Riot Games Bicara Masa Depan Pengembangan Legends of Runeterra

Sudah sekitar satu bulan sejak Legends of Runeterra dirilis untuk pertama kalinya. Menurut catatan Google Play Store, game kartu digital ini sudah diunduh oleh 5 juta lebih orang di dunia. Saat pertama kali rilis, Runeterra memang menyedot antusiasme yang cukup baik. Bahkan, sampai-sampai membuat pemain Hearthstone turun tangan mencoba game yang satu ini.

Setelah satu bulan perilisan ini, Anda mungkin sudah mulai penasaran, apa saja hal baru yang akan datang di masa depan dalam Legends of Runeterra? Konten apa lagi yang sudah disiapkan oleh Riot Games. Menjawab hal ini, Andrew Yip, Design Director for Legends of Runeterra membagikan rencananya serta pandangannya terhadap beberapa hal yang ditanyakan komunitas kepada Hybrid.co.id. 

Bicara soal konten, mungkin Anda sudah mengetahuinya lewat video yang dirilis oleh Riot Games, membahas soal rencana pengembangannya selama 2020. Dalam konten tersebut, Andrew Yip bersama dengan Jeff Jew, Executive Producer Legends of Runeterra, mengungkap apa apa saja yang akan hadir di tahun 2020. Jadi, Anda sudah tak perlu lagi kebingungan soal kapan mode baru akan hadir ataupun kapan region serta kartu Champion baru akan hadir.

Selain dari hal tersebut komunitas Legends of Runeterra Indonesia juga sempat menanyakan beberapa hal lain, yang dalam kesempatan tersebut juga dijawab oleh Andrew Yip. Pertama soal matchmaking, ini sempat menjadi pertanyaan bagi komunitas karena kebanyakan merasa mendapatkan lawan yang tidak adil.

Andrew mengatakan bahwa sistem yang diterapkan adalah menyeimbangkan waktu antrean dengan pertarungan yang seimbang. “Jadi matchmaking dimulai dari level pemain yang setara terlebih dahulu. Nantinya jika tidak mendapat permainan baru tingkat pencarian diperluas, yang bisa saja mempertemukan pemain dengan pemain lain yang punya level lebih tinggi, untuk memastikan pemain cepat dipasangkan dengan lawannya.”

Lalu selanjutnya soal Starter Bundle, ini juga menjadi pertanyaan bagi komunitas, karena dianggap memiliki isi yang kurang menguntungkan. Andrew lalu menjelaskan. “Paket ini dimaksudkan untuk memberi sampel, archetypes atau pola dasar, serta kartu populer dari masing-masing region agar dapat membawa para pemain ke petualangan baru.” 

Melihat penjelasan Andrew, jadi Starter Deck sepertinya memang dibuat sebagai bekal bagi para pemain agar dapat mengenal karakteristik masing-masing region. Namun kreativitas tetap ada di tangan pemain, untuk membuat kartu Starter Deck jadi siap main.

Terakhir, yang juga jadi pertanyaan besar adalah soal fitur battle pass dan lokalisasi Bahasa Indonesia. Soal battle pass, Andrew mengatakan bahwa hal ini masih dalam perencanaan. “Banyak game populer, termasuk TFT, mendapat tanggapan positif atas battle pass. Namun untuk LoR, kami masih merencanakan dan mencari cara terbaik untuk menyajikan battle pass dan event yang cocok, agar tetap menyenangkan seraya menjaga integritas kompetitif.”

Lalu bagaimana soal lokalisasi bahasa Indonesia? Sayangnya Andrew menjelaskan bahwa tim pengembang Legends of Runeterra di Riot Games tidak memiliki rencana untuk merilis versi lokal dalam bahasa Indonesia.

Mungkin ini jadi hal yang cukup disayangkan, apalagi mengingat Valorant saja punya lokalisasi bahasa Indonesia. Semoga saja di masa depan Runeterra juga akan memiliki bahasa Indonesia, agar bisa dimainkan oleh lebih banyak orang lagi.

Kata Pro Hearthstone Soal Gameplay Legends of Runeterra

Legends of Runeterra baru dirilis 29 April 2020 lalu, namun game kartu Riot Games ini ternyata sudah mendapat perhatian yang begitu besar. Di luar negeri, beberapa turnamen bermunculan, bahkan Twitch Rivals juga bikin turnamen Runeterra. Walau di kancah lokal belum ada kompetisi, tetapi game kartu ini ternyata menarik perhatian pemain profesional dari game kartu digital besutan Blizzard, Hearthstone.

Pemain tersebut adalah Hendry Handysurya (Jothree) dari TeamNXL dan Novan Kristianto (Nexok40) dari BOOM Esports. Kedua pemain ini bercerita bahwa baru mencoba Legends of Runeterra selama satu pekan, dan sudah berhasil mencapai rank Master, rank tertinggi di Legends of Runeterra. Bagaimana pendapat mereka soal game kartu besutan Riot Games ini?

Novan Kristianto (Nexok40) – BOOM Esports

Sumber: Youtube BOOM Esports
Sumber: Youtube BOOM Esports

“Gue rasa Riot belajar dari banyak sisi sih. Dari Hearthstone yang paling awal di digital card game, Artifact yang gagal pertahankan pemain, sama Shadowverse yang kecil tapi masih bertahan dengan segmen pemainnya.” Novan membuka pendapatnya soal Runeterra.

Lalu sebagai seorang pemain kompetitif, bagaimana pendapatnya soal balancing dan pengalamannya mengejar rank Master selama satu pekan bermain?

“Mekanik dasar Runeterra nggak ribet seperti Artifact, tapi tetap kompleks karena mekanik saling respon permainan. Tapi kalau dibandingkan sama Hearthstone sih agak nggak adil, karena cardpool Hearthstone jauh lebih banyak. Kalau soal kompetitif, masih berasa sering bad matchup. Jadi kalau hoki ketemu deck yang bisa dilawan dengan mudah, kalau nggak hoki ketemu deck yang sulit dilawan. Maka dari itu belajar meta penting di sini, nggak bisa spam deck seenaknya.” ujar Nexok40.

Sumber: Facebook Page
Sumber: Facebook Page Novan ‘nexok40’ Kristanto.

Selama mengejar rank, Nexok40 mengatakan bahwa dirinya menggunakan 3 macam deck. “Ganti-ganti tergantung lagi banyak ketemu deck apa saat rank. Kalau banyak aggro gue main Corina yang isinya 1 kartu Champion Vi dan 1 kartu Follower Corina Veraza. Kalau banyak control ganti pakai deck Vanguard Bannerman seadanya. Kalau banyak anti-control gue pakai burn aggro championless.”

Secara umum, Nexok40 menganggap Runeterra bagus secara gameplay, namun ia mengatakan hanya memainkan Runeterra sebagai selingan. “Penasaran sih, soalnya habis dapat rank Legends di 3 server Hearthstone, jadi coba-coba deh mengejar rank Master di Runeterra.”

Hendry Handisurya (Jothree) – TeamNXL

Sebelumnya, Jothree juga lolos kualifikasi untuk WCG 2019. Sumber: TEAMnxl
Sumber: TEAMnxl

“Secara umum sih card game baru ini sekilas terasa sederhana. Tapi ternyata setelah didalami lumayan susah juga. Tipe game yang easy-to-play, hard-to-master.” Hendry Handisurya (Jothree) membuka pendapatnya soal Legends of Runeterra.

Terkait soal dari segi kompetitif dan balancing, Jothree punya pendapat yang serupa dengan Nexok40, yaitu soal bad matchup yang sering terjadi.

“Memang cardpool masih belum banyak, jadi nggak terlalu susah untuk mengalahkan musuh. Tapi sepengalaman gue, main ini betul-betul belajar dari nol, mulai dari keyword, sistem battle, sama interaksi antar kartu. Tapi itu cuma awal-awal main saja. Sekitar tiga hari main sudah mulai lancar. Lucunya ketika rank malah ketemu nama-nama familiar yang sering ketemu di Hearthstone seperti Disdai atau Tom60229.”

Soal bad matchup, Jothree menjelaskan ini terjadi karena minimnya sistem RNG yang diterapkan di dalam Runeterra.

“Jadinya decision sekecil apapun berpengaruh kepada hasil permainan. Tapi gara-gara itu bad matchup jadi sangat terasa. Kalau di Hearthstone, biasanya masih bisa menang dengan RNG walau kena bad matchup, kalau di Runeterra lebih berat.”

Lanjut soal balancing, Jothree berpendapat bahwa Runeterra cukup balance jika dilihat dari karakteristik masing-masing deck. “Beberapa deck mungkin punya learning curve yang tinggi tapi kuat dan bakal kalah kalau salah langkah. Beberapa deck lain mungkin punya pilihan decision yang sedikit, tapi sengaja di desain akan cepat kehabisan kartu di awal-awal.”

Lalu bagaimana dengan esports? Apakah mungkin seorang Jothree berpindah ke Runeterra karena gameplay menarik yang ditawarkan? “Semua tergantung rencana Riot Games untuk esports scene Runeterra. Yang pasti, secara gameplay gue memang suka sama Runeterra.”

Hingga saat ini, Riot memang belum mengumumkan apapun seputar ekosistem esports Legends of Runeterra. Namun demikian beberapa komunitas sudah menggagas turnamen untuk game ini, termasuk komunitas di kancah lokal. Bagaimana pendapat Anda sendiri terhadap Legends of Runeterra?

Twitch Rivals Umumkan Turnamen Legends of Runeterra Untuk Para Steramer

Setelah melalui proses pengembangan yang cukup lama, Legends of Runeterra akhirnya rilis tanggal 30 April 2020 lalu. Ini merupakan game pertama, dari jajaran game yang diumumkan pada ulang tahun ke-10 Riot Games dan akan rilis tahun 2020 ini.

Tak diduga, Legends of Runeterra ternyata berhasil mendapat penerimaan yang baik di kalangan gamers, dengan catatan 5 juta lebih download di Play Store setelah sekitar satu pekan lebih hadir di pasaran. Tak heran, karena game kartu ini sedikit banyak bisa dibilang sebagai salah satu game kartu terbaik sejauh ini.

Melihat penerimaan yang baik ini, kompetisi mulai bermunculan, Twitch Rivals jadi salah satunya. Memperebutkan total hadiah sebesar US$100.000 (sekitar Rp1,4 miliar), Twitch Rivals bisa dibilang menjadi turnamen Legends of Runeterra dengan hadiah terbesar sejauh ini.

Tidak heran Twitch melakukan inisiatif turnamen Runeterra untuk para streamers, karena antusiasme game yang cukup baik dari para penonton Twitch terhadap game kartu besutan Riot Games.

Mengutip dari laman Twitch Tracker Legends of Runeterra sempat mencapai angka 244.635 penonton di saat yang bersamaan pada Oktober 2019 lalu. Setelahnya jumlah penonton Runeterra juga tidak begitu buruk, dengan rata-rata sebanyak 10.266 penonton pada bulan Mei 2020.

Seperti biasanya, Twitch Rival mengundang steramers yang merupakan rekan Twitch untuk bertanding di dalam kompetisi ini. Berikut jajaran streamers yang akan mengikuti Twitch Rival Legends of Runeterra.

  • @AlanzqTFT
  • @FreshlobsterC
  • @zezetel1
  • @FirstPinkBeaver
  • @pokrovacHS
  • @swimstrim
  • @Prismaticismism
  • @MegaMogwai
  • @Hyped_AF
  • @BruisedByGod1
  • @HugS86
  • @22Tilted
  • @Saucymailman
  • @ManuS
  • @Gummi

Dari jajaran pemain tersebut, BruisedByGod (kadang disebut BBG) merupakan pemain Runeterra terbaik sejauh ini, menurut DotEsports. Selain itu kehadiran sosok Mogwai dan Swim juga menjadi sesuatu yang sudah pasti, karena dua streamers tersebut rajin membuat konten Runeterra hingga saat ini.

Pertandingan pada Twitch Rival nantinya akan menggunakan format Swiss Round Single Elimination. Satu peraturan yang menarik dari kompetisi ini adalah setiap orang wajib membawa tiga deck yang berbeda. Dalam setiap pertandingan, masing-masing pemain boleh ban salah satu dari tiga deck yang akan digunakan musuh dalam pertandingan berformat best-of-3.

Turnamen akan diadakan pada 14 Mei 2020 pukul 09:00 Pacific Time (14 Mei 2020 pukul 23:00 WIB), yang tentunya akan ditayangkan di kanal resmi TwitchRivals. Penasaran dengan deck yang sedang meta? Ingin tahu bagaimana para streamers memainkan kartu-kartunya? Catat jadwalnya, jangan sampai kelewatan pertandingan Twitch Rivals: Legends of Runeterra tentunya.

Review Legends of Runeterra: Game Kartu Digital yang Nyaris Sempurna?

Jelang akhir 2019, Riot Games memamerkan jajaran game terbaru yang akan mereka rilis seraya merayakan ulang tahunnya yang ke-10. Setelah sepuluh tahun hanya mengembangkan satu game saja, pengembang yang berbasis di Los Angeles tersebut akhirnya melebarkan sayap, menciptakan game untuk genre lain.

Ada beberapa game yang mereka pamerkan ketika itu, FPS bernama project A yang kini dikenal dengan Valorant, game kartu Legends of Runetera, iterasi LoL di Mobile bernama Wild Rift, Teamfight Tactics untuk mobile, dan sebuah proyek game fighting. Setelah beberapa waktu berlalu, game kartu digital Legends of Runeterra yang rilis pada 1 Mei 2020 kemarin, mungkin jadi game pertama dari jajaran tersebut yang rilis secara penuh.

Walau memiliki genre Collectible Card Games (CCG) yang cenderung niche, tapi game ini ternyata mendapat antusiasme yang cukup baik dari para gamers, dengan total download mencapai 1 juta lebih di Play Store saat artikel ini ditulis. Mungkin Anda saat ini sudah terpincut untuk memainkannya, namun masih urung karena satu dan lain hal.

Mungkin Anda urung main karena belum pernah main CCG sebelumnya dan takut dihadapkan dengan permainan strategi yang ruwet? Atau urung main karena takut dihadapkan skema permainan pay-to-win yang mengharuskan Anda gacha sampai lemas demi mendapat kartu yang diidam-idamkan?

Tetapi, apakah Legends of Runeterra merupakan game kartu digital yang seperti itu? Game kartu yang akan mengintimidasi calon pemain baru karena mekanik yang rumit atau gacha kartu yang tidak ada habisnya?

Untuk memutuskan apakah Anda akan mulai menginvestasikan waktu (dan uang) terhadap game ini, mari kita berkenalan terlebih dahulu dengan game kartu digital besutan Riot ini. Simak review Legends of Runeterra berikut ini.

CCG Dengan Rasa MOBA

Legends of Runeterra (setelahnya disebut Runeterra) merupakan game kartu yang berbasis kepada cerita salah satu game MOBA terpopuler di dunia. Jika Anda pemain League of Legends sudah pasti Anda akan melihat wajah familiar di dalam game ini, seperti Ashe, Garen, ataupun Lux .

Jika Anda melihat trailer pertama dari Runeterra, Anda juga sudah dapat melihat bagaimana karakter Champion League of Legends berubah menjadi kartu-kartu di dalam permainan, yang disebut sebagai kartu terkuat di dalam Runeterra.

Hal ini juga yang membuat saya mengatakan bahwa game kartu Runeterra memiliki rasa MOBA di dalam mekanik permainannya. Bukan, ini bukan sekadar karena ada Champion League of Legends di dalam Runeterra, tetapi juga karena cara kerja kartu Champion di dalam game ini.

Kalau Anda juga bermain MOBA League of Legends, Anda tentu paham tugas Anda di MOBA adalah menaikkan level Champion agar punya skill yang lebih kuat, sembari mengumpulkan gold agar mendapatkan item untuk memperkuat serangan fisik atau magic. Menariknya, Runeterra juga punya mekanik permainan seperti MOBA, yaitu menaikkan level untuk membuat kartu Champion menjadi lebih kuat.

Tapi bedanya, menaikkan level Champion di Runeterra tidak sesederhana memukul Minion. Masing-masing Champion punya syarat yang berbeda agar dapat naik level. Misal, Garen harus menyerang sebanyak dua kali atau Braum bisa naik level jika sudah menahan serangan musuh. Champion yang sudah naik level akan memberi damage ataupun efek yang lebih mematikan.

Hal lain yang membuat game kartu Runeterra semakin terasa seperti MOBA adalah dari cara pemain mendapatkan kemenangan. Dalam MOBA, setelah karakter Anda jadi kuat, tugas berikutnya adalah terus menerjang, hancurkan Turret demi Turret hingga mencapai bangunan inti yang harus dihancurkan, Nexus.

Begitu juga dalam Runeterra. Masing-masing pemain punya tujuan untuk menghancurkan Nexus musuh dan ada sejumlah cara yang bisa dilakukan. Cara paling sederhana adalah dengan memanggil atau summon atau meletakkan kartu Anda di meja atau field. Lalu perintahkan kartu untuk menyerang ke arah Nexus. Hit Point (HP) Nexus ada 20, yang lebih dulu habis akan kalah.

Bagiamana mudah bukan?

Mudah atau tidak akan kita bahas pada bagian selanjutnya. Tetapi secara umum, menghancurkan Nexus di Runeterra sebenarnya tidak sesederhana itu, karena ada tiga jenis kartu dalam game ini, yaitu Champion, Follower, dan Spells.

Champion dan Follower punya power di kiri bawah kartu yang menandakan kekuatan serang, dan HP di kanan bawah kartu yang menandakan kekuatan bertahan. Dua kartu itu akan tetap berada di meja selama masih punya HP. Jika HP habis, maka kartunya akan hilang dari permainan; kecuali dipanggil lagi dengan efek khusus. Sementara di sisi lain Spell biasanya hanya bisa diaktifkan satu kali, lalu akan hilang setelah diaktifkan.

Ini adalah contoh bentuk kartu Champion, dengan power yang menandakan kekuatan serang di bawah kiri dan HP yang menandakan kekuatan bertahan di bawah kanan.
Ini adalah contoh bentuk kartu Champion, dengan power yang menandakan kekuatan serang di bawah kiri dan HP yang menandakan kekuatan bertahan di bawah kanan. Sumber: Tangkapan layar pribadi.

Tugas Anda sebagai pemain di sini adalah memanfaatkan ketiga jenis kartu tersebut dengan maksimal agar bisa menghancurkan Nexus musuh. Champion dan Follower punya fungsi yang paling sederhana, yaitu menyerang Nexus.

Sementara fungsi Spell lebih Variatif karena ada yang bisa langsung memberi damage ke Nexus, memberi damage ke Champion atau Follower, atau memberi efek mengganggu musuh.

Secara umum, cara main Runeterra kurang lebih mirip seperti game kartu TCG Yu-Gi-Oh. Anda panggil kartu ke meja, lalu suruh monster tersebut menyerang. Kalau tidak ada monster di meja musuh, Anda bisa menyerang langsung (kalau dalam Runeterra ke arah Nexus). Anda bisa panggil Spell Card untuk menyerang atau membantu membuat kartu Anda jadi lebih kuat.

Lalu kalau di Yu-Gi-Oh ada Trap Card, bagaimana dengan di Runeterra? Hal menarik lain di Runeterra, yang juga membuatnya terasa seperti pertarungan MOBA, adalah urutan jalan yang terus berganti-gantian.

Dalam setiap turn, pemain secara bergantian memegang Attack Token sebagai tanda bahwa Anda punya hak jalan pertama dan menyerang. Lalu, setiap kali Anda melakukan sesuatu (memanggil Champion/Follower atau mengaktifkan Spell) musuh mendapat giliran untuk merespon dengan apapun yang mereka punya.

Jika menggunakan analogi Yu-Gi-Oh, maka bisa dibilang Spell di Runeterra berfungsi layaknya gabungan Trap dan Magic Card. Karena berjalan secara bergantian secara terus menerus, Spell jadi bisa diaktifkan kapan saja. Maka dari itu, Runeterra punya tiga tingkat kecepatan Spell yaitu Slow, Fast, dan Burst.

Slow Spell hanya dapat diaktifkan di luar fase pertarungan. Ketika diaktifkan, musuh dapat merespon dengan Spell yang mereka miliki. Fast Spell dapat diaktifkan sebelum ataupun pada fase pertarungan, musuh juga bisa merespon terhadap Spell ini. Terakhir Burst Spell, bisa diaktifkan kapanpun, langsung aktif saat itu juga, dan tidak dapat direspon oleh musuh.

Tindakan saling merespon tersebut berhenti ketika pemilik Attack Token memajukan pasukan (Champion/Follower) dan memasuki fase bertarung. Pada fase bertarung, pemain bertahan tidak bisa lagi memanggil pasukan apapun, hanya bisa melakukan Block dengan pasukan yang sudah ada di field, atau merespon dengan Fast Spell.

Kartu Spell punya bentuk yang lebih sederhana. Hanya berisi properti kecepan Spell dan deskripsi kegunaanya.
Kartu Spell punya bentuk yang lebih sederhana. Hanya berisi properti kecepan Spell dan deskripsi kegunaanya. Sumber: Tangkapan layar pribadi.

Setelah pemain bertahan mengaktifkan Spell, memilih pasukan musuh yang ingin ditahan serangannya, pemilik Attack Token lalu menyerang, jumlah damage dihitung, lalu pemilik Attack Token memiliki kesempatan terakhir untuk melakukan satu aksi lagi, yang juga masih dapat direspon oleh musuh.

Pada saat menyerang, Legends of Runeterra juga menghadirkan fitur menarik bernama Oracle Eye. Fitur ini bisa berada di tengah antara dua Nexus pada fase menyerang.

Fitur ini memungkinkan Anda melihat ke masa depan, hasil dari semua pertarungan pasukan dan Spell yang diaktifkan. Jika Anda kurang pandai menghitung atau tidak yakin bagaimana efek dari Spell yang akan Anda gunakan, fitur ini sangat membantu Anda memahami hasil dari jalannya pertempuran.

Semua tindakan memanggil pasukan dan mengaktifkan Spell akan menggunakan Mana. Permainan dimulai dengan 1 Mana, dan terus bertambah 1 mana pada setiap ronde. Jika Anda tidak melakukan apapun, Mana akan tersimpan sebagai tambahan untuk mengaktifkan Spell nantinya.

Attack Token baru berpindah tangan setelah sang pemilik memilih untuk End Round atau kehabisan Mana yang membuat dirinya jadi tidak bisa melakukan apa-apa lagi.

Mekanik giliran permainan yang berganti-gantian ini juga menurut saya membuat Runeterra jadi terasa seperti pertarungan MOBA. Karena dalam MOBA Anda harus lihai dalam mengelola sumber daya yang Anda miliki, Skill ataupun Mana, begitupun seperti dalam Runeterra.

Apakah Runeterra Ramah Bagi Pemula?

Soal ini jadi penting dalam pembahasan sebuah game, terutama game CCG seperti Runeterra. Kerumitan permainan biasanya akan membuat pemain jadi mengurungkan niat mencoba. Apalagi genre CCG kerap dicap sebagai “game mikir”, yang membuat banyak pemain sudah malas di awal karena tidak ingin berpikir ketika main game.

Setelah membaca penjelasan saya di atas soal mekanik umum permainan, apakah Anda sudah pusing? Oh tenang, itu belum semuanya, karena semakin lama Anda bermain, semakin Anda harus menerima kenyataan bahwa Runeterra akan membawa Anda menyelam ke dalam mekanik yang rumit nan seru.

Walau game ini rumit, tapi saya masih bisa bilang bahwa Runeterra itu ramah bagi pemula. Salah satu alasannya karena usaha Riot Games menjelaskan cara main Runeterra lewat sajian satu set tutorial yang intensif.

Challenges yang membantu Anda mengenal berbagai macam efek Keywords di Runeterra.
Challenges yang membantu Anda mengenal berbagai macam efek Keywords di Runeterra. Sumber: tangkapan layar pribadi.

Semua yang saya bahas di awal artikel akan diajarkan ketika Anda pertama kali login ke dalam game. Anda akan diajarkan apa itu Nexus, bagaimana cara menyerang dan bertahan, cara kerja Champion, Attack Token, apa itu Mana Point, serta cara mengaktifkan dan klasifikasi Spell.

Walau demikian, Runeterra mungkin tetap kurang menarik bagi gamers Indonesia, karena semua tutorial menggunakan bahasa Inggris (Riot pls, tambahkan opsi bahasa Indonesia jika ingin lebih banyak yang bermain Runeterra), dan mengharuskan pemain menyimak dengan seksama cara kerja permainan Runeterra.

Tetapi salut untuk Riot Games yang berusaha keras untuk mengajarkan mekanisme permainan Runeterra kepada pemainnya. Ketika Anda sudah masuk ke dalam permainan, pada menu Play, Anda bisa memilih menu Challenges yang berisikan satu kursus intensif untuk memahami cara kerja ragam kartu di Runeterra.

Pada bagian tersebut Anda akan diajari cara kerja berbagai Keywords, alias kata kunci dari efek kartu di dalam game. Misal, Challenge berjudul Overwhelming Force mengajarkan Anda cara kerja, dan efektivitas menggunakan kartu dengan kata kunci Overwhelm. Kartu dengan Overwhelm (Champion Darius contohnya) bisa memberi damage yang menembus ke arah Nexus jika punya selisih angka Power kartu penyerang dengan HP kartu bertahan.

Riot juga mendorong pemain untuk melakukan Challenge karena kita akan menerima hadiah XP untuk menaikkan progress rewards, yang nanti akan saya jelaskan pada bagian soal skema monetisasi Legends of Runeterra. Challenge baru juga akan selalu hadir, ketika Runeterra mengenalkan Keywords baru.

Contohnya pada saat update Rising Tides hadir saat perilisan resmi Runeterra mengenalkan region Bilgewater, Riot segera menghadirkan 4 Challenges baru: The Deep Dive untuk mengenalkan efek Keywords Deep, Plunder Pays untuk efek Keywords Plunder, Easy Pickings untuk mengenalkan Keywords Vulnerable, dan Barrel to Victory yang mengenalkan cara kerja mekanisme Powder Keg.

Jangan khawatir, apa yang ada di Challenges hanyalah permukaan dari keseluruhan ragam Keywords di dalam Runeterra. Karena hingga saat ini, kurang lebih ada sekitar 40 lebih Keywords di dalam Runeterra yang harus Anda pahami dan pelajari.

Sudah pening? Sama saya juga. Tapi tak usah khawatir, pada awal permainan Anda diberikan “Starter Deck” dari 6 region awal di Runeterra, untuk belajar cara main dan mengoptimalkan kartu-kartu dasar.

Mungkin satu yang kurang dari Challenges adalah ia tidak mengajarkan karakteristik dan interaksi antar-Region. Mekanisme Region merupakan cara game kartu Runeterra menceritakan dunia League of Legends. Hingga saat ini, ada 7 Region di dalam game kartu Runeterra, ada Bilgewater, Demacia, Freljord, Ionia, Noxus, dan Shadow Isle.

Masing-masing Region punya karakteristik masing-masing yang bisa dikombinasikan dengan Region lain. Contohnya jika Anda ingin buat musuh tak bisa gerak, Anda bisa kombinasikan Region Freljord yang bisa hentikan pergerakan musuh dengan Ionia yang juga punya banyak mekanik yang bikin musuh kelimpungan.

Tapi yang pasti, pengalaman bermain League of Legends juga akan membantu Anda untuk bisa memahami game ini dengan lebih cepat. Sudah bermain League of Legends sejak tahun 2012 lalu, membantu saya memahami gambaran cara kerja Champion. Jadi karena saya tahu bahwa Braum merupakan hero Tank yang hobi menahan serangan, maka saya sudah punya gambaran bagaimana memanfaatkan Braum dengan maksimal di Runeterra.

Hal lain yang membuat saya jadi lebih mudah memahami Runeterra mungkin adalah pengalaman saya main game kartu Yu-Gi-Oh di zaman PlayStation. Minimal, ketika mulai bermain saya bisa segera bergumam, “Oh ternyata game ini mirip Yu-Gi-Oh,” dan tak perlu bingung lagi.

Animasi Ciamik, Artwork Mengagumkan, dan Ragam Visual yang Memanjakan Mata

Oke Anda mungkin sudah cukup kelelahan membaca pembahasan mekanik permainan Runeterra yang awalnya sederhana, tapi menjadi semakin…membingungkan. Sedikit rehat, mari sejenak kita melihat bagaimana Riot menyajikan Legends of Runeterra secara audio dan visual.

Satu yang paling saya suka adalah bagaimana ketika Anda membuka permainan segera permainan dengan gambar Ashe berdiri di atas gunung es dengan matahari terbit di ufuk timur, sembari diiringi lagu dengan biola yang syahdu layaknya musik khas kerajaan elf di film kolosal Lord of the Ring.

Menu utama juga tak kalah nikmat dipandang. Pada satu waktu Anda akan dihadapkan dengan pemandangan Jinx di atap rumah melihat suasana kota Piltover di malam hari yang tenang. Pada waktu lain semangat Anda juga bisa dipicu dengan gambar Darius sedang meneriakkan teriakan perang kepada pasukan Noxus yang bersiap menjajah Region lain di Runeterra.

Menu utama yang kadang bisa membuat tenang tapi juga bersemangat untuk bertarung lewat artwork yang disajikan.
Menu utama yang kadang bisa membuat tenang tapi juga bersemangat untuk bertarung lewat artwork yang disajikan. Sumber: tangkapan layar pribadi.

Artwork dari masing-masing kartu juga menjadi aspek visual lain di dalam Runeterra yang berhasil memanjakan mata. Jadi mungkin, jika Anda jemu bermain karena terus-terusan kalah, Anda bisa berhenti sejenak, membuka menu Cards, dan melihat Artwork dari masing-masing kartu. Terlebih, Artwork kartu juga dilengkapi dengan cerita yang semakin membawa Anda menyelami dunia Runeterra.

Satu kartu yang paling saya suka secara Artwork dan cerita adalah kartu Cithria of Cloudfield dari Region Demacia. Visual dan penjelasan kartu ini berhasil menyajikan suasana dari cerita seorang anak perempuan yang bercita-cita ingin menjadi pasukan tentara Demacia, karena mendengar cerita heroik sang ibu bertarung di medan perang membela nama kerajaan Demacia.

Sayang, sajian artwork memanjakan mata di Runeterra hanya terbatas pada Champion dan Followers saja. Pada kartu Spell, walau tetap menyajikan deskripsi yang memiliki cerita, namun visual yang disajikan terbilang cukup terbatas karena tidak menyajikan Artwork layar penuh layaknya pada kartu Champion atau Follower.

Artwork kartu disertai deskripsi yang tak hanya menyejukkan mata, tapi juga membantu kita mengenal cerita dunia Runeterra.
Artwork kartu disertai deskripsi yang tak hanya menyejukkan mata, tapi juga membantu kita mengenal cerita dunia Runeterra. Sumber: tangkapan layar pribadi.

Hal berikut yang menurut saya tak kalah menggugah secara visual adalah animasi ciamik yang disajikan dalam Runeterra. Visual menggugah tersebut sudah juga sudah terasa sejak kita berada di menu utama. Transisi antar menu selalu dihiasi dengan animasi yang sederhana, namun sedap dipandang.

Melaju ke dalam pertarungan, menurut saya setidaknya ada dua hal dari sisi animasi yang membuat Legends of Runeterra jadi menggugah secara visual. Pertama adalah kehadiran Guardian yang interaktif menemani kita di kala duel sedang dilakukan.

Guardian sebetulnya bukan fitur yang mempengaruhi apapun di dalam permainan, melainkan hanya sekadar penyejuk mata yang menghiasi papan Anda. Lucunya, Guardian berisfat interaktif, yang akan beraksi jika Anda melakukan swipe atau tap di atasnya.

Guardian Poro yang dimiliki secara gratis misalnya, akan memberi respon mengambek atau menguap besar jika Anda tap di atas kepalanya secara cepat dan terlalu sering. Walau tidak membantu di dalam permainan, setidaknya Poro bisa menjadi pelipur lara di kala tangan Anda sedang jelek, atau musuh menunjukkan permainan yang mendominasi.

Selain dari Guardian, tambahan visual lain yang tak kalah menarik adalah Sticker dan juga skin untuk Board tempat Anda bermain. Sticker merupakan satu-satunya sarana Anda berkomunikasi dengan musuh. Biasanya ini digunakan untuk bercanda dengan musuh apabila ada momen menggemaskan di dalam permainan.

Skin Jinx's untuk Field
Skin Jinx’s Mayhem untuk Field yang tidak hanya ciamik secara visual, tapi juga diiringi dengan lagu yang menggambarkan karakter Champion Jinx. Sumber: tangakapan layar pribadi.

Skin untuk Board tempat bermain juga jadi visual lain yang memanjakan mata. Skin Board paling dasar adalah Summoner’s Riftt, namun Anda bisa membeli skin untuk Board ini, mulai dari yang bertemakan Region di Runeterra ataupun Champion tertentu. Setiap Board tak hanya memanjakan visual, tapi juga memiliki lagu khas dari masing-masing yang memanjakan telinga.

Sejauh ini Jinx’s Mayhem jadi skin Board favorit saya, karena tidak hanya nyentrik secara visual, tapi juga punya lagu tema bergenre dark-electro yang senada dengan kepribadian dari Champion Jinx.

Pay or Grind to Win?

Banyak yang beranggapan kalau game kartu biasanya pay-to-win. Anda yang sudah beberapa kali main atau punya teman yang main permainan TCG atau CCG mungkin sudah familiar dengan Booster Pack atau Loot Box, kotak gacha yang berisi kartu random. Menariknya Legends of Runeterra justru punya skema monetisasi yang cukup berbeda.

Mungkin Runeterra menjadi game kartu CCG yang tidak menggunakan sistem Booster Pack. Semua kartu di sini bisa dibeli dengan 3 pilihan mata uang, yaitu Wildcard, Shards, atau Coins (mata uang Premium). Wildcard dan Shards bisa didapatkan dengan cara bermain dengan rajin atau grinding.

Sumber utama Wildcard dan Shard datang dari Region Rewards. Region Rewards berfungsi kurang lebih seperti Battle Pass di Dota 2, yang punya banyak level, dan memiliki hadiah menarik setiap level-nya. Level Region Rewards bisa didapatkan dengan terus bermain.

Anda bisa mendapatkan XP saat Anda bermain, entah itu menang atau kalah, melakukan quest harian, atau memainkan Challenge. Namun jumlah XP yang didapatkan dalam satu hari ada batasnya. Jika sudah mencapai batas, Anda hanya akan mendapat sekitar 100 XP saja jika menang, dan tidak mendapat apapun ketika kalah.

Region Rewards yang bisa Anda ganti-ganti sesuai keinginan.
Region Rewards yang bisa Anda ganti-ganti sesuai keinginan. Sumber: tangkapan layar pribadi

Tak hanya itu, masih ada sumber lain yang memudahkan Anda untuk melengkapi koleksi kartu di dalam Runeterra. Ada Daily Login yang sudah menjadi ciri khas dari banyak game mobile, Weekly Vault yang sama-sama dikumpulkan melalui XP, dan terakhir adalah Expedition,

Expedition sendiri bisa dibilang seperti Draft Mode. Mode permainan Expedition bisa diikuti dengan menggunakan Coin, Shards, atau Expedition Token yang didapat dari Weekly Vault. Pada Expedition Mode Anda diminta membuat deck dari beberapa pilihan kartu yang disajikan oleh sistem. Setelah deck selesai, Anda akan diadu oleh pemain lain yang juga mengikuti mode ini. Semakin banyak menang, maka semakin bagus hadiah yang Anda terima. Sebaliknya, jika sudah 4 kali kalah, maka perjalanan Anda akan berhenti dan mendapat hadiah yang sedikit.

Riot Games sepertinya tidak omong kosong saat bicara ingin membuat Runeterra menjadi game kartu yang adil, baik bagi pemain free-to-play ataupun mereka yang investasi membeli kartu. Dengan sistem ini, pemain casual yang sifatnya free-to-play jadi masih punya dapat kesempatan untuk berkompetisi dengan pemain berbayar, asalkan mereka rajin bermain.

Terlebih, menjadi pemain berbayar juga tidak merugikan di dalam Runeterra. Karena pemain tidak perlu dipusingkan karena gacha di hari-hari yang kurang beruntung. Anda bisa dengan bebas membuat deck apapun dan langsung membeli kartu yang Anda butuhkan, tanpa perlu kerepotan mengais Loot Box atau Booster Pack.

Melihat mekanisme ini, sepertinya satu yang membedakan antara pemain gratis dengan pemain berbayar hanyalah waktu. Pemain gratis butuh waktu lebih lama untuk mendapat kartu yang ia inginkan, sementara pemain berbayar cukup satu kali klik (dengan bermodal Rupiah tentunya) untuk mendapat kartu.

Versi 1.0 yang Masih Banyak Kekurangan

Legends of Runeterra memasuki versi 1.0 saat dirilis pada 1 Mei 2020 kemarin. Walau sudah dirilis secara resmi, namun saya masih merasa Legends of Runeterra seperti berada dalam fase open-beta.

Kenapa? Karena memang menurut saya masih banyak fitur-fitur yang sebenarnya penting, namun belum dihadirkan dalam Legends of Runeterra. Beberapa fitur yang sempat jadi perbincangan di komunitas adalah ketidakhadiran match history, replay, statistics, dan spectate friend.

Memang 3 fitur tersebut menjadi sesuatu yang penting, apalagi jika bicara kesiapan Legends of Runeterra sebagai esports. Dalam kompetisi, terutama yang bersifat online, match history jadi satu-satunya bukti untuk melaporkan kemenangan. Walau sudah ada fitur untuk menantang teman yang ada di friend list, namun tanpa Match History kemenangan jadi tidak bisa dibuktikan.

Lalu selain itu, fitur seperti statistik, replay, atau spectate friend juga jadi fitur penting lain untuk menjadikan Runeterra sebagai game yang kompetitif. Statistik dan replay bisa membantu pemain untuk mempelajari permainannya sendiri.

Kapan ia salah langkah? Apa yang bisa diperbaiki dari kekalahan yang ia alami sebelumnya? Kartu apa yang tidak efektif dan harus diganti? Ketiganya menjadi beberapa hal yang bisa pemain lakukan dengan kehadiran fitur statistik dan replay.

Sementara spectate friend merupakan fitur penting untuk membuat pertandingan di Runeterra menjadi bisa ditonton oleh khalayak banyak. Karena jika kita bicara esports, kita tidak hanya bicara soal kompetisi saja, tetapi juga bicara soal bagaimana agar pertandingan tersebut bisa disajikan ke para penonton.

Sejauh ini, dari friend list Anda hanya bisa ngobrol lewat chat dan fitur challenges untuk menantang kawan bermain.
Sejauh ini, dari friend list Anda hanya bisa ngobrol lewat chat dan fitur challenges untuk menantang kawan bermain. Sumber: tangkapan layar pribadi.

Terakhir, walau mungkin tidak sebegitu penting, namun saya merasa Legends of Runeterra masih kekurangan koleksi barang-barang kosmetik entak audio atau visual yang bisa dinikmati. Salah satu contohnya seperti jenis kosmetik Board, Guardian, dan Card Back yang masih terbilang terbatas. Ini tentunya diharapkan akan semakin bertambah seiring waktu, karena selain membeli kartu, item kosmetik juga jadi hal yang tak kalah penting dalam menambah kesenangan dalam pengalaman bermain.

Hal paling terakhir mungkin adalah soal optimasi grafis. Untuk saat ini sebenarnya optimasi grafis dari Runeterra sudah cukup baik, namun masih ada hal yang sebenarnya bisa lebih diperbaiki lagi. Salah satu contohnya adalah animasi saat Champion naik level.

Pada platform mobile, beberapa kali terjadi frame-drop saat Champion naik level, karena animasinya yang memang terlihat butuh komputasi grafis yang intensif. Hal lain dari optimasi grafis frame-rate untuk platform mobile. Legends of Runeterra sendiri merupakan game yang bersifat cross-platform antara PC dengan Mobile. Namun sayangnya frame-rate 60 fps untuk saat ini hanya tersedia untuk platform PC, sementara frame-rate platform Mobile dikunci pada 30 fps.

Kesimpulan

Pada akhirnya Legends of Runeterra mungkin menjadi satu-satunya CCG yang berhasil menghasut saya untuk mencoba, bahkan jadi ketagihan untuk memainkannya. Saya merasa setidaknya ada beberapa faktor yang membuat Runeterra jadi menarik bagi saya yang sebenarnya lebih suka permainan dengan tempo cepat seperti FPS dan MOBA. Faktor tersebut adalah:

  1. Tema League of Legends yang membuat saya pemain game tersebut jadi penasaran untuk mengetahui cerita dunia Runeterra lebih dalam lagi
  2. Gameplay interaktif bertempo cepat yang memungkinkan Anda untuk tetap melakukan sesuatu meski sedang bertahan
  3. Animasi ciamik dari pertarungan, yang kadang membuat saya lupa bahwa ini adalah game kartu
  4. Sistem Daily Login, Daily Quest, dan Region Rewards yang berhasil membuat saya termotivasi untuk terus main demi mendapat kartu-kartu baru dan memperkuat deck saya.
  5. Fitur Booster Pack dan Loot Box yang dihilangkan membuat pemain berbayar jadi tidak harus dipusingkan dengan Gacha.

Tapi bukan berarti Runeterra adalah game yang tanpa celah. Saya merasa masih ada beberapa kekurangan di dalam game ini, yang meski sedikit, namun cukup terasa. Beberapa di antaranya termasuk:

  1. Pilihan kosmetik yang masih terbatas.
  2. Belum ada pilihan high frame-rate untuk mobile.
  3. Mode Challenge yang kurang menjelaskan interaksi antar Region.
  4. Absennya fitur-fitur untuk kebutuhan esports pada versi 1.0 Legends of Runeterra seperti match history, replay, statistik, ataupun spectate friend.
  5. Kurangnya bahasa yang mungkin akan membuat pemain-pemain di Indonesia jadi enggan mencoba karena kesulitan mempelajari mekanisme permainan Legends of Runeterra yang cukup rumit.
  6. Banyaknya jumlah keywords, yang mungkin akan membuat permainan akan menjadi semakin rumit lagi nantinya.

Jadi apakah Runeterra patut dicoba? Menurut saya ini menjadi game yang sayang sekali untuk dilewatkan, apalagi bagi Anda pecinta League of Legends. Jika tidak main League of Legends sekalipun, game ini tetap patut dicoba karena menawarkan konsep yang cukup segar di dalam game bergenre CCG.

Legends of Runeterra Resmi Rilis, Hadirkan Ekspansi Rising Tides

Pada ulang tahun ke-10, Riot Games mengembangkan sayap, tidak hanya mengembangkan League of Legends saja. Lewat sebuah acara spesial, Riot mengumumkan semua proyek game yang mereka kembangkan, mulai cari League of Legends: Wild Rift, Teamfight Tactics versi mobile, proyek game fighting, game FPS Valorant, dan card game Legends of Runeterra.

Hari ini, kurang lebih tujuh bulan setelah pengumuman yang dilakukan, Riot Games akhirnya merilis salah satu dari daftar game terbaru yang sedang mereka kembangkan. Dia adalah Legends of Runeterra, collectible card game (CCG) besutan Riot Games.

Bersamaan dengan perilisan ini, Riot Games juga menghadirkan ekspansi pertama yang diberi nama Rising Tides. Ekspansi ini menambahkan region baru ke dalam permainan, Bilgewater, region yang menjadi rumah bagi Champion seperti Graves, Gangplank, Illaoi dan lain sebagainya.

Bilgewater merupakan wilayah kekuasaan sekelompok bajak laut yang tidak pernah melewatkan kesempatan untuk melakukan penjarahan dan monster di kedalaman yang suka melahap kapal tanpa peringatan. Pada Runeterra, masing-masing wilayah atau region punya ciri khas masing-masing. Region Demacia contohnya, dijuluki Magical Might, punya ciri khas berupa banyaknya kartu magic untuk membuat pasukan jadi lebih kuat.

Bilgewater punya julukan Risk and Reward. Seperti nilai hidup para bajak laut, Anda harus rela mengambil resiko besar untuk mendapatkan yang Anda inginkan. Rising Tides hadir dengan lebih dari 120 kartu dan 11 Champion dari semesta League of Legends, termasuk Miss Fortune, Fizz, dan Gangplank. Set kartu Rising Tides juga memperkenalkan enam mekanisme kartu baru, memberi opsi gameplay yang mendalam dan menarik untuk para pemain.

“Kami sangat senang dapat meluncurkan Legends of Runeterra secara resmi di seluruh dunia,” ujar Executive Producer Jeff Jew. “Komitmen kami tetap kuat terhadap gameplay interaktif yang strategis, pembuatan deck yang kaya, serta momen kemenangan yang luar biasa, dan inilah saat yang tepat untuk masuk dan menjelajahi segala yang ada di Runeterra. Sampai bertemu di dalam game!

Sumber: Riot Official Media
Sumber: Riot Official Media

Sebelumnya Riot sempat berbagi pandangannya soal rencana dalam pengembangan komunitas Runeterra di Indonesia. Diwakili Jennifer Poulson selaku Head of Publishing and Product for Southeast Asia, Riot Games mengatakan bahwa komunitas tetap menjadi yang utama, namun untuk sementara waktu mereka hanya menyokong komunitas online terlebih dahulu.

Legends of Runeterra sudah dapat diunduh untuk mobile (Android dan iOS) dan untuk PC. Jika Anda masih penasaran dengan game yang satu ini, Anda dapat mengunjungi laman resmi Legends of Runeterra SEA.

Bagaimana Rencana Riot Games Dalam Pengembangan Komunitas Legends of Runeterra di Indonesia?

Beberapa waktu yang lalu Riot Games mengumumkan tanggal rilis dari Legends of Runeterra, game dengan genre Collectible Card Game (CCG), yang merupakan salah satu dari beberapa game terbaru yang sedang mereka kembangkan. Lewat sebuah rilis, Riot Games mengungkap bahwa Legends of Runeterra akan rilis pada tanggal 1 Mei 2020 mendatang untuk PC dan Mobile (Android dan iOS).

Memang menarik jika melihat jajaran game terbaru besutan Riot Games. Masing-masing dari mereka seakan tampil untuk menyaingi game terpopuler dari masing-masing genre. Legends of Runeterra bisa dibilang hadir untuk menyaingi Hearthstone, game kartu digital besutan Blizzard Entertainment.

Membahas soal posisi Legends of Runeterra sebagai pesaing Hearthstone dan usaha mereka mengembangkan komunitas lokal, terutama di Indonesia, Hybrid lalu mencoba menghubungi Riot Games. Diwakili oleh Jennifer Poulson, selaku Head of Growth & Launch, Southeast Asia, Hong Kong, and Taiwan, Riot Games, berikut hasil wawancara tersebut:

Bagaimana strategi Riot Games untuk bisa memenangkan persaingan genre CCG, mengingat sudah ada Hearthstone, dan banyaknya game lain dalam genre ini?

Kami berusaha memikirkan masak-masak bagaimana bisa menyajikan Legends of Runeterra dengan cara yang berbeda. Kami juga jadi bersemangat untuk dapat mengutak-atik genre ini secara lebih jauh. Apa yang bagus dari genre ini dipertahankan, apa yang tidak bagus ditingkatkan, dan bahkan jika perlu menambahkan elemen baru. Ini kami lakukan semata-mata karena tujuan utama kami adalah membangun game kartu terbaik yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Legends of Runeterra dibuat dengan latar cerita berupa perpanjangan semesta League of Legends. Jadi harapannya adalah nanti para pemain tidak hanya sekadar bermain, tapi juga bisa mendalami lebih jauh cerita dari dunia Runeterra dan berbagai karakternya di dalam game ini.

Sumber: Asiaone
Jennifer Poulson, saat diwawancara oleh Asia One membahas soal kasus perilaku seksis Riot Games yang sempat marak beberapa waktu lalu. Sumber: Asiaone

Kami berusaha tetap mempertahankan elemen League of Legends di dalam game ini, salah satunya lewat elemen Champion, yang tetap bisa naik level dan punya skill serupa seperti League of Legends. Jadi walaupun ini adalah game kartu, Anda tetap bisa melihat aksi ala League of Legends seperti Lux menembakkan laser, Draven yang melempar pisau, atau Tryndamere yang sulit untuk mati.

Tantangan terbesar dalam membuat LoR adalah memastikan game ini mudah dimainkan namun tetap mempertahankan kedalaman strategi, serta menciptakan META atau kemungkinan menang yang beragam. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menerapkan Active Round System, yang memperkenankan pemain untuk bereaksi walau bukan mereka tidak sedang dalam giliran untuk jalan.

Tak hanya itu kami juga ingin membuat Legends of Runeterra menjadi game CCG yang setara bagi semua orang. Kami ingin semua pemain tetap setara dalam persaingan, terlepas dari seberapa banyak uang yang mereka habiskan untuk game ini.

Untuk mencapai hal itu maka kami memutuskan membuang sistem random card pack berbayar dan memilih menggunakan model progression based on objective dengan kesempatan bagi pemain untuk mendapatkan kartu bernilai tinggi.

Akankah Riot Games mengembangkan komunitas lokal? Apakah Riot Games juga akan mengembangkan komunitas di Indonesia?

Misi utama dan ciri khas Riot Games adalah komitmen kami kepada komunitas. Ini berarti kami senantiasa menempatkan pemain sebagai prioritas utama dalam segala sesuatu yang kami kerjakan. Salah satu caranya adalah dengan mendengarkan masukan langsung dari pemain, membangun komunitas, dan bersikap terbuka serta transparan terhadap komunitas.

Karena itu kami akan memanjakan komunitas online kami lewat beberapa kegiatan seperti turnamen online berkelanjutan untuk Legends of Runeterra, namun di Singapura. Tetapi bukan berarti komunitas Indonesia ditinggalkan, karena kami punya server Discord Legends of Runeterra SEA sebagai sarana komunikasi dengan komunitas Asia Tenggara.

Besar harapan kami para pemain Indonesia bisa bergabung dengan komunitas ini dan mulai terlibat secara aktif, sehingga suara kalian dapat kami tampung dan kami tindak lanjuti sesuai dengan harapan kalian.

Legends of Runeterra akan rilis untuk PC dan Mobile pada tanggal 1 Mei 2020 mendatang. Untuk saat ini, Anda dapat melakukan pre-registrasi terlebih dahulu pada laman sea.playruneterra.com. Apakah Anda juga tidak sabar untuk mencoba game kartu yang satu ini?

Riot Pamerkan Fighting Game, Card Game, dan Mobile Game League of Legends

League of Legends pertama kali dirilis pada tahun 2009, dan di bulan Oktober ini, karya Riot Games tersebut akhirnya menginjak ulang tahun yang kesepuluh. Untuk merayakannya, Riot Games mengadakan siaran streaming spesial bernama Riot Pls: 10th Anniversary Edition – League of Legends.

Biasanya, tayangan Riot Pls berisi semacam developer diary di mana Riot mengumumkan perubahan-perubahan baru dalam League of Legends. Namun untuk edisi 10th Anniversary ini, ada beberapa pengumuman yang lebih besar. Apa saja pengumuman itu, simak di bawah.

Mobile game, League of Legends: Wild Rift

Setelah rumor yang cukup lama beredar, akhirnya Riot mengumumkan secara resmi League of Legends versi mobile, dengan judul League of Legends: Wild Rift. Game ini akan dirilis untuk Android, iPhone, dan iPad pada tahun 2020. Riot juga berkata bahwa League of Legends: Wild Rift akan meluncur ke console, tapi mereka tidak memberi tahu kapan dan console apa yang dimaksud.

League of Legends: Wild Rift memiliki tampilan grafis dan gameplay yang kurang lebih sama dengan versi desktop, namun didesain untuk selesai lebih cepat (sekitar 15 – 20 menit). Tidak ada dukungan cross-play antara versi mobile/console dengan desktop, namun keduanya menggunakan akun yang sama. Perbedaan konten (hero atau skin) dan antarmuka juga akan terjadi, namun itu hal yang wajar.

Teamfight Tactics versi mobile

Teamfight Tactics alias TFT pada awalnya dikembangkan karena para developer di Riot Games menyukai Auto Chess dan mereka ingin menciptakan game serupa dengan sentuhan mereka sendiri. Namun ternyata TFT meraih popularitas yang sangat besar, dan kini dijadikan sebuah mode permanen dalam League of Legends. Ke depannya, Riot Games akan terus memberi update yang disebut seasonal set, di mana sejumlah hero, item, dan elemen gameplay lainnya akan dirotasi setiap beberapa bulan sekali.

Pengumuman besar lainnya adalah perilisan TFT sebagai game terpisah untuk platform mobile. Menurut Riot, proyek ini diluncurkan karena tingginya permintaan penggemar. TFT versi mobile akan meluncur untuk Android dan iOS pada tahun 2020, didahului dengan versi beta pada bulan Desember 2019 nanti.

Competitive card game, Legends of Runeterra

Satu lagi judul yang sudah lama menjadi gosip di komunitas League of Legends, adalah Legends of Runeterra. Banyak spekulasi mengenai apa sebenarnya game ini, rumor yang paling kuat adalah bahwa Legends of Runeterra merupakan sebuah MMORPG. Tapi rupanya spekulasi itu salah. Legends of Runeterra adalah game kartu kompetitif dengan latar belakang dunia League of Legends yang disebut Runeterra.

Legends of Runeterra mengambil inspirasi dari berbagai daerah di dunia Runeterra, seperti Demacia, Noxus, Zaun, Shadow Isles, dan lain-lain. Jadi Anda akan menemui hero ataupun elemen-elemen gameplay lain yang berhubungan dengan daerah tersebut. Menariknya, Riot berkata bahwa Anda tidak perlu membayar untuk membuka pack berisi kartu acak dalam game ini, tidak seperti card game kebanyakan.

Legends of Runeterra
Sumber: Riot Games

Fighting game, Project L

Fighting game yang satu ini sudah diungkap oleh Tom Cannon dalam acara EVO 2019 lalu, tapi baru sekarang kita bisa melihat penampakan resminya. Untuk sementara Riot belum memberi judul final, jadi fighting game ini dikenal dengan nama Project L saja.

Riot mengembangkan Project L setelah mereka mengakuisisi Radiant Entertainment, perusahaan yang merupakan developer dari fighting game Rising Thunder. Tom Cannon, selain merupakan salah satu founder EVO, juga merupakan founder Radiant Entertainment. Melalui kicauan di Twitter, Cannon berkata bahwa game ini masih jauh dari rilis, bahkan belum bisa disebut veri alpha, jadi kita masih akan menunggu lama.

Project L
Sumber: Riot Games

Seri animasi, Arcane

Satu lagi produk baru yang diumumkan oleh Riot Games adalah serial animasi berjudul Arcane. Serial ini dibuat dengan target pasar penggemar League of Legends dari usia remaja hingga dewasa, dan akan mengambil inspirasi dari lore League of Legends yang sudah ada selama ini. Akan tetapi belum jelas seperti apa cerita pastinya.

Riot mengembangkan Arcane bersama studio Fortiche Productions, yaitu studio yang juga menangani pembuatan video klip musik K/DA. Mereka juga yang menciptakan trailer untuk Worlds 2018, trailer untuk game Agents of Mayhem, dan banyak lagi. Arcane akan tayang melalui platform streaming, namun belum ada pengumuman pasti platform apa yang dimaksud.

Project A dan Project F yang misterius

Masih ada dua produk lagi yang diungkap oleh Riot Games, namun info untuk keduanya masih cukup minim. Pertama yaitu Project A, sebuah game bergenre tactical shooter kompetitif. Game ini memiliki latar dunia yang lebih realistis, jadi tampaknya tidak akan begitu berhubungan dengan League of Legends. Dengan karakter-karakter yang memiliki kemampuan khusus, bisa dibayangkan bahwa Project A akan menjadi saingan Overwatch.

Project A
Sumber: Riot Games

Kedua yaitu Project F, game yang hanya diungkap sekilas dalam siaran streaming Riot Pls. Menurut laporan Polygon, Riot mendeskripsikan game ini sebagai “proyek yang mengeksplorasi kemungkinan bertualang di dunia Runeterra bersama teman-teman”. Jadi tampaknya Riot ingin menciptakan RPG online, mungkin dengan gaya serupa Diablo. Tapi belum ada info lebih lanjut.

Project F
Sumber: Riot Games

Demikian rentetan pengumuman menarik dari Riot Games dalam perayaan ulang tahun kesepuluh League Legends. Bila semuanya benar-benar terwujud, maka League of Legends akan menjadi IP yang sangat besar, dan bisa menarik penggemar dari pasar genre selain MOBA.

Tentu saja mereka harus menghadapi saingan berat dari judul yang sudah ada, Hearthstone dan Street Fighter misalnya. Valve sudah pernah mencoba ekspansi serupa dengan game Artifact, tapi kita tahu bahwa hasilnya tidak memuaskan. Apakah Riot Games bisa meraih hasil yang lebih baik, atau hanya akan mengulang kesalahan serupa? Kita tunggu saja tanggal mainnya.

Sumber: Riot Games, Polygon, Tom Cannon