Build Eula Genshin Impact Terbaik: Artefak, Senjata, Komposisi Tim, dan Tips

Eula merupakan salah satu karakter unik di Genshin Impact, baik dari segi gameplay, maupun dari latar belakang ceritanya. Ia pertama kali dirilis pada versi 1.5 dan merupakan salah satu dari sekian banyak karakter yang berfokus pada damage Physical. Namun, sebesar apakah potensi yang dimiliki dirinya?

Overview

Eula merupakan karakter bintang 5, berelemen Cryo, dan bersenjata claymore. Meskipun berelemen Cryo, namun damage yang ia hasilkan bertipe Physical dan Eula merupakan satu-satunya karakter bintang 5, yang gameplay-nya didedikasikan untuk menghasilkan damage Physical yang besar. Sebagian besar damage tersebut dihasilkan melalui Elemental Burst-nya.

Elemental Burst Eula memiliki mekanik yang cukup sederhana. Cara kerja Burst ini mirip seperti bom waktu, yang akan meledak saat durasinya berakhir. Selama durasi Burst-nya berjalan, maka pemain harus mengumpulkan stack sebanyak-banyaknya, agar ledakan yang dihasilkan juga semakin besar. Stack yang didapatkan Eula berasal dari setiap Normal Attack dan Elemental Skill yang mengenai musuh.

Ledakan tersebut akan pecah di sekitar Eula berada, dan menghasilkan damage area bertipe Physical. Ledakan ini juga akan meledak, apabila pemain mengganti Eula dengan karakter lain, saat durasi Elemental Burst berlangsung. Maka dari itu, langkah pertama untuk menguasai permainan Eula, adalah dengan mengerti bagaimana gameplay Eula bekerja, terutama Elemental Burst-nya.

Kekuatan Elemental Burst-nya yang tinggi dibarengi dengan jumlah energi yang dibutuhkan Eula. Energi yang dibutuhkan untuk memakai Elemental Burst-nya berjumlah 80 energi. Permasalahan ini dapat diselesaikan dengan membawa satu karakter baterai Cryo.

sumber: Genshin Impact

Selain besarnya jumlah energi yang dibutuhkan Eula, kelemahan lain yang ia miliki adalah kesulitan Eula melawan musuh yang memiliki mobilitas tinggi, atau di luar jangkauan Eula. Damage setinggi apapun, akan menjadi sia-sia saat serangan tersebut tidak mengenai musuh. Selain itu, Elemental Burst yang tidak mengeluarkan Crit, juga menjadi salah satu masalah yang dimiliki Eula.

Prioritas level talenta: Elemental Burst > Normal Attack > Elemental Skill.

Artefak

Sebagai karakter Physical DPS, pilihan artefak Eula cukup sederhana. Untuk artefak terbaiknya, Anda bisa memakai 4 Pale Flame. Artefak ini dirilis bersamaan dengan Eula, memiliki efek yang sangat cocok dengan playstyle Eula, dan juga memiliki visual seperti Eula. Maka dari itu, dapat disimpulkan artefak ini memang didesain untuk Eula, untuk mendapatkan potensi maksimalnya.

Untuk artefak alternatifnya, Anda bisa memakai kombinasi antara 2 Pale Flame, 2 Bloodstained Chivalry, 2 Noblesse Oblige, atau 2 Gladiatior’s Finale / 2 Shimenawa’s Reminiscence.

Main Stat yang dicari: ATK% ; Physical DMG Bonus ; Crit rate/DMG.

Prioritas substat: Crit rate/DMG > ATK% > Energy Recharge > flat ATK.

Senjata

Bagian senjata akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu senjata terbaik dan senjata F2P terbaik.

Untuk senjata terbaik Eula, dipegang oleh Songs of Broken Pines. Senjata ini didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan Eula. Senjata ini memiliki base ATK yang paling tinggi di antara claymore yang lain, dengan substat Physical DMG Bonus. Senjata ini juga memiliki efek pasif yang akan memberikan ATK speed, yang berfungsi memudahkan Eula dalam mengumpulkan stack.

Untuk senjata alternatifnya, Anda bisa memakai Wolf’s Gravestone, The Unforged, Skyward Pride, dan Serpent’s Spine.

Untuk mendapatkan efek maksimal dari The Unforged, Anda perlu memastikan shield Anda tetap ada, sampai akhir durasi dari Elemental Burst-nya.

Serpent Spine merupakan pilihan senjata dari Battlepass yang cocok untuk Eula, karena dapat menyeimbangkan rasio Crit Eula dan efek pasifnya yang menaikkan damage keseluruhan Eula.

Untuk senjata F2P terbaik Eula, Anda bisa memakai Luxurious Sea-Lord. Senjata gratis yang dirilis saat event Moonlight Merriment ini cocok untuk Eula, karena meningkatkan damage Burst-nya dan juga memiliki substat ATK% yang menunjang damage keseluruhan Eula, baik Normal Attack dan Skill-nya.

Untuk senjata F2P alternatifnya, Anda bisa memakai Akuoumaru, Snow-Tombed Starsilver, Prototype Archaic, Blackcliff Slasher, dan Skyrider Greatsword.

Pertanyaan yang sering dilontarkan mengenai pilihan senjata di atas adalah “Lebih baik mana, Snow-Tombed Starsilver atau Prototype Archaic?” Keduanya sering dibandingkan, karena merupakan senjata crafting yang bisa didapatkan dari awal game. Maka dari itu, jawaban dari pertanyaan tersebut adalah, keduanya memiliki kekuatan yang setara, sehingga Anda bisa memakai salah satu dari kedua senjata tersebut yang telah Anda upgrade.

Skyrider Greatsword bisa Anda pakai, apabila Anda benar-benar tidak memiliki pilihan senjata lain, yang telah disebutkan di atas.

Komposisi Tim

Karena fokus Eula terletak pada damage Physical yang ia hasilkan, maka komposisi tim yang diperlukan, dibangun dari kombinasi Cryo dan Electro, untuk reaksi superconduct. Karena permasalahan energi yang dimilikinya, maka ia memerlukan setidaknya satu baterai Cryo. Berikut ini beberapa komposisi tim yang dianjurkan:

Karakter Electro yang paling cocok menemani Eula adalah Raiden Shogun. Raiden Shogun mampu memberikan reaksi superconduct, mengisi energi Eula, serta memberikan sedikit damage off-field. Sebaliknya, energy cost Eula yang tinggi akan menambah Elemental Burst Raiden, menjadikan Eula dan Raiden kombinasi yang sinergis.

Selain itu, tim ini bisa memanfaatkan Cryo dan Electro Resonance. Untuk karakter Electro satunya, Anda bisa memakai antara Fischl, Beidou, atau Lisa. Sedangkan untuk baterai Cryo, Anda bisa memakai antara Diona, Rosaria, atau Kaeya.

Selain komposisi di atas, Anda bisa pula memakai 3 buah karakter Cryo dan 1 karakter Electro. Tim ini memprioritaskan konsistensi pengaktifan Burst Eula, dengan mengurangi sejumlah damage dari komposisi 2 Cryo 2 Electro. Pilihan karakter Cryo dan Electro di tim ini bisa diambil dari komposisi tim 2 Cryo dan 2 Electro sebelumnya.

Karena Eula tidak membutuhkan reaksi elemental, maka Eula juga bisa dimainkan dengan dua karakter Geo, seperti memasangkannya dengan Albedo dan Zhongli. Tim ini lebih berfokus kepada kenyamanan bermain, daripada mengeluarkan damage yang tinggi.

Tips Eula Genshin Impact

sumber: Genshin Impact

Berikut ini merupakan beberapa tips yang bisa Anda gunakan:

1. Cara pengumpulan stack Elemental Burst Eula adalah stack dihitung setiap kali Eula memberikan damage, baik melalui Normal Attack atau Elemental Skill-nya. Stack tersebut tidak akan terhitung, jika Eula tidak berhasil mengurangi HP musuh, seperti saat menyerang shield yang melindungi HP musuh.

Contoh dari jenis shield ini adalah shield kayu & batu Hilichurl, shield Geo Slime dan shield elemen dari Abyss Mage, Lector, maupun Herald. Serangan lain yang tidak terhitung adalah saat menyerang musuh dengan fase invulnerable (Hypostasis, Maguu Kenki, dlsb).

2. Karena melawan musuh dengan mobilitas tinggi menyulitkan permainan Eula, maka dari itu disarankan untuk menghafalkan pola gerakan dan serangan musuh. Jika Anda mengerti bagaimana musuh bergerak, maka Anda dapat menilai, kapan Anda mengaktifkan Elemental Burst maupun menyudahi Elemental Burst-nya lebih awal. Hal ini akan lebih baik, dibandingkan dengan mengaktifkan Burst tanpa arah dan timing yang jelas.

3. Eula memiliki tujuh serangan dalam satu attack strings, namun pada serangan keempat dan kelima, terdapat delay yang cukup lama. Untuk pengumpulan stack optimalnya, maka serangan Normal Attack-nya dilakukan sampai serangan keempat saja, lalu lakukan animation cancelling atau pakai Elemental Skill, untuk mengulangi attack string dari awal lagi.

Penutup

sumber: Genshin Impact

Sebagai karakter DPS Physical, Eula mampu memberikan standar yang tinggi. Dengan investasi resource yang tinggi, ia mampu menyelesaikan tantangan yang diberikan. Walaupun demikian, ia tetap memiliki beberapa kekurangan. Maka dari itu, mengenali kekuatan dan kelemahan Eula, merupakan kunci utama dalam mengakses potensi maksimal dari Eula.

10 Game Baru Penutup Tahun yang Dirilis pada Desember 2021

Bulan penutup untuk tahun 2021 ini akhirnya tiba. Setelah satu tahun dipenuhi dengan naik-turunnya industri game, kini saatnya untuk melihat game-game apa saja yang akan dirilis pada bulan Desember ini. Apalagi mengingat bulan November lalu banyak game besar yang gagal memenuhi ekspektasi dari para fans meskipun telah dinanti lama.

Bulan ini, sayangnya para gamer tidak akan kedatangan banyak judul-judul AAA seperti dua bulan sebelumnya. Namun beberapa game tetap layak ditunggu untuk dijadikan game penutup tahun. Berikut sudah saya rangkum daftar game terbaik yang akan dirilis pada bulan Desember 2021 ini.

ANVIL: Vault Breakers

1 Desember 2021 – PC, PS4, PS5, Xbox One, Xbox Series X|S

Game shooter mungkin memang lebih dikenal dengan sudut pandang orang pertama (FPS) dan juga sudut pandang orang ketiga (TPS) dari belakang karakter. Namun ada juga game shooter yang menggunakan tampilan dari atas (top-down). Hal inilah yang ditawarkan oleh developer dan publisher Action Square lewat Anvil.

Anvil merupakan game shooter bertema fiksi ilmiah dengan tampilan top-down dengan gameplay rogue-like. Secara sederhana, game ini seperti Diablo yang digabung dengan kelincahan Warframe. Pemain akan menjadi karakter bernama Breaker yang berpetualang ke berbagai galaksi yang dipenuhi dengan alien dan monster. Dan seiring petualangannya, pemain akan menemukan relik dan artifak yang akan memberi kekuatan untuk mengalahkan musuh.

Century: Age of Ashes

2 Desember 2021 – PC

Game bertema medieval yang menuntut para pemain untuk melawan naga memang bukan hal yang baru. Namun bila pemain harus berperang bersama naga layaknya film How to Train Your Dragon tentu terdengar lebih menarik untuk dicoba. Pemain akan menunggangi berbagai macam naga dan berperang melawan pemain lain (beserta naganya) dalam sebuah pertarungan layaknya Ace Combat.

Akan ada banyak jenis dan kelas naga yang bisa dipilih, ditambah dengan beragam kostumisasi yang bisa diterapkan untuk karakter pemain maupun sang naga. Berita baiknya, game ini akan tiba terlebih dahulu untuk platform PC via Steam secara gratis. Sayangnya, pemain konsol harus menanti hingga 2022 mendatang.

Solar Ash

2 Desember 2021 – PC, PS4, PS5

Game indie ini awalnya akan dirilis pada bulan Juni lalu sebelum publisher Annapurna menundanya hingga bulan Desember ini. Game yang dikembangkan oleh Heart Machine ini mengusung elemen baru untuk game adventure-platformer. Pemain akan menjadi seorang void-runner bernama Rey yang harus menyelamatkan dunianya dengan cara masuk ke dalam black hole.

Dengan grafis yang unik dan gerakan unik Rey yang seakan menggunakan sepatu roda, pemain bisa mengeksplorasi dunia void dengan cepat sekaligus mengalahkan beragam musuh di sepanjang petualangannya. Dan jangan khawatir akan bosan, karena Solar Ash juga akan menghadirkan pertarungan melawan bos dengan ukuran yang masif.

Final Fantasy XIV: Endwalker

7 Desember 2021 – PC, PS4, PS5

Satu lagi game yang harus diundur beberapa minggu hingga berpindah bulan. Namun Endwalker memang bukanlah sebuah game baru melainkan adalah ekspansi dari game Final Fantasy XIV. Namun, ekspansi ini merupakan yang terbesar dari game-nya dengan berbagai konten baru termasuk kelas baru yaitu Sage dan reaper.

Ekspansi ini juga akan menjadi bagian terakhir dari cerita panjang yang telah dibawa oleh game-nya sejak 2010. Tetapi, jika Anda penggemar game ini, Anda tak perlu khawatir karena Square Enix telah memastikan bahwa ekspansi ini bukanlah akhir untuk Final Fantasy XIV.

Halo Infinite

8 Desember 2021 – PC, Xbox One, Xbox Series S|X

Game terbesar yang akan dirilis pada bulan Desember mendatang dipegang oleh Halo Infinite. Game ini juga menjadi salah satu game yang paling ditunggu terutama bagi mereka yang telah mengikuti serinya sejak lama. Perilisan pada bulan ini sendiri lebih berfokus pada story campaign, karena sebenarnya versi multiplayer dari game ini atau yang disebut Halo Infinite: Online telah dirilis pada November lalu.

Berbicara soal campaign-nya, Halo Infinite akhirnya kembali membawa pemain berpetualang dengan Master Chief. Dan yang lebih menarik adalah Infinite akan menjadi game pertama dalam serinya yang menggunakan sistem open-world sehingga pemain nantinya dapat menjelajah lebih leluasa sebagai Master Chief.

Monopoly Madness

9 Desember 2021 – PC, Switch

Siapa yang tidak mengenal Monopoli? Board game klasik ini sudah ada sejak 86 tahun yang lalu. Meskipun sudah sangat terkenal lewat mekanisme turn-based yang telah digunakan puluhan tahun, Ubisoft ternyata berpikir bahwa game Monopoli ini membutuhkan sedikit evolusi gameplay untuk membuatnya lebih seru.

Akhirnya lahirlah Monopoly Madness. Seperti namanya, Ubisoft membuat penyesuaian terhadap gameplay Monopoli yang membuatnya penuh kekacuan. Pemain akan tetap bersaing dengan pemain lain untuk mengumpulkan uang dan menguasai properti sebanyak mungkin. Namun alih-alih bergerak bergantian, pemain akan saling menghancurkan properti pemain lain sambil terus mengumpulkan uang dan properti secara real-time.

Syberia: The World Before!

10 Desember 2021 – PC

Seri Syberia sempat menjadi salah satu seri game PC yang populer pada masanya. Cerita naratif yang kuat, ditambah dengan puzzle yang cukup menantang, membuat para pemain penasaran untuk mengikutinya. Namun seiring turunnya pamor genre point and click, seri Syberia juga ikut meredup. Apalagi dengan seri ketiganya di tahun 2017 lalu yang bisa dibilang gagal.

Untungnya developer dan publisher Microids masih belum menyerah dengan seri ini dengan mengumumkan game terbarunya, Syberia: The World Before!. Kali ini game-nya akan membawa pemain ke era jauh sebelum tiga game sebelumnya dan membawa cerita yang benar-benar baru beserta dengan grafis yang terlihat lebih menakjubkan. Tidak perlu khawatir, karena game ini tetap mempertahankan sistem point and click beserta puzzle yang menjadi ciri khasnya.

Firegirl: Hack ‘n Splash Rescue

14 Desember 2021 – PC, Xbox One, Xbox Series S|X, PS4, PS5, Switch

Eksperimen baru yang selalu dilakukan oleh developer indie memang harus diacungi jempol. Bagaimana tidak, para developer inilah yang paling berani untuk menembus batasan-batasan para developer papan atas yang terkendala masalah keuntungan dan besarnya pasar. Hal inilah yang coba dilakukan Studio Dejima dengan game hack and slash terbarunya yaitu Firegirl: Hack ‘n Splash Rescue.

Secara konsep game ini sudah tampil cukup unik karena pemain akan berperan sebagai pemadam kebakaran yang bertugas untuk menyelamatkan orang-orang yang terjebak, sekaligus mengalahkan para monster api. Nilai plus yang paling mencolok dari game ini tentu adalah grafis hybrid yang menggabungkan gaya piksel dan 3 dimensi yang mendetail dan tampil sedap dipandang.

Among Us (Console)

14 Desember 2021 – Xbox One, Xbox Series X|S, PS4, PS5

https://www.youtube.com/watch?v=st6YX5knE44

Setelah satu tahun telah menguasai pasar PC dan mobile, game multiplayer deduktif Among Us akhirnya akan dapat dimainkan oleh para gamer konsol. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan game-nya ke platform konsol harusnya dapat dipahami, mengingat developer Innersloth hanyalah tim kecil. Apalagi mereka juga tetap memberikan support dan update konten ke dalam game-nya.

Nantinya, Among Us akan mendukung crossplay yang memungkinkan pemain bermain secara bersama baik lewat PC, mobile, maupun konsol. Para pemain di PlayStation juga nantinya akan mendapat skin eksklusif bertema Ratchet and Clank. Selebihnya Among Us tetap hadir menjadi sebuah game yang membuat setiap aktivitas dan interaksi di dalamnya menantang seperti yang telah dikenal.

Five Nights at Freddy’s: Security Breach

16 Desember 2021 – PC, PS4, PS5

Five Nights at Freddy’s dikenang sebagai salah satu game horor veteran yang menawarkan konsep unik kepada para pemain. Mulai dari karakter antagonis yang sebenarnya berupa robot animatronik, hingga ke sistem permainannya yang unik. Di seri kedelapannya ini, developer Steel Wools Games kembali membuat inovasi yang akan memberikan pengalaman horor baru kepada pemain.

Dalam Security Breach pemain akan tetap memerankan seorang petugas keamanan yang harus berjaga di dalam mall yang dipenuhi dengan boneka animatronik pembunuh. Namun perbedaannya, kini pemain dapat bebas mengeksplorasi Mega Pizzaplex sebagai karakter bernama Gregory. Anda kini bisa lebih berinteraksi dengan permainan untuk mengendap-endap dan kabur dari kejaran para robot pembunuh tersebut.

7 Mantan Pro Player Mobile Legends yang Tidak Terdengar Lagi Kiprahnya

Perkembangan ranah esports Mobile Legends: Bang Bang memang sangat pesat, terutama di Indonesia. Sejak menghadirkan gelaran MSC perdana di tahun 2017, tercatat Mobile Legends kini menjadi game MOBA smartphone terpopuler di Indonesia dengan unduhan lebih dari 100 juta.

Banyak pemain yang sudah mewarnai perjalanan skena esports Mobile Legends di Indonesia sejak seri MPL Indonesia perdana pada tahun 2018. Namun ada pula nama-nama pemain bintang yang sekarang tidak lagi terdengar.

Siapa saja pemain tersebut? Lalu apa torehan dan kegiatan mereka setelah tidak lagi terdengar di ranah esports Mobile Legends? Mari simak 7 mantan pro player Mobile Legends yang kurang terdengar lagi kiprahnya.

1. Hansen “Spade” Meyerson

Siapa yang tidak mengenal Spade? Pemain yang sempat membela Elite8 Critical Reborn hingga ONIC Esports ini memang tidak lagi bermain untuk tim esports profesional.

Prestasi lain dari Spade adalah MVP Regular Season di MPL ID Season 1 dan membantu ONIC Esports mengisi posisi ketiga di MPL ID Season 2.

Namun Spade memang terkenal sebagai pemain yang piawai dalam menggunakan beberapa hero Marksman seperti Lesley. Setelah tidak lagi membela ONIC Esports rupanya Spade menghabiskan waktunya dengan membuat konten YouTube di kanal pribadinya.

2. Risky “BarierJr” Gunawan

BarierJr (pojok kiri) saat bertanding di MSC 2018. Sumber: MSC

Pemain atau Tank andalan dari RRQ O2 di MPL ID Season 1 kini memang tidak lagi terdengar kiprahnya. Setelah membela tim tersebut hingga MPL ID Season 2, BarierJr sempat mengisi posisi pelatih RRQ Academy.

Meski demikian, BarierJr belum mampu menghasilkan banyak pencapaian bersama timnya. Pasca lepas dari RRQ, pemain dengan nama lengkap Risky Gunawan tersebut juga sempat membela Aerowolf, Victim Esports, hingga Rebellion Genflix.

Sampai saat ini, BarierJr belum membela tim esports profesional lain dan juga tidak terlalu aktif di kanal YouTube miliknya.

3. Randika “Warpath” Dwi Putra

https://i.ytimg.com/vi/t1ObayCXfZM/maxresdefault.jpg
Sumber: Monochrome Esports

Warpath merupakan salah satu punggawa Saints Indo yang menjadi idola di era esports Mobile Legends tahun 2017. Warpath juga sempat mengemban Top Global Rank Season 5 dan pemain yang pada zamannya terkenal dengan hero Moskov.

Meski begitu, Warpath memang belum pernah bermain di gelaran MPL Indonesia. Namun kala itu, ia bersama Saints Indo menjadi raja di berbagai turnamen Mobile Legends tampil sebelum era MPL.

Sudah lama tidak terdengar pasca berpisah dengan Recca Esport, rupanya Warpath keluar dari ranah Mobile Legends dan menjadi bagian dari divisi Wild Rift tim Monochrome Esports.

4. Arya Hans “Hexaz0r” Arifan Silitonga

https://revivaltv2.b-cdn.net/wp-content/uploads/2019/07/saints-indo-mpl-id-s2.jpg
Sumber: MPL Indonesia

Salah satu legenda dari ranah esports Mobile Legends, Hexaz0r tentu tidak bisa dilewatkan. Pemain satu ini merupakan Tank veteran yang sudah bermain untuk berbagai tim seperti Saints Indo, Bigetron Esports, hingga BOOM Esports.

Hexazor sendiri sudah bermain di banyak ajang MPL Indonesia, namun torehan prestasinya tidak bernasib baik. Pemain yang gemar menggunakan Grock ini juga sempat mengisi jajaran Top Global Grock.

Meski begitu, kini Hexazor tidak bermain untuk tim esports profesional manapun. Belum tahu apakah sang pemain akan kembali ke jalur kompetitif Mobile Legends.

5. Aprizal “KneEr” Jaya

https://techgenez.com/wp-content/uploads/2020/10/evos-esports-league-of-legends-2048x1096.png
KneEr (dua dari kiri) di roster EVOS Esports MPL ID Season 1. Sumber: EVOS Esports

Sang bintang yang sempat memperkuat salah satu tim Mobile Legends terkuat, EVOS Esports, KneEr merupakan sosok kapten yang membawa tim dengan julukan Harimau Putih ini menempati posisi runner-up di gelaran MPL ID Season 1.

Pasca ajang tersebut, sang pemain memutuskan untuk berpisah dengan EVOS Esports. Dikabarkan banyak faktor mengapa KneEr memutuskan hengkang, salah satunya karena tindakan indisipliner dari sesi latihan rutin.

Meski sukses sebagai kapten tim di MPL ID Season 1, rupanya KneEr tidak kembali ke ranah kompetitif Mobile Legends. Sampai saat ini pun sang pemain tidak terdengar lagi kabarnya baik sebagai pemain, influencer, maupun pelatih tim Mobile Legends.

6. Renhart “Oreo” Khoeway

https://revivaltv2.b-cdn.net/wp-content/uploads/2018/04/30605335_229366551153385_7821684823872765952_n-1024x576.jpg
Sumber: EVOS Esports

Lagi, salah satu pemain yang berhasil membawa EVOS Esports menempati posisi runner-up pada ajang MPL ID Season 1. Oreo merupakan pemain keenam di EVOS Esports dan menjadi salah satu Tanker terbaik pada masanya.

Bersamaan dengan KneEr, Oreo juga turut mengucapkan selamat tinggal untuk EVOS Esports setelah selesainya gelaran MPL ID Season 1 silam.

Pasca membela EVOS, ia sempat membela tim Louvre. Namun sayang, hingga sekarang namanya tidak lagi terdengar pasca pihak Louvre resmi merangkul Donkey.

Serupa dengan KneEr, Oreo juga tidak membela tim esports manapun dan juga tidak membuat kanal YouTube sebagai seorang content creator.

7. Edward “Eiduart” Tjahyadikarta

https://www.revivaltv.id/wp-content/uploads/2018/05/eiduart.jpg
Sumber: RevivalTV

Mantan punggawa Bigetron Esports (dulu Bigetron Player Kill di S1), dan ONIC Esports ini merupakan sosok pemain kunci dan team leader kelas kakap di era MPL ID Season 1 dan MPL ID Season 2. Eiduart menjadi inisiator sekaligus shout-caller pada masanya.

Pasca pensiun dari pemain profesional, Eiduart sepertinya memutuskan untuk lebih aktif di belakang layar. Ia membuat tim esports-nya sendiri, Siren Esports. Di Siren Esports, Eiduart mengisi posisi sebagai COO dan mengiringi torehan fantastis Siren Esports sebagai juara MDL Indonesia dua kali berturut-turut. Ia juga sempat menjadi CEO GPX (Geng Kapak) selama beberapa saat.

Kompilasi Review Battlefield 2042: Comeback yang Terkendala Masalah Teknis

Menyebut nama Battlefield tentunya membawa ingatan para gamer untuk kembali ke medan perang masif dengan berbagai artileri dan kendaraan tempur serta medan perang yang penuh dengan kekacauan.

Tahun ini harusnya menjadi comeback bagi seri Battlefield yang sudah absen selama kurang lebih 3 tahun. Dan dengan mengusung kembali konsep modern dengan kemasan lebih masif, EA mempersiapkan Battlefield 2042 sebagai surat cinta bagi para fans yang sudah rindu untuk kembali bertempur.

Sayangnya, penantian yang cukup lama tersebut kelihatannya tidak memenuhi ekspektasi para fans. Apalagi bagi mereka para fans hardcore yang telah rela membeli versi “mahal” untuk dapat mengakses game-nya terlebih dahulu.

Mulai dari masalah teknis yang tidak juga terselesaikan bahkan setelah game-nya dirilis resmi, hingga ke perubahan gameplay yang tidak disambut dengan tangan terbuka oleh para fans. Peter Dragula dari SECTOR.sk bahkan menyebut bahwa masa depan dari seri Battlefield terlihat sangat-sangat buruk.

Tidak ada cerita, tidak masalah

Battlefield 2042 menjadi game pertama dari serinya yang akhirnya secara penuh meninggalkan story campaign yang sebelumnya selalu hadir sejak Battlefield 3. Namun keputusan tersebut sepertinya tidak mempengaruhi game-nya karena sejak awal campaign bukanlah kekuatan utama dari Battlefield.

David Martinez dari HobbyConsolas bahkan memuji keputusan Battlefield 2042 untuk menghilangkan campaign dan fokus pada hal terbaik yang mereka lakukan, yaitu mode multiplayer yang mendalam dan menyenangkan.

Lebih besar, lebih luas, lebih melelahkan

Image credit: EA

Absennya konten campaign dan single-player memberikan ruang gerak lebih sekaligus kewajiban untuk menyediakan konten online yang sebanding. Digital Trends menyebut bahwa Battlefield 2042 berhasil memenuhi harapan tersebut, dan bahkan melampauinya.

Salah satu peningkatan yang ditawarkan EA dan DICE pada Battlefield 2042 ini adalah pertempuran dengan skala yang lebih masif. 128 pemain yang terbagi dalam dua kelompok dan saling berperang di dalam map berukuran masif memang terlihat bagus secara konsep.

Namun nyatanya, hal tersebut berbanding terbalik dalam prakteknya. Stella Chung dari IGN bahkan menyebut game-nya malah membuat frustasi bahkan sejak di lobi karena banyaknya pemain yang ada di dalamnya. Banyak yang mengeluhkan bahwa selama permainan mereka hanya dihabiskan untuk berjalan dari titik kemunculan dan mati oleh sniper di perjalanan untuk menuju peperangan.

Mode sampingan yang malah mencuri perhatian

Selain pertempuran masif klasiknya, Battlefield 2042 juga memberikan dua mode baru untuk dicoba para pemain yaitu Hazard Zone dan Portal. Keduanya memang memberikan pengalaman baru bagi para pemain, meskipun bukan pengalaman yang benar-benar solid.

Hazard Zone merupakan mode yang membuat pemain bermain dalam squad melawan empat squad lain untuk mengumpulkan objektif berupa data drive yang tersebar di seluruh map. Sedangkan Portal merupakan mode yang memungkinkan pemain memainkan map-map dari game-game Battlefield sebelumnya dengan kualitas Battlefield 2042.

Kedua mode tambahan ini, terutama Portal disebut-sebut sebagai mode terbaik yang dimiliki oleh game ini. Toby Berger dari Press Start Australia menyebut bahwa Hazard Zone merupakan mode yang menyenangkan, namun Battlefield Portal jelas mencuri perhatian dalam game ini.

Spesialis yang berujung tidak spesial

Image credit: EA

Fitur baru yang cukup banyak dipermasalahkan oleh para fans adalah hadirnya sistem Spesialist yang menggantikan sistem kelas yang sebelumnya selalu digunakan dalam seri Battlefield. Sistem kelas yang sebelumnya ada empat dengan kemampuan dan tugas spesifiknya masing-masing kini digantikan dengan 10 tipe spesialist dengan kemampuan khusus dan gadget uniknya.

Sayangnya, kemampuan-kemampuan baru dari para Specialist ini tidak mampu membawa perubahan yang berarti dalam permainannya seperti yang diungkapkan Josh West dari Gamesradar. Apalagi para Specialist ini tidak memiliki tugas spesifik, sehingga tipe Specialist apapun yang digunakan tetap bisa diubah menjadi kelas yang diinginkan lewat modifikasi loadout dan senjata yang dapat dilakukan.

Pada akhirnya pilihan Specialist ini hanya sekadar skin karakter dengan secuil gadget unik yang memberikan pengalaman berbeda bagi para pemain. Phil Hornshaw dari Gamespot bahkan menyebut beberapa Specialist dalam game-nya terasa tidak berguna.

Pencarian identitas baru yang tidak diperlukan

Selain skala permainan yang diperbesar, EA dan DICE juga memberikan perubahan pada sistem permainannya. Mulai dari tampilan antarmuka dan sistem loadout yang membingungkan para pemain, hingga ke sistem kelas pemain yang telah dibahas sebelumnya.

Secara garis beras, DICE seperti ingin mencari identitas baru untuk Battlefield 2042. Namun sayangnya usaha untuk memasukkan elemen-elemen modern yang diambil dari game-game shooter lainnya tersebut malah mengacaukan pengalaman bermainnya secara keseluruhan.

Chris Jarrard dari Shacknews bahkan mengutarakan Battlefield 2042 membutuhkan lebih banyak waktu dalam pengembangannya untuk mematangkan apa yang membuat seri Battlefield dicintai ketimbang menjadi game yang berusaha untuk memiliki banyak hal untuk beragam pemain namun terasa setengah jadi.

Kualitas grafis yang harus dikorbankan

Selama bertahun-tahun EA berhasil membuat Battlefield sebagai salah satu tolak ukur perkembangan grafis untuk game-game shooter. Namun sayangnya hal tersebut harus absen pada Battlefield 2042. Dengan menitikberatkan game-nya pada performa teknis untuk menampung 128 pemain dalam map yang jauh lebih luas, grafis yang dihadirkan tidak mengalami lompatan inovasi dan bahkan mundur di beberapa aspek dari game sebelumnya.

YouTuber Nick930 memberikan perbandingan detail mengenai perbandingan grafis antara Battlefield 2042 dengan Battlefield V. Ternyata di luar dukungan tekstur yang lebih tajam, hampir semua aspek dalam Battlefield 2042 lebih inferior dari sebelumnya.

Aspek-aspek grafis yang memberikan sensasi next-gen seperti efek pencahayaan, ledakan, refleksi hingga beragam efek dirasa kurang maksimal. Namun memang pengorbanan tersebut dilakukan agar Battlefield 2042 dapat mendapatkan stabilitas performa yang dibutuhkan.

Masih butuh banyak penyempurnaan

Image Credit: EA

Game-game yang dirilis pada tahun 2021 ini kebanyakan memiliki masalah utama pada game yang tidak optimal dan Battlefield menjadi salah satunya. Sejak perilisan early-access-nya, Battlefield 2042 menderita beragam masalah. Mulai dari game yang sering crash, susahnya untuk tersambung ke server game hingga bug, dan glitch yang kerap terjadi di dalam game-nya.

Alex dari GameInformer bahkan mengatakan bahwa beragam bug yang ia alami meskipun minor menghilangkan kesenangan yang ia miliki saat bermain. Hal ini bahkan membuat para pemain early-access berbondong-bondong melakukan refund untuk game-nya bahkan sebelum Battlefield 2042 dirilis secara resmi pada 19 November lalu.

DICE memang tidak tinggal diam dan terus berusaha memperbaiki berbagai masalah yang ada dengan mengeluarkan patch perbaikan secara berkala. Hingga artikel ini dibuat, game ini dikabarkan akan mendapatkan perbaikan besar-besaran dalam beberapa minggu.

Penutup

Image Credit: EA

Anthony Shelton dari GamingTrend menyebut bahwa Battlefield 2042 merupakan game yang ambisius namun tidak dapat mencapai ambisinya. Usaha EA dan DICE untuk memasukkan beragam hal baru ke dalam game-nya membuat Battlefield 2042 malah terasa sedang mengalami krisis identitas.

DICE memang masih memiliki banyak ruang dan waktu untuk membenahi Battlefield 2042 seperti yang diungkapkan Martin Robinson dari GameInformer. Apalagi melihat EA ingin membuat game ini memiliki umur panjang dengan membawanya sebagai game-as-service. Namun bagaimanapun juga, tidak semua pemain memiliki tingkat kesabaran yang sama bila masalah-masalah besar pada game ini tidak segera diperbaiki.