Qlapa Officially Shut Down

A local-made handicraft marketplace, Qlapa has officially shut down per Sat (3/2), through the announcement on its website and social media. The failure to develop Qlapa as a sustainable business is the main reason behind this decision.

Previously, Qlapa announces operational restructure to all customers since December, 13th, 2018. Later on, every access on website and app is terminated, so does the transaction. The information is not clear. Some says the service will be re-opened in the late December, but nothing comes up until two months later.

In the statement, Qlapa claims to distribute billions to the local craftsmen during four years operation. Qlapa is rewarded as “Hidden Gem” by Google Play and also as a the most potential startup according to Forbes Asia.

However, the management added, the trip must be ended due to Qlapa’s failure to create a profitable and sustainable business. Along with this announcement, Qlapa is pulled out from Google Play.

“We still believe in quality, story, and the likes of Indonesian handicrafts. There’s still homework to do, dreams to achieve. But, currently we have to say goodbye. Our service is unavailable per 2019. It’s a hardest decision yet must be done.”

In a different ocassion, Benny Fajarai, Qlapa’s CEO & Co-Founder confirmed, the company has settled with the sellers, customers, or its employees.

“Of course [settling all our obligation],” he added to DailySocial.

Regarding the lesson learnt for the next plan, Benny avoid to mention any further detail.

In 2017, Qlapa obtains series A funding with undisclosed value led by Aavishkaar Frobtier Funds (AFF). Other investors are involved, such as Kapan Lagi Network (KLN), Global Founders Capital (GFC), and Budi Setiadharma (angel investor).

There are also other startups with familiar concept, such as Moselo and Ku Ka. The tight competition in e-commerce industry becomes a challenge to be able to survive in Indonesia. Currently, various e-commerce websites, such as Blibli, Lazada, and Shopee has special column to market the local products.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Marketplace Qlapa Resmi Tutup Layanan

Marketplace khusus kerajinan lokal Qlapa resmi menutup layanan per Sabtu, (2/3), lewat pengumuman yang disebarluaskan di situs dan akun media sosialnya. Gagal mengembangkan Qlapa sebagai bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan menjadi alasan di balik keputusan ini.

Sebelumnya, pihak Qlapa mengumumkan restrukturisasi operasional kepada para pelanggannya sejak 13 Desember 2018. Sejak saat itu, semua akses dari situs maupun aplikasi ditutup. Transaksi pun tidak dapat dilakukan. Info yang diterima pelanggan pun simpang siur. Ada yang menyebut layanan kembali dibuka pada sampai akhir Desember, namun tak kunjung ada kabar sampai dua bulan kemudian.

Dalam penjelasannya, Qlapa mengklaim telah menyalurkan puluhan miliar Rupiah ke para perajin lokal selama hampir empat tahun beroperasi. Aplikasi Qlapa dianugerahi sebagai “Hidden Gem” oleh Google Play dan dianugerahi sebagai startup dengan pertumbuhan paling menjanjikan menurut majalah Forbes Asia.

Namun, sambung manajemen, perjalanan ini harus berakhir lantaran Qlapa tidak mampu menjadi bisnis yang menguntungkan dan berkesinambungan. Bersamaan dengan pengumuman ini, aplikasi Qlapa ditarik dari Google Play.

“Kami masih percaya pada kualitas, cerita, dan rasa cinta terhadap produk kerajinan tangan Indonesia. Masih ada tugas yang perlu dilakukan, ada mimpi-mimpi yang harus diwujudkan. Tapi untuk sekarang, kami harus mengucapkan selamat tinggal. Layanan kami tidak lagi tersedia mulai 2019. Sebuah keputusan yang sulit, namun harus kami ambil.”

Secara terpisah, Co-Founder dan CEO Qlapa Benny Fajarai mengonfirmasi perusahaan telah menyelesaikan seluruh kewajibannya baik kepada penjual, pelanggan, maupun karyawannya.

“Ya tentu saja [menyelesaikan semua kewajiban],” kata dia kepada DailySocial.

Saat ditanya mengenai pembelajaran yang bisa dipetik dan rencana berikutnya, Benny enggan memberikan komentarnya lebih jauh.

Pada 2017, Qlapa merengkuh pendanaan seri A dengan nilai yang tidak disebutkan dipimpin Aavishkaar Frontier Funds (AFF). Investor lain yang juga terlibat dalam pendanaan untuk Qlapa antara lain Kapan Lagi Network (KLN), Global Founders Capital (GFC), dan Budi Setiadharma (angel investor).

Startup lain yang memiliki segmen beririsan dengan Qlapa contohnya Moselo dan Ku Ka. Persaingan ketat di industri e-commerce jadi tantangan yang harus diperhatikan agar tetap bertahan di Indonesia. Saat ini berbagai situs e-commerce besar seperti Blibli, Lazada, dan Shopee memiliki kolom khusus untuk memasarkan kerajinan lokal.