Canon EOS R3 Hadir di Indonesia, Titisan EOS-1D X Mark III dengan Continuous Shooting 30 fps

Tahun 2021 ini, Canon hanya merilis satu model kamera mirrorless saja. EOS R3 namanya, kamera mirrorless full frame flagship yang dirancang untuk para fotografer profesional yang mementingkan kecepatan, kualitas gambar tinggi, dan tangguh untuk pengambilan gambar di segala medan. Contohnya seperti fotografi olahraga, margasatwa, dan jurnalisme foto.

Boleh dibilang ia adalah titisan dari kamera DSLR flagship termutakhir dari Canon yakni EOS-1D X Mark III, yang hadir dengan sistem kamera EOS R dan teknologi yang jauh lebih canggih. Beberapa fitur unggulannya antara lain continuous shooting 30 fps, Eye Control AF, Vehicle Priority AF, dan hingga perekaman 6K RAW.

Dalam acara peluncuran virtual bertajuk ‘Built for Speed‘, Canon melalui pt. Datascrip sebagai distributor tunggal produk pencitraan digital Canon di Indonesia, telah menghadirkan EOS R3 yang dibanderol dengan harga Rp117.370.000 untuk body only dan bergaransi 2 tahun dari Datascrip.

Fitur Unggulan Canon EOS R3

Dari segi spesifikasi, Canon EOS R3 mengusung sensor back-illuminated stacked CMOS 24,1MP generasi baru hasil rancangan dan produksi Canon sendiri yang dipadukan dengan prosesor DIGIC X.

Electronic shutter pada kamera ini mampu memotret pada mode continuous shooting hingga 30 fps pada resolusi penuh, dengan autofocus (AF) dan auto exposure(AE) yang tetap aktif. Kecepatan maksimum electronic shutter-nya mencapai angka 1/64.000 detik.

EOS R3 juga dapat mengurangi distorsi rolling shutter, teknologi sensor terbarunya membuat pengguna dapat dengan nyaman tanpa terganggu blackout pada layar. Sementara, kalau menggunakan shutter mekanik, kecepatannya turun menjadi 12 fps dan kecepatan shutter maksimumnya sampai 1/8.000 detik.

Sistem autofocus-nya menggunakan teknologi Dual Pixel CMOS AF II dan EOS R3 menawarkan fitur yang sangat menarik yaitu Eye Control AF. Fitur ini mampu membuat pengguna untuk memilih titik fokus menggunakan gerakan mata melalui electronic viewfinder (EVF).

Sebagai salah satu jurnalis foto yang telah mencoba EOS R3, Mast Irham merasa Canon EOS R3 sangat mendukung dan memudahkan meraih momen terbaik. “Teknologi Eye Control AF ini sangat berguna bagi saya yang membutuhkan titik fokus secara cepat, lebih cepat daripada memindahkan titik fokus melalui tombol di kamera. Kini dengan hanya menggerakan bola mata ke arah subjek yang saya inginkan, titik fokus dapat dengan cepat dan mudah didapat,” ujarnya.

Untuk framing, EOS R3 menyediakan electronic viewfinder dengan panel OLED beresolusi 5,76 juta titik dan didukung refresh rate 120 fps yang memberikan pengalaman memotret yang alami. Pengguna juga bisa leluasa melakukan pengambilan gambar dari berbagai sudut dengan adanya LCD sentuh vari-angle 3,2 inci 4,14 juta titik.

Selain itu, Mast Irham juga sangat terkesan dengan fitur Vehicle Priority AF. Canon terus mengembangkan EOS iTR (Intelligent Tracking & Recognition) AF X dengan teknologi deep-learning. Selain fitur Eye Detection AF dan Animal Detection AF, EOS R3 memiliki fitur baru yang sangat didambakan para penggemar fotografi aksi cepat otomotif yaitu Vehicle Priority AF.

Sistem autofocus pada EOS R3 dapat mendeteksi mobil dan sepeda motor yang bergerak cepat, bahkan untuk fokus yang lebih spesifik pada helm si pengemudi. Kamera ini memiliki deteksi AF hingga EV -7.5 yang sangat membantu pengguna mendapatkan fokus saat membidik di kondisi minim cahaya.

Dengan rentang ISO 100-102.400 yang dapat ditingkatkan hingga 204.800, sensor baru pada kamera ini memiliki kapabilitas untuk memotret pada kondisi minim cahaya tanpa khawatir dengan noise pada ISO tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan video profesional, EOS R3 mampu merekam video dengan format 6K 60p RAW atau 4K 120p 10-bit tanpa crop. Pengguna bisa mendapatkan video 4K 60p yang memiliki kualitas lebih tinggi dengan oversampling dari format 6K. Canon Log 3 dan HDR PQ 10bit 4:2:2 juga tersedia untuk memberikan fleksibilitas dan kemudahan pengguna dalam menyesuaikan berbagai alur kerja pascaproduksi.

Seperti EOS R5 dan R6, EOS R3 juga dilengkapi dengan 5 AXIS In-Body Image Stabilization hingga 5,5 stop dan saat dipasangkan dengan lensa RF yang kompatibel, efektivitasnya bisa mencapai 8 stop. Teknologi IS ini sangat dirasakan manfaatnya oleh Mike Sidharta sebagai fotografer profesional yang telah mencoba EOS R3 untuk Birding Photography.

Kombinasi teknologi Image Stabilization hingga 8 stop dengan lensa RF membuat kamera ini dapat diandalkan dalam pengambilan foto yang membutuhkan stabilisasi tinggi. Canon EOS R3 juga memiliki resolusi 24MP yang makin membuat saya nyaman pada ukuran file yang dihasilkan, termasuk kualitas gambar yang dihasilkan pada ISO tinggi,” ujar Mike.

Selain itu, Mike juga terkesan dengan bodi yang lebih ringkas dan ringan yakni 822 gram (R3) dibanding 1.250 gram (1D X Mark III) tanpa lensa. Sistem kontrol yang familier dan fitur Animal Detection AF sangat membantunya dalam mendeteksi burung.

Untuk penyimpanan, EOS R3 menyediakan dua slot kartu memori CFexpress Type B dan kartu SD. CFexpress Type B ini untuk mendukung mendukung transfer data berkecepatan tinggi hingga 2GB/detik. Dengan media ini pengambilan gambar secara burst hingga ribuan gambar dalam format RAW atau RAW+JPEG secara continuous dapat diwujudkan, serta mampu merekam video 6K RAW berkualitas tinggi.

Demi memastikan efisiensi dan efektivitas saat digunakan, EOS R3 dibekali baterai LP-E19 berkapasitas besar 2700 mAH untuk memastikan pengambilan gambar dalam waktu yang lama. Jika dibutuhkan, baterai juga dapat diisi menggunakan power bank yang mendukung Power Delivery (PD) melalui kabel USB-C yang kompatibel.

Canon Indonesia Hadirkan Film Seri Dokumenter, Diambil Menggunakan Canon EOS R6

Sepanjang pandemi covid-19, meski merupakan persoalan kesehatan tetapi dampaknya sangat luas di sektor ekonomi. Untuk menginspirasi masyarakat untuk jangan mudah menyerah dengan keadaan, Canon melalui pt. Datascrip menghadirkan “CARRY ON – STORIES IN THE TIME OF CORONA”.

Serial dokumenter yang terdiri dari enam episode yang menceritakan tentang kisah para sosok pekerja yang berjuang di masa pandemi. Dengan melihat segala ciri khas tokoh di dalamnya, serta pelajaran tentang bagaimana cara mereka untuk tetap bertahan di tengah pandemi.

Tidak mudah mengangkat tema kehidupan ini karena banyak kisah pilu yang diceritakan. Namun, kami melihat kondisi ini justru menjadi satu titik balik bagi semua orang untuk bisa bangkit dari semua keterbatasan, karena pandemi dirasakan oleh semua orang, tidak memandang dari tingkat sosial, gender dan usia. Kami harap film seri dokumenter ini dapat menginspirasi dan menyampaikan pesan kepada penonton di Indonesia untuk tetap bangkit,” ujar Monica Aryasetiawan – Canon Business Unit Director pt. Datascrip.

6 Episode Film Seri Dokumenter dari Canon

Film seri dokumenter ini terdiri dari 6 episode dengan latar belakang profesi dan kisah hidup yang berbeda-beda tiap episodenya. Episode pertamanya berjudul ‘Bulanan jadi Harian’ sudah bisa disaksikan di channel YouTube Canon Indonesia dan judul baru akan tayang setiap minggu.

1. Bulanan Jadi Harian

Menceritakan sosok bernama Hidayat yang merupakan seorang mantan pegawai di perusahaan percetakan yang di-PHK karena omset perusahaannya yang terus merugi. Meski begitu, Hidayat tak patah semangat, ia tetap berjuang dan terus berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya mulai dari bekerja sebagai kuli serabutan hingga supir ojek online.

2. Geladi dari Kamar

Menceritakan seorang aktor teater yang mendadak kehilangan panggung ketika pandemi Covid 19 datang sehingga harus memutar otak untuk mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhannya. Muhammad Afrizal merasakan hobi dan finansial sama-sama jatuh menggelinding, dikejar dengan sisa tenaga namun setelahnya, hal itu menjadi rutinitas keseharian. Tidak ada katarsis, tidak ada opsi, tidak ada jaminan kapan kehormatan panggung dapat direbut kembali.

3. Guru Selamanya

Mengisahkan tentang seorang guru honorer yang berlokasi di Cikalongkulon bernama Deni yang tak kenal lelah mengajarkan pada muridnya berbagai pelajaran hidup. Kesederhanaan dan ketulusan untuk tetap berjuang di tengah keterbatasan yang ada. Apresiasi kehormatan dari Canon untuk seluruh guru di Indonesia dengan perjuangan tanpa lelah, sekaligus pada setiap murid dan wali murid yang memperjuangkan pendidikan dari keterbatasannya masing-masing.

4. Perawat Sejak Pikiran

Bercerita tentang Minola Rivai atau biasa dipanggil Mimi, seorang ibu dua anak yang berprofesi sebagai perawat untuk pasien rawat rumah (homecare) yang juga melayani pengetesan rapid-antigen. Mimi bercerita tentang bagaimana dirinya berhadapan dengan situasi pandemi Covid-19, mulai dari dilematis memilih antara pengabdian menjadi seorang perawat atau keluarga sendiri, hingga pengalaman unik para pasien positif Covid-19 yang ia rawat untuk sehat kembali.

5. Jadi Ayah Sepenuhnya

Bercerita tentang Muhammad Hamidun atau Dudun yang berprofesi sebagai Wedding Photographer dan baru saja diberkahi seorang anak. Ketika Covid-19 menyerang, seketika ia kehilangan order pekerjaan karena dilarangnya acara resepsi pernikahan, perannya sebagai ayah dipertaruhkan, hingga akhirnya ia beralih menjadi penjual produk makanan demi bisa bertahan hidup dibantu oleh istrinya.

6. Goyang Tulang Punggung

Menceritakan kisah Nia Izzati, seorang biduan dangdut sekaligus ibu dua anak yang harus berjuang seorang diri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mulai dari makan, hingga kebutuhan lainnya tanpa didampingi oleh suami. Namun, keadaan berubah saat pandemi Covid-19 datang dan membuatnya berhenti dari profesi tersebut yang merupakan sumber pendapatan utama karena sepinya permintaan untuk tampil. Demi memenuhi kebutuhan kedua anaknya, Nia pun rela bekerja apa saja, mulai dari supir, pelayan cafe hingga kurir jualan online.

Proses Produksi

Film seri dokumenter ini digarap oleh salah satu EOS Creator Indonesia, Reyhan Aliy, seorang fotografer dan videografer profesional sekaligus founder of Carito Films Creative House. Produksi seluruhnya menggunakan kamera Canon EOS R6, dengan lensa prime Canon RF 35mm F1.8 IS STM Macro dan Canon RF 50mm F1.8 STM.

Canon EOS R6 memang merupakan kamera mirrorless full frame terbaru Canon yang video-centric, ia mengusung sensor 20MP dan dapat merekam video 4K UHD ataupun DCI hingga frame rate 60 fps. Meski film diedit pada resolusi 1080p, Reyhan Aliy mengambil footage b-roll pada resolusi 4K untuk mendapatkan fleksibilitas crop dan refarming komposisi pada post processing.

Fitur lain yang sangat membantu ialah mekanisme layar yang fully articulating, sistem Dual Pixel AF II yang andal, baterai baru Canon LP-E6NH yang tahan lama, dan tentu saja in-body image stabilization. Berkat dukungan frame rate tinggi, IBIS, dan IS di lensa, hal itu memungkinkan hampir 90% pengambilan gambar dilakukan secara handheld.

Itulah kenapa ia memilih menggunakan lensa prime untuk mendapatkan setup kamera seringkas mungkin. Menurutnya Canon RF 35mm F1.8 IS STM Macro adalah lensa yang serbaguna, karena tetap dapat menangkap gambar cukup luas bila mundur beberapa langkah dan dapat mengambil bidikan closeup.

Anggota timnya hanya terdiri dari tiga orang, termasuk dirinya, satu untuk assist dan satu lagi untuk mengambil BTS. Bukan tidak ingi menambah orang, karena proses produksi dilakukan secara pandemi.

Canon EOS R3 Resmi Dirilis, Siap Tandingi Sony A1 di Segmen Kamera Mirrorless Berperforma Tinggi

Setelah ditunggu-tunggu sejak bulan april, Canon EOS R3 akhirnya resmi diperkenalkan. Kamera ini merupakan mirrorless paling flagship di antara semua penawaran Canon saat ini, dengan performa melampaui banyak kamera DSLR sekalipun.

Rahasianya terletak pada penggunaan sensor full-frame 24 megapiksel generasi baru yang bertipe stacked hasil rancangan dan produksi Canon sendiri. Ini merupakan pertama kalinya Canon memakai sensor semacam ini, dan lonjakan performa yang dihadirkan benar-benar di atas standar kamera mirrorless secara umum.

Menggunakan shutter elektronik, EOS R3 mampu menjepret foto tanpa henti dengan kecepatan 30 fps selagi tracking autofocus-nya aktif (Servo AF), setara dengan yang ditawarkan oleh Sony A1. Kecepatan maksimum shutter elektroniknya mencapai angka 1/64.000 detik.

Kalau menggunakan shutter mekanik, kecepatannya turun menjadi 12 fps. Namun angka ini masih sangat impresif mengingat Sony A1 ‘hanya’ menawarkan 10 fps dengan shutter mekanik. Untuk kecepatan shutter mekaniknya, EOS R3 menawarkan opsi tertinggi di 1/8.000 detik.

Dengan performa sengebut itu, EOS R3 semestinya bakal menarik perhatian para fotografer olahraga maupun fotografer satwa liar. Tidak kalah penting adalah kinerja sistem autofocus-nya. EOS R3 menawarkan fitur bernama Eye Control AF, dan sesuai namanya, fitur ini memungkinkan pengguna untuk menetapkan titik fokus hanya dengan melihat ke arah yang ingin difokuskan selagi membidik menggunakan viewfinder. Sangat intuitif.

Untuk keperluan merekam video, EOS R3 memang belum bisa merekam dalam resolusi 8K. Meski begitu, pengguna bisa memilih antara dua opsi yang tak kalah high-end: 6K 60 fps dalam format RAW, atau 4K 120 fps 10-bit tanpa crop. EOS R3 juga dibekali sistem penstabil gambar 5-poros, sehingga pengguna bisa tetap percaya diri meski memakai lensa yang tidak dilengkapi OIS.

Secara desain, EOS R3 tampak mirip seperti DSLR Canon EOS 1D X Mark III yang mengadopsi rancangan dual grip. Rangkanya terbuat dari magnesium utuh, dengan tingkat weather-proofing yang selevel dengan yang ditawarkan oleh EOS 1D X Mark III. Namun berhubung mirrorless, dimensi EOS R3 lebih ringkas, dan bobotnya pun jauh lebih ringan; 822 gram (R3) dibanding 1.250 gram (1D X Mark III), tanpa lensa.

EOS R3 mengemas viewfinder elektronik dengan panel 120 fps beresolusi 5,76 juta dot. Di atasnya, pengguna bisa menjumpai multi-function shoe generasi baru yang kompatibel dengan lebih banyak macam aksesori. EOS R3 punya dua slot memory card; satu untuk CF Express, satu untuk SD card UHS-II.

Di Amerika Serikat, Canon EOS R3 dijadwalkan masuk ke pasaran pada bulan November dengan harga $5.999 (body only), lebih murah $500 daripada Sony A1. Sejauh ini belum ada informasi soal ketersediaannya di Indonesia. Namun kabarnya, stok EOS R3 bakal cukup langka di seluruh dunia.

Sumber: DPReview.

Cara Reset Printer Canon IP2700, IP2770 dan Canon Mp287

Kalau tadi kita sudah membahas cara reset di printer Epson, maka kali ini kita akan geser ke merk lainnya, siapa lagi kalau bukan printer Canon khususnya seri IP2700, IP2700 dan Canon MP287 yang merupakan tiga model paling umum ditemukan di Indonesia.

Continue reading Cara Reset Printer Canon IP2700, IP2770 dan Canon Mp287

4 Cara Mengatasi Hasil Printer Bergaris Putus-putus Canon Semua Tipe

Ketika printer sudah berusia cukup lama, tak terkecuali merk Canon, maka akan ada masanya mengalami masalah salah satunya hasil print bergaris atau putus-putus.

Continue reading 4 Cara Mengatasi Hasil Printer Bergaris Putus-putus Canon Semua Tipe

Canon Umumkan Pengembangan EOS R3, Mirrorless High-End Baru dengan Stacked Sensor

Persaingan kamera mirrorless di segmen high-end bakal semakin memanas. Semuanya diawali oleh peluncuran Sony A1 di awal tahun, dan bulan lalu Nikon merespon dengan mengumumkan pengerjaan kamera mirrorless tercanggihnya, Nikon Z 9. Sekarang, Canon pun rupanya tidak mau kalah.

Lewat sebuah siaran pers, Canon mengumumkan bahwa mereka sedang sibuk mengembangkan EOS R3, kamera mirrorless terbarunya yang mengusung sensor full-frame. Bukan sembarang full-frame, melainkan yang mengadopsi model stacked demi meningkatkan kinerjanya secara drastis.

Berkat sensor baru ini, EOS R3 diklaim mampu menjepret secara terus-menerus dalam kecepatan 30 fps (menggunakan shutter elektronik), lengkap dengan AF/AE tracking dan rolling shutter yang minimal. Ya, angkanya sama persis seperti yang mampu dicatatkan oleh Sony A1, mengindikasikan bahwa kedua kamera ini bakal bersaing secara langsung di pasaran.

Canon tidak lupa menyoroti bahwa ini adalah pertama kalinya mereka menggunakan sensor tipe stacked. Di saat yang sama, teknologi Dual Pixel AF bakal tetap menjadi unggulan di EOS R3, bahkan dengan kemampuan mendeteksi subjek yang lebih baik lagi berkat pemanfaatan algoritma berbasis deep learning. EOS R3 juga disebut bakal menjadi kamera digital pertama Canon yang menawarkan fitur Eye Control AF.

Selebihnya, detail mengenai EOS R3 masih tergolong minim. Secara fisik, kamera ini bakal mengadopsi desain dual-grip seperti yang tampak pada gambar. Struktur bodinya juga telah dirancang dengan ketahanan air dan debu yang sekelas dengan milik EOS 1D, yang tidak lain merupakan seri kamera DSLR tertinggi sekaligus termahal Canon.

Sejauh ini sama sekali belum ada informasi terkait kapan Canon EOS R3 bakal diluncurkan secara resmi. Kalau melihat kelebihan-kelebihannya — performa burst shooting yang sangat cepat beserta tracking autofocus yang lebih cekatan — semestinya kamera ini Canon tujukan buat para fotografer olahraga, dan bisa jadi Canon bakal merilisnya mendekati perhelatan Olimpiade Tokyo pada akhir Juli mendatang.

Sumber: DP Review dan Canon.

Canon Luncurkan Dua Document Scanner Berkinerja Tinggi, Cocok untuk UKM yang Ingin Go Digital

Tidak terasa sudah setahun lebih dunia dilanda pandemi, dan bagi beberapa perusahaan, sudah setahun juga mereka menjalani perubahan kultur kerja yang sangat drastis. Tentu saja ada banyak yang bisa dipelajari dari tren work from home (WFH), salah satunya adalah betapa pentingnya digitalisasi dokumen.

Ketika sesi tatap muka harus benar-benar diminimalkan, otomatis perputaran dokumen fisik pun jadi ikut berkurang. Lembar-lembar laporan yang tadinya disetor langsung ke yang bersangkutan mau tidak mau harus digantikan oleh file PDF, dan di situlah dibutuhkan digitalisasi dengan cara memindai dokumen.

Kalau hanya untuk memindai beberapa lembar dokumen saja, menggunakan flatbed scanner maupun scanner yang terintegrasi pada printer, atau malah mengandalkan aplikasi pemindai dokumen di smartphone, mungkin sudah dirasa cukup buat sebagian orang. Namun bagaimanya seandainya ada ratusan atau bahkan ribuan lembar dokumen fisik yang perlu diubah ke format digital?

Sebenarnya bisa saja, tapi bisa dibayangkan sendiri berapa lama total waktu yang dibutuhkan jika satu lembar saja memerlukan waktu sekitar 10 – 20 detik. Idealnya, pekerjaan seperti ini harus melibatkan document scanner yang proper, yang bisa bekerja secara cepat sekaligus efisien, dan di saat yang sama mudah dioperasikan oleh pengguna tanpa perlu menerima pelatihan khusus.

Canon imageFORMULA R40
Canon imageFORMULA R40 / Datascrip

Guna memenuhi kebutuhan konsumen yang seperti itu, Canon melalui pt. Datascrip selaku authorized distributor-nya di Indonesia memperkenalkan dua document scanner baru, yaitu Canon imageFORMULA R40 dan Canon imageFORMULA DR-S150. Keduanya adalah perangkat dedicated yang secara khusus didesain untuk memindai dokumen dalam jumlah banyak secara cepat.

Khusus untuk R40, Datascrip bilang bahwa tidak semua negara kebagian jatah perangkat ini, melainkan hanya negara-negara berkembang saja yang pertumbuhan ekonominya banyak dipengaruhi oleh keberadaan UKM. Jangan tertipu oleh desainnya yang ringkas, sebab perangkat ini memiliki kecepatan memindai hingga 40 lembar per menit, dan diklaim cukup reliabel untuk dipakai memindai sampai 4.000 lembar dokumen setiap harinya.

Resolusi maksimumnya pun cukup tinggi di angka 600 dpi, sehingga pengguna tidak perlu khawatir hasil scan-nya bakal tampak buram. Ini penting mengingat file dokumen dengan teks yang kelihatan jernih otomatis bakal lebih mudah terbaca oleh sistem OCR (optical character recognition), sehingga pada akhirnya konten di dalamnya bisa menjadi searchable.

Canon imageFORMULA DR-S150
Canon imageFORMULA DR-S150 / Datascrip

DR-S150 di sisi lain menawarkan kinerja yang lebih unggul — hingga 45 lembar per menit — lengkap beserta kemudahan pengoperasian yang lebih signifikan. Utamanya, perangkat ini bersifat standalone, yang berarti ia dapat digunakan untuk memindai dokumen tanpa harus tersambung ke PC. Cukup operasikan perangkat dari layar sentuh berwarnanya yang berukuran 4,3 inci, maka hasil scan-nya dapat langsung dikirim ke berbagai layanan cloud seperti Dropbox, Google Drive, dan lain sebagainya.

Kehadiran konektivitas wireless berarti DR-S150 juga dapat berkomunikasi dengan perangkat mobile. Jadi dengan menggunakan aplikasi bernama Canon CaptureOnTouch Job Tool yang tersedia di Android dan iOS, pengguna bisa langsung menerima hasil scan dokumen di smartphone atau tablet-nya masing-masing. Kapabilitas semacam ini membuatnya cocok ditempatkan di kantor dengan jumlah karyawan yang cukup banyak, di mana masing-masing karyawan bakal menggunakannya secara bergantian.

Kenapa harus menggunakan document scanner?

Canon imageFORMULA R40

Saat berbicara mengenai scanner, pertanyaan yang paling sering orang ajukan adalah, kenapa harus menggunakan document scanner yang seperti ini? Kenapa tidak menggunakan model flatbed scanner saja yang sekarang harganya sudah tergolong sangat murah? Well, ada banyak alasannya.

Dibanding flatbed scanner, document scanner model seperti ini bisa bekerja lebih cepat karena yang bergerak adalah komponen roller beserta kertasnya, bukan sensornya. Selain lebih cepat, document scanner juga lebih praktis karena pengguna bisa menempatkan beberapa lembar dokumen yang hendak dipindai sekaligus — sampai 60 lembar untuk R40 dan DR-S150, dan untuk kedua sisi dokumen sekaligus. Kinerjanya pun otomatis, tidak perlu membuka-tutup satu per satu seperti ketika menggunakan flatbed scanner.

Keuntungan lain yang bisa didapat dari document scanner adalah perihal format. Ketika memindai suatu formulir misalnya, ketimbang sebatas mengubah kertas formulirnya menjadi sebuah gambar digital, data yang tercantum dapat langsung diesktrak dan dimasukkan ke database berkat pemanfaatan teknologi OCR. Kalau diperlukan, kedua scanner ini juga dapat terintegrasi dengan beragam software pengelolaan dokumen demi mewujudkan alur kerja yang lebih efisien.

“Dokumen digital membuat proses kerja menjadi lebih mudah dan praktis. Keuntungan file dalam bentuk digital selain dapat dengan mudah diakses dari mana pun, juga dapat menghemat ruang, mempermudah pengelolaan pengarsipan, serta lebih cepat menemukan file dokumen jika dibutuhkan. Kedua pemindai dokumen terbaru dari Canon ini dibekali teknologi terkini serta mudah dioperasikan untuk mendukung produktivitas kerja di mana pun,” ujar Monica Aryasetiawan, Director of Canon Business Unit pt. Datascrip.

Canon imageFORMULA DR-S150 dan R40

Datascrip juga cukup bangga menyebut kedua perangkat ini tidak membutuhkan maintenance sama sekali. Kalaupun ada problem, kemungkinan besar tidak lebih dari perkara paper jam, dan pengguna hanya perlu membuka bagian depannya untuk menarik kertas yang tersangkut dengan mudah.

Sebagai informasi, jenis dokumen yang bisa dipindai sangatlah bervariasi, mulai dari kertas yang sangat tipis seperti kuitansi, kartu identitas berbahan plastik, kartu dengan huruf yang timbul, bahkan sampai paspor dengan ketebalan 4 mm sekalipun.

Satu-satunya komponen yang masuk kategori consumable di kedua perangkat ini adalah karet di bagian roller-nya. Umurnya kira-kira bisa sampai 200.000 kali penggunaan, dan kalaupun harus diganti karena sudah benar-benar aus, pengguna hanya perlu menyiapkan dana sebesar satu jutaan rupiah. Mengikuti standar yang Datascrip tetapkan sendiri, kedua scanner ini di-cover oleh garansi selama tiga tahun.

Tentu saja penggunaan secara tepat berpengaruh langsung terhadap umur perangkat. Untuk document scanner model seperti ini, satu catatan penting yang harus selalu pengguna ingat adalah melepas staples atau paper clip sebelum menaruh lembaran-lembaran dokumennya di tray milik perangkat. Kalau sekali atau dua kali kelupaan mungkin tidak masalah, tapi kalau sampai beberapa kali berpotensi merusak komponen-komponen di dalamnya.

Harga dan ketersediaan

Canon imageFORMULA DR-S150

Rencananya, penjualan kedua perangkat ini akan dimulai pada akhir April atau awal Mei. Untuk R40, Datascrip menetapkan banderol Rp5.364.000, sedangkan DR-S150 kabarnya bakal dihargai Rp14.376.000. Selisihnya cukup jauh, tapi seperti yang sudah dijelaskan, kemudahan pengoperasian yang ditawarkan juga sangat berbeda.

Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, untuk siapa kedua perangkat ini ditujukan? Untuk R40, Datascrip melihat potensi yang sangat besar buat para pemilik UKM yang usahanya sudah berjalan selama bertahun-tahun, yang arsip dokumen fisiknya sudah mencapai ribuan lembar, dan sekarang ingin mengikuti tren go digital demi kelancaran bisnis di masa yang akan datang.

Pada dasarnya semua pihak yang perlu mengarsipkan secara digital tumpukan demi tumpukan dokumen bisa menjadi target pasar kedua produk ini, entah itu di industri keuangan, kesehatan, asuransi, layanan hukum, institusi pendidikan, maupun instansi pemerintahan. Datascrip sendiri tampak cukup antusias dengan potensi perangkat ini di pasaran, dan mereka menargetkan penjualan sampai akhir 2021 sebanyak 1.000 unit untuk R40, dan 300 unit untuk DR-S150.

Di tahun sebelumnya, tercatat ada sekitar 6.000 unit document scanner yang berhasil Datascrip jual di Indonesia kalau berdasarkan penjelasan Marcellinus Lirus, Marketing Executive pt. Datascrip. Mungkin memang ada banyak perusahaan yang sadar akan betapa pentingnya digitalisasi dokumen ketika mereka dipaksa untuk menerapkan kebijakan bekerja dari rumah, sehingga pada akhirnya document scanner dipandang sebagai investasi yang cukup esensial.

Ke depannya, selama undang-undang retensi dokumen di negara ini masih berlaku, maka dokumen fisik pun masih akan terus relevan. Idealnya, fisik dan digital akan saling melengkapi satu sama lain demi menunjang produktivitas. Dokumen fisik itu penting, tapi seperti yang sudah kita pelajari selama pandemi, dokumen digital pun juga tidak kalah penting.

Canon Merilis Kit Aksesori Webcam untuk Kamera DSLR dan Mirrorless-nya

Kebutuhan video conference saat bekerja dari rumah meningkat tajam. Tahun lalu, banyak produsen kamera yang merilis software yang memungkinkan menyulap kamera digital menjadi webcam berkualitas tinggi.

Canon salah satunya, mereka memiliki software bernama Canon Webcam Utility. Kini Canon telah mengumumkan kit aksesori webcam untuk pemilik kamera DSLR dan mirrorless tipe tertentu yang memungkinkan menggunakan kamera sebagai webcam dalam jangka waktu yang lama tanpa takut kehabisan baterai.

Kit aksesori webcam dari Canon dibanderol dengan harga mulai dari US$89.99 atau sekitar Rp1,2 jutaan dan terdiri dari tiga versi. Mulai dari versi untuk kamera mirrorless EOS M atau APS-C terbaru meliputi Canon EOS M50, EOS M50 Mark II, dan EOS M200.

Lalu, yang kedua untuk lini kamera DSLR-nya yang terdiri dari Canon EOS Rebel T3, T5, T6, dan T7. Satu lagi versi terakhir khusus untuk pemilik kamera mirrorless Canon EOS RP dan dibanderol lebih mahal yakni US$159 atau sekitar Rp2,2 jutaan.

Tiga versi kit aksesori webcam ini memiliki kelengkapan yang berbeda-beda. Namun setiap versi dilengkapi kabel USB untuk menghubungkan kamera ke komputer atau laptop Anda, baterai tiruan, dan adaptor daya untuk mengisi daya kamera langsung ke stopkontak. Namun dalam kit aksesori webcam ini belum termasuk tripod yang berguna untuk menempatkan posisi kamera dengan sudut yang baik.

Sumber: DPreview

Canon Merilis PIXMA PRO-200, Printer Cetak Foto Profesional Seharga Rp7.499.000

Bagi Anda yang memiliki kebutuhan cetak foto profesional dengan kualitas tinggi, akurasi warna, ketajaman gambar, dan ukuran cetak menjadi prioritas utama. Canon melalui pt. Datascrip sebagai authorized distributor-nya di Indonesia telah menghadirkan printer profesional Canon PIXMA PRO-200.

Printer ini dibekali dengan teknologi tinta terbaru untuk menghasilkan cetak foto berkualitas tinggi. Serta dapat mencetak hingga ukuran A3+, cocok untuk kebutuhan cetak foto bagi kalangan fotografer profesional, seniman grafis, sekolah fotografi maupun pehobi fotografi.

PIXMA PRO-200_c

Kualitas cetak foto merupakan yang utama untuk para profesional. PIXMA PRO-200 memiliki sistem 8-Colour Dye Inks yang menjadikannya printer andalan untuk menghasilkan cetak foto yang tajam serta warna yang akurat dan memukau, yang tidak bisa dilakukan dengan printer standard,”ujar Monica Aryasetiawan – Director of Canon Business Unit pt. Datascrip.

PIXMA PRO-200 Cartridge

Printer ini menggunakan model tinta Dye Ink dengan konfigurasi 8 tinta warna individu yang dirancang untuk memberikan gamut warna yang indah, terutama di area warna magenta, merah, dan biru. Sistem tinta pada printer ini juga dapat memberikan tingkat kepadatan pada area warna gelap yang telah ditingkatkan sehingga dapat menghasilkan foto yang jelas, tajam, dan detail.

Canon PIXMA PRO-200 memiliki dimensi ukuran 15% lebih kecil dari generasi sebelumnya, yaitu PIXMA PRO-100. Sehingga pengguna lebih mudah saat ingin memindahkan printer ke sudut ruangan yang diinginkan. Meski ringkas, printer ini dapat mencetak hingga ukuran A3+, serta untuk kebutuhan pencetakan opsional hingga ukuran 330×990,6 mm.

Terdapat layar LCD warna 3 inci pada printer ini untuk memudahkan pengaturan printer hingga memantau level tinta yang tersisa, termasuk mengakses panduan pengguna dan panduan berbasis kode QR jika terjadi error saat digunakan. Untuk pengaturan dan pemeliharaan printer juga dapat dilakukan melalui layar LCD tanpa perlu terhubung ke PC/laptop.

PIXMA PRO-200_b

Dengan teknologi nirkabel yang ada pada printer PIXMA PRO-200 ini, pengguna dapat memantau status printer dan mencetak langsung dari smartphone iOS dan Android melalui aplikasi Canon PRINT Inkjet/SELPHY. Printer mendukung hingga beberapa perangkat secara bersamaan menggunakan koneksi WiFi.

Tersedia pula fitur Paper Guide Retreat Mechanism yang berfungsi untuk menjaga celah antara kertas dan baki penyimpanan kertas, untuk menghindari kerusakan kertas saat mencetak. Selain itu, untuk memastikan penggunaan kertas yang efisien, terutama untuk kertas besar dan tebal, printer ini juga memiliki fitur Skew Correction Mechanism yang berfungsi untuk mendeteksi, menyelaraskan dan menyesuaikan penggunaan kertas selama proses pencetakan untuk mencegah kesalahan pencetakan, termasuk kertas tebal dan tipe kertas lainnya.

Canon PIXMA PRO-200 ini dibanderol dengan harga Rp7.499.000. Sementara, untuk tinta Canon Ink Cartridge CLI-65 (Black, Cyan, Magenta, Yellow, Grey, Light Grey, Photo Cyan, Photo Magenta) dijual dengan harga Rp252.000 per cartridge.