Sebelum Membeli, Simak Dulu Pendapat Reviewer Mengenai Middle-earth: Shadow of War

Middle-earth: Shadow of Mordor merupakan kejutan tak terduga di tahun 2014 sekaligus bukti bahwa tak selamanya game adaptasi dari film berakhir mengecewakan. Permainan dibekali fitur unik bernama Nemesis System, menyuguhkan sensasi perburuan musuh yang seru dan dinamis. Fitur ini kabarnya disempurnakan lagi dalam sekuelnya, Shadow of War, bersama dengan update pada grafis dan sistem pertempuran.

Shadow of War memang baru akan dirilis pada tanggal 10 Oktober nanti, tapi media-media yang sudah mencobanya telah memublikasikan review mereka. Jika Anda kebetulan punya rencana untuk membelinya, sebaiknya Anda menyimak rangkuman ulasan ini lebih dulu

Mari kita mulai dari review dengan skor terendah: 7/10 dari GameSpot. Salah satu hal yang paling di kritik Justin Haywald ialah store, tempat Anda bisa menukarkan uang sungguhan buat membeli loot box. Bagian ini tidak perlu ada dan malah menodai penyajian konten permainan yang sebetulnya sangat menyenangkan dan mengagumkan, karena hanya di Shadow of War Anda bisa merasakan kisah berbeda di jagat Middle-earth.

Andy Kelly dari PC Gamer memberikan nilai hampir serupa GameSpot, hanya 7,3. Menurutnya, potensi Shadow of War buat bersinar ditutupi oleh sejumlah masalah: terlalu banyak menu memenuhi layar, terlalu banyak fitur-fitur setengah matang, lalu bagian map ‘dikotori’ beragam icon hingga sulit untuk menikmati ceritanya. PC Gamer mengerti developer ingin membuat Shadow of War lebih besar, tapi lebih besar belum tentu lebih baik.

Respons yang lebih positif diungkapkan oleh IGN. Reviewer membandingkan game ini dengan Batman: Arkham City. Shadow of War terasa lebih besar serta ambisius, dan IGN memuji bagaimana Monolith mengekspansi Nemesis System sehingga karakter-karakter sekunder lebih menonjol serta membuat pertempuran jadi tak terlupakan. IGN menyodorkan skor 90 dan meminta Anda untuk mengabaikan microtransaction-nya.

GamesRadar juga punya pendapat senada dan menghadiahkan nilai 4,5/5 bintang. Bagi sang pengulas, Middle-earth: Shadow of War menghidangkan pengalaman bermain yang masif dan kaya. Dunia permainan diisi oleh lokasi-lokasi yang bervariasi, lalu bertarung melawan anak buah Sauron selalu terasa menyenangkan. Reviewer menjumpai sensasi Assassin’s Creed di sana, menyajikan menara-menara untuk dipanjat serta item-item buat Anda koleksi.

Dalam ulasan dengan skor 7,5, Polygon mengakui bahwa Shadow of War adalah game yang luar biasa, terutama pada ambisi developer memastikannya kaya akan konten dan pada aspek kompleksitasnya. Namun permainan juga terasa berantakan. Polygon menjelaskan, luapan konten membuat mereka kewalahan dan kelelahan. Kemudian, ketidaksempurnaan pada sejumlah fitur menyebabkan sekuel ini terkesan belum matang.

Di situs agregat review  OpenCritic, Middle-earth: Shadow of Mordor memperoleh skor rata-rata sementara 84.

Shadow of War Tampilkan Sisi Kelam Dari Dunia Fantasi Kreasi JRR Tolkien

Berakhirnya petualangan ‘Sembilan Pembawa Cincin’ dan hancurnya Sauron tidak menghentikan orang untuk menggali dunia fantasi Middle-earth lebih dalam. Selain trilogi film The Hobbit, Tolkien Estate belum lama ini juga melepas novel Beren and Luthien, mengisahkan dua karakter yang menjadi fokus di salah satu bab di buku The Silmarillion.

Dunia fantasi kreasi JRR Tolkien itu juga sering diadaptasi ke medium video game, dan di sana, developer bisa lebih leluasa berkarya. Lewat Middle-earth: Shadow of Mordor, Warner Bros. Interactive Entertainment mencoba mengisi kekosongan antara The Hobbit dan trilogi The Lord of the Rings dengan kisah balas dendam. Dan di sekuelnya, Shadow of War, tim pengembang mengekspos sisi kelam dunia itu lebih jauh lagi.

Seperti game sebelumnya, Shadow of War akan kembali mempertemukan Anda dengan tokoh-tokoh legendaris di Middle-earth (misalnya Gollum dan Sauron di Shadow of Mordor). Dan di permainan baru itu, Talion dan Celebrimbor akan berhadapan dengan satu karakter berbahaya yang sempat mengancam nyawa Sam dan Frodo dalam perjalanan mereka menghancurkan One Ring: Shelob.

Menariknya, Shelob di Middle-earth: Shadow of War tidak sekedar diperlihatkan sebagai laba-laba raksasa menakutkan. Lewat trailer, Warner Bros. menampilkan sisi berbeda dari Shelob, dimunculkan dalam wujud wanita. Dari keterangan publisher, Shelob akan memegang peranan penting di permainan, namun pertanyaannya, apakah ia betul-betul bisa dipercaya?

Shadow of War lagi-lagi menyuguhkan formula open-world, dan Anda akan kembali bermain sebagai Talion dalam perjalanannya menghentikan Sauron. Di petualangannya itu, Talion ditemani oleh ruh bangsawan elf Celebrimbor – sosok yang bertanggungjawab menciptakan tiga Elven Ring of Power. Celebrimbor tewas di tangan Sauron, namun ia menolak buat beristirahat dengan damai sebelum sang penguasa kegelapan berhasil dikalahkan.

Di sana, Monolith menyempurnakan dan mengekspansi sistem Nemesis, memungkinkan Talion mengumpulkan pasukan yang terdiri dari orc, troll dan Uruk-hai. Sebagai Talion, Anda dapat berinteraksi dengan mereka, dan karena sistem tersebut didesain non-linear, pengalaman Shadow of War jadi berbeda-beda bagi tiap pemain. Tim developer juga memodifikasi gameplay hack and slash tradisional, memadukannya bersama elemen role-playing.

Middle-earth: Shadow of War rencananya akan dirilis pada tanggal 10 Oktober 2017 di PC, Xbox One dan PlayStation 4 secara bersamaan. Warner Bros. menyediakan empat edisi, yaitu standar, Silver, Gold dan Mithril. Game sudah dapat di-pre-order.

Tanggal Rilis Shadow of Mordor Diumumkan, Gerbang Pre-order Turut Dibuka

Dibandingkan dengan bagaimana developer game blockbuster lain yang mempublikasikan karya mereka jauh-jauh hari sebelum tanggal rilis, Middle-earth: Shadow of Mordor adalah judul permainan yang misterius. Game ini baru mendapatkan sorotan di awal 2014 saat developer Monolith merilis beberapa screenshot dan video gameplay. Continue reading Tanggal Rilis Shadow of Mordor Diumumkan, Gerbang Pre-order Turut Dibuka

Shadow of Mordor, The Lord of the Rings a la Assassin’s Creed

Seorang dramawan asal Amerika, Wilson Mizner, pernah berkata, “Jika Anda mengambil ide dari satu sumber, maka Anda ialah seorang plagiat. Tapi jika Anda mengambil ide dari beberapa sumber berbeda, yang Anda lakukan itu adalah riset.” Memang terasa cukup ironis, namun bukankah hal tersebut banyak terjadi di zaman modern ini, baik pada karya literatur hingga karya digital seperti film dan game? Continue reading Shadow of Mordor, The Lord of the Rings a la Assassin’s Creed