Mati dan Terlahir Kembali, Polaroid Luncurkan Suksesor Kamera Instan Terpopulernya

Bulan Mei lalu, beredar kabar bahwa Polaroid telah diakuisisi oleh sekelompok investor yang dipimpin oleh seorang pebisnis asal Polandia bernama Wiaczeslaw Smolokowski. Yang menarik dari kabar tersebut adalah fakta bahwa Smolokowski merupakan investor utama di balik The Impossible Project, perusahaan yang berupaya menghidupkan kembali legenda Polaroid dengan membeli pabrik terakhirnya di tahun 2008.

Dengan berpindah tangannya aset Polaroid, ambisi The Impossible Project akhirnya bisa benar-benar terwujudkan. Bertepatan dengan hari jadi ke-80 Polaroid pada tanggal 13 September kemarin, diumumkanlah sebuah brand baru bernama Polaroid Originals, yang juga sepenuhnya akan menggantikan brand Impossible.

Polaroid OneStep 2

Produk pertamanya adalah Polaroid OneStep 2, suksesor dari salah satu kamera instan terpopuler di sepanjang sejarah Polaroid. Desain ikoniknya masih dipertahankan selagi mendapat sentuhan modern, dan apabila penampilannya terasa familier, itu karena OneStep orisinil yang terlahir di tahun 1977 merupakan inspirasi di balik logo awal Instagram.

Polaroid mendeskripsikan OneStep 2 sebagai kamera instan analog untuk generasi modern. Untuk itu, cara pengoperasiannya telah disederhanakan agar bisa langsung digunakan untuk mengabadikan momen sesaat setelah dikeluarkan dari boksnya, plus Polaroid tidak lupa menyematkan fungsi self-timer yang sangat krusial di era selfie dan wefie ini.

Polaroid OneStep 2

Letak viewfinder-nya tetap berada di sisi kiri, akan tetapi sisi kanannya kini dihuni oleh flash yang amat bertenaga. Polaroid memastikan kalau OneStep 2 turut dilengkapi lensa berkualitas tinggi yang dapat mengambil fokus dari jarak 60 cm sampai tidak terbatas, dengan panjang fokal 106 mm.

Agar OneStep 2 bisa terasa lebih modern, Polaroid turut mengembangkan seri film baru bernama i-Type. i-Type menjanjikan reproduksi warna yang sama ikoniknya, tapi di saat yang sama tidak membutuhkan baterai. OneStep 2 sendiri ditenagai oleh baterai rechargeable berkapasitas 1.100 mAh, yang diyakini mampu bertahan selama 60 hari sebelum perlu dicas kembali.

Deretan kamera vintage Polaroid dari berbagai seri kini telah di-refurbish dan siap dipasarkan kembali / Polaroid Originals
Deretan kamera vintage Polaroid dari berbagai seri kini telah di-refurbish dan siap dipasarkan kembali / Polaroid Originals

Hal penting yang perlu dicatat, OneStep 2 bukan sekadar kamera instan yang mengusung label Polaroid, tapi sebenarnya diproduksi oleh perusahaan lain yang hanya membeli lisensi namanya. Kamera ini benar-benar berasal dari Polaroid yang mati dan terlahir kembali, dan bersamaan dengan itu, deretan kamera vintage Polaroid pun juga ikut dihidupkan kembali, mulai dari seri 600, SX-70 sampai Spectra.

Pre-order Polaroid OneStep 2 saat ini sudah dibuka, dengan harga $100 dan pilihan warna putih atau hitam. Film i-Type sendiri dibanderol $16 per pak (isi 8), dan tersedia dalam varian berwarna atau hitam-putih.

Sumber: DPReview.

Kodak Printomatic Adalah Kamera Instan yang Amat Simpel

Praktis adalah kata kunci yang selalu melekat pada kamera instan. Bidik, jepret, lalu hasilnya bisa langsung dinikmati secara fisik. Premis praktis ini juga menjadi atribut utama kamera instan terbaru Kodak yang bernama Printomatic.

Sulit rasanya menemukan kamera instan yang lebih praktis dan simpel ketimbang Printomatic. Ia datang membawa sensor 10 megapixel dan dua mode pemotretan, yakni warna atau hitam-putih. Selain mencetak foto pada kertas ZINK (Zero Ink) berukuran 2 x 3 inci, Printomatic juga akan menyimpannya di dalam sebuah kartu microSD.

Printomatic mengemas sebuah viewfinder optik, flash, baterai rechargeable beserta indikatornya, plus indikator saat kamera sedang mencetak foto. Desainnya mengingatkan saya pada Polaroid Snap yang dirilis dua tahun silam, dan rupanya kedua kamera instan ini pada dasarnya adalah perangkat yang sama.

Kodak Printomatic

Hal ini dikarenakan yang memproduksi Printomatic adalah perusahaan bernama C+A Global yang mendapat lisensi dari Kodak. C+A sendiri ternyata juga bertanggung jawab atas Polaroid Snap, dan kedua kamera instan ini sama-sama didesain oleh studio bernama Ammunition Group, yang portofolionya mencakup produk seperti Beats Pill+.

Terlepas dari itu, Kodak Printomatic masih terkesan lebih simpel dibanding Snap, terutama berkat panel atas yang hanya dihuni oleh tombol shutter dan tuas mode pemotretan saja. Pemasarannya akan berlangsung mulai akhir September ini, dengan banderol $70 (sudah termasuk satu pak kertas ZINK berisi 10 lembar) dan dua pilihan warna: abu-abu atau kuning.

Sumber: DPReview dan The Verge.

Lomography Ciptakan Kamera Instan Analog untuk Format Instax Square

Lomography kembali hadir dengan kamera instan bernuansa retro, kali ini yang menggunakan format Instax Square. Instax Square sendiri diperkenalkan Fuji bersamaan dengan kamera instan hybrid SQ10, yang berarti kamera bernama Lomo’Instant Square ini adalah kamera instan analog pertama yang kompatibel dengan film Instax Square.

Sepertinya sulit menemukan kamera instan yang berpenampilan lebih retro ketimbang Lomo’Instant Square. Lensanya bahkan memiliki mekanisme seperti membuka pintu, yang berjasa membuat dimensi kamera jadi lebih ringkas sekaligus memunculkan kesan antik.

Lomography bilang kalau lensa 95 mm ini dibuat menggunakan material kaca asli supaya hasil fotonya bisa tetap kelihatan tajam. Pengguna bebas bermain-main dengan aperture f/10 – f/22, tapi Lomography rupanya tidak lupa menyematkan mode otomatis yang akan menyesuaikan shutter speed, aperture dan output flash secara otomatis.

Lomo'Instant Square

Meski analog, Lomo’Instant Square sejatinya menyimpan sejumlah fitur modern, seperti misalnya indikator LED yang menandakan berapa film Instax Square yang tersisa, atau kemampuan dikendalikan dari jarak jauh menggunakan remote control. Penggemar multi exposure juga akan tersenyum mengetahui bahwa kamera ini tak akan membatasi Anda sama sekali.

Lalu untuk siapa sebenarnya kamera ini? Untuk mereka yang suka dengan format Instax Square, tapi tidak membutuhkan elemen digital dari Fuji SQ10. Harganya pun juga lebih terjangkau di angka $199, atau malah bisa lebih murah lagi ($129) kalau konsumen memesannya via Kickstarter selama masa kampanyenya.

Fujifilm Luncurkan Kamera Instan Hybrid, Instax Square SQ10

Fujifilm baru saja meluncurkan kamera instan yang cukup unik. Dijuluki Instax Square SQ10, ia merupakan kamera instan berjenis hybrid. Hybrid artinya ia dapat menghasilkan gambar digital sekaligus gambar cetakan seperti model Instax lainnya.

Sebagai kamera analog, SQ10 sejatinya ingin menghadirkan ‘warna’ baru lewat format gambar kotak. Foto dengan aspect ratio 1:1 seperti yang kerap kita jumpai di Instagram ini akan dicetak pada kertas film berukuran 86 x 72 mm.

Tampak depan dan belakang Fujifilm Instax Square SQ10 / Fujifilm
Tampak depan dan belakang Fujifilm Instax Square SQ10 / Fujifilm

Sebagai kamera digital, SQ10 telah mengemas sensor CMOS 1/4 inci yang sanggup menghasilkan gambar JPEG beresolusi 1920 x 1920 pixel. Ya, hasil jepretan smartphone Anda mungkin masih lebih bagus, tapi setidaknya SQ10 tetap bisa digunakan meski Anda sedang kehabisan kertas film – fitur yang tidak akan Anda jumpai pada model Instax lainnya.

Jadi dengan SQ10, Anda dapat mengambil foto digital lalu menyimpannya terlebih dulu di memory internal perangkat atau microSD, baru kemudian mencetaknya saat kertas film sudah tersedia. Memory-nya sendiri bisa menampung sampai sekitar 50 foto, sedangkan baterai rechargeable-nya dapat bertahan hingga 160 kali jepretan.

Salah satu dari dua tombol shutter di depannya dapat dimanfaatkan sebagai tombol multi-fungsi (Fn) / Fujifilm
Salah satu dari dua tombol shutter di depannya dapat dimanfaatkan sebagai tombol multi-fungsi (Fn) / Fujifilm

Fisik SQ10 mengingatkan saya pada logo Instagram. Di depan, terdapat lensa fixed 28,5mm f/2.4, sedangkan panel belakangnya dihuni oleh LCD 3 inci beresolusi 460 ribu dot beserta sederet tombol pengoperasian. SQ10 dilengkapi dua tombol shutter yang diposisikan di kiri atau kanan lensa, memudahkan pengguna untuk mengambil selfie, tidak peduli tangan dominannya sebelah kiri atau kanan.

Fujifilm Instax Square SQ10 bakal dipasarkan mulai bulan Mei seharga $280. Satu paket kertas filmnya (isi 10) dibanderol $17.

Sumber: PetaPixel dan Fujifilm.

Fujifilm Perkenalkan Kamera Instan Baru, Instax Mini 9

Selain sukses di segmen mirrorless, Fujifilm juga berjasa memopulerkan kembali tren kamera instan yang dimulai oleh Polaroid. Belum lama ini, pabrikan asal Jepang tersebut mengumumkan kamera instan baru bernama Instax Mini 9.

Instax Mini 9 adalah suksesor langsung Instax Mini 8, dimana fitur-fitur terbaiknya terus dipertahankan sembari menghadirkan fitur anyar yang tak kalah menarik, yaitu sebuah aksesori yang dapat dipasangkan ke bagian lensa supaya pengguna bisa memotret objek dari jarak yang lebih dekat, sampai sedekat 35 cm.

Tepat di sebelah lensanya, Anda masih akan menjumpai sebuah cermin kecil yang akan sangat membantu dalam mengambil selfie. Fitur auto exposure, dimana pengguna tinggal menyesuaikan dial dengan salah satu dari empat indikator LED yang menyala, turut dipertahankan.

Di belakang, Anda akan disambut oleh jendela bidik dengan tingkat perbesaran 0,37x. Flash-nya punya jarak efektif mulai 0,6 sampai 2,7 meter, dan Fuji juga telah membekalinya dengan mekanisme pemasangan kertas film otomatis.

Sumber tenaga Fujifilm Instax Mini 9 berasal dari sepasang baterai AA, yang diperkirakan bisa bertahan sampai pengguna menghabiskan sekitar 10 pak kertas film. Kamera ini rencananya bakal dipasarkan mulai bulan depan seharga $70 dalam lima pilihan warna: Lime Green, Flamingo Pink, Smoky White, Ice Blue dan Cobalt Blue.

Sumber: DPReview.

Mengambil Foto Close-Up Ialah Spesialisasi Kamera Lomo’Instant Automat Glass Magellan

Kehadiran teknologi digital memang merevolusi ranah fotografi, namun tak berarti orang berhenti menggunakan kamera instan. Ia kini menjadi perangkat niche, dan di tahun 2014, Lomography mengenalkan rival dari Fujifilm Instax, yaitu lineup kamera bernama Lomo’Instant. Introduksi tersebut ternyata sukses, via Kickstarter, Lomography berhasil mengumpulkan modal US$ 1 juta lebih.

Dan di bulan Maret ini, Lomographische AG menyingkap Lomo’Instant Automat Glass Magellan, sebuah kamera instan yang membuat foto-foto khas lomography jadi lebih unik lagi. Alasannya? Lomo’Instant Automat Glass Magellan merupakan kamera pertama di kelasnya yang dilengkapi lensa wide-angle dipadu level aperture paling luas. Lewat setup ini, sang produsen menjanjikan hasil jepretan ‘tajam dan berani’.

Lomo'Instant Automat Glass Magellan 2

Lomo’Instant Automat Glass Magellan mengusung desain kotak ala kamera-kamera instan klasik dengan tubuh berwarna hitam, di mana Anda disuguhkan optical viewfinder dan flash build-in. Di balik penampilan ‘jadul’ tersebut, kamera menyimpan banyak fitur modern: dari mulai mode automatic sampai tutup lensa yang dapat berperan sebagai remote control infrared shutter.

Lomo'Instant Automat Glass Magellan 1

Bagian lensa adalah elemen yang membuat Lomo’Instant Automat Glass Magellan berbeda dari kamera instan ataupun lomography lain. Dengan aperture lebar di f/4.5, ia sangat andal untuk mengambil gambar di kondisi kurang cahaya, bahkan tanpa bantuan flash. Automat Glass Magellan juga sanggup menangani skenario-skenario foto close-up di jarak terdekat 30-sentimeter tanpa kehilangan detail – cocok buat potret wajah.

Lomo'Instant Automat Glass Magellan 3

Selanjutnya, Lomography turut melengkapi lensa 38mm di Lomo’Instant Automat Glass Magellan dengan coating multi-layer, dimaksudkan untuk meminimalisir pantulan dan membantu mempertajam hasil foto. Saat setting otomatis diaktifkan, kamera mampu menyesuaikan tingkat aperture, shutter speed dan output flash secara pintar agar Anda memperoleh gambar terbaik.

Lomo'Instant Automat Glass Magellan 4

Selain itu, Lomo’Instant Automat Glass Magellan turut dibekali berbagai macam ‘fitur kreatif’. Anda bisa bereksperimen dengan Splitzer, Close-Up Lens Attachments, mode bulb (maksimal 30 detik), mode multiple exposure, sampai filter flash Color Gel. Kamera juga dapat dipasang ke tripod, dan Anda dipersilakan menggunakan remote control shutter buat mengambil gambar dari jauh.

Agar bisa bekerja, Lomo’Instant Automat Glass Magellan membutuhkan dua buah baterai CR2, dan mencetak gambar di film Fujifilm Instax Mini (tidak dibundel dalam paket penjualan).

Lomo’Instant Automat Glass Magellan sudah bisa Anda pesan di situs Lomography, dijual seharga US$ 190, rencananya akan tersedia mulai pertengahan bulan April 2017.

Daftar Kamera Buatan Polaroid yang Bisa Anda Beli di Pasaran

Didirikan di tahun 1937, Polaroid merupakan salah satu nama legendaris dalam industri teknologi, khususnya di ranah fotografi. Perusahaan asal Amerika Serikat ini adalah yang pertama kali mengembangkan dan memproduksi kamera instan, yakni Polaroid Model 95 yang diperkenalkan pada tahun 1948.

Nama Polaroid begitu melekat pada kategori produk kamera instan. Faktanya, beberapa toko yang saya tahu menjual kamera Fujifilm Instax menyebutnya sebagai “kamera Polaroid”, padahal jelas-jelas mereknya Fujifilm. Terlepas dari itu, mungkin tidak banyak yang tahu kalau Polaroid yang beroperasi sekarang bukanlah yang dulu lagi.

Pasalnya, Polaroid Corporation menyatakan bangkrut pada tahun 2001, dan brand beserta aset-asetnya pun dijual. Meski sekarang berada di bawah pemilik baru, Polaroid masih memproduksi kamera instan – tentu saja yang berspesifikasi modern dan ditujukan buat generasi terkini.

Artikel ini bermaksud untuk mengulas kamera-kamera terbaru buatan Polaroid yang bisa dibeli di pasaran, bukan cuma kamera instan, tetapi juga action cam macam GoPro. Berikut daftarnya.

Polaroid Snap

Polaroid Snap / Polaroid
Polaroid Snap / Polaroid

Snap merupakan contoh terbaik dari peleburan peninggalan Polaroid dengan teknologi modern. Desainnya masih sangat mencerminkan Polaroid sebagai sebuah brand, khususnya berkat garis berwarna pelangi di sisi depannya. Pada kenyataannya, Snap merupakan sebuah kamera digital dengan sensor 10 megapixel dan kemampuan menyimpan gambar pada kartu microSD.

Di saat yang sama, Snap juga merupakan sebuah kamera instan yang dapat mencetak foto 2 x 3 inci secara langsung tanpa memerlukan tinta berkat teknologi garapan Zink. Fotonya sendiri bisa Anda ambil dalam tiga mode warna: normal, hitam-putih, atau sepia yang bernuansa retro.

Beli: Blibli – Rp 1.990.000

Polaroid Snap Touch

Polaroid Snap Touch / Polaroid
Polaroid Snap Touch / Polaroid

Suksesor Snap ini membawa sejumlah pembaruan yang sangat signifikan, terlepas dari desainnya yang cukup identik. Yang paling utama bisa ditebak dari namanya, yakni penambahan layar sentuh berukuran 3,5 inci di panel belakangnya untuk semakin memudahkan pengoperasian.

Sensornya juga telah diganti dengan yang beresolusi 13 megapixel, dan Snap Touch juga dapat mengakomodasi microSD sampai dengan 128 GB. Kemampuan mencetaknya tidak berubah, namun Snap Touch juga dapat merekam video 1080p sekaligus dibekali konektivitas Bluetooth.

Meski jelas jauh lebih menarik ketimbang pendahulunya, harganya juga dipatok hampir dua kali lipat lebih mahal. Sayang sekali saya belum menemukan toko online di Indonesia yang menjualnya.

Beli: Amazon – $180

Polaroid Cube

Polaroid Cube / Polaroid
Polaroid Cube / Polaroid

Di mata saya, inilah produk paling jenius dari Polaroid. Di saat pabrikan-pabrikan lain meramaikan pasar action cam dengan sebisa mungkin meniru apa yang GoPro lakukan, Polaroid tampil beda sendiri dengan Cube. Nyatanya, justru GoPro yang mencontek Polaroid dan merilis Hero4 Session.

Cube memiliki desain yang sangat simpel namun juga menarik. Dengan dimensi hanya 35 x 35 mm, ia dapat Anda gunakan di mana saja, dan bagian bawahnya yang dilapisi magnet juga berarti Anda bisa memanfaatkan beragam objek sebagai tripod.

Spesifikasi Cube sendiri terbilang standar, dengan sensor 6 megapixel dan kemampuan merekam video 1080p, semuanya dalam sudut pandang seluas 124 derajat. Pengoperasiannya hanya mengandalkan satu tombol saja, sedangkan media penyimpanannya menggunakan microSD dengan kapasitas maksimum 32 GB.

Beli: Blibli – Rp 1.399.000

Polaroid Cube+

Polaroid Cube+ / Polaroid
Polaroid Cube+ / Polaroid

Kalau tidak ada yang rusak, sebaiknya jangan diutak-atik. Prinsip ini sepertinya dipegang teguh oleh Polaroid saat mendesain Cube+. Bentuk dan ukurannya sama persis seperti pendahulunya di atas, akan tetapi hampir semua jeroannya baru.

Sensor yang dikemas sekarang beresolusi 8 megapixel, dan resolusi video yang dapat direkam naik menjadi 1440p, dengan durasi maksimum 107 menit per klip. Lensanya masih sama dengan sudut pandang 124 derajat, sedangkan slot microSD-nya kini bisa menampung hingga yang berkapasitas 128 GB.

Akan tetapi peningkatan spesifikasi saja sejatinya kurang begitu menarik, apalagi mengingat selisih harganya dengan Cube orisinil terpaut cukup lumayan. Yang lebih menarik justru adalah integrasi konektivitas Wi-Fi, dimana pengguna Cube+ jadi bisa mengendalikan perangkat dengan smartphone-nya.

Beli: Blibli – Rp 2.199.000

Leica Sofort Siap Saingi Fujifilm Instax di Ranah Kamera Instan

Cukup mengejutkan dari Leica, pabrikan asal Jerman yang biasa memproduksi kamera high-end tersebut baru-baru ini mengumumkan sebuah kamera instan. Dijuluki Leica Sofort, cara kerjanya mirip seperti Fujifilm Instax. Dan pada kenyataannya, Sofort menggunakan format yang sama seperti Instax.

Desainnya cukup menarik dan orisinil; kotak, ringkas serta tersedia dalam tiga pilihan warna, yaitu putih, oranye dan mint. Sofort dibekali sebuah optical viewfinder untuk semakin menumbuhkan aura klasik yang diusungnya, plus sebuah LED flash seandainya dibutuhkan di kondisi yang minim cahaya.

Leica ingin memastikan bahwa Sofort dapat digunakan dengan mudah. Selain mode pemotretan manual, terdapat sejumlah mode otomatis yang telah dioptimalkan untuk skenario-skenario tertentu, misalnya “Macro”, “Party and People”, “Sport and Action”, “Double Exposure”, dan tentu saja, “Selfie”.

Leica Sofort tersedia dalam tiga pilihan warna: putih, mint dan oranye / Leica
Leica Sofort tersedia dalam tiga pilihan warna: putih, mint dan oranye / Leica

Bersamaan dengan Sofort, Leica juga akan memasarkan filmnya sendiri yang tersedia dalam opsi hitam-putih atau berwarna, masing-masing dihargai €14 dan €12 untuk paket berisi 10 lembar. Mengingat Sofort menggunakan format milik Instax, pengguna juga bisa memakai film keluaran Fujifilm.

Hal yang paling mengejutkan adalah perihal banderol harganya. Di saat kita memprediksi harga selangit, ternyata Leica Sofort hanya dipatok $300 saja. Harga ini tentunya masih lebih mahal ketimbang model tertinggi Fujifilm Instax, tapi memang logo dot merah Leica tampaknya masih menjadi indikator premium dari kamera instan ini.

Sumber: Engadget dan Leica.

Impossible I-1 Ialah Kamera Instan Analog dengan Sentuhan Fitur Digital

Masih ingat dengan Impossible Instant Lab Universal, perangkat unik yang dapat menyulap foto-foto digital di smartphone menjadi foto analog ala Polaroid? Well, kini perusahaan pengembangnya baru saja memperkenalkan kamera perdananya, Impossible I–1.

I–1 didapuk sebagai generasi baru kamera instan yang dipopulerkan oleh Polaroid. Ia mencoba meleburkan dua dunia yang terpisah oleh waktu, yakni kesan nostalgia bersama kamera instan analog dan desain modern beserta kontrol berbasis digital yang kita kenal baik sekarang.

Kamera ini pada dasarnya merupakan kamera analog. Ia menggunakan film tipe 600 seperti milik seri Polaroid 600. Pun begitu, dirinya tetap mengemas sejumlah fitur modern, seperti baterai rechargeable, autofocus dan deretan LED flash yang membentuk lingkaran yang akan bekerja secara otomatis menyesuaikan dengan kondisi pencahayaan sekitar sekaligus jarak kamera dan objek yang terkunci fokus.

Impossible I-1

Impossible Project selaku pengembangnya tak lupa menyertakan aplikasi pendamping yang akan memberikan fungsi ekstra ketika kamera dan smartphone terhubung via Bluetooth. Dari situ pengguna akan mendapat kontrol manual secara penuh, mulai dari aperture, shutter speed sampai pengaturan flash-nya dan mode-mode kreatif lain seperti double exposure atau long exposure.

Impossible I–1 sejatinya ingin mempertahankan seluruh kebaikan yang diusung oleh kamera instan analog dan kamera digital, mengemasnya dalam satu produk inovatif yang bisa memikat semua kalangan, tidak hanya komunitas penggemar kamera-kamera lawas saja.

Perangkat ini rencananya akan mulai dipasarkan pada 10 Mei mendatang dengan harga $300. Berikut contoh hasil foto yang diambil menggunakan Impossible I–1.

Impossible I-1 sample images

Sumber: PetaPixel.

Fujifilm Instax Mini 70 Adalah Kamera Instan-nya Para Pencinta Selfie

Polaroid boleh memulai tren kamera instan di era 50-an, namun dalam beberapa tahun terakhir lini Fujifilm Instax juga cukup sukses memikat hati para konsumen, khususnya kaum hawa. Sekedar informasi, Fujifilm Instax sendiri memiliki cara kerja yang hampir sama seperti kamera Polaroid. Continue reading Fujifilm Instax Mini 70 Adalah Kamera Instan-nya Para Pencinta Selfie