Potensi Event Virtual Jadi Salah Satu Kegiatan “New Normal”

Banyak hal terdampak pandemi Covid-19 ini. Salah satunya adalah industri berbasis event. Bagi penggiat di sektor ini, mencari cara beradaptasi agar tetap relevan adalah kunci melewati ini semua. Tidak mudah, tapi diupayakan.

Salah satu yang mulai beradaptasi dengan cara tersebut adalah Loket / GoTix. VP of Commercial Loket Mohamad Ario Adimas (Dimas) menjelaskan, kondisi tetap di rumah saja dalam waktu lama membuat masyarakat butuh hiburan. Di sisi lain, musisi dan semacamnya butuh tetap berkarya dan menyapa penggemarnya. Akhirnya event virtual menjadi salah satu solusi.

“Adaptasi ke event online pun menjadi salah satu jawaban. Melalui event online, Loket berupaya untuk mendorong agar industri event dan hiburan tetap hidup, para musisi dan kru event tetap dapat berkarya, serta masyarakat dapat terus memperoleh akses hiburan ke beragam event. Kondisi ini juga yang akhirnya memicu Loket untuk berkolaborasi dengan para event creator dalam menemukan solusi terbaik di tengah krisis ini,” terang Dimas.

Dimas melanjutkan, Loket menyediakan halaman khusus yang bisa memudahkan para event creator untuk membuat sebuah event virtual. Loket juga mengklaim telah berinovasi dengan menggabungkan layanan sistem manajemen tiket dengan streaming video, sehingga mulai dari perencanaan, pengaturan, produksi, hingga komunikasi dengan audiens yang berbentuk website atau yang disebut dengan virtual venue.

“[Kami] menerapkan analogi sebagaimana tiket dalam event offline. Penjualan dan distribusi tiket juga dibuat secara eksklusif, di mana satu link URL hanya bisa digunakan pada satu ​device konsumen. Hal ini menjadi salah satu cara agar para event creator tetap mendapatkan apresiasi yang sepatutnya atas apa yang mereka lakukan,” imbuh Dimas.

Adaptasi serupa juga dilakukan Goers. Dengan layanan Goers Experience Manager (GEM), mereka mencoba beradaptasi dengan perubahan pola event yang ada seperti sekarang ini.

GEM resmi diluncurkan oleh Goers pada tahun lalu. Tujuannya memberikan pengalaman bagi para pemilik acara maupun pengguna yang ingin mengikuti acara. Kini, di tengah situasi pandemi, GEM menjadi salah satu layanan penting yang bisa membantu penyelenggaraan event online.

“Goers Experience Manager adalah sebuah platform bagi experience creators untuk membuat experience, mendigitalisasi penjualan tiket secara online dan offline, dan terhubung dengan lebih dari 450 ribu pengguna Goers,” ujar Co-Founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi.

Ia menambahkan, melalui GEM para pemilik acara disediakan berbagai macam fitur untuk pengelolaan acara, mulai dari email blast, laporan dan settlement, kustomisasi URL, hingga penggunaan kode voucher.

Event virtual jadi salah satu new normal

Event online atau virtual mulai ramai sejak pandemi memaksa semua kegiatan offline batal dan pemerintah menghimbau untuk tinggal di rumah saja. Beragam bentuk kegiatan diselenggarakan, mulai dari konser musik, workshop atau pelatihan, webinar, dan semacamnya.

Dimas percaya ke depannya event online akan menjadi new normal yang terus diminati meskipun seandainya pandemi ini berakhir. Ia berkaca pada lonjakan pembuatan event online di Loket. Sejauh ini ada 2.000 event dalam kurun waktu satu bulan terakhir, di antaranya konser online yang berhasil menjual hingga 5000 tiket.

“Angka yang cukup tinggi untuk penjualan tiket event online di Indonesia. Ke depan, kami berkomitmen untuk terus berupaya meluncurkan inovasi-inovasi baru bagi industri event dan hiburan, dan tak henti untuk terus giat berkontribusi. Loket berharap para event creator dan audiens dapat memaksimalkan fitur event online ini dan menjadikannya sebagai solusi untuk tetap produktif,” jelas Dimas.

Hal senada disampaikan Niki. Ia menilai meski suatu saat pandemi usai, perkembangan teknologi dan kebiasaan melakukan banyak hal dari tempat lain secara fleksibel akan membuat event online akan terus tumbuh dan tetap memiliki peminat. Di sanalah GEM mengambil posisi sebagai platform yang memudahkan bagi pembuat event.

“Event offline terbatas oleh jarak dan waktu, sedangkan event online tidak. Kami melihat masa depan online event sangat cerah. Sebagai perbandingan, beberapa partner kami ada yang merasakan kenaikan jumlah peserta sebesar 50% karena mengadakan acara secara online,” imbuh Niki.

Kendati tidak 100% bisa menggantikan pengalaman acara secara langsung, penyelenggaraan secara online akan menjadi salah satu pilihan penyelenggaraan acara saat ini. Fleksibilitas yang ditawarkan di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi para penontonnya. Momok terbesarnya saat ini, khususnya di Indonesia, adalah kestabilan jaringan internet dan ketersediaan infrastruktur secara nasional.

Platform Pengelolaan Event “Goers Experience Manager” Resmi Meluncur, Wadahi Kreator Lokal

Startup penyedia solusi ticketing dan pencarian event Goers resmi meluncurkan Goers Experience Manager (GEM). Platform ini memungkinkan para kreator lokal untuk mengembangkan bisnis experience, mulai dari konser musik, atraksi, workshop, hingga kelas seni.

Ditemui di acara peluncuran, Co-founder dan COO Goers Niki Tsuraya Yaumi mengatakan, platform GEM sebetulnya sudah beroperasi sejak 2018. Namun belum resmi dirilis ke publik saat itu karena alasan pengembangan produk.

“Saat itu kami terus menunggu feedback dulu dari pengguna untuk tahu bagaimana experience mereka. Dari situ kami melakukan perbaikan dan penambahan fitur,” ujar Niki.

Menurut Niki, platform GEM dikembangkan bukan sebagai lini bisnis baru, melainkan dukungan ekosistem terhadap aplikasi Goers yang sudah lebih dulu ada untuk pencarian tiket event.

Startup binaan Indigo Creative Nation (ICN) di 2015 ini awalnya hadir sebagai penyedia direktori untuk pencarian tiket event dan atraksi. Kemudian mereka berkembang untuk membantu penyelenggara acara mempromosikan acara mereka.

Lebih lanjut, pihaknya berupaya untuk menjawab kebutuhan para kreator lokal atau siapa saja yang mengalami tantangan dan hambatan dalam membuat event atau bisnis experience lainnya.

Tantangan yang dimaksud misalnya sistem yang masih manual dan tidak terintegrasi sehingga membuat biaya operasional tidak efisien, sulitnya mengelola saluran penjualan karena terlalu banyak, atau tidak adanya database pengunjung yang dapat dikelola secara berkelanjutan.

Saat ini platform GEM baru dapat diakses melalui situs, namun Niki menjanjikan aplikasi GEM dapat meluncur di kuartal pertama 2020. Hingga sekarang, GEM telah digunakan 1.200 kreator lokal di Indonesia.

Fitur unggulan untuk scale up bisnis para kreator

Untuk dapat bersaing di industri ini, Niki mengungkap bahwa pihaknya mengembangkan sejumlah fitur unggulan yang dinilai dapat membantu para kreator untuk melakukan scale up bisnisnya.

Menurutnya, yang membuat Goers berbeda dengan platform serupa di Indonesia adalah fokus perusahaan terhadap kreator lokal. “Karena siapapun bisa [membuat event]. Kami mengembangkan teknologi yang mudah digunakan mereka sehingga mereka bisa scale up,” tuturnya.

Beberapa fitur GEM yang diunggulkan antara lain ticketing management system (TMS) dan sistem penjualan tiket online terintegrasi, sistem pengelolaan distribusi penjualan, Point of Sales (POS) dengan berbagai metode pembayaran, fitur untuk promosi, Goers Ticket Scanner untuk memantau jumlah pengunjung, laporan analisis event beserta database peserta, dan kustomisasi tiket.

Untuk menghindari event fiktif, Goers mengklaim telah menjalankan mekanisme tertentu untuk memvalidasi para kreator, seperti NPWP untuk legalitas dan verifikasi email.

Dorong sektor pariwisata di Tanah Air

Di kesempatan sama, Dirjen Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) Samsul Widodo mengungkapkan bahwa kehadiran platform ini tak hanya mendorong pelaku bisnis experience dalam negeri, tetapi juga mendorong sektor pariwisata Indonesia.

Samsul mencontohkan bagaimana sebelumnya Pemerintah bekerja sama dengan Goers untuk melakukan digitalisasi ticketing di desa-desa tertinggal. Dengan platform GEM, ada banyak peluang untuk menghadirkan event-event budaya dan pariwisata.

“Di Lombok saja, kami berencana melakukan digitalisasi ticketing di 30 desa tertinggal. Nah, saat ini ada 7.000 desa yang memiliki potensi untuk menjadi tujuan wisata. Ini dapat dikembangkan melalui digitalisasi.

Application Information Will Show Up Here