Canon Luncurkan Generasi Kedua DSLR Full-Frame EOS 6D

Canon EOS 5D mungkin adalah salah satu DSLR full-frame terpopuler, sekaligus yang paling digandrungi oleh kalangan pengguna DSLR Canon sendiri. Namun di tahun 2012, Canon mengumumkan EOS 6D yang dimaksudkan untuk menjembatani migrasi pengguna DSLR APS-C ke full-frame, dan kini penerusnya sudah tiba.

Canon EOS 6D Mark II sangatlah mirip dengan pendahulunya. Akan tetapi jangan tertipu penampilannya, sebab hampir semua pembaruannya tersembunyi di dalam. Yang paling utama adalah sensor full-frame baru beresolusi 26,2 megapixel, naik dari 20,2 megapixel milik 6D generasi pertama.

Tak cuma naik resolusinya saja, rentang ISO yang didukung pun kini berada di angka 100 – 40000, naik dari batasan pendahulunya, yakni 25600. Dipadukan dengan prosesor DIGIC 7, hasil foto 6D Mark II sudah pasti lebih baik ketimbang versi pertamanya.

Canon 6D Mark II

Performanya pun ikut meningkat; 6D Mark II dibekali sistem autofocus 45 titik yang kesemuanya bertipe cross-type. Jumlah ini lebih banyak empat kali lipat dibanding 6D lawas yang hanya memiliki 11 titik AF cross-type. Sistem Dual Pixel CMOS AF juga siap dimanfaatkan dalam sesi perekaman video.

Sayang sekali resolusi video maksimum yang bisa ditangkap hanya 1080p 60 fps. Kalau Anda mengincar video 4K, Anda harus naik pangkat lagi ke 5D Mark IV. Masih seputar performa, 6D Mark II siap memotret secara konstan secepat 6,5 fps dalam posisi Continuous AF aktif – naik dari 4,5 fps pada 6D orisinil.

Canon 6D Mark II

Selebihnya, Anda mendapatkan kamera yang hampir identik, terkecuali bagian layarnya. LCD 3 inci milik 6D Mark II ini ternyata sudah dilengkapi panel sentuh, dan bisa dilipat maupun diputar sesuai kebutuhan. Di kategori DSLR full-frame, layar semacam ini yang dibekali panel sentuh tergolong amat langka.

Bodi 6D Mark II sendiri diklaim siap beroperasi di cuaca tidak bersahabat. Konektivitas seperti Wi-Fi, NFC, Bluetooth maupun GPS turut hadir melengkapi performa dan kualitas gambar menawan yang dijanjikannya.

Canon 6D Mark II bakal tersedia di pasaran mulai akhir bulan Juli ini seharga $1.999 (body only) – jauh lebih ramah kantong ketimbang 5D Mark IV. Ada dua bundel lensa yang ditawarkan: $2.599 bersama lensa 24–105mm f/3.5–5.6 STM, atau $3.099 bersama lensa 24–105mm f/4L IS.

Sumber: PetaPixel dan Canon.

Nikon D7500 Warisi Spesifikasi dan Performa D500 untuk Menjadi Raja Fotografi Aksi Cepat

Nikon baru saja mengumumkan DSLR kelas menengah anyar, yaitu D7500. Ia merupakan suksesor langsung dari D7200, dengan desain yang hampir identik, akan tetapi bobotnya sedikit lebih ringan, hand grip-nya lebih tebal, dan weather sealing-nya lebih sempurna.

Namun yang membuat Nikon D7500 terdengar sangat menarik sebenarnya tidak kelihatan dari luar. Ia telah mewarisi jeroan milik D500 yang diposisikan di segmen lebh high-end, yang antara lain meliputi sensor APS-C 20,9 megapixel, prosesor Expeed 5 dan sensor metering RGB 180 ribu pixel.

Dengan bekal seperti ini, D7500 sejatinya jadi bisa sangat diandalkan dalam fotografi aksi-aksi cepat, – ranah dimana D500 cukup bersinar – meskipun sistem autofocus-nya sama seperti yang digunakan D7200. Kehadiran sistem metering baru ini sangat berkontribusi pada kinerja D7500 dalam mempertahankan fokus pada objek yang bergerak secara konstan.

Dibanding pendahulunya, Nikon D7500 sedikit lebih ringan, hand grip-nya lebih tebal dan weather sealing-nya lebih superior / Nikon
Dibanding pendahulunya, Nikon D7500 sedikit lebih ringan, hand grip-nya lebih tebal dan weather sealing-nya lebih superior / Nikon

Dibanding pendahulunya, D7500 kini mengemas rentang ISO 100 – 51200, dan ia juga sudah bisa merekam video 4K. Performa burst shooting-nya pun meningkat cukup pesat, dengan kemampuan menjepret hingga 100 gambar JPEG atau 50 gambar RAW sekaligus dalam kecepatan 8 fps.

Bicara soal RAW, D7500 dapat memroses beberapa gambar sekaligus secara internal menjadi format JPEG, sehingga Anda dapat memindahnya langsung ke smartphone tanpa bantuan komputer. D7500 pun juga telah dibekali sistem SnapBridge yang inovatif, dimana kamera memadukan Bluetooth dan Wi-Fi untuk urusan remote control dan file transfer selagi mempertahankan koneksi – tidak perlu pairing berulang-ulang.

Nikon D7500 dibekali layar sentuh yang dapat di-tilt, fitur yang tergolong langka dalam kategori DSLR / Nikon
Nikon D7500 dibekali layar sentuh yang dapat di-tilt, fitur yang tergolong langka dalam kategori DSLR / Nikon

Melirik panel belakangnya, Anda bakal disambut oleh layar sentuh 3,2 inci beresolusi 922 ribu dot yang dapat dimiringkan ke atas atau bawah – jujur, layar sentuh di DSLR termasuk cukup langka. Slot SD card-nya tak lagi ada dua seperti D7200, sedangkan baterainya diperkirakan bisa bertahan hingga 950 jepretan per charge.

Nikon berencana memasarkan D7500 mulai musim panas mendatang seharga $1.250 untuk bodinya saja, atau $1.750 bersama lensa 18-140mm f/3.5-5.6G ED VR.

Sumber: DPReview.

Canon Rilis Dua DSLR Baru, EOS 800D dan EOS 77D

Selain memperkenalkan kamera mirrorless baru, EOS M6, Canon dalam kesempatan yang sama turut mengungkap dua DSLR baru sekaligus, yakni EOS 800D dam EOS 77D. EOS 800D merupakan pengganti langsung EOS 760D di segmen entry-level, sedangkan EOS 77D merupakan versi yang lebih terjangkau dari EOS 80D yang cukup populer di kalangan videografer.

Kedua DSLR ini mengusung spesifikasi utama yang hampir sama; seperti misalnya sensor APS-C 24,2 megapixel dengan ISO 100 – 25600, sistem Dual Pixel AF yang responsif sekaligus akurat dan prosesor DIGIC 7. Keduanya juga mengemas konektivitas Wi-Fi, NFC sekaligus Bluetooth LE, serta fitur-fitur khusus video macam HDR dan Time-Lapse.

Canon EOS 800D (atas), EOS 77D (bawah) / Canon
Canon EOS 800D (atas), EOS 77D (bawah) / Canon

Namun yang paling diunggulkan dari kedua kamera ini adalah optical viewfinder dengan 45 titik autofocus yang kesemuanya berjenis cross-type guna memastikan penguncian fokus yang lebih presisi. EOS 77D malah lebih superior lagi berkat sistem metering RGB+IR 7650-pixel seperti yang ditawarkan EOS 80D.

Secara desain kedua kamera ini cukup mirip, tapi tentu saja EOS 77D memiliki kontrol yang lebih lengkap, utamanya berkat panel LCD kecil di pelat atas dan kenop ekstra di belakang. Keduanya sama-sama mengemas layar sentuh 3 inci yang bisa dibolak-balik di belakang, akan tetapi EOS 77D telah dilengkapi sensor pada viewfinder untuk mematikan LCD secara otomatis.

Canon EOS 800D (kiri) dan EOS 77D (kanan) sama-sama mengemas layar sentuh 3 inci yang bisa dibolak-balik / Canon
Canon EOS 800D (kiri) dan EOS 77D (kanan) sama-sama mengemas layar sentuh 3 inci yang bisa dibolak-balik / Canon

Baik Canon EOS 800D dan EOS 77D sama-sama akan dipasarkan mulai bulan April mendatang. Banderol harga yang ditetapkan adalah $750 untuk EOS 800D dan $900 untuk EOS 77D (body only). Bundel bersama lensanya adalah sebagai berikut:

  • EOS 800D + EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM seharga $900
  • EOS 800D + EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS STM seharga $1.300
  • EOS 77D + EF-S 18-55mm f/4-5.6 IS STM seharga $1.049
  • EOS 77D + EF-S 18-135mm f/3.5-5.6 IS USM seharga $1.499

Sumber: DPReview 1, 2.

DSLR Pentax KP Dapat ‘Melihat’ dalam Kegelapan

Ricoh baru-baru ini memperkenalkan kamera DSLR baru penerus seri Pentax K-3. Bernama Pentax KP, ia lebih cocok disebut sebagai versi lebih modern dan lebih ringkas ketimbang pengganti Pentax K-3 II.

Perbedaan ukuran KP dan K-3 II cukup signifikan, namun di saat yang sama KP masih mempunyai bodi yang tahan terhadap cuaca ekstrem. Ia bahkan siap beroperasi meski suhu di sekitarnya mencapai -10 derajat Celsius. Aspek desain lain yang tak kalah menarik adalah grip yang bisa dilepas-pasang – total ada tiga ukuran yang bisa dipilih.

Akan tetapi yang patut disorot dari Pentax KP adalah jeroannya, dimana ia mengusung sensor APS-C 24 megapixel yang amat sensitif terhadap cahaya. Sensor ini memiliki tingkat ISO maksimum 819200, yang pada dasarnya berarti kamera dapat ‘melihat’ dalam kondisi gelap gulita.

Pentax KP dilengkapi grip yang bisa dilepas-pasang dan diganti dengan ukuran yang berbeda / Ricoh
Pentax KP dilengkapi grip yang bisa dilepas-pasang dan diganti dengan ukuran yang berbeda / Ricoh

Keunggulan KP dalam fotografi low-light turut didukung oleh sistem image stabilization 5-axis, yang diklaim tetap efektif hingga 5 stop lebih tinggi – sama seperti yang ditawarkan oleh DSLR full-frame Pentax K-1. Sistem autofocus-nya terdiri dari 27 titik, dimana 25 di antaranya merupakan titik jenis cross type.

Soal performa, KP didukung oleh shutter mekanik dengan kecepatan maksimum 1/6.000 detik, serta shutter elektronik yang sanggup mencapai angka 1/24.000 detik jika diperlukan. Performa burst shooting-nya berada di angka 7 fps, sedangkan video dapat ia rekam dalam resolusi maksimum 1080p 30 fps – sayang sekali belum 4K.

Panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh 3 inci yang bisa dimiringkan ke bawah atau atas / Ricoh
Panel belakangnya dihuni oleh layar sentuh 3 inci yang bisa dimiringkan ke bawah atau atas / Ricoh

Di belakang, Anda akan disambut oleh viewfinder dengan field of view hampir 100 persen dan tingkat magnifikasi 0,63x. Jendela bidik tersebut juga ditemani oleh layar sentuh 3 inci yang bisa dimiringkan ke atas atau bawah. Baterainya tergolong malu-malu untuk ukuran DSLR, dengan kapasitas hanya 390 shot.

Pentax KP rencananya akan dipasarkan mulai tanggal 25 Februari mendatang dengan banderol $1.100 untuk bodinya saja dan pilihan warna silver atau hitam.

Sumber: DPReview.

Lensa Sphere Pro Sulap Kamera DSLR Jadi Kamera 360 Derajat

Upaya menyederhanakan pembuatan video 360 terus dilakukan para inventor, dan sejauh ini progresnya cukup mulus. Metode rig (menyatukan beberapa kamera) mulai tergantikan oleh alternatif yang lebih sederhana seperti Ricoh Theta serta Samsung Gear 360, bahkan ada pula kamera 360 berwujud kacamata. Sayangnya, ranah ini masih sulit dijamah oleh kamera-kamera DSLR.

Kabar gembiranya, keterbatasan kamera digital single-lens reflex dalam menyajikan video dan foto 360 derajat akan segera sirna. Tim Sphere Optics menawarkan terobosan lewat produk bernama Sphere Pro, yaitu lensa yang mampu mengubah kamera DSLR standar menjadi kamera 360 derajat omnidirectional. Untuk sekarang, Sphere Pro boleh dibilang sebagai satu-satunya produk yang menyajikan solusi ringkas seperti ini.

Sphere Pro mempunyai wujud seperti vas bunga terbalik, berdiameter 150mm dan tinggi 189mm, memanfaatkan desain ala torus dengan bagian atas yang besar. Bobotnya cukup berat, yaitu 1,8-kilogram. Berdasarkan penjelasan developer, rancangan ini memungkinkan lensa menangkap momen di jarak pandang 360 derajat horisontal dan 180 derajat vertikal, sehingga kamera DLSR dapat mengabadikan foto dan video spherical tanpa bersandar pada software stitching.

Sphere Pro 1

Berkat setup tersebut, Sphere Pro tidak mempunyai titik buta serta tidak membutuhkan unit kamera kedua. Dan tentu saja tanpa mengandalkan sisi software, maka tidak ada efek artefak dari stitching. Premis ini memang membuat Sphere Pro terlihat sangat menarik, namun para pengguna setia DSLR akan langsung bertanya, apakah lensa unik ini kompatibel dengan kamera meraka?

Sphere Pro menyuguhkan tipe mount Nikon F, tapi juga bisa disambungkan ke berbagai format kamera, termasuk Canon, Sony, Panasonic, serta Red – secara teori semua jenis kamera berlensa detachable. Di dalam terdapat lensa fixed dengan aperture f/8.0 dan fokus optimal di 40-inci. Resolusi yang dihasilkan Sphere Pro sendiri bergantung dari ukuran sensor kamera, hasilnya direkam sebagai satu lingkaran di satu unit sensor.

Tim Sphere Optics belum menginformasikan berapa harga Sphere Pro. Untuk memilikinya, Anda terlebih dulu harus melakukan pemesanan (dengan mencantumkan data diri dan alamat). Sebagai alternatif, Anda juga bisa menyewa lensa tersebut, minimal selama tiga hari.

Menariknya, Sphere Pro bukanlah satu-satunya solusi pembuatan video 360 derajat dari Sphere Optics. Pendekatan serupa kabarnya akan turut dihadirkan di kamera action GoPro dan perangkat bergerak, masing- masing produk dinamai Sphere Go Pro dan Sphere for Mobile. Developer saat ini juga sedang mengembangkan aplikasi mobile companion.

Sumber: Sphere Optics.

Canon 5D Mark IV Diungkap, Andalkan Sejumlah Teknologi Canggih Milik 1D X Mark II

Mirrorless boleh menjadi anak emas baru industri fotografi belakangan ini, tapi pamor DSLR masih cukup kuat, apalagi kalau Canon yang membuatnya. Pabrikan asal Jepang tersebut baru saja meluncurkan DSLR yang paling dinanti-nanti oleh konsumen loyalnya, yaitu Canon 5D Mark IV.

Sudah bukan rahasia apabila seri 5D merupakan salah satu DSLR terpopuler di kalangan fotografer profesional. 5D Mark IV ingin terus melanjutkan prestasi tersebut dengan sensor full-frame baru beresolusi 30,4 megapixel dan prosesor Digic 6+, plus sensitivitas ISO 50 – 102.400.

Namun yang lebih menarik adalah bagaimana 5D Mark IV meminjam sejumlah fitur milik DSLR tercanggih Canon, yakni 1D X Mark II. Utamanya adalah teknologi Dual Pixel AF yang tidak perlu diragukan lagi kecepatan dan akurasinya dalam mengunci fokus. Untuk pertama kalinya juga, mode Continuous AF bisa diaktifkan saat memotret menggunakan LCD.

LCD milik Canon 5D Mark IV merupakan layar sentuh / Canon
LCD milik Canon 5D Mark IV merupakan layar sentuh / Canon

Sistem autofocus-nya ini mengandalkan 61 titik yang terdiri dari 41 titik jenis cross-type. Dipadukan dengan sistem metering baru, kinerja autofocus 5D Mark IV di kondisi minim cahaya meningkat pesat jika dibandingkan dengan 5D Mark III. Hal yang sama juga berlaku untuk kemampuannya mengenali wajah maupun tracking.

Canon juga menerapkan mekanisme shutter baru pada 5D Mark IV, memungkinkan kamera untuk menangkap gambar secara konstan dalam kecepatan 7 fps. Fitur lain yang dipinjam dari 1D X Mark II adalah opsi perekaman video 4K 30 fps.

Kualitas gambar dan performa Canon 5D Mark IV meningkat pesat jika dibandingkan dengan pendahulunya / Canon
Kualitas gambar dan performa Canon 5D Mark IV meningkat pesat jika dibandingkan dengan pendahulunya / Canon

Tapi Canon rupanya masih belum cukup puas, mengingat 5D Mark IV turut mengemas teknologi Dual Pixel RAW dan Digital Lens Optimizer. Sederhananya, teknologi ini memungkinkan pengguna untuk melakukan perbaikan pada gambar pasca pemotretan, entah itu untuk menggeser letak bokeh atau mengurangi lens flare.

5D Mark IV tidak lupa mengusung konektivitas Wi-Fi dan NFC. Lebih lanjut, kamera ini juga mengemas chip GPS yang memungkinkan pengguna untuk menyimpan informasi geotagging pada foto. LCD-nya pun juga telah ditanami panel sentuh.

Canon 5D Mark IV rencananya akan mulai dipasarkan pada awal bulan September mendatang seharga $3.500 dalam wujud body only. Tersedia juga opsi dengan lensa EF 24-70mm f/4 L seharga $4.400, atau dengan lensa EF 24-105mm f/4 L IS II USM seharga $4.600.

Sumber: PetaPixel.

DSLR Kelas Entry Terbaru Nikon Dilengkapi Konektivitas Bluetooth dan Baterai Besar

Di saat mata kita tertuju pada kamera mirrorless, pasar DSLR masih belum mati begitu saja. Pada kenyataannya, DSLR tetap mempunyai keunggulan yang sejauh ini belum bisa ditawarkan mirrorless, salah satunya adalah baterai berkapasitas besar.

Tidak percaya? Lihat saja DSLR kelas entry terbaru Nikon, D3400. Dibandingkan pendahulunya, D3400 punya bodi yang lebih ringan, tepatnya 395 gram sudah termasuk unit baterai. Pun begitu, satu kali charge hingga penuh bisa menghasilkan sekitar 1.200 jepretan.

Spesifikasi utamanya sebenarnya tidak banyak berubah. Nikon D3400 mengusung sensor APS-C CMOS 24 megapixel tanpa low-pass filter yang ditemani oleh prosesor EXPEED 4. Video bisa ia rekam dalam resolusi 1080p 60 fps, tapi sayangnya ia tak lagi dilengkapi jack mikrofon seperti pendahulunya.

Berkat fitur SnapBridge, foto bisa dipindah ke ponsel selagi pemotretan berlangsung / Nikon
Berkat fitur SnapBridge, foto bisa dipindah ke ponsel selagi pemotretan berlangsung / Nikon

Performanya cukup lumayan untuk ukuran DSLR kelas entry, dengan rentang ISO 100 – 25600 dan shutter speed maksimum 1/4000 detik. Sistem autofocus 11 titik siap membantu mengambil gambar yang tajam dalam berbagai kondisi, tidak ketinggalan juga performa continuous shooting di angka 5 fps.

Akan tetapi hal lain yang baru dari D3400 dikenal dengan istilah SnapBridge. Fitur ini pada dasarnya merupakan konektivitas Bluetooth Low Energy, dimana kamera bisa tersambung ke ponsel Android atau iPhone via Bluetooth. Dengan demikian, proses transfer gambar bisa berlangsung secara otomatis sesaat setelah tombol shutter ditekan.

Nikon D3400 dibekali optical viewfinder dan LCD 3 inci beresolusi 921 ribu dot / Nikon
Nikon D3400 dibekali optical viewfinder dan LCD 3 inci beresolusi 921 ribu dot / Nikon

Absennya Wi-Fi berarti kamera ini tak bisa Anda kendalikan lewat smartphone, tapi toh optical viewfinder bersama LCD 3 incinya sudah bisa dibilang sangat cukup. Lagipula, selama ini yang dipentingkan konsumen adalah kemudahan memindah hasil foto dari kamera ke smartphone, dan SnapBridge merupakan solusi baru yang cukup menarik.

Nikon D3400 akan meluncur ke pasaran mulai bulan September dengan harga $650, termasuk lensa kit 18-55mm f/3.5-5.6. Kombo dua lensa sekaligus – kit plus 70-300mm f/4.5-6.3 juga tersedia seharga $1.000.

Sumber: DPReview.

Pentax K-70 Tawarkan Fitur Kelas Atas dalam Harga Entry Level

Usai memperkenalkan DSLR full-frame perdananya pada bulan Februari kemarin, Pentax kini kembali ke kategori entry level dengan memperkenalkan Pentax K-70. Kamera ini boleh dibilang kelas entry, akan tetapi fitur-fitur yang diusungnya banyak dipinjam dari lini teratas Pentax selama ini.

Jantung K-70 terisi oleh sensor APS-C beresolusi 24 megapixel, dengan kemampuan merekam video 1080p 30 fps. Didampingi oleh prosesor pengolah gambar PRIME MII, sensor ini sangat sensitif terhadap cahaya, dengan tingkat ISO maksimum 102.400. Pentax pun tidak ragu menyatakan bahwa hasil fotonya di kondisi low-light tetap minim noise dan cukup detail.

Performa turut mendapat perhatian khusus di sini. Selain sistem autofocus phase-detection 11 titik – 9 di antaranya merupakan cross-type – K-70 turut dilengkapi sistem AF contrast-detection. Sistem hybrid ini juga bisa diaktifkan dalam mode live view, menjadikannya sebagai DSLR pertama Pentax yang bisa melakukan hal ini.

Bodi Pentax K-70 tahan terhadap cuaca ekstrem / Ricoh
Bodi Pentax K-70 tahan terhadap cuaca ekstrem / Ricoh

Bagi yang gemar membekukan aksi-aksi cepat, shutter speed maksimum K-70 berada di angka 1/6.000 detik. Hal ini turut didukung oleh kemampuan burst shooting-nya yang mencapai angka 6 fps. Pentax tak lupa memastikan kalau algoritma tracking autofocus-nya cukup bisa diandalkan.

Fitur high-end lain yang diusung K-70 adalah image stabilization dalam bodi serta simulasi low-pass filter. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan kamera untuk menangkap gambar yang lebih mendetail karena tidak ada low-pass filter, namun di saat yang sama tetap bebas moiré saat simulasi low-pass filter diaktifkan.

Lebih lanjut, K-70 turut dilengkapi oleh fitur Pixel Shift Resolution, dimana kamera akan menangkap empat gambar yang sama selagi menggeser posisi sensor satu pixel pada setiap gambar, lalu menggabungkan semuanya menjadi satu file beresolusi tinggi dan sangat mendetail.

LCD milik Pentax K-70 bisa ditarik ke samping lalu diputar-putar posisinya / Ricoh
LCD milik Pentax K-70 bisa ditarik ke samping lalu diputar-putar posisinya / Ricoh

Soal fisik, bodi K-70 telah dirancang agar tahan terhadap cuaca ekstrem, entah itu guyuran hujan maupun suhu dingin yang mencapai minus 10 derajat Celsius. Panel belakangnya didominasi oleh sebuah layar 3 inci beresolusi 921 ribu dot yang dapat ditarik ke samping untuk diputar-putar posisinya sesuai kebutuhan.

Pentax K-70 rencananya akan dipasarkan mulai awal bulan Juli seharga $650. Oh ya, kamera ini juga mengemas konektivitas Wi-Fi guna memenuhi standar terkini.

Sumber: DPReview.

Canon Luncurkan EOS 1300D dengan Fokus Pada Era Media Sosial

Canon baru saja mengumumkan DSLR kelas entry terbarunya, EOS 1300D. Secara garis besar, kamera ini masih sama seperti pendahulunya, yaitu EOS 1200D. Kendati demikian, Canon telah menyematkan sejumlah fitur anyar yang bakal membuatnya menjadi relevan di era media sosial.

Utamanya adalah konektivitas Wi-Fi dan NFC supaya pengguna bisa meneruskan hasil jepretannya ke smartphone, lalu membagikannya ke media sosial dengan cepat. Akan tetapi itu saja belum cukup, EOS 1300D turut mengusung mode pemotretan baru yakni “Food Mode” yang bisa diakses lewat mode dial-nya. Seperti yang sudah bisa ditebak, mode ini akan membantu pengguna mengabadikan santapan lezatnya dengan pengaturan cahaya yang lebih optimal.

Jantung EOS 1300D masih sama persis seperti pendahulunya, yakni sensor CMOS APS-C 18 megapixel, dengan sistem autofocus 9 titik dan kemampuan merekam video 1080p. Pun begitu, Canon telah mengganti prosesornya menjadi DIGIC 4+ yang lebih baru guna meningkatkan kinerjanya secara menyeluruh. Soal sensitivitas, kamera ini punya rentang ISO 100 – 6400, dan bisa diekspansi menjadi 12800.

Canon EOS 1300D

Pembaruan lain yang dibawa EOS 1300D ada pada LCD 3 inci di belakang yang kini mengemas resolusi lebih tajam, tepatnya 920 ribu dot. Selebihnya, EOS 1300D masih mempertahankan formula andal pendahulunya dalam harga yang terjangkau.

Canon EOS 1300D rencananya akan mulai dipasarkan pada bulan April mendatang. Ia dibundel bersama lensa kit EF-S 18-55mm f/3.5-5.6 IS II seharga $550, atau sekitar 7,2 juta rupiah.

Sumber: DPReview.

Canon Umumkan Kamera DSLR Tercanggihnya, 1D X Mark II

Meski dewasa ini sudah semakin banyak orang yang percaya dengan kamera mirrorless, Canon ingin membuktikan bahwa masih ada keistimewaan yang bisa ditawarkan sebuah DSLR. Untuk itu, pabrikan asal Jepang tersebut mengungkap generasi terbaru DSLR unggulannya, Canon 1D X Mark II.

Canon menilai kamera ini sebagai kombinasi menakjubkan antara inovasi dan penyempurnaan, mengandalkan tenaga dan kecepatan di atas segalanya. Di balik bodinya yang begitu bongsor, Canon telah menanamkan sensor full-frame baru beresolusi 20,2 megapixel. Sensor ini amat sensitif terhadap cahaya, dengan rentang ISO 100 – 51.200 (bisa ditingkatkan lagi sampai 409.600).

Sensor baru tersebut ditemani oleh sepasang prosesor DIGIC 6+ yang bertanggung jawab atas kegesitan kamera. Tidak main-main, 1DX Mark II dapat menjepret foto tanpa henti dengan kecepatan hingga 14 fps dalam posisi autofocus menyala. Kalau itu masih kurang cepat, ada opsi memotret dalam kecepatan 16 fps dengan posisi titik fokus dan exposure tetap.

Lalu bagaimana dengan kinerja autofocus-nya, mengingat seri 1D memang sangat dikenal akan kemampuannya membekukan objek yang bergerak dalam kecepatan tinggi? Well, di sini 1D X Mark II masih mengemas 61 titik fokus, akan tetapi area yang terjangkau kini lebih besar, sehingga kinerjanya pun bisa lebih fleksibel.

Canon 1D X Mark II

Beralih ke sektor video, 1D X Mark II sudah dilengkapi kemampuan merekam video 4K dalam kecepatan 60 fps. Lebih istimewa lagi, kamera ini sanggup merekam video dalam durasi yang amat panjang – sampai sekitar 30 menit sekaligus. Anda suka slow-motion? Kamera ini siap merekam video full-HD dalam kecepatan 120 fps.

Namun yang sangat menarik adalah fitur baru bernama Digital Lens Optimizer. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan 1D X Mark II untuk mengenali kelemahan lensa-lensa tertentu yang dipasangkan, lalu memperbaikinya secara real-time.

Kelemahan lensa yang dimaksud adalah chromatic aberration, distorsi dan blur saat menggunakan aperture kecil. Biasanya, para fotografer akan membetulkan kekurangan-kekurangan ini pasca pemotretan dengan bantuan software. Tapi dalam kasus 1D X Mark II, langkah ekstra tersebut bisa dilewatkan.

Canon 1D X Mark II

Fisik 1DX Mark II tidak banyak berubah dibanding pendahulunya. Kendati demikian, LCD 3,2 incinya kini dibekali panel sentuh, memungkinkan pengguna untuk mengatur titik fokus hanya dengan menyentuh bagian layar. Resolusinya pun juga lebih tinggi di angka 1,62 juta dot.

Bodi besar ini juga berdampak pada baterai yang lebih tahan lama. 1D X Mark II bisa digunakan untuk menjepret hingga 1.210 foto sebelum baterainya perlu diisi ulang. Sebagai pelengkap, Canon juga telah membekalinya dengan modul GPS.

Canon berencana memasarkan kamera DSLR kelas profesionalnya ini mulai April mendatang dengan harga $5.999, belum termasuk lensa sama sekali.

Sumber: PetaPixel.