Versi Baru Capture Card Razer Ripsaw Siap Tandingi Produk Andalan Elgato

Sempat dicemooh oleh generasi terdahulu, gaming telah berubah menjadi industri raksasa yang bisa menghidupi para penikmatnya. Esports tak lagi dipandang sebelah mata, dan bahkan mereka yang tak terlalu mahir bermain dapat meniti karier sebagai penghibur lewat platform live stream dan video sharing. Tren ini ditanggapi oleh sejumlah dengan sigap lewat penyediaan produk pendukung perekaman.

Elgato merupakan salah satu nama favorit konsumen karena mereka telah berkecimpung di ranah perekaman video jauh sebelum kemunculan selebritas gaming. Namun sejak tahun 2016, lini produk capture card punya Corsair Components tersebut mendapatkan kompetisi baru dari brand terkenal di ranah aksesori PC. Saat itu, Razer meluncurkan Ripsaw yang mampu men-stream sesi gaming di resolusi 1080p 60fps.

Razer Ripsaw HD 1

Dan di bulan April ini, perusahaan pimpinan Min-Liang Tan itu memperkenalkan versi baru capture card mereka, kali ini ditujukan untuk menandingi produk andalan Elgato, HD60 S. Dinamai Razer Ripsaw HD, perangkat menjanjikan hasil video berkualitas tinggi, output audio yang jernih, serta fleksibilitas pemakaian karena kompatibel baik ke PC maupun console. Satu fitur unggulan Ripsaw HD ialah kapabilitas passthrough 4K di 60-frame rate per detik.

Razer Ripsaw HD 4

Kemampuan passthrough 4K maksudnya adalah, capture card ini mempersilakan Anda bermain di resolusi ultra-HD (jika hardware PC Anda menyanggupinya) sembari menampilkan stream full-HD 1080p 60fps bebas kompresi ke penonton. Sebagai perbandingan, HD60 S baru ditopang fitur passthrough 1080p2. Perlu diketahui bahwa Elgato sendiri sebetulnya mempunyai varian yang lebih high-end lagi, yakni 4K60, memungkinkan kita merekan atau streaming di resolusi 4K tulen.

Razer Ripsaw HD 3

“Dengan hadirnya Ripsaw HD di deretan produk Broadcaster kami, para streamer kini memperoleh sebuah capture card yang memperkenankan mereka menyiarkan permainan-permainan terbaru di resolusi serta frame rate tinggi dari console dan PC,” kata Tan via rilis pers. “Penonton pasti akan menyukai stream HD, sedangkan Anda tetap bisa menikmati game di kualitas visual paling optimal berkat passthrough 4K.”

Razer Ripsaw HD 2

Razer Ripsaw HD dibekali input dan output HDMI, plus sebuah port USB 3.0. Capture card juga dilengkapi kapabilitas audio mixing built-in, demi memastikan sesi perekaman/stream live bebas dari masalah latency dan audio yang tidak sinkron. Selain itu, Ripsaw HD memungkinkan kita menggunakan sebuah microphone di dua PC, sehingga menyederhanakan proses setup software dan audio.

Ripsaw HD rencananya akan mulai dipasarkan pada tanggal 11 April 2019, dipatok di harga US$ 160. Sebagai perbandingan, Elgato HD60 S dijajakan dengan harga retail US$ 170 (di Indonesia dibanderol di atas Rp 2,7 juta).

Via PC Gamer & The Verge.

Razer Phone 2 Resmi Diumumkan, Meluncur ‘Tanpa Kejutan’

Eksistensi dari ponsel pintar kedua Razer dikonfirmasi langsung oleh perusahaan spesialis gaming gear itu di bulan September 2018. Dan sejak saat itu, bermunculan-lah berbagai bocoran, dari mulai spesifikasi hardware, tanggal perilisan, hingga penampakan perangkat. Dan sesuai jadwal yang telah terungkap sebelumnya, Razer Phone 2 akhirnya resmi meluncur.

Hampir seluruh informasi yang sempat bertebaran kemarin terbukti akurat. Razer mempertahankan banyak aspek di sana, sehingga Razer Phone 2 tak begitu berbeda dari pendahulunya. Upgrade diterapkan secara lebih halus, baik di aspek penampilan, jeroan ,serta software pendukung. Rekan saya Glenn berkomentar, produk ini lebih cocok diberi nama ‘Razer Phone S’ ketimbang Razer Phone 2, dan saya setuju dengan pendapat ini.

Razer Phone 2 4

Di tengah-tengah kencangnya arus perubahan ke desain ramping dan ‘layar penuh’, Razer Phone 2 tetap mengusung rancangan balok dan panel 16:9. Dengan arahan seperti ini, produsen dapat mencantumkan dua speaker stereo yang dihadapkan ke depan. Kelengkapan lainnya kurang lebih sama, ada sejumlah tombol fisik dan port USB type-C tanpa dukungan port audio 3,5mm. Aspek paling menonjol pada penampilan Razer Phone 2 adalah kehadiran sistem pencahayaan RGB Chroma di logo ularnya.

Razer Phone 2 1

Di produk baru ini, Razer kembali mengandalkan layar IGZO beresolusi 1440x2560p seluas 5,7-inci dengan refresh rate 120Hz. Panel tersebut kabarnya mendapatkan penyempurnaan sehingga mampu mereproduksi warna secara lebih presisi, serta bisa menghasilkan kecerahan 50 persen lebih tinggi dari Razer Phone generasi pertama.

Razer Phone 2.

Selanjutnya, Razer mengganti system-on-chip Qualcomm Snapdragon 835 dengan Snapdragon 845. Menurut tim pimpinan Min-Liang Tan itu, chip baru tersebut memberikan kinerja 30 persen lebih baik, dan siap malahap game dan aplikasi yang paling berat sekali pun. Smartphone dibekali memori RAM sebesar 8GB dan penyimpanan internal 64GB – berbeda dari laporan sebelumnya yang menyebutkan 512GB.

Razer Phone 2 2

Tubuh smartphone yang tidak terlalu tipis dimanfaatkan oleh Razer untuk membubuhkan sistem pendingin vapor chamber. Sang produsen menjelaskan bahwa solusi ini memanfaatkan luas permukaan yang lebih lapang agar panas bisa lebih cepat dibuang, tujuannya ialah demi menjaga kestabilian frame rate tanpa menyebabkan penggunaannya jadi tidak nyaman karena temperatur tinggi.

Untuk fotografi, Razer lagi-lagi mengusung setup dual camera di belakang, berisi modul berlensa wide-angle 12Mp plus OIS dan lensa telephoto dua kali zoom 12Mp. Di depan, tersedia kamera 8Mp yang mempersilakan kita melakukan streaming di resolusi full-HD.

Gerbang pre-order Razer Phone 2 sudah dibuka mulai hari ini, dan produk dijual seharga mulai dari US$ 800.

Sumber: Razer.

Razer Phone Generasi Kedua Sedang Dikembangkan

Razer adalah salah satu perusahaan pertama yang secara sigap merespons pertumbuhan ekosistem gaming di perangkat bergerak melalui Razer Phone. Produk ini memang belum tersedia secara merata, tapi konsepnya mendorong sejumlah produsen – nama-nama seperti Asus, Xiaomi, Honor, Nubia – untuk berbondong-bondong menyediakan perangkat serupa.

Umur Razer Phone belum genap satu tahun, namun perusahaan gaming gear pimpinan Min-Liang Tan itu diketahui sedang menyiapkan penerusnya. Berdasarkan laporan pemasukan terkini, Razer mengonfirmasi bahwa mereka memfokuskan sumber dayanya untuk mengembangkan Razer Phone generasi kedua. Menurut produsen, hal tersebut didorong oleh kesuksesan debut mereka di ranah perang bergerak beberapa bulan silam.

“Dengan peluncuran Razer Phone di akhir 2017, kami segera dikenal oleh seisi industri sebagai nama pertama yang berupaya memenuhi permintaan perangkat bergerak khusus gaming,” tutur Razer. “Langkah kami tersebut memunculkan kategori produk baru di segmen ini.”

Buat mendukung Razer Phone generasi kedua, produsen juga berencana untuk mengembangkan bagian software lebih jauh lagi. Piranti lunak tersebut kabarnya merupakan ‘ekspansi dari software serta layanan Razer di platform PC’. Razer belum menjelaskan detailnya lebih rinci, namun kita tahu mereka sudah lama mengembangkan software buat menunjang produknya.

Misalnya: Synapse difokuskan pada fungsi personalisasi, memungkinkan kita menyimpan setting gaming gear di cloud, kemudian mengaksesnya ketika dibutuhkan tanpa mengulang proses kustomisasi dari nol. Chroma merupakan software pengaturan sistem RGB, mempersilakan Anda memilih jutaan warna dan mengutak-atik pola pencahayaannya. Lalu Razer Cortex sendiri ialah software untuk mengoptimalkan performa permainan.

Boleh jadi, satu atau dua fungsi di sana akan dihadirkan oleh smartphone baru Razer, dan saya penasaran apakah produsen nantinya turut menerapkan RGB di perangkat tersebut seperti pada laptop gaming-nya.

Buat sekarang, hampir tidak ada yang diketahui mengenai Razer Phone next-gen, baik dari sisi spesifikasi, penampilan, dan waktu ketersediaan. Selain itu, terbuka peluang cukup besar bagi Razer untuk memberinya nama baru dan bukan sekadar menyebutnya Razer Phone 2. Sebagai produk flagship, tidak mengherankan jika produsen membekalinya dengan chip mobile high-end (seperti Snapdragon 845) serta desain baru (Razer Phone first-gen punya bezel yang tebal).

Razer Phone diumumkan di awal bulan November 2017 dan mulai tersedia kurang lebih dua minggu setelahnya. Siapa tahu perusahaan akan memperkenalkan penerusnya di periode yang sama di tahun ini…

Via 9To5Google.

Razer Jelaskan Alasan Mereka Tak Membubuhkan Port Audio di Razer Phone

iPhone 7 bukanlah smartphone pertama yang tak disertai jack audio – LeEco telah lebih dulu menyingkirkan bagian itu saat menawarkan Le 2. Menurut Apple sendiri, jenis konektivitas fisik ini sudah usang. Dan meski mendapatkan kritik dan sindiran dari sejumlah pihak, beberapa produsen ternama malah mengikuti langkah tersebut, beberapa contohnya adalah Google lewat Pixel 2 dan Razer di smartphone pertamanya.

Keputusan Razer buat tidak menyertakan port audio 3,5mm di Razer Phone memang terasa mengherankan mengingat perangkat ini dibekali kemampuan output suara kelas audiophile. Sebagai jalan keluarnya, sang perusahaan gaming gear itu memperkenalkan earphone  Razer Hammerhead USB-C belum lama ini. Namun mungkin Anda penasaran mengapa dari awal Razer tidak membubuhkan headphone jack di sana.

Lewat Facebook, CEO Min-Liang Tan akhirnya buka suara soal absennya konektivitas tersebut di Razer Phone. Alasannya terkait aspek teknis. Ia menjelaskan bahwa dengan menghilangkan headphone jack, timnya bisa menambah kapasitas baterai secara signifikan. Menurut perkiraannya, ukuran baterai jadi naik 500mAh lebih besar. Dan berkat ruang yang lebih lapang, Razer juga dapat menyempurnakan sistem thermal.

Razer Phone dibekali oleh baterai 4.000mAh, secara teori menempatkan daya tahan baterainya di atas perangkat-perangkat bergerak high-end brand lain (meski mAh/miliampere hour sendiri seebetulnya bukanlah unit satuan energi). Sebagai komparasi, Galaxy S8 menyimpan baterai 3.000mAh, sama seperti Moto Z2, lalu iPhone X ditenagai unit baterai 2716mAh.

Selain baterai dan sistem thermal, ketiadaan port 3,5mm juga memungkinan Razer membubuhkan DAC adapter 24-bit bersertifikasi THX sehingga smartphone sanggup menghidangkan musik di level audiophile. Itu artinya, pengguna jadi bisa memanfaatkan headphone-headphone dengan kualitas audio yang lebih baik lagi.

Seperti di sejumlah produk flagship, Razer Phone turut dibundel bersama dongle adaptor USB type-C ke port headphone 3,5mm. Menambahkan dongle ke handset mungkin bukanlah metode favorit semua orang, namun solusi ini menjaga agar smartphone bisa tetap siap mendukung headphone/earphone analog third-party.

Sebagai alternatifnya – terutama jika konsumen bersikeras untuk memasangkan Razer Phone secara eksklusif dengan aksesori Razer – sang produsen telah menyiapkan earphone Hammerhead USB-C serta Hammerhead Bluetooth. Keduanya bisa segera langsung bekerja tanpa memerlukan proses instalasi software, masing-masing dibanderol seharga US$ 80 dan US$ 100.

Via Android Authority & Trusted Reviews.

Razer Phone Meluncur di Singapura, Fitur Kamera Baru Akan Hadir

Bulan November ini menandai dimulainya kiprah Razer di ranah penyediaan smartphone melalui menyingkapan Razer Phone. Ia memang bukanlah perangkat bergerak paling canggih atau sempurna, namun banyak orang mulai menyadari bahwa Razer Phone memiliki sejumlah keunggulan dibanding handset flagship lain: refresh rate layarnya 120Hz, menyimpan RAM 8GB, dan harganya relatif lebih murah.

Pertanyaan terbesar para gamer Indonesia kini ialah, mungkinkah Razer Phone dapat tersedia secara resmi di tanah air? Kita hanya bisa menunggu. Yang jelas, tiga minggu selepas pengungkapannya, smartphone perdana Razer itu akhirnya melangsungkan pendaratan di Asia Tenggara dengan Singapura sebagai negara pertama di kawasan ini yang ia sambangi.

Momen tersebut diresmikan langsung oleh CEO Razer Min-Liang Tan di panggung Singtel (Singapore Telecommunications) dalam event Sitex 2017 – dilaksanakan hingga hari Minggu besok. Para pengunjung sudah bisa melakukan pre-order melalui Singtel, yang memperoleh kesempatan bermitra secara eksklusif bersama Razer. Setelah mendaftar, konsumen akan dikirimkan notifikasi kurang lebih seminggu untuk mengambil unit Razer Phone-nya.

Di sana, sang CEO menjelaskan sedikit alasan mereka menghadirkan Razer Phone di Asia Tenggara, “Meskipun biasanya kami memusatkan perhatian di pasar Amerika Serikat dan Eropa, kami berhasil mendapatkan partner sempurna untuk merilis Razer Phone di Asia. Saat ini permintaan terhadap Razer Phone sangat tinggi, dan kami harap kami bisa memenuhi tuntutan itu secepat mungkin.”

Di Singapura, Razer Phone dibanderol SG$ 598 (sekitar Rp 6 juta) dengan kontrak paket Singtel Combo 2 plus biaya berlangganan perbulan SG$ 42,9 (Rp 430 ribu) atau bisa dibeli tanpa kontrak seharga SG$ 1.068 (Rp 10,7 juta). Produk kabarnya akan tersedia di situs online Singapura mulai tanggal 1 Desember.

Itu berarti para pemilik Razer Phone di Singapura kemungkinan dapat segera menikmati fitur kamera baru yang akan diluncurkan dalam waktu dekat. Pada tanggal 22 November kemarin, Min-Liang Tan mengungkap rencana buat membubuhkan tombol instazoom (segera mengaktifkan fungsi pembesaran via lensa telephoto) dan menambahkan kemampuan perekaman video slow motion hingga empat kali.

Selain itu, Razer juga akan memperbaiki kecepatan shutter serta performa fotografi kamera di kondisi temaram. Lalu lewat update ke Android Oreo di triwulan pertama 2018 nanti, Razer Phone juga akan kedatangan mode foto portrait dan perekaman video di 60-frame rate per detik.

Sumber: Straits Times & Android Authority.

Razer Akan Ungkap Smartphone Gaming-nya Awal Bulan Depan?

Besarnya godaan mobile gaming mendorong para raksasa teknologi dari beragam bidang untuk turut berkecimpung di sana. Kita tahu Motorola mulai serius dengan ranah tersebut melalui penyediaan Moto Gamepad, dan bahkan produsen gaming gear seperti Razer pun secara terang-terangan menyampaikan niatan mereka untuk menggarap smartphone gaming.

Minggu lalu, Razer sempat memberikan sebuah teaser menarik. Tom Moss selaku senior vice president Razer memublikasikan fotonya bersama CEO Min-Liang Tan di Twitter. Jika diperhatian lebih teliti, sang CEO terlihat sedang mengantongi sebuah perangkat mungil dengan logo khas Razer di saku celanya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa proyek pengembangan smartphone Razer pelan-pelan mulai rampung.

Smartphone Razer 2

Isyarat lain mengenai kesiapan Razer menginvasi segmen perangkat bergerak kembali muncul melalui Twitter resmi mereka. Di sana, perusahaan periferal gaming yang bermarkaskan di San Francisco itu mengungkap agenda untuk mengadakan ‘pengumuman terbesar’ pada tanggal 1 November. Ada besar kemungkinan, Razer akan memanfaatkan momen itu untuk memperkenalkan smartphone barunya.

Gelagat Razer untuk menciptakan smartphone-nya sendiri terlihat sejak mereka mengakuisisi Nextbit bulan Januari silam. Hal yang membuat smartphone Nextbit Robin berbeda adalah penawaran ‘storage tanpa batas’ berbekal cloud. Tapi jika smartphone Razer difokuskan pada gaming, maka produsen kemungkinan mencurahkan perhatian mereka pada komposisi hardware, layar dan penampilan khas gaming.

Sejauh ini, Razer sama sekali belum melepas detail apapun mengenai smartphone-nya, baik desain maupun spesifikasi. Satu hal yang mungkin bisa dipastikan ialah, perangkat tersebut mengusung kombinasi warna khas Razer: tubuh hitam dan hijau pada logo. Tentu saja, tak menutup kemungkinan produsen nantinya akan menyediakan pilihan warna lain.

Lalu jika smartphone itu memang ditujukan buat gamer hardcore, ada peluang penyajiannya sedikit berbeda dari perangkat bergerak biasa. Selain mampu menjalankan permainan-permainan mobile dengan grafis yang menawan, bayangkan jika device juga mampu men-stream konten gaming PC, sehingga Anda dapat menikmatinya sambil berbaring di sofa ruang keluarga.

Reuters sempat melaporkan bahwa Razer membutuhkan modal yang substansial untuk menapaki ranah mobile. Perusahaan memang belum mengonfirmasi  jumlahnya secara spesifik, namun Razer menyebutkan angka antara US$ 3 hingga US$ 5 miliar.

Min-Liang Tan tampak yakin dengan keputusan tersebut karena menurutnya, Razer sudah terbiasa mengusik industri teknologi sejak era notebook gaming generasi pertama.

Via 9to5Google.

CEO Min-Liang Tan Membenarkan Bahwa Razer Sedang Menggarap Smartphone Gaming

Ketertarikan Razer terhadap ranah gaming on-the-go sudah lama terlihat. Di CES 2011, perusahaan periferal gaming itu memperkenalkan purwarupa console portable Switchblade, disusul peluncuran tablet gaming Razer Edge di ajang yang sama dua tahun setelahnya. Namun keseriusan Razer dalam menyelami segmen ini baru benar-benar terlihat di awal 2017, saat mereka mengakuisisi Nextbit.

Di bulan Juli kemarin, muncul lagi sebuah info yang memperkuat rumor itu. Berdasarkan laporan narasumber terpercaya pada Bloomberg, Razer kabarnya tengah menggarap smartphone atau tablet khusus gamer hardcore. Dan akhirnya di minggu lalu, CEO Min-Liang Tan buka suara terkait desas-desus tersebut: kepada CNBC Managing Asia, ia mengonfirmasi bahwa memang benar Razer lagi mengembangkan perangkat bergerak spesialis gaming.

“Salah satu rumor terpanas terkait Razer adalah upaya pengembangan perangkat bergerak,” tutur Tan. “Dan saya hanya bisa bilang bahwa kami sedang mendesain sebuah perangkat portable yang dikhususkan bagi gamer serta fungsi hiburan. Kami berharap produk baru tersebut dapat mulai dipasarkan di penghujung tahun nanti.”

Meskipun Razer terlihat tidak berniat meninggalkan segmen periferal gaming, mobile sepertinya akan jadi fokus mereka selanjutnya. Perusahaan tersebut sudah lama mempertimbangkan buat masuk ke sana, dan mereka menyadari, ada banyak pengguna setia aksesori Razer yang ternyata juga antusias terhadap mobile gaming. Akhirnya, Tan dan timnya memutuskan untuk mengambil beberapa ‘langkah strategis’.

Min-Liang Tan mengungkapkan bagaimana Razer tidak segan untuk menginvestasikan modal besar buat melakukan riset dan pengembangan. Dan melihat reputasi mereka, brand ini cukup sering mengusik industri teknologi. Sang CEO menjelaskan, “Kami-lah yang pertama menciptakan laptop gaming sejati, kemudian kami juga telah menyediakan salah satu platform software terbesar untuk para gamer.”

Walau Tan belum mengabarkan secara rinci jumlah modal yang Razer perlukan untuk masuk ke ranah perangkat bergerak, ia mengonfirmasi nilainya ‘cukup substansial’. Via Reuters, Razer sempat menyampaikan bahwa mereka mempertimbangkan angka US$ 3 sampai US$ 5 miliar.

Kurang lebih separuh pemasukan dari penjualan produk gaming Razer berasal dari wilayah Amerika Serikat, tapi produsen juga punya rencana buat memperluas pengaruhnya di kawasan Tiongkok. Brand Razer sendiri sudah dikenal konsumen di negara itu lewat eSport, dan sejauh ini, mereka sangat sukses. Sebagai buktinya, perangkat-perangkat garapan Razer menjadi produk nomor satu di sejumlah marketplace seperti JD dan T-Mall.

Sumber: CNBC.

Headphone Gaming Flagship Razer Baru Ini Buat Medan Tempur Digital Terasa Nyata

Dengan mengedepankan aspek kenyamanan dan desain, Razer memperkenalkan headphone Tiamat 7.1 di tahun 2012. Setelah mencobanya, komentar para reviewer terdengar senada: untuk produk yang dijajakan di harga tinggi, kualitas suaranya masih bisa ditingkatkan lagi. Mungkin itulah hal yang memotivasi Razer memperkenalkan penerusnya lima tahun kemudian.

Pada tanggal 25 Juli 2017 kemarin, produsen gaming gear yang dinahkodai CEO Min-Liang Tan itu memperkenalkan inkarnasi terbaru dari headphone kelas flagship mereka. Razer menamainya Tiamat 7.1 V2. Lewat produk premium ini, mereka menjanjikan pengalaman audio surround 7.1 berbekal tak kurang dari 10 driver untuk membawa Anda masuk ke dunia virtual lebih jauh lagi.

Razer Tiamat 7.1 V2 3

Razer Tiamat 7.1 V2 memiliki penampilan hampir identik seperti pendahulunya. Earcup mengusung desain persegi yang ergonomis, dimaksudkan agar dapat merangkul seluruh permukaan telinga. Sekali lagi, kenyamanan jadi perhatian utama Razer. Pertama, produsen memanfaatkan headband lentur sekunder ala SteelSeries Siberia V2 agar headset lebih fleksibel sekaligus memastikan distribusi tekanan ke kepala lebih merata. Kedua, Razer menggunakan bantalan empuk berlapis kulit sintetis, berguna pula buat mengisolasi suara.

Razer Tiamat 7.1 V2 2

Earcup mempunyai jendela transparan, dan dari sana, Anda bisa melihat bagaimana Razer menjejalkan lima buah driver di masing-masing bagian demi menghidangkan soundstage yang lebih baik. Setup-nya terdiri dari subwoofer 40mm, dua driver depan 30mm, serta driver tengah dan belakang sebesar 20mm. Buat menonjolkan setup tersebut secara visual, Razer mengintegrasikan sistem pencahayaan Chroma ke bagian dalam earcup, dan mempersilakan Anda mengustomisasinya dengan pilihan 16,8 juta warna.

Razer Tiamat 7.1 V2 4

Driver-driver itu bekerja secara kompak sehingga pengguna bisa benar-benar tahu secara akurat dari mana arah datangnya suara – sangat membantu dalam pertandingan kompetitif. Razer tak lupa menyediakan Audio Control Unit versi baru. Modul terpisah ini dirancang buat memudahkan pengaturan volume dan memilih mode output – 7.1 atau stereo. Audio Contro Unit juga dibekali fitur pass-through, memungkinkan kita men-switch setup dari headset ke speaker eksternal via satu sentuhan pada tombol.

Razer Tiamat 7.1 V2 1

Gamer saat ini sangat mengandalkan audio untuk mendeteksi posisi. Mendengar arah langkah kaki dan suara tembakan sangat krusial bagi kemenangan,” kata Min-Liang Tan di rilis pers. “Berkat kehadiran lima driver di masing-masing earcup, Razer Tiamat 7.1 V2 mampu menunjukkan sumber suara secara akurat, sangat berguna dalam pertandingan FPS atau ketika Anda hanya ingin sekedar menikmati soundstage masif dalam permainan.”

Razer Tiamat 7.1 sudah mulai dijual di Razer Store, dibanderol di harga US$ 200.

Sumber: RazerZone.com.

Indikasi Razer Sedang Menggarap Smartphone Semakin Kuat

Dalam wawancaranya bersama South China Morning Post di pembukaan Razer Store Hong Kong bulan lalu, CEO Min-liang Tan menuturkan keinginan Razer untuk menyediakan platform ideal buat tempat menikmati permainan-permainan mobile serta agenda ‘mengganggu pasar’. Hal ini memperkuat prediksi orang mengenai rencana Razer berkecimpung di ranah perangkat bergerak.

Anggapan tersebut mulai muncul setelah sang perusahaan periferal gaming ternama itu mengakuisi Nextbit, perusahaan startup dan produsen handset Robin, di akhir bulan Januari 2017 silam. Dan berdasarkan bocoran narasumber terpercaya pada Bloomberg belum lama ini, Razer dikonfirmasi sedang menggarap smartphone, didanai oleh pemasukan yang mereka dapatkan dari penjualan gaming gear.

Buat sekarang, detail mengenai produk masih sangat minim. Sang informan hanya bilang bahwa ‘Razer saat ini sedang mengembangkan perangkat bergerak yang ditujukan bagi gamer hardcore sebagai konsumen utama mereka’. Untuk melakukannya, Razer kabarnya membutuhkan modal antara US$ 3 sampai US$ US$ 5 miliar. Selanjutnya, device itu akan ‘didaftarkan’ pada bulan Oktober 2017 nanti.

Razer memanfaatkan toko pertama di Hong Kong sebagai lokasi pendaratan pertama, agar mereka bisa lebih leluasa melebarkan jaringnya di kawasan Tiongkok. Perusahaan ini melirik potensi pemasukan yang sangat besar di sana, nilainya mencapai US$ 25 miliar. Razer kini sudah mulai memasarkan produk-produk mereka lewat raksasa-raksasa eCommerce semisal JD.com dan Alibaba. Berbicara mengenai modal, Razer didukung oleh beberapa nama besar seperti Intel dan Temasek Holdings Pte.

Walaupun sangat potensial, belum ada tanda-tanda Razer ingin mengubah fokusnya ke produksi smartphone. Gaming gear masih jadi perhatian utama mereka, dan Razer baru memperoleh pencapaian penting: selama tiga tahun ke belakang ini, perusahaan berhasil menjual aksesori gaming dengan nilai total mencapai US$ 1 miliar.

Tak cuma aksesori gaming, Razer juga mensponsori lebih dari 300 atlet eSport, dan dikabarkan sedang membangun platform software yang bisa menyambungkan dan meluncurkan permainan untuk 35 juta user di komunitas Razer. Selain itu, tim tengah mengembangkan mata uang virtual bernama zGold buat mendukungnya.

Jika memang benar Razer berkeinginan untuk menggarap smartphone, langkah ini sama sekali tidak mengherankan. Kehadiran brand Razer di ranah mobile sudah pasti akan mencuri perhatian gamer, lalu kepopularitasan eSport di smartphone juga sedang meroket. Pertanyaannya, produk seperti apa yang akan Razer perkenalkan? Apakah handset kelas flagship, atau perangkat yang lebih terjangkau?

Gambar header: Razer Zone.

Razer Akuisisi Produsen Smartphone Robin, Nextbit

Ada sejumlah hal yang membuat Nextbit Robin lebih istimewa dari smartphone lain. Pertama, device Android ini terlahir berkat kesuksesan kampanye crowdfunding di Kickstarter, mengumpulkan modal US$ 1 juta lebih hanya dalam dua minggu. Kedua, Robin mengintegrasikan memori internal 32GB dengan cloud storage 100GB, sebuah jawaban atas kendala keterbatasan penyimpanan handset.

Perjalanan tampaknya cukup mulus bagi startup yang didirikan oleh mantan kepala pengembagan bisnis Android, teknisi software Android, dan desainer HTC itu. Namun sebuah berita mengejutkan terdengar di penghujung bulan ini. Lewat press release, perusahaan ternama di bidang gaming gear Razer Inc. mengumumkan telah mengakuisisi mayoritas aset dari Nextbit System, termasuk tim manajemen dan para karyawannya.

Razer belum memberi tahu  nilai dari transaksi pembelian tersebut, tapi kabarnya proses negosiasi sudah rampung sejak awal Januari 2017. Akuisisi ini juga memperlihatkan kekuatan finansial perusahaan pimpinan Min-Liang Tan itu, setelah sebelumnya mereka membeli THX di bulan Oktober 2016. Menariknya lagi, Razer juga menerapkan kebijakan serupa buat Nextbit.

Seperti THX, Nextbit tetap dipersilakan berbisnis layaknya perusahaan independen, beroperasi sebagai ‘unit mandiri’ dengan tim manajemennya sendiri dan terpisah dari ranah bisnis perusahaan induk. Dan para pemilik Robin juga tidak perlu cemas karena Nextbit akan terus menyediakan layanan purna jual serta mengimplementasikan pembaruan software ke smartphone mereka.

Min-Liang Tan menjelaskan hal yang memotivasi mereka untuk merangkul startup perangkat bergerak tersebut, “Nextbit adalah salah satu perusahaan paling menarik di segmen mobile. Razer sendiri punya reputasi dalam ‘mengganggu’ industri dengan teknologi baru serta inovasi yang memungkinkan kami mendominasi bidang periferal dan laptop. Dengan bergabungnya talenta Nextbit ke tim kami, Razer bisa melancarkan lebih banyak ‘gangguan’ serta memperluas bisnis ke area-area baru.”

Nextbit Robin

Co-founder dan CEO Nextbit Tom Moss turut mengungkap alasan mereka memutuskan buat bergabung bersama Razer. Menurut Moss, langkah ini merupakan cara Nextbit menjangkau lebih banyak konsumen dan meneruskan misinya. Nextbit juga merasa beruntung mereka telah menemukan perusahaan seperti Razer yang menghargai upaya dalam mendorong batasan dari kemampuan perangkat bergerak.

Razer tetap akan menggunakan branding Robin di produk Nextbit selanjutnya, namun Moss dan timnya belum punya agenda untuk menyiapkan penerus smartphone perdana mereka itu. Robin sendiri rencananya akan mendapatkan update Android 7.0 Nougat di kuartal pertama 2017.

Via CNET.