Peran IMI di Pengembangan Ekosistem Sim Racing Indonesia

Beberapa bulan belakangan, dunia disibukkan oleh pandemi virus corona. Satu per satu, kegiatan non-esensial dihentikan, termasuk pertandingan olahraga. Berbagai liga sepak bola terpaksa harus dihentikan, begitu juga dengan kompetisi NBA dan balapan. Di tengah kemandekan ini, esports muncul sebagai secercah harapan, baik bagi fans olahraga maupun penyelenggara turnamen. Berbeda dengan kebanyakan kompetisi olahraga yang harus diadakan secara offline, pertandingan esports bisa diadakan secara online. Jadi, seseorang tetap bisa berkompetisi tanpa harus keluar dari rumah dan mengambil risiko terpapar virus corona.

Berbagai balapan pun diubah formatnya menjadi balapan virtual, mulai dari Formula 1, NASCAR, sampai Formula E. Menariknya, balapan virtual ini tidak hanya menarik para pembalap profesional serta gamer atau influencer. Ada juga atlet dari bidang olahraga lain yang tertarik untuk ikut serta. Sebut saja striker Manchester City, Sergio Aguero. Saat disiarkan di televisi, balapan virtual ini juga sukses mendapatkan penonton hingga ratusan ribu orang. Ini membuat sim racing menjadi kembali hype, tidak hanya di dunia, tapi juga di Tanah Air.

Lalu, bagaimana potensi sim racing di Indonesia?

Awal Mula IMI Terjun ke Sim Racing

Di Indonesia, sim racing alias balap virtual merupakan ranah di bawah naungan Ikatan Motor Indonesia (IMI). Memang, IMI adalah asosiasi yang menaungi semua jenis kompetisi balap otomotif di Tanah Air. IMI sendiri mulai tertarik untuk masuk ke sim racing alias digital motorsport pada tahun 2018. Pasalnya, ketika itu, FIA (Federation Internationale de l’Automobile) juga kembali memerhatikan sim racing.

Indra Feryanto, Ketua Komisi Digital Motorsport dari IMI menjelaskan, “Pada 2018 tuh, FIA sudah mulai menggalakkan lagi soal sim racing. Kebetulan, di pengurusan IMI ada beberapa yang memang into sim racing.” Pada tahun itu, IMI mengajukan ide pembentukan komisi khusus sim racing. Ide tersebut disetujui oleh sebagian besar anggota. Itulah awal dari Komisi Digital Motorsport di IMI. “Di kita (Indonesia), sim racing itu kan mulai berkembang pada 2017. Pada 2018-2019, perkembangan sim racing pesat sekali. Kita ingin tangkap momentum itu, kita bisa regulasi, agar bisa lebih terarah,” ujar Indra saat dihubungi melalui telepon.

Indra Feryanto (kanan) bersama Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia Anes Budiman. | Sumber: AMD
Indra Feryanto (kanan) bersama Anes Budiman, Channel Manager untuk AMD Indonesia Anes Budiman (kiri). | Sumber: AMD

Semenjak komisi digital motorsport dibentuk, mereka telah melakukan berbagai kegiatan, seperti pameran dan bahkan kejuaraan nasional. Pada bulan Maret 2019, IMI menggelar Racing Simulator Festival bersama berbagai pelaku ekosistem simulasi balap, mulai dari Techno Solution, yang merupakan distributor resmi Thrustmaster, organizer balap GT-Sim.ID, Alien Needs, Harris Muhammad Engineering, dan Komunitas Sim Racing Indonesia. Selain mengumumkan keberadaan kejurnas, acara tersebut juga bertujuan untuk mengenalkan balapan virtual pada masyarakat luas serta komunitas gamer dan IT. Perkenalan itu mencakup pembahasan tenatng game, kompetisi, serta alat pendukung sim racing.

Pada tahun 2019, IMI juga mengadakan kejuaraan nasional, yaitu Indonesia Digital Motorsport Championship (IDMC). Indra mengatakan, jumlah peserta yang masuk dalam IDMC “lumayan”. Dan yang paling penting, ungkapnya, mereka berhasil menemukan orang yang pantas menyandang gelar “juara nasional”. Berakhir pada Desember 2019, IDMC dimenangkan oleh Andika Rama Maulana, yang mewakili tim GT-Sim.ID.

Rencananya, tahun ini, IMI akan kembali mengadakan IDMC. “Kami juga melihat adanya pandemi ini sebagai blessing. Karena kebanyakan orang harus diam di rumah, kegiatan sim racing bisa mengisi waktu,” ujar Indra. Faktanya, dia mengatakan, para pembalap nasional berinisiatif untuk membuat kegiatan balapan virtual, yaitu Ramadhan Balap Indonesia.

Apa Tujuan IMI Masuk ke Sim Racing?

Ketika ditanya apa tujuan IMI untuk ikut turun dalam mengembangkan ekosistem sim racing, Indra berkata, “Pembalap itu nggak lepas dari simulator. Mereka butuh latihan, agar bisa tahu cara cari waktu lebih cepat, berkendara lebih aman,” ujarnya. Dan menggunakan simulator adalah cara paling mudah dan murah untuk berlatih balapan. Pendapat Indra senada dengan omongan Rama. Dalam Hybrid Talk — yang videonya bisa Anda tonton di bawah — Rama berkata bahwa sim racing bisa membuka jalan untuk meraih cita-cita bagi orang-orang yang ingin menjadi pembalap.

“Seperti kita tahu, dunia motorsport, apapun olahraganya, mau mobil, motor, sepeda, itu sangat makan duit. Jangankan beli mobil, beli bensin juga mahal,” celoteh Rama. “Belum ban, belum rem. Dengan adanya sim racing, yang sudah diakui karena punya komisi sendiri, ini bisa jadi satu cabang balapan baru. Ini bisa juga jadi solusi untuk orang-orang yang mau terjun ke dunia balap profesional, tapi punya budget terbatas.”

Lebih lanjut Indra menjelaskan, salah satu agenda Divisi Digital Motorsport IMI adalah untuk melakukan pendidikan. “Ke depan, kita bisa bantu kembangkan atlet atau individu yang memang punya bakat agar pengembangan bakatnya terarah,” ungkap Indra. “Buat jadi pembalap, kan mahal modalnya. Jadi, kita mulai dengan simulator.” Masalahnya, jika Anda ingin menjadi pembalap, untuk berlatih, Anda harus bisa mendapatkan akses ke mobil balap dan sirkuit. “Nggak semua orang punya luxury itu. Simulator itu bisa jadi tempat latihan, tanpa orang harus pergi jauh-jauh (ke sirkuit). Kalau mau investasi, biayanya juga nggak terlalu besar. Dari segi skill, bisa dikembangkan dan jadi pembalap beneran,” jelas Indra.

Tujuan lain IMI mengembangkan ekosistem digital motorsport adalah untuk memajukan cabang olahraga tersebut. Diharapkan, ini akan membuat olahraga motorsport lainnya menjadi ikut populer. Memang, banyak perusahaan non-endemik yang masuk ke dunia esports — baik sebagai investor atau sponsor — untuk mendekatkan diri dengan generasi muda. Tidak heran, mengingat sebagian besar penonton dan pemain esports adalah generasi milenial atau gen Z.

Sejauh ini, salah satu tujuan IMI yang sudah tercapai adalah menyelenggarakan kejuaraan nasional. Mereka berhasil merealisasikan hal ini ketika mereka mengadakan IDMC pada tahun lalu. Tahun ini, IMI berencana untuk kembali menyelenggarakan IDMC. Selain itu, IMI juga berencana untuk mengadakan berbagai kegiatan lain dalam kalender nasional mereka.

Potensi Sim Racing di Indonesia dan Halangan yang Dihadapi IMI

Menurut Indra, dari segi bisnis, potensi sim racing sangat menjanjikan. Hal ini terlihat dari fakta bahwa orang-orang yang tertarik dengan sim racing tak melulu penduduk Pulau Jawa. “Sekarang, sim racing itu nggak hanya terfokus di Pulau Jawa,” kata Indra. “Kalimantan dan Sulawesi pun berlomba-lomba dalam digital motorsport.” Sementara kalau dari segi kegiatan perlombaan, dia mengungkap, pembalap Indonesia juga sudah mulai diperhitungkan di kompetisi tingkat global. “Ada sim racer yang juga sudah berkiprah di luar negeri,” aku Indra.

Pembalap tak pernah lepas dari simulasi. | Sumber: Automobilsport
Pembalap tak pernah lepas dari simulasi. | Sumber: Automobilsport

Hype sim racing di Indonesia kini juga cukup tinggi. Sambil tertawa, Indra berkata, “Tahun lalu, banyak orang yang menyesal tidak ikut. Sampai sekarang, ada banyak orang yang mau membeli simulator, tapi sudah habis. Distributor juga kehabisan. Selama ini, orang jarang mencari, tapi sekarang malah banyak yang nyari.” Sementara itu, soal software yang digunakan, Indra mengatakan, IMI menjadikan rFactor 2 sebagai standar. “Untuk keperluan dari IMI, platform yang kita pilih adalah rFactor 2, yang bisa memenuhi kriteria kami,” ujarnya.

Tentu saja, usaha IMI dalam mengembangkan ekosistem sim racing di Indonseia tak berjalan mulus sepenuhnya. Bagi Indra, masalah nomor satu adalah keterbatasan alat. “Belum banyak yang memproduksi alat sim racing secara lokal,” ujarnya. “Kalau harga itu beragam. Mulai dari yang murah sampai yang mahal, terserah, sesuai pilihan Anda.” Masalah lainnya adalah kebanyakan orang yang tertarik dengan digital motorsport hanya tertarik untuk menjadi pembalap. Tidak heran, mengingat di dunia sim racing pun, pembalap tetap menjadi bintang utama. Sayangnya, itu berarti tidak banyak orang yang tertarik dengan posisi di belakang layar, hakim yang mengatasi dispute.

Di masa depan, Indra mengatakan, IMI berharap bahwa mereka akan bisa mengasah talenta muda untuk menjadi pembalap. “Jika ada driver yang potensial, punya prestasi yang bagus, kita bisa tawarkan untuk menjadi pembalap di luar negeri,” ujarnya. Untuk merealisasikan hal ini, IMI kini tengah menggodok wacara pembentukan Digital Motorsport Academy. Dengan adanya akademi ini, diharapkan orang-orang yang bercita-cita sebagai pembalap akan memiliki jalan yang jelas dalam mencapai cita-cita mereka.

Kesimpulan

Di tengah pandemi, semua kegiatan olahraga terhenti. Ini menjadi waktu yang tepat bagi esports untuk menarik hati masyarakat mainstream. Sementara di dunia balapan, balapan virtual bisa menjadi alternatif tontontan bagi fans balap yang merasa kehilangan karena dibatalkannya berbagai kompetisi balap.

Untungnya, di Indonesia, sim racing sudah menjadi perhatian dari IMI, yang merupakan ASN (Aparatur Sipil Negara). Dengan masuknya IMI dalam pengembangan ekosistem sim racing, ini berarti, pemerintah telah ikut turun tangan. Harapannya, IMI dapat membuat ekosistem sim racing berkembang, membuka jalan bagi anak-anak yang ingin menjadi pembalap untuk meraih cita-citanya.

Sumber header: Steam

Divisi Dota T1 Umumkan Meracle dan Poloson Sebagai Roster Terbaru

Divisi Dota 2 dari organisasi esports asal Korea Selatan, T1, mengumumkan dua pemain terbarunya, yaitu Galvin Kang Jian Wen (Meracle) dan Wilson Koh Chin (Poloson). Dua pemain ini datang menggantikan Dominik Reitmeier (Black^) dan Yixuan Guo (Xuan) yang meninggalkan T1 pada Maret 2020 lalu.

Belakangan, T1 memang sedang mengalami masa suram, karena minimnya prestasi yang mereka dapatkan. Berkali-kali mereka terhenti di babak semi-final dari beberapa kompetisi dan bahkan terhenti di fase awal kompetisi.

Terlebih, mereka juga kerap kali kalah dari tim antah berantah, yang bahkan bukan merupakan organisasi esports. Mereka sempat kalah oleh Team Strawberry di Thailand Celestial Cup S2, atau Flower Gaming di ESL One Birmingham 2020 Online: SEA Open Qualifier.

Maka dari itu, penambahan dua pemain terbilang menjadi keputusan yang bijak bagi T1. Alih-alih merombak roster secara keseluruhan, manajemen T1 memilih untuk tetap mempertahankan inti dari roster T1, yaitu Lee Sang-Don (Forev), Muhammad Rizky (InYourDream), dan Tri Kuncoro (Jhocam).

Tak hanya itu jajaran pelatih juga tetap dipertahankan di dalam tim ini. T1 sendiri menggunakan Choi Byoung-hoon (cCarter) sebagai pelatih divisi Dota. Pelatih ini sempat menjadi sorotan ketika ditugaskan untuk melatih divisi Dota 2, karena pengalamannya membawa Faker dan kawan-kawan memenangkan 3 kali gelar juara dunia League of Legends. Ia melatih bersama dengan Pyo No-a (MP) dan Nicholas Lim (xFreedom), untuk membawa divisi Dota T1 menuju kemenangan gemilang layaknya roster SKT T1 terdahulu.

Meracle dan Poloson yang dibawa ke dalam tim juga bukan pemain sembarangan. Sebelum T1, keduanya sempat bermain untuk tim bernama Alpha x Hashtag dari Agustus hingga Desember 2019, sampai pada akhirnya mereka berdua dilepas. Meracle dan Poloson telah lama bermain bersama mulai dari First Departure, Scythe Gaming, sampai Resurgence, selama kurang lebih 10 tahun karir mereka di Dota.

Sumber: Beyond the Summit
Sumber: Beyond the Summit

Roster baru T1 ini harusnya menjadi lebih lengkap. Forev selaku kapten tim juga memiliki pengalaman jam terbang yang sangat tinggi, dan sudah bermain untuk berbagai tim, region, juga kompetisi. Pengalaman tersebut dipadukan dengan bakat muda dari Indonesia, yaitu InYourDream dan Jhocam, dua pemain yang belakangan menunjukkan potensinya ke skena Dota internasional.

Kira-kira, dengan penambahan roster baru ini, akankah T1 bisa selamat dari rentetan hasil buruk yang mereka dapatkan? Semoga saja ini bisa membuat performa permainan T1 berangsung membaik dan mendapatkan prestasi.

Popeyes Jalin Kerja Sama dengan Tim Call of Duty League, Chicago Huntsmen

Restoran fast food Popeyes memutuskan untuk menjajaki dunia esports. Untuk itu, mereka menjalin kontrak kerja sama dengan Chicago Huntsmen, salah satu tim yang berlaga di Call of Duty League. Kerja sama antara Popeyes dengan Huntsmen sebenarnya telah digodok sejak sebelum pandemi virus corona. Namun, mereka baru mengumumkan kontrak tersebut sekarang. Ini adalah waktu yang tepat bagi Popeyes untuk masuk ke dunia esports, mengingat banyak kegiatan olahraga yang tengah terhenti karena corona.

Dalam kerja sama ini, hal pertama yang Popeyes lakukan adalah menjadi title sponsor dari turnamen eksibisi Call of Duty: Warzone yang diadakan oleh Chicago Huntsmen. Turnamen tersebut melibatkan enam tim dan akan disiarkan pada akhir pekan ini. Selain itu, melalui perjanjian ini, logo Popeyes akan disematkan di jersey dari para pemain Huntsmen. Mereka juga akan mendapatkan akses ke media sosial dan channel digital dari tim esports yang ada di bawah naungan NRG Esports tersebut. Sayangya, tidak diketahui berapa nilai dari kontrak kerja sama yang diperantarai oleh Scout Sports & Entertainment ini.

Popeyes esports
Popeyes akan menjadi title sponsor dari turnamen yang diadakan Chicago Huntsmen. | Sumber: The Esports Observer

“Saat ini, olahraga lain yang Popeyes sponsori tengah terhenti. Jadi, Popeyes mencoba untuk menargetkan kelompok konsumen yang berbeda. Dengan ini, mereka mengerti bahwa esports dan gaming adalah industri yang berkembang pesat dan mereka ingin bisa menjadi bagian dari industri tersebut,” kata Nico Amatia, Senior Account Executive, Scout pada The Esports Observer. “Mereka telah melibatkan diri dalam kompetisi bola basket dan sepak bola tingkat kuliah. Sampai pertandingan olahraga kembali diadakan, mereka ingin menargetkan fans esports, yang sejauh ini belum mereka sasar sama sekali. Fans esports adalah audiens baru yang sangat menarik bagi Popeyes.”

Di tengah lockdown akibat virus corona, kontrak dengan Huntsmen menjadi semakin penting bagi Popeyes. Karena itu, ada beberapa KPI (Key Performance Indicators) dari kontrak ini yang akan disesuaikan. Namun, Amantia berkata, tujuan utama Popeyes menjalin kerja sama dengan Huntsmen adalah untuk membangun brand awareness di kalangan fans esports.

Sebelum Popeyes, telah ada sejumlah merek makanan yang masuk ke esports. Misalnya, pada tahun lalu, Pringles memutuskan untuk menjadi sponsor dari Overwatch League. Sementara itu, di Tanah Air, Ternakopi juga menjalin kerja sama dengan Aerowolf.

Sumber header: Twitter

Kata Pro Hearthstone Soal Gameplay Legends of Runeterra

Legends of Runeterra baru dirilis 29 April 2020 lalu, namun game kartu Riot Games ini ternyata sudah mendapat perhatian yang begitu besar. Di luar negeri, beberapa turnamen bermunculan, bahkan Twitch Rivals juga bikin turnamen Runeterra. Walau di kancah lokal belum ada kompetisi, tetapi game kartu ini ternyata menarik perhatian pemain profesional dari game kartu digital besutan Blizzard, Hearthstone.

Pemain tersebut adalah Hendry Handysurya (Jothree) dari TeamNXL dan Novan Kristianto (Nexok40) dari BOOM Esports. Kedua pemain ini bercerita bahwa baru mencoba Legends of Runeterra selama satu pekan, dan sudah berhasil mencapai rank Master, rank tertinggi di Legends of Runeterra. Bagaimana pendapat mereka soal game kartu besutan Riot Games ini?

Novan Kristianto (Nexok40) – BOOM Esports

Sumber: Youtube BOOM Esports
Sumber: Youtube BOOM Esports

“Gue rasa Riot belajar dari banyak sisi sih. Dari Hearthstone yang paling awal di digital card game, Artifact yang gagal pertahankan pemain, sama Shadowverse yang kecil tapi masih bertahan dengan segmen pemainnya.” Novan membuka pendapatnya soal Runeterra.

Lalu sebagai seorang pemain kompetitif, bagaimana pendapatnya soal balancing dan pengalamannya mengejar rank Master selama satu pekan bermain?

“Mekanik dasar Runeterra nggak ribet seperti Artifact, tapi tetap kompleks karena mekanik saling respon permainan. Tapi kalau dibandingkan sama Hearthstone sih agak nggak adil, karena cardpool Hearthstone jauh lebih banyak. Kalau soal kompetitif, masih berasa sering bad matchup. Jadi kalau hoki ketemu deck yang bisa dilawan dengan mudah, kalau nggak hoki ketemu deck yang sulit dilawan. Maka dari itu belajar meta penting di sini, nggak bisa spam deck seenaknya.” ujar Nexok40.

Sumber: Facebook Page
Sumber: Facebook Page Novan ‘nexok40’ Kristanto.

Selama mengejar rank, Nexok40 mengatakan bahwa dirinya menggunakan 3 macam deck. “Ganti-ganti tergantung lagi banyak ketemu deck apa saat rank. Kalau banyak aggro gue main Corina yang isinya 1 kartu Champion Vi dan 1 kartu Follower Corina Veraza. Kalau banyak control ganti pakai deck Vanguard Bannerman seadanya. Kalau banyak anti-control gue pakai burn aggro championless.”

Secara umum, Nexok40 menganggap Runeterra bagus secara gameplay, namun ia mengatakan hanya memainkan Runeterra sebagai selingan. “Penasaran sih, soalnya habis dapat rank Legends di 3 server Hearthstone, jadi coba-coba deh mengejar rank Master di Runeterra.”

Hendry Handisurya (Jothree) – TeamNXL

Sebelumnya, Jothree juga lolos kualifikasi untuk WCG 2019. Sumber: TEAMnxl
Sumber: TEAMnxl

“Secara umum sih card game baru ini sekilas terasa sederhana. Tapi ternyata setelah didalami lumayan susah juga. Tipe game yang easy-to-play, hard-to-master.” Hendry Handisurya (Jothree) membuka pendapatnya soal Legends of Runeterra.

Terkait soal dari segi kompetitif dan balancing, Jothree punya pendapat yang serupa dengan Nexok40, yaitu soal bad matchup yang sering terjadi.

“Memang cardpool masih belum banyak, jadi nggak terlalu susah untuk mengalahkan musuh. Tapi sepengalaman gue, main ini betul-betul belajar dari nol, mulai dari keyword, sistem battle, sama interaksi antar kartu. Tapi itu cuma awal-awal main saja. Sekitar tiga hari main sudah mulai lancar. Lucunya ketika rank malah ketemu nama-nama familiar yang sering ketemu di Hearthstone seperti Disdai atau Tom60229.”

Soal bad matchup, Jothree menjelaskan ini terjadi karena minimnya sistem RNG yang diterapkan di dalam Runeterra.

“Jadinya decision sekecil apapun berpengaruh kepada hasil permainan. Tapi gara-gara itu bad matchup jadi sangat terasa. Kalau di Hearthstone, biasanya masih bisa menang dengan RNG walau kena bad matchup, kalau di Runeterra lebih berat.”

Lanjut soal balancing, Jothree berpendapat bahwa Runeterra cukup balance jika dilihat dari karakteristik masing-masing deck. “Beberapa deck mungkin punya learning curve yang tinggi tapi kuat dan bakal kalah kalau salah langkah. Beberapa deck lain mungkin punya pilihan decision yang sedikit, tapi sengaja di desain akan cepat kehabisan kartu di awal-awal.”

Lalu bagaimana dengan esports? Apakah mungkin seorang Jothree berpindah ke Runeterra karena gameplay menarik yang ditawarkan? “Semua tergantung rencana Riot Games untuk esports scene Runeterra. Yang pasti, secara gameplay gue memang suka sama Runeterra.”

Hingga saat ini, Riot memang belum mengumumkan apapun seputar ekosistem esports Legends of Runeterra. Namun demikian beberapa komunitas sudah menggagas turnamen untuk game ini, termasuk komunitas di kancah lokal. Bagaimana pendapat Anda sendiri terhadap Legends of Runeterra?

Ini Alasan RRQ Lepas Belasan Pemain Lain Setelah RRQ Sena

Pada awal Mei 2020, RRQ mengumumkan keputusannya untuk melepaskan keseluruhan roster RRQ Sena yang berlaga di Mobile Legends Development League (MDL). Beberapa hari setelah itu, salah satu organisasi esports terbesar di Indonesia itu kembali mengabarkan keputusan mereka untuk melepaskan sejumlah pemainnya. Secara total, ada 13 pemain yang RRQ lepaskan. Para pemain profesional ini masuk ke dalam divisi yang berbeda-beda, yaitu Call of Duty: Mobile, Free Fire, Fortnite, Autochess, dan Mobile Legends.

Setelah melepaskan keseluruhan anggota tim RRQ Sena, RRQ kembali melepaskan satu pemain Mobile Legends, yaitu Nashrudin “FENRIR” Bin Kamsani. Dari divisi Autochess, RRQ juga hanya melepaskan satu pemain, yaitu Sepronson “OMBINK” Sihombing. Sementara dari divisi Free Fire, ada tiga pemain yang pergi dari RRQ, yaitu Laode Yamil Purbin, Yohanes Gustav, dan Renaldi “Xote” Sutanto. Dari divisi Fortnite, hanya satu pemain yang RRQ lepas, yaitu Muhammad “iShawShanks” Kevien”.

alasan RRQ lepas pemain
Tiga pemain Free Fire yang RRQ lepaskan. | Sumber: Facebook

RRQ juga melepaskan keseluruhan roster RRQ Sai, yang berlaga di Call of Duty: Mobile. Tim ini terdiri dari Hayden “Haydon” Adha, Johathan “Kairos” Samara, Kelvin “Udean2K”, Hizkia “Renvils”, Agus “Thole” Ariansyah, Muhammad “Ofcaln” Ramli, dan Joy “mLv” Kevin.

“Iya, kami melepas RRQ Sena karena hasil kurang memuaskan. Harus ada perubahan,” kata CEO RRQ, Andrian Pauline melalui pesan singkat saat ditanya mengapa RRQ melepaskan para pemainnya. “Beberapa tim lain juga karena alasan yang sama, yaitu performa kurang maksimal. Sudah dicoba berkali-kali, tapi tidak ada perubahan.” Namun, itu bukan berarti RRQ tidak akan mencari pengganti dari para pemain yang telah mereka lepas. Pria yang akrab disapa AP itu mengatakan, selama sebuah game masih populer, RRQ akan tetap tertarik untuk berkiprah di scene esports game tersebut. “Kalau ada pemain yang bagus, why not… Selama game-nya masih terhitung ramai.”

Sebelum mengumumkan keputusannya untuk melepaskan semua roster RRQ Sena, RRQ membuka rekrutmen untuk para pemain Mobile Legends di akun media sosialnya. AP menjelaskan, alasan RRQ melakukan itu adalah karena mereka memang tengah mencoba untuk melakukan “open trial“. Namun, biasanya, mereka melakukan pencarian pemain berbakat sendiri. “Biasanya, kita scouting personal. Kalau menurut kita bagus, kita coba pantau dan berikan offer,” ujarnya.

Sementara itu, terkait pandemi virus corona, AP berkata, “Bagi RRQ, selama masih ada pertandingan, baik itu offline maupun online, harus tidak ada masalah. Kita masih oke. Karena dengan begitu, kita masih bisa latihan.” Pandemi virus corona memberikan dampak positif dan negatif untuk industri esports. Di satu sisi, viewership esports naik drastis. Di sisi lain, berbagai turnamen seperti Intel World Open dan League of Legends Mid-Season Invitational harus ditunda atau dibatalkan.

MSC 2020 Dibatalkan Karena Dampak Pandemi yang Belum Reda

Tahun 2020 sepertinya menjadi tahun yang tidak terlalu menyenangkan bagi para penggemar esports. Banyak helatan yang harusnya digelar secara offline, terpaksa dibatalkan karena adanya wabah virus COVID-19. Pembatalan ini dilakukan, salah satunya karena larangan membuat acara dengan keramaian yang diterapkan oleh pemerintah.

Sebelumnya kita sudah melihat beberapa gelaran esports dibatalkan. Mulai dari PBWC 2020, hingga The International 2020. Kini, satu event lagi terpaksa dibatalkan karena keadaan serba tidak pasti yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Acara tersebut adalah Mobile Legends Southeast Asia Cup 2020 (MSC 2020), yang seharusnya digelar tanggal 12-14 Juni 2020 mendatang di SM Mall of Asia Arena, Manila Filipina.

Sumber: Moonton
Sumber: Moonton

”Mematuhi hukum yang berlaku serta menjamin keamanan tim, staf, mitra, dan penggemar adalah prioritas kami. Selain itu, pembatasan sosial dan perjalanan internasional juga menjadi faktor penting dalam mempertimbangkan dilaksanakannya acara internasional berskala besar dalam waktu dekat. Oleh karena itu, setelah sepenuhnya mempertimbangkan status pandemi dan peraturan pemerintah terhadap COVID-19, dengan berat hati kami memberitahukan bahwa kami membatalkan MSC 2020.” tulis Moonton lewat rilis.

Walau diadakan pada bulan Juni, namun keadaan pandemi yang masih terus berlanjut jadi alasan Moonton membulatkan keputusan untuk membatalkan MSC 2020. Moonton menyebutkan akan menghadirkan rangkaian program alternatif sebagai pengganti MSC 2020, namun belum ada penjelasan lebih spesifik terkait hal tersebut.

Mobile Legends Southeast Asia Cup merupakan salah satu helatan penting di dalam skena kompetitif Mobile Legends. Sebelum kehadiran M1 World Championship 2019, MSC jadi satu-satunya kompetisi Mobile Legends antar-negara setingkat regional Asia Tenggara.

ONIC Esports - MSC 2019 Champion
Kemenangan gemilang ONIC Esports di MSC 2019 lalu. Sumber: Moonton

Helatan ini juga jadi penting bagi ekosistem esports di Indonesia. Digelar pertama kali pada tahun 2017, MSC bsa dibilang jadi momentum yang membuat ekosistem esports MLBB di Indonesia berkembang sampai sejauh ini.

Walau demikian, pembuktian Indonesia sebagai kekuatan besar di skena kompetitif MLBB Asia Tenggara baru terjadi pada tahun 2019 lalu. Sebelumnya MSC dimenangkan oleh IDONOTSLEEP dari Thailand pada tahun 2017, dan Aether Main dari Filipina pada tahun 2018. Baru pada MSC 2019, ONIC Esports berhasil membuktikan bahwa Indonesia adalah salah satu negara terkuat di skena MLBB Asia Tenggara.

Pembatalan MSC 2020 tentu menjadi hal yang menyedihkan, terutama bagi para pecinta esports MLBB. Mari kita berdoa semoga keadaan segera membaik, agar kita dapat kembali menikmati ketegangan dari pertandingan esports secara langsung.

Banyak Pemain Pro dan Semi-Pro CS:GO Pindah ke Valorant, Kenapa?

Saat ini, Valorant belum resmi diluncurkan. Meskipun begitu, organisasi-organisasi esports ternama telah mulai merekrut pemain untuk membuat tim Valorant, seperti Gen.G, T1, dan G2 Esports. Dari segi pemain, ada cukup banyak pemain profesional atau semi-profesional Counter-Strike: Global Offensive yang memutuskan banting setir dan memainkan Valorant. Salah satu alasannya adalah karena scene esports Valorant diduga akan berkembang. Pasalnya, Valorant dibuat oleh Riot Games, yang sukses dalam membangun ekosistem esports League of Legends.

Sejumlah pemain profesional atau mantan pemain profesional CS:GO yang telah memutuskan untuk pindah haluan ke Valorant antara lain Shahzeeb “ShahZaM” Khan, Hunter “SicK” Mims, Jacob “pyth” Mourujärvi, Victor “food” Wong, Jordan “Zellsis” Montemurro, Austin “crashies” Roberts, dan Ryan “freakazoid” Abadir. Semua pemain ini memiliki satu kesamaan, yaitu mereka tidak dipayungi oleh organisasi esports. Memang, mereka pernah bermain untuk organisasi esports besar seperti Cloud9, Ninjas in Pyjamas, Complexity, dan lain sebagainya. Sayangnya, mereka gagal mempertahankan posisi mereka di organisasi tersebut.

Meskipun begitu, para pemain CS:GO tersebut masih memiliki peran penting dalam memastikan kualitas ekosistem Tier 2 CS:GO tidak jauh tertinggal dari para pemain di Tier 1. Selain itu, mereka juga bisa membantu para pemain berakat muda dengan berbagi pengalaman mereka. Hanya saja, tidak banyak organisasi esports yang mendukung pemain di Tier 2.

“Dengan keberadaan dua liga baru, ini membuat scene CS:GO di Amerika Utara menjadi aneh,” kata ShahZaM pada VP Esports. “ESL Pro League kini hanya memiliki 2 tim dari NA. Sementara untuk masuk ke Flashpoint, Anda perlu modal yang besar. Dulu, Anda bisa membuat tim bersama dan berlatih keras agar bisa masuk ke turnamen dan menjadi juara. Tapi sekarang, hal ini tidak mungkin lagi.” Apa yang dia ungkapkan kurang lebih mewakili pendapat dari pemain-pemain CS:GO lainya.

“Saya tidak membenci sistem baru ini. Saya mengerti kalau organisasi-organisasi esports mencoba untuk memastikan keberlanjutan ekosistem CS:GO. Namun, kesempatan yang ada kini menjadi semakin terbatas. Dan saya yakin, di masa depan, akan muncul usaha untuk mengembangkan ekosistem Tier 2 di Amerika Utara lagi,” ujar ShahZaM.

Penyelenggara turnamen seperti ESL, Flashpoint, DreamHack, dan lain sebagainya tampaknya harus mulai membuat rencana yang lebih baik untuk mendukung scene Tier 2 dan Tier 3. Jika tidak, semakin banyak pemain profesional atau semi-profesional CS:GO yang akan memutuskan untuk pindah ke game lain.

BnTeT Bersama Gen.G Juarai ESL One: Road to Rio – North America

Pekan ini sepertinya menjadi pekan yang menggembirakan bagi organisasi esports asal Korea Selatan, Gen.G. Setelah pekan lalu tim Valorant Gen.G memenangkan T1 Valorant Invitational, kini giliran tim CS:GO yang mendapat prestasi. Bertanding di ESL One: Road to Rio – North America, tim CS:GO Gen.G berhasil menjadi juara setelah mengalahkan FURIA, 2-1.

Kedua tim ini bertanding dalam seri best-of-3 di grand final ESL One: Road to Rio. Sebelumnya, FURIA berhasil melaju babak final dengan permainan yang solid. Mereka mendominasi grup B, memperoleh catatan menang-kalah 5-0 pada pertandingan fase grup. Namun lawan yang mereka hadapi adalah Gen.G, tim yang sudah dua kali gagal dikalahkan oleh FURIA, salah satunya di laga final DreamHack Open Anaheim.

Kemenangan Gen.G kali ini tak terlepas dari peran pemain CS:GO kebanggaan Indonesia, Hansel Ferdinand (BnTeT). Pada map pertama, Train, Gen.G cukup dominan, mendapatkan 3-0 di awal pertandingan ketika mereka berada di T side. Namun FURIA berhasil membalas 3 ronde lagi dengan pertahanan yang solid sebagai CT side.

Jelang half-time, Damian Steele (daps) memimpin kawan-kawan Gen.G mendapatkan keunggulan 9-6. Berganti sisi tim, Gen.G akhirnya memenangkan map pertama setelah melakukan pertahanan yang ciamik, memenangkan 7 ronde berturut-turut tanpa kalah sekalipun.

Momentum kemenangan map satu terbawa hingga map berikutnya, Vertigo. Mendominasi sejak pistol round, Gen.G amankan skor 6-1 di awal permainan seiring dengan Timothy Ta (autimatic) mendapat triple kill.

Momentum tersebut habis ketika Andrei Piovezan (arT) dan kawan-kawan FURIA akhirnya mengembalikan momentum ke tangan mereka. FURIA sukses comeback, dapatkan skor 8-7 di half-time. Momentum ini dimanfaatkan dengan maksimal oleh FURIA, sehingga akhirnya bisa amankan kemenangan dengan skor 15-10 di map kedua.

Inferno menjadi map penentuan, FURIA masih memegang momentum secara mentalitas, sehingga bisa segera unggul 4-0 sebagai T side. Setelahnya pertandingan berlanjut dengan kedua tim saling bertukar skor. Seiring waktu, ekonomi Gen.G mulai stabil di permainan, memperkenankan mereka unggul 9-6 ketika masuk half-time.

Sumber: HLTV
BnTeT bersama Gen.G saat bertanding di DreamHack Open Anaheim. Sumber: HLTV

Setelahnya peran BnTeT begitu terasa, seiring ia mengamankan triple-kill dan membuat Gen.G unggul makin jauh, 11-6. FURIA masih sempat bertahan lewat kemenangan yang mereka lakukan dengan keputusan anti-eco yang penuh risiko. Tapi Gen.G kembali dapat momentum lewat clutch yang dilakukan daps dan Kenneth Suen (koosta) yang membawa mereka kepada kemenangan yang gemilang dengan skor 16-9.

Kemenangan ini memberikan Gen.G hadiah uang sebesar US$18.000 (sekitar Rp269 juta) dan 1600 poin untuk menuju ke Rio Major 2020. Selamat untuk Gen.G! Semoga BnTeT bisa terus memberikan performa yang terbaik, dan membanggakan Indonesia di skena CS:GO internasional.

Bigetron Rekrut RedfaceN dan Jerrsy Untuk Divisi PUBG Mobile

Nama Bigetron sepertinya sudah tidak asing lagi di antara para penikmat esports PUBG Mobile. Apalagi setelah Bigetron Red Aliens yang beranggotakan Zuxxy, Luxxy, Ryzen, dan Microboy, berhasil menyabet gelar juara dunia pada tahun 2019 lalu, dan juara nasional di PMPL ID 2020 Season 1 kemarin.

Dengan dominasi yang sudah sebesar itu, Bigetron Esports sepertinya masih belum mau berhenti untuk lebih menguasai skena PUBG Mobile lagi. Tanggal 8 dan 9 Mei 2020 kemarin, Bigetron Esports mengumumkan dua pemain PUBG Mobile terbaru mereka, Eksan Rahman (RedfaceN) dan Jerry Asyahry (Jerrsy).

Dua pemain ini menjadi alasan kenapa Bigetron tampak seperti tak ingin berhenti lebih menguasai skena PUBG Mobile lokal. RedfaceN sebelumnya bermain untuk tim Red Rocket Cosmic, yang beranggotakan ex-Bigetron Esports Kingzz, dan beberapa pemain debutan yaitu Rocky, dan Teddy.

Sumber: Bigetron Esports
Sumber: Bigetron Esports

Selama PMPL ID 2020 Season 1, RedfaceN menunjukkan performa yang gemilang. Ia bahkan berhasil masuk dalam daftar Terminator Leaderboard pada saat babak Grand Final, bersaing dengan Ryzen.

Lalu sementar itu Jerrsy, juga adalah pemain yang tidak kalah bersinar dibanding dengan RedfaceN. Sebelumnya bermain dengan tim BONAFIDE, Jerrsy ketika itu berhasil membantu kawan-kawannya bangkit mencapai peringkat 6 di babak Grand Final.

“Jerrsy memang sudah kita scout sejak dari Januari, karena dia pernah main bareng dengan roster BTR ION yang lama. Kalau RedfaceN memang karena kita melihat dia bermain sangat impresif di PMPL ID 2020 Season 1. Ketajaman menembaknya terbukti sejajar dengan jajaran terminator lainnya. Apalagi, dia juga berperan mendongkrak Red Rocket Comic ke posisi 3 walau timnya jarang mendapat placement top 3.” ucap Isfan Satria Wijaya, manajer divisi PUBG Mobile Bigetron Esports.

Jerrsy dan RedfaceN akan bergabung dengan Leander Deusfiel (Liquid), yang sebelumnya dipinjamkan ke tim NFT Esports untuk PMPL ID 2020 Season 1. Mereka bertiga akan membela Bigetron dengan membawa nama Bigetron ION.  Dengan ini maka roster Bigetron ION ialah:

  • Leander Deusfiel – Liquid
  • Eksan Rahman – RedfaceN
  • Jerry Asyahry – Jerrsy

“Dua pemain tersebut adalah anak-anak baik, dan potensinya juga tinggi. Kami dari Bigetron berharap agar roster ION bisa bersaing di kancah dunia sama seperti Red Aliens sang kakak pertama.” Isfan memberikan komentar terkait dua pemain yang baru gabung Bigetron tersebut.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Isfan
Isfan Satria Wijaya, manajer divisi PUBG Mobile Bigetron Esports. Sumber: Dokumentasi Pribadi Isfan

Untuk pemain keempat, Isfan mengatakan bahwa saat ini Bigetron masih melakukan trial terhadap beberapa pemain terlebih dahulu untuk menentukan pemain terbaik yang berhak mengisi posisi tersebut.

Selama masa pramusim PMPL ID, Bigetron ION akan melakukan debut pada beberapa kompetisi skala kecil seperti MLN Championship yang akan diselenggarakan pada 15-20 Mei 2020 dan NPMC Charity yang diselenggarakan 11-15 Mei 2020 mendatang.

Bigetron ION sepertinya menunjukkan roster menjanjikan dengan bakat muda penuh talenta. Akankah mereka bisa setangguh seperti Bigetron Red Aliens sang kakak pertama?

Sergio Aguero Ikut Virtual Grand Prix di Spanyol

Banyak kegiatan olahraga yang harus ditunda atau bahkan dibatalkan karena pandemi virus corona, termasuk balapan. Untuk mengatasi masalah ini, sejumlah penyelenggara balapan memutuskan untuk beralih ke balapan virtual, mulai dari Formula 1, NASCAR, sampai Formula E. Menariknya, balapan virtual tersebut tidak hanya diikuti oleh para pembalap profesional, tapi juga gamer, influencer, sampai atlet dari bidang olahraga lain.

Dalam virtual Grand Prix yang diadakan di Spanyol, ada beberapa atlet sepak bola yang ikut serta. Salah satunya adalah Sergio Aguero, striker Manchester City. Selain itu, balapan yang diadakan di Circuit de Catalunya virtual itu juga diikuti oleh kiper Real Madrid, Thibaut Courtois dan midfielder Barcelona, Arthur Melo.

Dari ketiga pesepak bola yang ikut dalam Grand Prix di Spanyol, Courtois mendapatkan peringkat paling tinggi. Dia berhasil menyabet posisi ke-12 setelah beradu dengan para pembalap lain selama 33 putaran. Sementara itu, Aguero duduk di posisi ke-14. Dia menganggap, untuk balapan pertamanya, posisinya itu tidak buruk. Dan Melo ada di peringkat terakhir. Selain tiga pesepak bola itu, virtual Grand Prix ini juga diikuti oleh atlet golf, Ian Poulter, yang duduk di posisi ke-18, menurut laporan Sport Star.

sergio aguero grand prix
Sergio Aguero ikut serta dalam virtual grand prix yang diadakan di Spanyol. | Sumber: Instagram

Dengan balapan di Spanyol, telah ada 5 Grand Prix yang diadakan. Meskipun diikuti oleh non-pembalap, seluruh balapan virtual ini didominasi oleh pembalap sebenarnya. Gelar juara dari Grand Prix virtual pertama dimenangkan oleh pembalap tester Renault, Guanyu Zhou. Charles Leclerc dari tim Ferrari memenangkan Grand Prix virtual ke-2 dan ke-3 berturut-turut. Sementara Grand Prix virtual ke-4 dimenangkan oleh Alex Albon, yang mewakili Red Bull. Dalam balapan virtual yang diadakan di Interlagos tersebut, Albon harus bersaing ketat dengan Leclerc. Pada akhirnya, dia berhasli keluar sebagai juara dan mematahkan kemenangan berturut-turut dari Leclerc. Sementara Grand Prix di Spanyol dimenangkan oleh pembalap Inggris George Russell, yang bertanding mewakili tim Williams.

Selain Courtois, sejauh ini, atlet dari cabang olahraga lain yang berhasil mendapatkan posisi tertinggi dalam balapan virtual adalah Ben Stokes, atlet cricket asal Inggris. Menurut laporan Sky Sports, dia berhasil menduduki posisi ke-13.

Sumber header: Planet F1