Pentingnya Fisioterapi untuk Atlet Esports

Menjadi atlet esports tidak semudah yang dibayangkan oleh banyak orang. Salah satu masalah yang harus dihadapi oleh para pemain profesional adalah tekanan mental. Tekanan mental yang dihadapi oleh seorang pemain profesional sama seperti atlet Olimpiade. Selain itu, jika tidak hati-hati, atlet esports juga bisa terkena cedera. Rotaract Club of Government College of Physiotheraphy menyelenggarakan webinar Game-O pedia untuk membahas tentang cedera yang mungkin dialami oleh atlet esports dan cara menanggulanginya.

Caitlin McGee, Dokter Terapi Fisik di 1HP Gaming dan Terapis Fisik di ATI Physical Therapy menjadi salah satu pembicara dalam webinar tersebut. Dia bercerita, saat ini, para pemain profesional mulai menyadari bahwa terapi tidak hanya bermanfaat untuk menyembuhkan cedera tapi juga dapat mencegah cedera atau bahkan meningkatkan performa para pemain. Dia memberikan contoh pentingnya dari meditasi dan latihan pernafasan.

fisioterapi di esports
Terapi tak hanya bisa menangani cedera, tapi juga mencegah cedera. | Sumber: Animation Express

“Penting bagi para pemain esports untuk dapat mengatur emosi mereka. Jadi, saya pikir, meditasi, yoga, dan latihan pernafasan dapat membantu para pemain untuk mengendalikan emosi mereka dan juga meminimalisir masalah fisik yang muncul karena stres. Misalnya, Anda bisa memperdalam nafas Anda, memperlambat detak jantung Anda sehingga Anda tidak merasa terlalu berdebar-debar,” kata McGee, menurut laporan Animation Express. Lebih lanjut McGee menjelaskan, dengan menenangkan diri, seorang atlet esports dapat meningkatkan akurasi mereka dan membuat keputusan lebih baik.

Pembicara lain yang hadir dalam webinar itu adalah Raul Ramirez, Dokter Terapi Fisik di AccentCare. Bersama McGee, Ramirez membahas tentang pentingnya postur yang baik saat atlet esports bermain game, baik game PC, konsol, maupun mobile. Pasalnya, bermain dalam waktu lama dengan postur tubuh yang buruk dapat menyebabkan cedera pada punggung dan leher. Salah satu cara yang bisa pemain profesional lakukan untuk mencegah cedera adalah dengan melakukan peregangan sebelum bermain.

fisioterapi esports
Beberapa pemanasan yang bisa pemain esports lakukan. | Sumber: Animation Express

Ramirez mengatakan, idealnya, ketika hendak bermain dalam waktu lama, seorang atlet esports duduk dalam postur netral, yang memungkinkan mereka untuk mengubah posisi. Dia menjelaskan, postur netral juga tidak membebankan otot-otot para pemain.

“Misalnya, saat bermain game di PC, Anda akan meletakkan satu tangan di atas keyboard dan satu tangan di mouse. Biasanya, masalah terjadi pada bagian belakang tangan. Namun, jika kita memperbaiki posisi duduk menjadi postur netral, tangan kita akan memiliki ruang untuk bergerak ke samping, sehingga otot pada area tangan tidak terlalu terbebani,” ujar Ramirez.

Sayangnya, tidak semua pemain esports peduli akan postur yang baik saat bermain, terutama karena kebanyakan pemain esports masih sangat muda. McGee mengaku, kebanyakan pemain esports memang hanya peduli untuk latihan bermain game, yang bisa menghabsikan waktu selama lima sampai delapan jam sehari. Namun, seorang terapis harus tahu apa yang para atlet esports inginkan dan bagaimana cara dia bisa membantu mereka.

McGee juga mengungkap, seorang terapis juga sebaiknya tidak meminta para pemain esports untuk melakukan perubahan drastis pada pola hidup mereka. Sebagai gantinya, dia menyarankan agar para terapis fokus pada salah satu masalah yang dihadapi oleh seorang pemain profesional. McGee memberikan contoh, jika seorang pemain punya masalah karena dia tidak melakukan olahraga cukup dan punya masalah dengan pola tidur, maka seorang terapis sebaiknya fokus untuk menyelesaikan salah satu masalah tersebut.

“Di komunitas esports, para pemain profesional skeptis akan manfaat yang bisa mereka dapatkan dari gaya hidup yang sehat,” ujar Ramirez. “Namun, begitu mereka melihat bukti nyata dari pola hidup sehat, mereka akan lebih tertarik untuk mencobanya.” Dia juga menjelaskan, melakukan pemanasan juga bisa membantu para pemain untuk fokus pada game. Beberapa pemanasan rutin yang dia contohkan antara lain menggenggam stress ball, memutar pergelangan tangan, dan memutar bagian pundak.

Sumber header: Engadget

Pensiunnya Uzi Adalah Tanda Pelaku Esports Harus Jaga Kesehatan Pemain

Beberapa hari lalu kabar mengejutkan datang dari liga LoL Tiongkok. Pemain Attack Damage Carry (ADC) tim Royal Never Give Up, Jian Zi-Hao (Uzi) mengumumkan bahwa dirinya pensiun sepenuhnya dari skena kompetitif League of Legends.

Lewat akun Weibo personal, Uzi menjelaskan alasannya pensiun adalah karena masalah kesehatan yang memang sudah menghantui dirinya sejak lama. “Karena stres kronis, diet tidak teratur, begadang semalaman, dan alasan lainnya, saya telah didiagnosa dengan diabtetes tipe II pada saat melakukan medical check-up pada tahun lalu.” tukas Uzi lewat Weibo personal miliknya.

https://twitter.com/ran_lpl/status/1268063047890792448

Pensiunnya seorang pemain ikonik layaknya Uzi sontak mengundang simpati dari berbagai pihak, terutama para pemain yang banyak bersinggungan dengan dirinya selama pertandingan. Yang terbaru, Lee Sang-Hyeok (Faker), lewat sebuah video menyatakan perasaannya soal pensiunnya Uzi.

“Saya sesungguhnya hampir tidak mau mempercayai berita tersebut, ketika mendengar soal Uzi pensiun. Terasa sangat menyedihkan mendengar dia pensiun, karena saya tahu Uzi selalu bekerja dengan sangat keras.” ucap Faker dalam sebuah video yang sudah ditranslasi ke dalam bahasa Inggris pada akun Twitter bernama iCrystalization.

https://twitter.com/iCrystalization/status/1269230945074384897

Bukan hanya dari sosok pemain, pensiunnya Uzi juga sampai membuat organisasi esports asal Tiongkok lainnya, Edward Gaming (EDG) menunjukkan kepedulian dengan membuat fasilitas Esports Health Management Center.

Mengutip dari Esports Observer, dikatakan bahwa fasilitas ini akan digunakan untuk menjaga empat aspek kesehatan bagi para pemain esports: diet makanan sehari-hari, latihan fisik, rehabilitasi cedera, dan pencegahan penyakit. “Pada tahun 2020, esports telah berkembang dengan sangat cepat, dan menjadi lebih profesional layaknya olahraga tradisional. Ini adalah alasan kenapa kami ingin memperbarui sistem perawatan kesehatan kami, dengan membuat sebuah pusat manajemen kesehatan.” ucap EDG dalam rilis.

Masalah kesehatan memang sudah menghantui Uzi sejak lama. Dalam video dokumenter Nike yang diterbitkan September 2019 lalu, Uzi bahkan sudah mengatakan, bahwa kemampuan tangan pemain ADC ini layaknya seseorang berusia 40-50 tahun walau dia sebenarnya baru berusia 23 tahun.

Soal kesehatan para pemain esports juga memang menjadi satu isu yang sejak lama menjadi perhatian di antara para pengamat. Karena pola hidup yang hanya duduk dan bermain game selama berjam-jam, para atlet esports menghadapi ragam risiko penyakit seperti kemungkinan terkena penyakit kardiovaskular, obesitas, gangguan tidur, dan lain sebagainya.

Pensiunnya Uzi tentu jadi momen berkabung, terutama bagi para penggemar esports League of Legends di Tiongkok. Saya sendiri berharap kejadian ini bisa meningkatkan kesadaran manajemen esports untuk tidak hanya “memaksa” para pemain bermain game demi “latihan”, tapi juga seraya memikirkan untuk menjaga kebugaran serta kesehatan jasmani dan rohani para atlet esports.