MyLoper Memudahkan Berlangganan Media Cetak

MyLoper adalah aplikasi mobile dari agenkoran yang mencoba memberikan cara baru untuk berlangganan media cetak. Selain memberikan alternatif cara berlangganan, MyLoper juga memberikan layanan atau jasa untuk membantu menyebarkan media promosi brosur atau flyer dengan cara menyisipkannya di koran-koran yang dibawa oleh agen atau loper koran.

Menjamurnya media berbasis digital dewasa ini masih belum mengurangi minat masyarakat untuk menikmati informasi dari media cetak. Sayangnya, proses mendapatkan atau berlangganan media cetak masih terlalu ribet karena harus langsung ke loper atau agen-agen media cetak yang ada.

MyLoper, sebagai versi aplikasi mobile dari agenkoran, mencoba memberikan solusi masalah ini. Melalui MyLoper, pengguna dapat mengajukan langganan untuk berbagai macam media cetak melalui smartphone Android, setelah pembayaran diterima pengguna bisa mendapatkan media cetak yang diinginkan.

“Myloper sebagai brand, baru saja di luncurkan di bulan April 2015 untuk mewakili dari keseluruhan layanan kami sebelumnya yaitu agenkoran akan tetapi layanan agenkoran sendiri sudah berjalan sejak akhir 2013. Kami berharap dengan peluncuran brand baru ini bisa lebih diterima oleh publik, seiring dengan tekad kami untuk menjadikan MyLoper sebagai aplikasi layanan distribusi media cetak dan turunannya,“ papar Pendiri MyLoper Abdul Rahman kepada DailySocial.

Sejauh ini layanan agenkoran sendiri diklaim telah memiliki 124 pelanggan aktif serta telah melayani distribusi lebih dari 400 media cetak baik itu koran atau pun majalah setiap harinya untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Selain menawarkan kemudahan untuk penggunanya mendapatkan media cetak, MyLoper juga menyediakan layanan sebar brosur, flyer atau media promosi cetak lainnya dengan mengandalkan jaringan distribusi media cetak yang dimilikinya. Layanan ini juga diklaim cocok untuk kalangan UKM yang membutuhkan exposure yang terbatas dan biaya yang sesuai dengan peredaran yang dibutuhkan.

“Layanan ini cukup menarik perhatian para pelaku bisnis yang hanya membutuhkan area yang sangat spesifik dalam penyampaian materi promo nya, sebagai contoh klien hanya ingin mengedarkan 20ribu lembar flyer di pelanggan koran Kompas, The Jakarta Post dan Koran Tempo  di area Kebayoran, Pondok Indah, dan BSD,” jelas Abdul.

Lebih jauh Abdul juga menjelaskan MyLoper akan terus melakukan inovasi-inovasi dalam layanannya. Saat ini disampaikan Abdul, pihaknya sedang menyiapkan layanan pengiriman dokumen atau logistik dengan memanfaatkan jaringan loper. Layanan ini akan memanfaatkan aktivitas harian para loper untuk mengambil dan mengirimkan dokumen ke area yang diharapkan. Sementara layanan ini hanya melayani pelanggan koran MyLoper, tapi ke depan layanan ini direncanakan akan dibuka untuk publik.

“Harapan kami MyLoper akan mampu memberdayakan jaringan distribusi media cetak yang dimiliki yang tersebar hingga keberbagai daerah untuk berbagai keperluan yang memiliki nilai tambah, sehingga keberadaannya memiliki nilai tambah yang bisa dimanfaatkan oleh Masyarakat, dan tentunya mensejahterakan,” pungkas Abdul.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Prayogo Ryza. Gambar header: newspaper via Shutterstock

Guardian Jadikan Koran Sebagai Platform

The Guardian, situs berita asal Inggris baru saja meluncurkan API (Application Programming Interface) yang mengijinkan pengembang pihak ketiga untuk membuat aplikasi berbasis pada data di The Guardian. The Guardian sendiri memang sedang mengembangkan sebuah platform yang diberi nama The Open Platform dimana API dan The Data Store merupakan salah satu produk awal yang dirilis. Di waktu mendatang, pengembang dapat mengakses The Data Store yang berisi koleksi data kualitas tinggi yang di-host oleh Google Docs.

Langkah The Guardian ini menyusul langkah yang sama yang dilakukan oleh New York Times dengan membuka API untuk pencarian artikel dan juga sindikasi konten di NYTimes.com. Namun, NYTimes lebih fleksibel dalam menyediakan API per-kategori seperti movie-review, breaking news, dll. Langkah yang sangat ambisius untuk mengubah sebuah konten digital menjadi sebuah platform open web sarat akan keterbukaan dan kolaborasi, meski wujudnya belum tampak secara utuh dan sedang dalam pengembangan.

Rupanya langkah NYTimes ini kemudian diikuti oleh banyak kompetitor seperti BBC dan NPR, mungkin ini memang langkah yang obvious untuk diambil oleh media konvensional agar bisa tetap bertahan di perubahan era ke era digital. Kenapa mereka justru membuka artikel-artikel mereka kepada pengembang pihak ketiga? Prinsip kolaborasi dirasa menjadi jawaban yang paling tepat. Ketika sebuah situs berita menutup konten beritanya secara eksklusif maka tentu akan kalah dengan kompetitor lain yang membuka diri terhadap pengembang yang secara cuma-cuma mempromosikan konten mereka ke para penggunanya.

Win-win solution bukan? Lalu apakah koran online lokal masih takut kontennya dicuri plagiator? Kenapa masih belum berani “membuka diri”?  Bagaimana pendapat anda mengenai prinsip kolaborasi di era open web ini? Silahkan komentar di bawah 🙂