Deretan Pengumuman Paling Menarik yang Apple Singkap di WWDC 2021

Seperti biasa setiap pertengahan tahun, Apple menggelar konferensi developer tahunannya (WWDC). Berhubung masih pandemi, WWDC 2021 pun kembali digelar secara online dan terbuka bagi semua orang.

Pada sesi keynote-nya, Apple membeberkan sederet inovasi dari sisi software yang sudah mereka kerjakan. Di antaranya adalah iOS 15, iPadOS 15, watchOS 8, macOS Monterey, dan sejumlah pembaruan lain pada layanan maupun perangkat besutan mereka.

Di artikel ini, saya telah merangkum sejumlah pengumuman paling menarik yang Apple singkap di WWDC 2021, utamanya fitur-fitur baru apa saja yang bakal bisa pengguna nikmati dari versi terbaru masing-masing sistem operasi yang sudah disebutkan tadi, yang dijadwalkan hadir untuk publik secara luas pada musim semi tahun ini.

FaceTime Links dan SharePlay

Di tengah meningkatnya penggunaan layanan video call akibat pandemi, Apple melihat urgensi tinggi untuk menghadirkan sederet penyempurnaan buat FaceTime. Yang paling utama dan paling menarik mungkin adalah fitur bernama FaceTime Links. Berkat fitur ini, pengguna nantinya bisa menjadwalkan sesi FaceTime, lalu membagikan tautannya ke siapa saja yang ingin mereka ajak bercengkerama secara virtual.

Istimewanya, yang diajak tidak wajib menggunakan produk bikinan Apple. Pengguna smartphone Android maupun laptop Windows pun juga bisa ikut bergabung ke sesi FaceTime langsung via browser, tanpa perlu login atau mendaftarkan akun terlebih dulu. Meski berlangsung via web, Apple memastikan bahwa sesi FaceTime akan tetap terenkripsi secara penuh (end-to-end) seperti biasanya.

FaceTime di iOS 15, iPadOS 15, dan macOS Monterey juga akan mendukung fitur spatial audio, serta dua mode mikrofon untuk skenario penggunaan yang berbeda. Mode yang pertama dimaksudkan untuk mengeliminasi suara-suara di sekitar pengguna yang mengganggu, sedangkan mode yang kedua pada dasarnya justru akan mengamplifikasi suara-suara di sekitar.

Apple turut memperkenalkan fitur SharePlay. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk mendengarkan musik bersama, maupun menonton video bersama, selagi terhubung via FaceTime. Selagi SharePlay diaktifkan, konten pun otomatis akan tersinkronisasi, sehingga apa yang sedang saya dengar atau lihat bakal sama persis seperti yang didengar atau dilihat oleh lawan bicara saya. Terakhir, FaceTime juga akan mendukung fitur screen sharing.

Notification Summary dan Focus

Selain FaceTime, Apple turut menyempurnakan fitur notifikasi di iOS 15 dan iPadOS 15. Perangkat nantinya bisa menyajikan Notification Summary, menyatukan notifikasi-notifikasi yang tidak mendesak dari beberapa aplikasi (yang bukan pesan kiriman seseorang), lalu menampilkannya di waktu senggang pengguna.

Harapannya tentu adalah supaya pengguna bisa lebih berfokus ketika bekerja atau belajar, dan tidak mudah teralihkan perhatiannya oleh notifikasi. Dalam konteks ini, Apple juga menyiapkan fitur bernama Focus untuk iOS 15 dan iPadOS 15. Focus pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk memfilter notifikasi dan aplikasi berdasarkan kebutuhannya.

Jadi ketika sedang bekerja misalnya, pengguna dapat mengaktifkan profil yang akan membatasi notifikasi maupun akses ke aplikasi-aplikasi media sosial. Anggap saja Focus sebagai versi lebih advanced dan merinci dari fitur Do Not Disturb. Focus akan tersinkronisasi antar perangkat via iCloud, jadi selagi aktif di iPhone, profil yang sama juga akan aktif di iPad maupun Mac.

Live Text

Kalau Anda familier dengan Google Lens, maka Anda bakal langsung paham fungsi dari fitur bernama Live Text ini. Dengan memanfaatkan on-device intelligence, perangkat yang menjalankan iOS 15 maupun iPadOS 15 dapat mengenali teks pada tampilan kamera, semisal teks pada halaman buku resep yang hendak difoto. Pengguna pun bisa langsung menyeleksi teks tersebut, menyalin dan menambahkannya ke catatan atau aplikasi lain.

Bukan cuma di kamera, Live Text juga berlaku untuk semua gambar yang tersimpan di perangkat, yang berarti foto-foto lama pun juga dapat diseleksi teksnya. Semisal ada nomor telepon yang tertera di suatu foto, pengguna juga bisa langsung menelepon atau menambahkannya ke kontak dengan mengklik nomor tersebut. Fitur Live Text juga akan tersedia di macOS Monterey.

Safari dirombak total

Tampilan Safari di iOS 15, iPadOS 15, dan macOS Monterey sudah berubah drastis, dengan desain yang jauh lebih minimalis dan navigasi yang lebih baik. Di iOS 15, address bar-nya tak lagi diposisikan di atas, melainkan disatukan dengan tab bar di sisi bawah agar lebih mudah dijangkau menggunakan ibu jari. Untuk berpindah dari satu tab ke yang lain, pengguna bisa mengusap ke kiri atau kanan pada address bar baru tersebut.

Kumpulan tab yang sedang dibuka dapat dikelompokkan menjadi Tab Group, dan ini juga akan tersinkronisasi antar perangkat secara otomatis. Di Mac atau iPad, Tab Group dapat di-drag ke aplikasi lain, dan secara otomatis akan diubah menjadi daftar tautan yang bisa diklik. Terakhir, Apple turut menghadirkan dukungan extension pada Safari di iOS 15 dan iPadOS 15.

Auto translation dan system-wide translation

Setelah lebih dulu hadir di iOS, aplikasi Translate akhirnya juga akan tersedia di iPadOS 15. Apple juga telah menyempurnakannya agar mendukung fitur auto translation, sehingga perangkat dapat mendeteksi percakapan dalam bahasa yang berbeda secara otomatis, lalu menampilkan hasil terjemahannya di layar.

Fitur translation di iOS 15 dan iPadOS 15 kini juga berlaku secara system-wide. Jadi selagi berada di dalam aplikasi apa pun, pengguna bisa menyeleksi suatu teks, lalu mengklik opsi Translate untuk menerjemahkannya. Ya, fitur terjemahan ini juga berlaku untuk fitur Live Text tadi.

Multitasking yang lebih baik di iPad dan Quick Note

iPadOS mengemas fitur multitasking yang cukup lengkap, tapi pengoperasiannya bukanlah yang paling mudah. Di iPadOS 15, Apple ingin membenahinya dengan menghadirkan menu multitasking di sisi atas layar ketika membuka aplikasi. Buka menu tersebut, maka pengguna bisa langsung mengaktifkan mode split screen, tidak perlu lagi mengingat-ingat gestur tertentu. Alternatifnya, pengguna bisa mengaktifkan mode split screen dengan menumpukkan satu aplikasi ke yang lain pada tampilan app switcher

iPadOS 15 juga memperkenalkan fitur multitasking bernama Shelf. Shelf pada dasarnya akan menampilkan semua jendela yang terbuka dari suatu aplikasi. Jadi semisal pengguna menyandingkan Safari dengan beberapa aplikasi lain, tiap-tiap kombinasi Safari dan aplikasi lain itu akan muncul di sebuah tampilan kecil di bagian bawah layar, memberikan alternatif yang lebih cepat ketimbang mengandalkan app switcher.

iPadOS 15 dan macOS Monterey juga kedatangan fitur bernama Quick Note. Jadi selagi pengguna berada dalam aplikasi apapun, mereka bisa memunculkan jendela kecil untuk langsung membuat catatan atau menyimpan tautan, jauh lebih praktis ketimbang harus berpindah ke aplikasi Notes.

Swift Playgrounds kini bukan cuma untuk belajar

 

Awalnya cuma dimaksudkan sebagai medium belajar bahasa pemrograman Swift, Swift Playgrounds di iPadOS 15 telah berevolusi menjadi developer tool tulen. Jadi selain untuk belajar, Swift Playgrounds juga dapat dipakai untuk membuat aplikasi iPhone atau iPad dari nol sampai betul-betul jadi dan siap diajukan ke App Store untuk di-review.

Universal Control

Dari semua pengumuman menarik di WWDC 2021, mungkin ini adalah favorit saya. Universal Control merupakan kelanjutan dari prinsip Continuity yang Apple terapkan untuk semua platform-nya. Berkat Universal Control, pengguna pada dasarnya bisa mengoperasikan Mac sekaligus iPad menggunakan hanya satu keyboard dan mouse saja.

Jadi selagi menggunakan MacBook, pengguna bisa meletakkan iPad di sebelahnya, lalu trackpad beserta keyboard bawaan MacBook pun otomatis dapat dipakai untuk mengoperasikan iPad. Drag-and-drop konten dari satu perangkat ke yang lain pun juga dimungkinkan berkat fitur ini. Universal Control juga berlaku untuk lebih dari dua perangkat. Ya, satu mouse dan keyboard bisa dipakai untuk mengoperasikan MacBook, iPad, dan iMac sekaligus.

Universal Control bekerja dengan memanfaatkan kombinasi iCloud, Wi-Fi, serta Bluetooth. Apple mengklaim tidak perlu ada proses setup yang dijalankan. Asalkan syarat-syaratnya terpenuhi, kursor mouse bisa langsung dipindahkan dari Mac ke iPad, atau sebaliknya, secara seamless.

iCloud+

Buat semua pelanggan berbayar iCloud, layanan mereka nantinya akan di-upgrade menjadi iCloud+. iCloud+ menghadirkan tiga fasilitas ekstra untuk meningkatkan keamanan privasi pelanggan. Yang pertama adalah Private Relay, yang dari perspektif sederhana bisa dianggap sebagai fitur VPN yang terintegrasi ke iCloud. Jadi ketika browsing menggunakan Safari, Private Relay akan memastikan semua traffic yang meninggalkan perangkat akan selalu terenkripsi demi melindungi identitas penggunanya.

Fasilitas yang kedua adalah Hide My Email, yang memungkinkan pengguna untuk menciptakan alamat-alamat email acak untuk dipakai mendaftar suatu layanan atau newsletter. Setelahnya, alamat acak tadi akan meneruskan konten ke inbox alamat email utama pengguna secara otomatis, sangat praktis untuk menjaga kerahasiaan alamat email utama yang dipakai.

Terakhir, iCloud+ juga menghadirkan dukungan HomeKit Secure Video, yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan rekaman dari banyak kamera pengawas sekaligus, dan semua itu tidak akan ikut dihitung pada batasan storage masing-masing pelanggan.

Siri kini lebih responsif dan lebih accessible

Pada deretan sistem operasi baru yang diumumkan, kemampuan speech recognition milik Siri bisa berjalan langsung di perangkat secara offline, tanpa perlu mengandalkan bantuan jaringan cloud. Hasilnya adalah, selain lebih menguntungkan buat privasi pengguna, juga kinerja Siri yang jauh lebih responsif dari sebelumnya.

Juga menarik adalah API baru yang disediakan untuk para pengembang perangkat HomeKit, yang dirancang supaya Siri dapat langsung dipanggil dari perangkat-perangkat tersebut. Dengan begitu, pengguna ke depannya bisa langsung berinteraksi dengan Siri di beberapa perangkat smart home tanpa memerlukan iPhone sebagai perantaranya.

Pembaruan untuk AirPods

Apple memang belum menyingkap AirPods baru, tapi mereka telah menyiapkan sejumlah pembaruan yang menarik untuk produk-produk lama mereka. Untuk AirPods Pro misalnya, Apple bakal menghadirkan fitur bernama Conversation Boost. Fitur ini pada dasarnya bakal menyulap AirPods Pro menjadi semacam alat bantu dengar, mengisolasi dan mengamplifikasi suara milik seseorang yang sedang mengajak berbicara, sehingga pengguna bisa mendengarnya secara jelas meski sedang berada di keramaian.

Ke depannya, AirPods Pro dan AirPods Max juga dapat dilacak lokasinya secara akurat via jaringan Find My, tanpa perlu mengandalkan bantuan perangkat AirTag. Semisal pengguna tidak sengaja meninggalkan AirPods Pro di suatu kedai kopi, mereka bakal langsung diingatkan sebelum sepenuhnya beranjak dari kawasan tersebut.

Sumber: Apple.

10 Fitur Revolusioner iPad Selama 10 Tahun Usianya

Tepat tanggal 27 Januari kemarin, iPad merayakan ulang tahunnya yang kesepuluh. Total ada 19 jenis iPad yang pernah dirilis dalam satu dekade ini, mencakup iPad Mini, iPad Air maupun iPad Pro (jujur saya pusing melihat penamaannya dari generasi ke generasi).

Sebagai tablet terpopuler sekaligus terlaris sejagat, iPad tentunya punya banyak keunggulan yang membuatnya bisa bertahan selama ini. Berikut adalah 10 fitur revolusioner iPad selama 10 tahun usianya.

1. Layar multi-touch

iPad 1st generation

Dunia mengenal iPhone sebagai perangkat consumer pertama dengan layar multi-touch, akan tetapi sejarah mencatat yang berbeda. Steve Jobs sendiri mengaku ide mengenai iPad datang lebih dulu ketimbang iPhone. Usai melihat prototipe iPad yang mengemas layar multi-touch, barulah ia sadar bahwa teknologi tersebut juga dapat diterapkan di ponsel.

Dari situ proyek pengembangan iPad pun ditunda, dan Apple memutuskan untuk merealisasikan iPhone terlebih dulu. Cerita ini terdengar semakin lucu setelah mengetahui reaksi publik yang menilai iPad generasi pertama tidak lebih dari sebatas iPhone versi besar.

2. Layar tanpa orientasi native

Apple iPad

Jauh sebelum iPad generasi pertama dirilis, iPhone sudah lebih dulu mengemas layar yang dapat berubah orientasinya sesuai cara pengguna menggenggamnya. Kendati demikian, iPad tetap lebih unik karena layarnya tak punya orientasi native.

Singkat cerita, tidak ada istilah kita menggenggam iPad secara terbalik. Entah posisi tombol Home-nya di bawah, di atas, di kiri ataupun di kanan, orientasi layarnya bakal menyesuaikan sendiri (selama tidak dikunci). iPhone tidak demikian; Anda tak bisa menggunakannya dalam posisi tombol Home-nya di atas.

3. Aplikasi sama tapi lebih fungsional

iPad Pro

Saat pertama dirilis, iPad mengemas hampir semua aplikasi yang sama seperti iPhone. Meski sama, versi iPad-nya lebih fungsional karena tampilannya sudah dioptimalkan untuk layar besar (bukan sekadar dimelarkan begitu saja).

Seiring berjalannya waktu, ekosistem aplikasi iPad terus bertumbuh, dan sekarang bahkan jumlah aplikasi eksklusifnya semakin banyak, Adobe Photoshop contohnya.

4. Baterai tahan lama

iPad Mini

Salah satu kekurangan iPhone selama ini (terkecuali varian Plus atau Max) adalah baterainya boros. iPad tidak demikian. Sejak generasi pertamanya, iPad selalu konsisten menyajikan daya tahan baterai setara 10 jam pemakaian. Cukup mengesankan mengingat layarnya begitu besar dan performanya juga selalu jempolan.

5. Performa superior

iPad Pro

Bicara soal performa, iPad sangatlah mumpuni sampai-sampai banyak yang menyayangkan sistem operasinya bukan Windows (atau macOS). Ya, tidak sedikit yang berargumen potensi asli iPad terhambat oleh OS-nya yang kelewat simpel. Di sisi lain, Apple memang tidak pernah berniat menggantikan lini Mac-nya dengan iPad.

6. Serba tipis

iPad Pro

iPad Pro generasi ketiga yang tak lagi mengemas tombol Home memegang titel iPad paling tipis (5,9 mm) sejauh ini, padahal performanya adalah yang paling mengesankan. Begitu tipisnya, tonjolan kameranya sampai kelihatan berlebihan.

Selain bodi yang tipis, bezel iPad juga telah menipis drastis semenjak iPad Mini yang pertama. Menariknya, Apple turut mengoptimalkan software-nya supaya layar tidak tertekan secara tak sengaja oleh sebagian jempol pengguna yang beristirahat di sisi layar.

7. Apple Pencil

Apple Pencil

Saat memperkenalkan iPhone maupun iPad, Steve Jobs bersikeras konsumen tidak memerlukan stylus untuk mengoperasikannya. Namun saat iPad Pro generasi pertama dirilis, publik terkejut melihat salah satu fitur unggulannya adalah sebuah stylus yang harus dibeli secara terpisah.

Untungnya Apple Pencil bukan sembarang stylus, melainkan yang dilengkapi fitur pressure sensitivity dan angle detection sehingga penggunaannya terkesan begitu alami. Generasi kedua Apple Pencil malah semakin menyempurnakan desain sekaligus kinerjanya.

8. Palm rejection

iPad Pro and Apple Pencil

Satu hal yang membuat kombinasi iPad Pro dan Apple Pencil menarik adalah fitur palm rejection. Sederhananya, saat kita menulis atau menggambar menggunakan Pencil, tangan kita tidak perlu melayang di atas layar, sebab iPad cukup cerdik mengabaikan sentuhan yang tidak disengaja.

9. ProMotion Display

iPad Pro

Generasi kedua iPad Pro hadir dengan layar yang cukup istimewa. Istimewa karena layar yang disebut dengan istilah ProMotion Display ini mengemas refresh rate maksimum 120 Hz, dua kali lipat layar perangkat mobile pada umumnya.

Istimewanya, refresh rate-nya bisa berubah-ubah sendiri tergantung jenis konten yang sedang ditampilkan – kalau cuma gambar statis, refresh rate-nya akan turun demi menghemat konsumsi baterai. Seperti yang kita tahu, layar dengan refresh rate tinggi belakangan menjadi salah satu aspek yang dilombakan di segmen smartphone flagship.

10. USB-C

iPad Pro USB-C

iPad Pro generasi ketiga mengemas satu komponen yang tidak akan kita temukan di iPhone: port USB-C. Kehadiran satu port ini langsung meningkatkan fungsionalitasnya secara drastis; pengguna jadi bisa menyambungkan iPad Pro dan kamera secara langsung, memindahkan foto-foto yang diambil dan langsung menyuntingnya di iPad Pro.

Menyambungkan iPad Pro ke layar eksternal juga jauh lebih mudah dan tak lagi membutuhkan adaptor. Saat darurat, iPad Pro bahkan juga dapat dijadikan power bank dadakan berkat port USB-C ini.

5 Pengumuman Penting dari Apple WWDC 2019

Seperti biasa setiap tahunnya, ajang WWDC selalu menjadi panggung demonstrasi inovasi-inovasi terbaru Apple di ranah software, dan terkadang juga di bidang hardware. 2019 pun tidak luput dari tradisi tersebut, dan seperti biasa tentu saja selalu ada banyak hal menarik untuk disoroti.

Berikut sederet pengumuman paling menarik dari Apple WWDC 2019 yang telah saya rangkum.

iOS 13

iOS 13

Tahun demi tahun, iOS selalu menjadi bintang utama event WWDC. Dari segi tampilan, iOS 13 memang tidak menawarkan banyak perubahan, tapi sedikit bukan berarti tidak signifikan; untuk pertama kalinya di sepanjang sejarah iOS, ada fitur Dark Mode yang terintegrasi secara default.

Dark Mode pada dasarnya akan menyulap tampilan iOS 13 secara keseluruhan dari yang tadinya dominan putih menjadi gelap atau serba hitam. Fitur ini juga dapat diaktifkan secara otomatis sesuai jadwal yang ditetapkan pengguna, atau ketika waktu menunjukkan saatnya matahari untuk terbenam.

Dark Mode tak hanya berlaku untuk aplikasi bawaan iOS saja, tapi juga aplikasi pihak ketiga, dengan catatan developer terkait sudah memperbaruinya. Untuk seri iPhone X dan iPhone XS yang mengemas layar OLED, Dark Mode juga bisa membantu menghemat baterai – area berwarna hitam di layar OLED berarti backlight-nya tidak menyala di bagian tersebut.

iOS 13

iOS 13 turut memperkenalkan pembaruan cukup besar untuk aplikasi Photos. Tampilannya telah direvisi menjadi lebih minimalis sehingga pengguna dapat lebih berfokus terhadap koleksi foto dan videonya. Lebih lanjut, fitur penyuntingannya juga telah disempurnakan, dan sebagian kini juga berlaku untuk video (rotate, crop, filter), tidak seperti sebelumnya yang hanya mencakup trim saja.

Fitur lain iOS 13 yang tak kalah menarik adalah “Sign in with Apple”. Sesuai namanya, fitur ini dirancang untuk menggantikan opsi login menggunakan akun Facebook maupun Google. Apple percaya fitur ini jauh lebih simpel buat pengguna sekaligus lebih aman karena tiap-tiap aplikasi hanya akan menerima identifikasi yang bersifat acak.

Terakhir, iOS 13 juga menghadirkan peningkatan dari segi performa. Face ID kini diklaim bekerja 30% lebih cepat, sedangkan membuka aplikasi bisa sampai dua kali lebih cepat. Ini dikarenakan Apple berhasil memangkas besaran download aplikasi hingga 50%, sekaligus menjadikan besaran update aplikasi hingga 60% lebih kecil.

iPadOS

iPadOS

Namun kejutan terbesar WWDC 2019 datang dalam wujud iPadOS, iOS 13 yang sudah dioptimalkan demi memaksimalkan kapabilitas iPad, khususnya iPad Pro. Contoh optimasi yang paling gampang adalah deretan widget yang kini dapat dimunculkan langsung di home screen, bersebelahan dengan kolase icon aplikasi pada layar masif iPad Pro.

Multitasking juga semakin disempurnakan oleh iPadOS. Memang belum sekelas perangkat desktop, tapi setidaknya masih jauh lebih mumpuni daripada sebelumnya. Yang sudah sekelas desktop sekarang adalah Safari di iPadOS. Secara default, browser bawaan itu sekarang diperlakukan sebagai browser versi desktop, yang berarti web app macam Google Docs kini dapat berfungsi sebagaimana mestinya tanpa mewajibkan pengguna memakai aplikasi terpisahnya.

iPadOS

Perubahan penting lainnya adalah bagaimana iPad Pro generasi ketiga dengan port USB-C miliknya sekarang dapat membaca isi dari sebuah flash disk berkat iPadOS. Memindah foto, video maupun file lain dari flash disk ke iPad Pro kini semudah membuka aplikasi Files saja.

Juga sangat menarik adalah fitur iPadOS bernama SideCar. Bagi para pemilik Mac, fitur ini memungkinkan iPad untuk digunakan sebagai layar kedua Mac, baik secara wireless atau via kabel, tanpa memerlukan aplikasi tambahan. Setelah tersambung, pengguna dapat langsung mencorat-coret di layar iPad menggunakan Apple Pencil, dan coretannya akan muncul secara instan di layar Mac – sangat berguna mengingat latency Pencil kini semakin turun menjadi 9 milidetik saja.

watchOS 6 dan tvOS 13

watchOS 6

Beralih ke watchOS, selain menghadirkan sejumlah fitur fitness dan tracking anyar, watchOS 6 turut memperkenalkan mekanisme baru yang sangat penting: Apple Watch kini memiliki App Store-nya sendiri. Ini berarti developer dapat mengembangkan aplikasi khusus untuk Apple Watch yang dapat bekerja secara mandiri tanpa harus mengandalkan aplikasi versi iOS-nya.

watchOS 6 pada dasarnya memulai tren di mana Apple Watch secara perlahan mulai melepaskan ketergantungannya akan iPhone. Buktinya semakin kuat dengan adanya tiga aplikasi bawaan baru di Apple Watch, yaitu Voice Memos, Calculator dan Audiobooks. Kedengarannya memang sepele, akan tetapi memulai sesi rekaman audio secara mendadak jauh lebih mudah dilancarkan via Apple Watch ketimbang harus merogoh kantong terlebih dulu untuk mengambil iPhone.

tvOS 13

Untuk tvOS 13, pembaruan terbesarnya menurut saya adalah dukungan terhadap multi-user. Tidak seperti ponsel yang sifatnya pribadi, TV adalah gadget untuk semua orang di dalam kediaman, dan masing-masing individu tentunya punya preferensi tersendiri perihal konten TV yang hendak dinikmati.

Di sinilah dukungan multi-user berperan. Via Control Center, pengguna bisa langsung mengakses pengaturan user-nya masing-masing, dan ini tentu saja mencakup rekomendasi-rekomendasi konten yang telah disesuaikan dengan seleranya masing-masing.

Pembaruan kedua yang tak kalah menarik adalah dukungan terhadap game controller, spesifiknya controller Xbox Wireless beserta PlayStation DualShock 4. Dua controller ini sejatinya sudah bisa kita anggap sebagai de facto controller untuk sesi gaming sembari bersantai di atas sofa, dan dukungan terhadap keduanya merupakan antisipasi yang sangat ideal menjelang diluncurkannya layanan Apple Arcade.

macOS Catalina

macOS Catalinaaaa

Di ranah desktop, macOS Catalina tidak lupa membawa sejumlah kejutan. Yang paling keren menurut saya adalah hilangnya iTunes. Ya, aplikasi tua itu sekarang sudah digantikan oleh tiga aplikasi yang berbeda: Music, Podcasts dan TV. Sebagian besar fungsi iTunes pada dasarnya terdapat di aplikasi Music, termasuk halnya akses ke layanan Apple Music dan iTunes Store.

Lalu bagaimana dengan fungsi sinkronisasi yang selama ini ditawarkan iTunes? Semuanya masih tersedia di ketiga aplikasi tersebut, tergantung jenis media yang terkait. Untuk fungsi backup, update maupun restore perangkat, semua itu sekarang malah bisa diakses langsung lewat sidebar Finder sesaat setelah perangkat tersambung.

macOS SideCar

Hal menarik lain yang ditawarkan Catalina adalah kapabilitas baru bagi para developer (API dan tools) yang memudahkan mereka untuk menyulap aplikasi iPad menjadi aplikasi Mac, termasuk halnya game. Ini berpotensi menambah jumlah aplikasi dan game yang menarik untuk platform Mac, sekaligus menghadirkan kembali yang sudah lama hilang, seperti aplikasi resmi Twitter misalnya.

Terakhir, ada pembaruan menarik terkait fitur accessibility. macOS Catalina dilengkapi fitur Voice Control, yang menurut klaim Apple, memungkinkan pengguna untuk sepenuhnya mengoperasikan Mac hanya dengan suaranya. Apple merancang sistem label dan grid supaya interaksi via suara ini dapat dilancarkan di semua aplikasi, dan proses pengolahan suaranya pun terjadi secara lokal di perangkat (tidak memerlukan bantuan koneksi internet).

Voice Control ini sebenarnya juga bakal tersedia di iOS maupun iPadOS. Premisnya pun sama persis, yakni memberikan keleluasaan bagi para pengguna difabel agar mereka dapat sepenuhnya mengoperasikan perangkat via perintah suara, termasuk mengaktifkan gesture macam swiping maupun scrolling.

Mac Pro generasi baru dan Pro Display XDR

Mac Pro

Suguhan paling menarik yang terakhir dari WWDC 2019 adalah generasi terbaru dari Mac Pro. Sebagian dari kita mungkin tahu bagaimana Mac Pro generasi sebelumnya yang berwujud bak tong sampah banyak mengecewakan konsumen akibat keterbatasanannya perihal upgrade komponen, dan ‘penyakit’ utama itu akhirnya sudah terobati berkat desain yang benar-benar baru.

Wujud keseluruhannya kini lebih menyerupai komputer desktop biasa. Dilihat dari berbagai sudut, tampang depannya memang sepintas mirip seperti parutan keju, akan tetapi Apple mengklaim desain ini sangat membantu sirkulasi udara di dalam sasis Mac Pro, sehingga perangkat bisa terus mengerahkan seluruh keperkasaannya sepanjang waktu tanpa harus ‘mengerem’ akibat panas yang berlebih.

Bagian atasnya dibekali sepasang handle agar perangkat mudah dipindahkan atau dibawa-bawa, lalu di tengah panel atasnya, terdapat handle kecil sekaligus mekanisme pengunci yang dapat diputar lalu diangkat untuk ‘menelanjangi’ Mac Pro sepenuhnya, sehingga konsumen dapat mengakses komponen-komponennya dari segala sisi, memudahkan proses upgrade kala dibutuhkan.

Mac Pro

Namun masa upgrade buat Mac Pro generasi terbaru ini sepertinya masih cukup lama datangnya, sebab komponen-komponen di dalammnya benar-benar superior untuk saat ini. Kita mulai dari prosesornya dulu, konfigurasi termahalnya mencakup prosesor Intel Xeon W 28-core, sedangkan yang paling ‘murah’ masih ditenagai oleh prosesor 8-core.

Di sektor RAM, Mac Pro mengemas total 12 slot yang bisa diisi. Kalau budget bukan masalah, 12 slot RAM itu bisa dipasangi dengan masing-masing kartu 128 GB, memberikan total kapasitas RAM sebesar 1,5 TB. Sudah mirip dengan kapasitas storage komputer-komputer biasa.

Mac Pro

Beralih ke urusan grafis, Apple kembali memercayakan AMD, dan Mac Pro rupanya menjadi komputer pertama yang mengusung kartu grafis Radeon Pro Vega II. Bukan cuma satu, varian termahalnya bahkan bisa dijejali dua kartu beringas tersebut sekaligus, menghasilkan total daya komputasi sebesar 56 teraflop dan video memory sebesar 128 GB.

Bukan hanya itu saja, Apple turut membekali Mac Pro dengan accelerator card yang mereka juluki Afterburner. Afterburner bukanlah kartu grafis biasa, melainkan yang secara spesifik ditugaskan untuk urusan decoding video secara ekstrem.

Tidak tanggung-tanggung, Afterburner memungkinkan decoding hingga tiga video 8K ProRes RAW (file mentah langsung dari kamera) sekaligus, atau 12 video 4K ProRes RAW secara real-time. Ini berarti video-video tersebut dapat langsung diedit begitu saja tanpa perlu melalui proses proxy conversion terlebih dulu, yang sebelum ini dibutuhkan akibat keterbatasan hardware.

Pro Display XDR

Menemani komputer sangar itu adalah monitor yang tak kalah sangar yang dijual terpisah: Pro Display XDR. XDR merupakan singkatan dari Extreme Dynamic Range, mengindikasikan kapabilitas superiornya dalam hal menampilkan gambar yang berkualitas lebih bagus lagi daripada HDR.

Perangkat ini mengandalkan panel LCD 32 inci beresolusi 6016 x 3384 pixel (6K), lengkap dengan dukungan penuh atas spektrum warna P3 dan warna 10-bit. Meskipun tidak memakai panel berjenis OLED, Pro Display XDR dilengkapi sistem direct backlighting dengan tingkat kecerahan yang mampu menembus angka 1.600 nit, tidak ketinggalan pula rasio kontras yang mencapai 1:1.000.000.

Dua hardware berlabel “Pro” ini jelas tidak ditujukan untuk konsumen biasa. Itulah mengapa harganya luar biasa: Mac Pro dibanderol mulai $5.999 untuk konfigurasi paling rendahnya, sedangkan Pro Display XDR dihargai mulai $4.999, dan itu belum termasuk dudukannya, yang ternyata harus ditebus lagi secara terpisah seharga $999. Keduanya bakal dipasarkan mulai musim semi mendatang.

Sumber: Apple.