bigetron mendadak datang dan mengamuk. Lingkar terakhir yang berada di Los Leones dimanfaatkan dengan maksimal oleh Bigetron. Mereka mendapat chicken dinner dengan 17 kill, yang membuat posisi mereka di klasemen melesat jauh ke posisi pertama. Posisi mereka di klasemen semakin solid setelah menang kembali di ronde ketiga dengan mendapatkan 17 kill. Alhasil poin Bigetron di posisi pertama terpaut 20 poin lebih, dari tim posisi kedua yaitu Onic Esports.

Ronde keempat, permainan kembali ke mode FPP dengan peta Miramar. Lagi-lagi circle terakhir memaksa pemain bermain adu heal karena menutup area pegunungan dekat Impala. Tim 1FLA dapatkan chicken dinner setelah Streamer Bidut keok karena kehabisan pasokan obat-obatan.

Sumber: Metaco.gg
Sumber: Metaco.gg

Ronde terakhir kembali ke TPP Erangel. Setelah sebelumnya Streamer Bidut bermain dengan lebih low profile, mereka muncul ke permukaan pada ronde ini. Circle kembali ke area Rozhok dan mereka mengamankan tempat strategis di pinggir circle. Walau mereka mendapatkan Chicken Dinner, Streamer Bidut sayangnya tidak dapat menggoyahkan posisi Bigetron di puncak klasemen.

Setelah penghitungan poin total dari para kontestan, Bigetron berhasil menjadi juara pertama dengan perolehan poin yang sangat besar. Pemain Bigetron, yaitu BTR.Ryzen, juga berhasil mendapat titel terminator setelah membukukan jumlah kill terbanyak sepanjang gelaran Grand Final. Setelah Bigetron sebagai pemenang, posisi kedua diisi oleh Onic Esports, lalu posisi ketiga diisi oleh Armored Project.

Sepertinya Bigetron memang masih terlalu kuat untuk dikalahkan di musim ini. Selamat bagi para pemenang!

Penuh Pendatang Baru, SIXSENSE Juarai R6IDN Community Cup 11

Salah satu kompetisi rutin komunitas Rainbow Six Indonesia, Community Cup, kembali digelar akhir pekan ini (13 April 2019). Kompetisi Community Cup (ComCup) kali ini sudah masuk seri ke-11, dengan tim SIXSENSE berhasil keluar sebagai pemenang, setelah mengalahkan SPiCA. Nama SIXSENSE ini sendiri sebenarnya cukup lama malang melintang di komunitas R6IDN, walau terbilang masih cukup belia jika dibandingkan dengan para seniornya.

ComCup 11 ini menjadi bukti bahwa banyak peminat baru di kancah kompetitif R6. Bukti nyata hal ini salah satunya adalah, banyaknya tim mungkin belum terdengar sebelumnya dan belum muncul di kompetisi lain besutan R6IDN, namun mengikuti kompetisi ini. Ada 1z Academy yang merupakan divisi 2 dari tim 1z Esports, lalu ada tim SPiCA, dan tim SIXSENSE. Bukan hanya itu saja, ada juga tim Beyond The Limit yang bisa dibilang sebagai pendatang baru.

Menariknya para pendatang baru ini datang bukan tanpa persiapan. Bahkan, semua nama yang disebutkan barusan berhasil sampai di babak semi-final, dan memberikan permainan yang sangat mengagumkan. 1z Academy yang merupakan pemenang ComCup 10, sayangnya harus tumbang oleh SPiCA di babak semi final. Sementara itu Beyond The Limit, yang juga merupakan pendatang baru, juga harus tumbang di babak semifinal, oleh SIXSENSE .

Sumber: R6IDN Official Media
Sumber: R6IDN Official Media

Tersisa SPiCA dan SIXSENSE di babak final. Secara riwayat kompetisi, sejauh ini pencapaian SPiCA terbilang lebih baik dibanding SIXSENSE. Tempo hari SPiCA berhasil lolos dari Division Takedown dan naik ke divisi 2 R6IDN Star League. Sementara SIXSENSE masih belum bisa lolos dari Division Takedown, dan kini masih bertengger di divisi 3 R6IDN Star League.

Menariknya, di sini SIXSENSE malah tampil lebih memukau, berhasil menang 2-0 dari seri best-of-3. Hal ini terjadi salah satunya berkat permainan memukau dari Prayogo “Yokuxo” Tantono. Ia berkali-kali berhasil make play, sehingga membuat ia bisa dibilang sebagai pemain kunci yang berperan besar atas kemenangan SIXSENSE di seri ini.

Kemenangan ini menjadi kemenangan perdana bagi SIXSENSE, yang juga menobatkan mereka sebagai juara baru ComCup. Hal ini mengingat ComCup sebelumnya yang cenderung didominasi oleh nama-nama penuh pengalaman seperti Ferox, iNation, ataupun Limitless Gaming.

Terkait hal ini, ternyata memang ada peraturan baru yang diterapkan oleh R6 IDN untuk ComCup kali ini. “Jadi mulai dari ComCup 9, kita ubah sedikit peraturannya. Peraturan tersebut adalah melarang tim divisi 1 Star League untuk mengikuti kompetisi Community Cup.” Jawab Bobby Rachmadi Putra selaku founder dari R6IDN.

“Saat itu kita belum merasakan panasnya kompetisi, karena sepertinya banyak tim yang belum siap dengan peraturan baru ini. Masuk di ComCup 11 ini saya senang sekali melihat banyak tim baru bermunculan, dan beberapa tim lama yang performanya meningkat seperti SPiCA, ataupun SIXSENSE sang juara.” Bobby bercerita kepada Hybrid.

Sumber: R6 IDN Official Media
Sumber: R6 IDN Official Media

Bertajuk Community Cup, SIXSENSE sebagai juara berhak mendapatkan hadiah berupa 5 buah 1200 R6 Credit. Lebih lanjut soal ComCup dan komunitas R6IDN, Bobby menyatakan harapannya agar bisa lebih banyak tim baru yang bermunculan lewat kompetisi ini. “Saya juga berharap dengan ComCup, kemampuan bermain para tim bisa meningkat, dan nantinya bisa berlaga di Indonesia Series League, Star League, atau bahkan mengharumkan nama Indonesia di kancah R6 Indonesia” tambah Bobby.

Selamat untuk tim SIXSENSE, telah menjadi juara ComCup 11! Dengan kehadiran peraturan baru ini tentu akan membuat ComCup jadi semakin dinamis. Kira-kira, siapa nama baru yang bakal muncul di ComCup seri ke 12? Tunggu saja kelanjutannya ya!

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Rainbow Six: Siege Indonesia Community (R6 IDN)

Hybrid Day: Berbagi Berbagai Pengalaman Esports di Tingkat Internasional

Kehebatan Indonesia di kancah esports Internasional sebenarnya tidak bisa dipandang remeh. Pada masanya, nama Indonesia sempat muncul di berbagai kompetisi Internasional DotA ataupun Counter Strike. Zaman sekarang, tradisi prestasi tersebut pun masih terus berusaha dipertahankan.

Namun untuk bisa bertanding dan menjadi juara di kancah esports internasional tentu tidak semudah itu. Dalam Hybrid Day yang diadakan di Binus Square pada 11 April 2019 kemarin, kita berbincang-bincang dan berbagi pengalaman tentang ajang esports internasional serta pengalamannya.

Siapa saja narasumber yang mengisi bincang-bincang yang bertemakan “International Esports Experience” kali ini? Mari kita berkenalan terlebih dahulu.

Ariyanto “Lakuci” Sony – Mantan Pemain DotA Profesional

Dokumentasi Hybrid - Ajie Zata
Dokumentasi Hybrid – Ajie Zata

Kalau Anda mengikuti napak tilas kancah esports Dota Indonesia sejak dahulu kala, nama ini harusnya tidak asing lagi di telinga Anda. Sosok ini sudah mencapai tingkat legenda di kancah esports Indonesia, karena prestasi yang berhasil ia torehkan saat masih berkarir sebagai pemain Defense of the Ancient (DotA) profesional.

Saat bermain untuk tim XCN beberapa tahun silam, kemampuan Lakuci dan kawan-kawan diakui oleh komunitas esports DotA Internasional. Sampai-sampai Lakuci dan kawan-kawan sempat diakuisisi oleh salah satu organisasi esports terkenal asal Eropa, Fnatic. Terakhir kali bermain pada tahun 2008 lalu, kini Lakuci sudah tidak lagi aktif menjadi atlet esports.

Brando Oloan – BOOM.ID Dota 2 Team Manager

Sumber: Twitter @dotasltv
Sumber: Twitter @dotasltv

Setelah Mobile Legends menjadi sangat populer di Indonesia, kini hanya segelintir organisasi esports saja yang masih fokus pada divisi Dota 2. BOOM.ID merupakan salah satunya, yang masih sangat fokus untuk mendapatkan hasil yang terbaik di kancah Dota 2 internasional. Sampai saat ini, BOOM.ID masih bisa dibilang sebagai salah satu tim Dota 2 terkuat di Indonesia.

Tak terkalahkan di kancah lokal, mereka sudah hampir 3 kali berturut-turut mewakili Indonesia di kancah internasional bertanding dalam gelaran Minor. Kesuksesan divisi Dota BOOM.ID terjadi salah satunya berkat asuhan tangan dingin Brando Oloan selaku manajer divisi Dota 2 BOOM.ID. Brando di sini bertugas memberikan berbagai saran kepada para pemain agar bisa bermain lebih maksimal, serta memastikan kebutuhan para pemain dipenuhi.

Annisa Apriliana Purwaningtyas – Marketing PR Mineski Event Team Indonesia

Sumber: Dokumentasi Pribadi Annisa Amalia
Sumber: Dokumentasi Pribadi Annisa Apriliana

Nama Mineski selama ini besar sebagai salah satu pelopor tim esports di Asia Tenggara. Berdiri sejak tahun 2004 sebagai sebuah tim esports, kini bisnis Mineski mencakup berbagai hal yang ada di ekosistem esports; termasuk: iCafe lewat branding Mineski Infinity, event organizer di bawah bendera Mineski Event Team (MET), media esports di bawah bendera mineski.net, bahkan esports peripheral yang membawa nama Mineski Gear.

Berbasis di Filipina, Mineski mengembangkan bisnisnya ke Indonesia lewat Mineski Infinity dan MET. Annisa Apriliana Purwaningtyas merupakan perwakilan MET yang menjabat sebagai Marketing PR. Dengan pengalaman hampir 3 tahun di bidang PR, Lia bertugas untuk mengurus berbagai hal seputar Public Relation seperti: media relationreputation management, serta mengatur strategi publikasi dari Mineski Event Team.

Bertanding di Luar Negeri? Bagaimana Rasanya?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Sebagai gamers, ini mungkin jadi salah satu hal yang selalu diimpikan: bisa bertanding di luar negeri, bertemu komunitas esports internasional, dan berhadapan langsung dengan pemain-pemain yang sebelumnya mungkin adalah idola Anda. Beruntung Lakuci dan Brando bersama dengan BOOM.ID sudah bisa merasakan hal tersebut.

Pertanyaan pertama untuk membuka obrolan ini adalah, bagaimana rasanya bertanding di luar negeri?

Sebelum bicara soal rasanya bertanding di luar negeri, Lakuci sedikit curhat soal keadaan kompetisi DotA kala itu. Masalah utama ketika itu menurutnya adalah soal koneksi internet. Walau sudah ada kompetisi game, namun nyatanya kompetisi online ketika itu masih cukup sulit. Jadi jika ingin berlatih, Lakuci hanya bisa mengandalkan pertandingan LAN antar pemain di warnet tempat ia main.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Karena tidak bisa bertemu pemain-pemain di cakupan wilayah yang lebih luas, Lakuci merasa senang sekali ketika mendapat kesempatan bertanding di kancah internasional. “Jadi dulu tuh kita malah seneng banget, excited. Jelang tanding, kita malah udah nggak sabar ingin unjuk gigi di hadapan pemain-pemain internasional, dan ingin mengalahkan mereka”. Cerita Lakuci kepada khalayak di Binus Square.

Sementara Brando, yang juga sempat menjadi pemain, menceritakan hal yang serupa dengan apa yang dikatakan Lakuci. Ketika ia masih aktif bermain Dota kompetitif, ia juga sama semangatnya ketika akan bertemu dengan pemain-pemain internasional.

Kini sebagai manajer BOOM.ID, satu hal yang dirasakan Brando adalah pemain yang kini mendapat fasilitas yang lengkap. “Wah, perasaannya sih yang pasti sekarang tuh kalau mau tanding pemain itu sangat nyaman. Fasilitasnya lengkap, jadi nggak perlu mikirin hal lain lagi”. Kata Brando menceritakan pengalamannya.

Lebih lanjut soal perasaan ketika bertanding, Brando juga menceritakan sedikit pengamatannya terhadap para pemain BOOM.ID. “Kalau akan bertanding, kita sih nggak pernah ada merasa grogi atau gimana. Jadi kalau udah di atas panggung, kita fokusnya ya main aja”. Lebih lanjut, Brando juga bercerita, menurut pengamatannya, lighting, suasana panggung serta acara, sebenarnya tidak banyak mengganggu para pemain.

Lokal vs Internasional, Apa Bedanya?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Kalau dari tadi kita sudah melihat event internasional dari sudut pandang pemain, sekarang mari kita coba melihat sudut pandang dari penyelenggara event, yaitu Mineski. Kalau dari sudut pandang penyelenggara, maka pertanyaan yang muncul adalah, apa perbedaan persiapan event tingkat nasional dengan event tingkat internasional?

Lia, sapaan akrab Annisa, menjawab bahwa sebenarnya Mineski sudah punya standar dalam penyelenggaraan event. Jadi baik lokal atau internasional, ada beberapa standar tertentu yang tetap sama, tidak ada bedanya. “Tapi kalau event internasional, bisa jadi ada beberapa pemain yang tidak bisa bahasa inggris. Untuk keadaan khusus, tentunya butuh perlakuan khusus, yaitu dalam bentuk seorang translator yang bertugas membantu tim tersebut berkomunikasi.” Jawab Lia.

Bagi Anda yang mungkin ketinggalan dengan sepak terjang BOOM.ID, tim berlogo serigala ini sebenarnya sudah tidak terkalahkan di kancah lokal. Bahkan Brando saja sampai lupa kapan terakhir mereka kalah di kompetisi lokal, ketika ditanyakan oleh Yabes Elia, Senior Editor kami selaku Moderator acara Hybrid Day.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Namun di kancah internasional, BOOM.ID masih banyak ketinggalan. Setelah dua kali Minor, BOOM.ID masih cukup kesulitan melawan tim dari regional lain. Jadi sebenarnya apa perbedaan bertanding melawan tim lokal dengan tim internasional?

Brando pun menjawab bahwa perbedaan melawan tim lokal dengan tim internasional ada pada pengertian atas META permainan. Ia mengatakan bahwa tim-tim Eropa memiliki pemahaman META yang lebih mendalam. “Tantangannya adalah, ketika kami coba terapkan ilmu tersebut untuk bertanding di SEA, hasilnya kami malah keteteran.”

“Sebab, memang sejauh pengamatan saya, permainan tim SEA dengan tim-tim barat itu berbeda. Jadi butuh penyesuaian tertentu ketika mau mencoba mengalahkan tim SEA dengan strategi barat.” Ujar Brando menjelaskan. Maka dari itu, demi meningkatkan jam terbang para pemain BOOM.ID, salah satu yang sedang diusahakan oleh Brando dan manajemen adalah memberi pemain akses untuk bermain di server China.

Berprestasi Secara Internasional, Apa Rahasianya?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Lakuci pada tahun 2000-an berhasil berprestasi di kancah Dota internasional. Satu dekade berlalu, ternyata pemain-pemain Dota di Indonesia masih belum bisa mengulang masa kejayaan tersebut. Bertanding di tingkat Minor memang sebuah pencapaian bagi BOOM.ID. Namun mereka sendiri masih belum bisa mengulang masa kejayaan Lakuci, dengan memenangkan atau setidaknya masuk semi-final Minor.

Melihat keadaan ini, pertanyaan yang muncul adalah, apa rahasianya? Apa resep rahasia Lakuci bisa menang di kancah internasional? Menurut Lakuci, resep rahasianya ada 3 elemen, trust, respect, dan care. Ketiga elemen tersebut harus diterapkan di dalam keseharian tim agar mencapai sinergi tingkat tinggi, yang membuat strategi permainan bisa berjalan lancar.

Lakuci lalu melanjutkan ceritanya. Pada masanya, timnya menang bukan karena timnya yang terhebat. “Kita dulu menang bukan karena hebat, tapi karena kita kompak. Strategi mungkin bisa dibilang faktor kedua dari kemenangan tim kami ketika itu.” Lakuci menjelaskan. Ia juga mengingatkan kepada khalayak di Binus Square, bahwa perilaku toxic adalah sesuatu yang wajib dihindari.

“Jangan saling ledek, hal tersebut bisa memengaruhi performa tim, apalagi jika ada anggota tim yang biasa memendam emosi. Keluarkan kata-kata yang bersifat membangun, jangan menghina sesama anggota tim, dorong semua anggota tim agar sama-sama jadi jago. Kalau sudah sinergi, strategi apapun gampang diterapkannya.” Kata Lakuci sembari menasihati.

Membawa International Esports Experience ke Indonesia, Apa Mungkin?

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Kita sedari tadi sudah banyak membahas soal pertandingan dari sudut pandang pemain. Topik berikutnya yang menjadi pembahasan adalah, membawa international esports experience ke Indonesia, baik itu dari sudut pandang penyelenggara event ataupun sudut pandang manajemen tim.

Kalau Anda adalah penggemar esports garis keras, Anda mungkin sudah tahu bahwa sudah ada banyak sekali event esports di Indonesia. Dalam setahun, jumlahnya mungkin sudah bisa mencapai puluhan. Namun jumlah event tingkat internasional di Indonesia masih cukup minim, walau jumlahnya meningkat.

Beberapa event internasional yang saya ingat pernah diselenggarakan di Indonesia adalah GESC Dota 2 Indonesia Minor 2018, Asian Games Esports 2018, dan ESL Clash of Nations 2019. Menanggapi hal tersebut, pertanyaan yang muncul adalah, apa yang menjadi hambatan bagi penyelenggara event esports untuk menyelenggarakan event kelas internasional?

Menjawab hal ini, Annisa Apriliana dari Mineski Event Team menjelaskan bahwa kendala utamanya adalah dari persoalan sponsor. Walau nilai industri esports internasional diprediksi akan mencapai nilai sebesar US$1,1 miliar, namun dalam konteks Indonesia, jumlahnya mungkin hanya sebagian kecil dari prediksi tersebut.

Lia mengatakan salah satu hambatannya adalah karena kebanyakan brand lokal belum butuh exposure internasional. “Banyak brand dalam negeri yang mengedepankan exposure lokal terlebih dahulu. Jadi budget yang diberikan setidaknya budget tingkat nasional.” Tambah Lia.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

Lebih lanjut, Lia mencoba menjelaskan sambil memosisikan diri dari perspektif sponsor. Menurutnya, investasi event internasional itu sangat besar, jadi para sponsor tentunya akan berpikir berkali-kali untuk mendanainya. Dengan investasi yang besar, mereka tentu mengharapkan bisa mendapat timbal balik yang juga besar. Beberapa timbal balik tersebut seperti seberapa jauh event tersebut menjangkau para fans esports, baik lewat streaming ataupun datang langsung, yang akan melihat brand sponsor.

Lalu jika permasalahannya adalah soal menjangkau lebih banyak fans esports, apakah konten-konten bahasa inggris, seperti shoutcaster berbahasa inggris atau postingan media sosial dengan bahasa inggris, mungkin bisa menjadi solusi? Tanya Yabes Elia, melanjutkan topik pembahasan tadi sambil mencoba membahas solusinya.

Lia lalu mengatakan bahwa di era digital ini, postingan media sosial ibarat perpanjangan tangan dari event itu sendiri. “Apa yang terjadi di offline itu harus ada juga di online, supaya kita bisa menjangkau khalayak yang lebih banyak. Saya rasa, konten berbahasa inggris bisa jadi salah satu solusi untuk menjangkau khalayak internasional.” Ujar Lia.

Beralih ke sisi organisasi esports, arti menghadirkan international esports experience salah satunya bisa lewat menghadirkan pemain-pemain terbaik untuk mengisi roster sebuah tim. Walau beberapa tim sudah mulai mencoba, namun beberapa organisasi esports lainnya masih mengandalkan talenta lokal dalam usahanya mendapatkan prestasi gemilang di kancah internasional.

Dokumentasi Hybrid - Lukman Azis
Dokumentasi Hybrid – Lukman Azis

BOOM.ID juga melakukan hal tersebut. Maka dari itu, pertanyaan yang muncul adalah, apakah mungkin untuk memasukkan pemain internasional atau mengambil roster dari luar negeri bagi sebuah manajemen esports di Indonesia? Brando, selaku manajer divisi Dota 2 BOOM.ID, mengatakan bahwa sebenarnya mungkin-mungkin saja melakukan hal tersebut.

“Namun kalau saya sendiri sebenarnya merasa talenta Indonesia masih banyak yang berpotensi. Terlebih, menggabungkan talenta internasional dengan para pemain lokal bisa jadi menciptakan masalah baru, yaitu masalah language barrier. Masalah tersebut bisa jadi membuat kerjasama tim jadi kurang mantap. Kalau saya punya anggaran sebesar itu untuk mendatangkan pemain dari luar negeri, mungkin saya lebih memilih mendatangkan coach untuk memberi insight dan pengetahuan kepada para pemain yang akan meningkatkan kemampuan para pemain lokal.” Kata Brando.

Membicarakan soal talenta esports di Indonesia, Lakuci pun kembali menambahkan. Menurutnya, Indonesia tidak pernah kehabisan talenta berbakat. Tetapi masalahnya menurut dia adalah pengelolaan pemain tersebut yang mungkin masih kurang maksimal. “Indonesia tidak pernah kekurangan gamers berbakat, tetapi saya rasa yang kita alami saat ini adalah krisis pengelolaan talenta berbakat tersebut.” Lakuci menambahkan.

Sekian bincang-bincang kami membahas seputar International Esports Experience bersama dengan para narasumber, dalam gelaran Hybrid Day yang diselenggarakan di Binus Square. Hybrid Day akan hadir kembali di kampus atau sekolah lainnya di waktu yang akan datang.

Persiapkan Diri untuk IENC 2019, Kejurnas Esports Pertama di Indonesia

Dahulu kala menjadi gamers garis keras dianggap sebagai suatu hal yang negatif, bahkan kadang dianggap sebagai sebuah penyakit sosial. Tetapi sekarang, menjadi gamers bisa membuat Anda dianggap sebagai atlet sungguhan, dan memiliki kesempatan mengharumkan nama negara di hadapan khalayak internasional.

Setelah Asian Games 2018, yang mempertandingkan esports sebagai cabang eksibisi, setahun kemudian SEA Games 2019 menjadikan esports sebagai cabang olahraga bermedali. Menanggapi hal tersebut IESPA mempersiapkan rangkaian event dan KEJURNAS, untuk menyeleksi atlet esports terbaik di Indonesia.

Rangkaian tersebut bernama IENC 2019, yang merupakan singkatan dari Indonesia Esports National Championship. Kompetisi ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menyaring gamers kompetitif terbaik dari berbagai belahan nusantara, untuk menjadi kontingen esports Indonesia di gelaran SEA Games 2019.

ESL Indonesia Championship - BOOM.ID
Dota 2 akan menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan di dalam SEA Games 2019, akankah BOOM.ID mewakil Indonesia di SEA Games 2019? | Sumber: ESL Indonesia

IENC 2019 akan menyaring kontingen esports untuk SEA Games pada 3 cabang permainan, yaitu: Dota 2, Mobile Legends, dan Tekken 7. Masing-masing cabang permainan akan diwakili oleh satu tim atau dua orang bagi cabang game bersifat perorangan.

Penyaringan ini tentu bukan main-main, karena hanya pemain terhebat yang berhak mengikuti pelatnas dan berangkat ke SEA Games 2019 untuk mewakili Indonesia di cabang esports. Terkait IENC 2019 ini Eddy Lim selaku ketua umum IESPA pun turut memberikan komentarnya.

“Saat ini kami membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk tim-tim esports Indonesia yang ingin menjadi kontingen SEA Games 2019 melalui jalur resmi yang kami sediakan” ujar Eddy Lim. “Saat ini SEA Games 2019 memiliki dua jalur resmi, yaitu IEL dan IENC. Nantinya akan ada beberapa event lagi yang akan digelar dalam waktu dekat ini” beliau menambahkan.

Lebih lanjut, Ibu Hellen Sarita de Lima, Plt. Sekretaris Jendral KOI, juga turut menambahkan. “IESPA yang berhak melakukan seleksi atlet pelatnas, untuk diajukan kepada KOI, yang selanjutnya melakukan seleksi melalui monitoring, dan evaluasi bersama tim ahli untuk membentuk kontingen SEA Games atau multi-event internasional lainnya.” kata ibu Hellen.

“Saat ini IESPA telah mengajukan number of event yang akan diikuti di SEA Games 2019 nanti kepada KOI, dan telah didaftarakan sebelum tanggal 15 Maret 2019 lalu” pungkas beliau. Sebenarnya ada 5 game yang dipertandingkan untuk cabang esports di SEA Games 2019 mendatang. Kelima games tesrebut adalah Dota 2, Starcraft II, Tekken 7, Arena of Valor, dan Mobile Legends.

Ibu
Ibu Hellen Sarita De Lima bersama dengan Eddy Lim, ketua IESPA. Sumber: Press Release

Indonesia sejauh ini memang cukup kuat untuk cabang-cabang yang diseleksi dalam IENC 2019. Untuk cabang Dota,Indonesia punya BOOM.ID, yang belakangan lolos ke dalam 3 DPC Minor berturut-turut, dan hampir tidak terkalahkan di kancah lokal. Untuk cabang Mobile Legends, mengingat game ini adalah yang terpopuler di Indonesia, jumlah talentanya tentu sangat banyak dan ada yang berpotensi. Untuk cabang Tekken 7, terakhir kali Adrian “Meat” Jusuf berhasil mencapai babak perdelapan final dalam gelaran IeSF World Championship 2018.

Lebih lanjut soal alasan kenapa hanya 3 cabang game yang akan diseleksi, Eddy Lim mengatakan bahwa hal ini dikarenakan KOI hanya akan mengirimkan atlet-atlet yang punya kesempatan besar mendapatkan emas di SEA Games 2019 nanti.

“Kalau untuk AOV, kita masih menunggu konfirmasi, apakah akan kerjasama langsung dengan pihak Garena atau tidak.” Lanjut Eddy Lim, membahas soal AOV yang tidak masuk dalam salah satu daftar, walaupun prestasi Indonesia cukup cemerlang di cabang ini.

Siapapun yang mewakili Indonesia untuk cabang esports di SEA Games nantinya, semoga mereka bisa memberikan yang terbaik, mendapat hasil yang terbaik, dan membanggakan nama Indonesia di kancah Asia Tenggara!

 

Jelang PBNC 2019, BOOM.ID Secara Mendadak Melepas divisi Point Blank

Kemarin malam (10 April 2019) berita mengejutkan datang dari salah satu organisasi esports di Indonesia. Lewat sebuah postingan media sosial, BOOM.ID secara resmi berpisah jalan dengan divisi Point Blank, yaitu tim Guardian Force. Hal ini jadi mengejutkan karena gelaran Point Blank National Championship yang benar-benar sudah di depan mata, tepatnya tanggal 27-28 April 2019 mendatang.

Postingan perpisahan antara BOOM.ID dengan Guardian Force tersebut terbilang cukup tajam. Kalau Anda adalah penggemar esports garis keras, Anda mungkin sudah awam dengan postingan perpisahan dengan pemain/suatu divisi. Biasanya yang jadi alasan perpisahan tak jauh soal perbedaan visi atau si pemain yang memiliki urusan keluarga tertentu.

Dalam postingan tersebut, BOOM.ID menyebutkan perpisahan ini terjadi karena masalah internal yang tidak dapat diselesaikan, tidak termaafkan, dan menyangkut nama baik BOOM.ID.

Sumber: Instagram @boomesportsid
Sumber: Instagram @boomesportsid

Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut soal ini, Hybrid mencoba menghubungi Marzarian “Ojan” Sahita selaku General Manager tim BOOM.ID. Namun sayang, baik Ojan ataupun manajemen BOOM.ID masih belum mau memberi komentar apapun, terkait apa yang terjadi di balik perpisahan antara BOOM.ID dengan tim Guardian Force.

Selain RRQ.Endeavour, Guardian Force merupakan salah satu tim yang juga berprestasi dan cukup konsisten di kancah Point Blank lokal. Guardian Force pertama kali bergabung dengan BOOM.ID pada Mei 2018 lalu, ketika BOOM.ID sedang gencar melakukan ekspansi ke berbagai cabang, termasuk Hearthstone dan FIFA Online.

Berdiri sejak sekitar tahun 2012 lalu, tim Guardian Force sudah mengumpulkan banyak sekali prestasi dan juga gelar juara. Salah satu pencapaian terbesar mereka adalah memenangkan PBNC pada musim kompetisi tahun 2014 dan tahun 2016.

Pada postingan Instagram soal perpisahan ini, Gary Ongko Putera, CEO dari BOOM.ID, juga mengakui kehebatan Guardian Force. Pada kolom komentar, Ia bahkan mengatakan bahwa ia yakin kalau tim GF kemungkinan besar akan menjadi juara PBNC dan mewakili Indonesia di gelaran PBWC. Tetapi lebih lanjut Gary menjelaskan dan menyayangkan soal attitude dari para pemain, yang sudah melewati batas dan tidak bisa lagi ditolerir oleh manajemen BOOM.ID.

Gary (kiri) dan Owljan (kanan). Sumber: Owljan
Gary (kiri) dan Owljan (kanan). Sumber: Owljan

Terkait soal attitude Ojan memang sempat berbagi hal tersebut di dalam acara Hybrid Day. Sebagai salah satu tim esports yang kerap menegaskan perilaku tidak disiplin, Ojan menceritakan bahwa manajemen BOOM.ID menganggap attitude sebagai faktor penting yang dipertimbangkan dalam merekrut seorang atlet esports.

Dengan perpisahan ini, dan PBNC yang sudah sangat dekat, apakah BOOM.ID akan mencoba merekrut tim Point Blank lain yang masih belum memiliki klub organisasi esports? Satu hal yang pasti, mari kita berharap agar masalah ini berhenti sampai di sini dan tidak diperpanjang sampai berlarut-larut. Good luck untuk tim Guardian Force! Semoga tetap berprestasi dan terus membanggakan nama besar Indonesia di kancah Point Blank.