[Opini] Melihat Lebih Jauh tentang Polemik MPL ID Season 4

Belakangan ini memang muncul sebuah polemik baru di industri/ekosistem esports Indonesia. Polemik itu adalah soal sistem liga franchise dari MPL ID Season 4 (S4) yang diterapkan Moonton di esports Indonesia.

Berhubung akan terlalu panjang jika harus menjelaskan sistem franchise ini, Anda bisa membaca dulu artikel yang telah kami rilis sebelumnya: Mengupas Seputar Liga Esports Berbayar, Sistem Liga Franchise.

Saya rasa saya tak perlu panjang lebar juga menjelaskan soal pro kontranya, karena Anda bisa menemukannya di media game lainnya. Di sini, saya hanya ingin menuangkan pendapat saya tentang sistem franchising esports yang diterapkan untuk MPL ID S4.

Jadi, langsung saja kita masuk ke topik pembahasannya.

Keuntungan adalah motivasi utama sebuah industri tetap berjalan

Faktanya, esports adalah sebuah bentuk industri. Berarti, esports haruslah memberikan keuntungan buat para pelakunya; termasuk tim, EO, player, talent, media, sampai publisher-nya.

Sistem franchising liga yang diterapkan ini adalah salah satu cara para pelaku esports mendapatkan keuntungan. Tim esports ataupun event organizer memang sudah terlihat jelas dari mana asal pendapatan dan keuntungannya. Namun bagaimana dengan publisher/developer game-nya?

Game Free-to-Play seperti Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) memang punya sistem bisnis micro-transaction (in-app purchase) namun saya kira itu beda urusan dan beda kebutuhan dengan esports-nya. Setidaknya, mereka juga butuh orang-orang baru yang khusus menggarap esports. Sumber Daya Manusia (SDM) orang-orang esports ini juga tentunya butuh kapasitas dan kemampuan yang berbeda dengan yang berperan sebagai publisher/developer game.

Itu tadi masih soal kebutuhan SDM. Masih banyak lagi kebutuhan soal esports yang butuh dana besar agar dapat berjalan dengan baik.

Kemenangan ONIC di MPL ID S3
Kemenangan ONIC Esports di MPL ID S3

Untuk apa publisher game menggarap esports jika mereka tidak diuntungkan? Justru saya malah lebih takut jika Moonton tak bisa mendapatkan keuntungan dari esports Indonesia dari tahun ke tahun. Karena mereka bisa saja jera dan berhenti fokus pada esports.

Ingat Vainglory…?

Saya sudah berkarier di industri game Indonesia sejak 2008. Jadi, saya juga sudah melihat masa kejayaan ataupun kemelorotan sejumlah publisher game di Indonesia. Kawan-kawan saya yang tadinya bekerja untuk publisher-publisher tersebut pun akhirnya harus rela kehilangan pekerjaan karena perusahaannya tak mampu menemukan cara baru untuk terus meraih laba.

Sistem liga berbayar adalah salah satu cara saja untuk mendapatkan keuntungan dari esports. Kita bisa lihat ada strategi lain yang digunakan namun tujuannya tetap sama: profit!

Buat yang tahu Dota 2, Anda seharusnya tahu apa itu The International (TI). Kenapa Valve rajin sekali mengadakan TI setiap tahun? Salah satunya saya yakin karena keuntungan besar yang mereka dapatkan dari penjualan Battle Pass untuk setiap TI.

Sumber: Dota 2
Sumber: Dota 2

Tahukah Anda bahwa total hadiah (prize pool) untuk setiap TI itu hanya 25% dari total penjualan Battle Pass? Hitungan kasarnya, jika ada tambahan prize pool sebesar US$25 juta untuk TI, nilai total pendapatan Valve dari Battle Pass adalah US$100 juta. Lalu di mana uang sisanya yang senilai US$75 juta? Sebagian tentunya digunakan untuk menggelar event megah tadi namun sebagian juga jadi keuntungan untuk Valve.

Sekali lagi, ini industri. Bagaimanapun juga keuntungan (laba) perusahaan adalah salah satu tolak ukur paling penting dalam mengukur keberhasilan setiap pelaku industri; lebih penting daripada sekadar popularitas atau jumlah penggunanya.

Selain itu, andaikan Moonton dan para pelaku yang terlibat dengan MPL ID S4 sukses besar, cerita ini bisa (dan mungkin harus dipastikan) terdengar di industri esports dunia. Jika Moonton benar-benar dapat meraih keuntungan besar dari esports Indonesia, saya yakin banyak publisher/developer di luar sana yang ikut tertarik menggarap esports tanah air. Semut mana yang tidak akan mendatangi tempat gula berada?

Faktanya, pasar esports Indonesia dilihat tidak menguntungkan buat para developer/publisher internasional; makanya tidak pernah dilirik karena pasarnya dianggap punya daya beli yang rendah. Sepanjang karier saya sampai hari ini, saya belum pernah dengar ada kabar bahwa Valve, Blizzard, EA, dan raksasa-raksasa publisher/developer lain mau mendirikan kantor dan serius menggarap pasar di Indonesia.

Jika berkaca dari sejarah, cerita sukses industri game sebenarnya pernah terjadi di Indonesia. Saya masih ingat betul tahun 2009, saat Point Blank (PB) sukses meraih untung besar dari pasar gamer Indonesia. Buktinya, setelah PB, jadi banyak publisherpublisher Korsel lain yang masuk Indonesia karena tergiur dengan keuntungan yang bisa mereka raih.

RRQ.O2 as MPL ID S2 champion. Source: MLBB
RRQ.O2 as MPL ID S2 champion. Source: MLBB

Namun demikian, cerita sukses itu hanyalah soal in-app purchase (micro transaction) dari game-game Free-to-Play; bukan soal keuntungan yang bisa diraih dari menggarap esports Indonesia. Makanya, sampai sekarang pun Indonesia sebenarnya masih jadi target pasar utama game-game buatan ataupun rilisan Korsel dan Tiongkok (meski jadi bergeser ke platform mobile).

Justru dengan sistem liga berbayar yang ingin dicoba oleh Moonton ini, menurut saya pribadi, yang sebaiknya kita lakukan sebagai bagian dari ekosistem dan industri esports tanah air adalah mendukung penuh (agar sukses), mengawasi, dan memastikan cerita sukses itu terdengar ke seluruh penjuru dunia. Dengan tujuan memancing lebih banyak pelaku esports dunia melirik pasar Indonesia.

Antara Investasi, Penjual, dan Pembeli

Jujur saja, waktu saya mendengar kabar liga berbayar ini pertama kali, saya juga cukup skeptis melihat besaran angkanya. Namun karena kebetulan saya mendapatkan banyak bocoran soal ini, saya jadi lebih optimis.

Istilah dan kerangka berpikir yang ditawarkan oleh mereka-mereka yang kontra itu memang membeli kursi agar bisa bermain di MPL ID S4. Namun faktanya tidak hanya itu, karena ada profit sharing (bagi hasil) juga yang dijanjikan. Jadi, perspektif dan terminologi yang bisa dibilang lebih optimis (positif) adalah ‘biaya investasi’.

Nah berbicara soal investasi, mereka-mereka yang memang punya pengalaman bisnis cukup lama tentu tahu bahwa tidak ada yang namanya investasi dengan resiko 0%. Semua bentuk investasi pasti punya nilai resikonya masing-masing. Bahkan beli rumah ataupun menabung di bank juga punya resikonya sendiri. Katanya, pelihara tuyul pun pasti ada resikonya… Nyahahahaha

Menurut bisikan dari rumput-rumput yang bergoyang, sudah lengkap juga 8 tim yang sudah membayar sebagian dari biaya investasi itu. Sayangnya, untuk daftar lengkap tim-timnya, kita harus menunggu pengumuman resmi dari Moonton. Walaupun, (saya kasih clue) jika Anda melihat pergolakan bursa transfer tim MLBB dan Anda cukup pintar, terlihat juga tim-tim mana saja yang sudah mempersiapkan diri.

Sumber: MPL
Sumber: MPL

Jika desahan-desahan di bawah meja yang tadi saya dengar itu benar, hal ini berarti memang nilai investasi yang disebutkan itu ada pasarnya. Jika penjual dan para pembelinya sepakat dengan harga yang ditawarkan, kenapa kita yang pihak ketiga harus protes?

Ibaratnya, sepatu itu juga ada yang harganya sampai Rp4 juta. Ada action figure yang harganya puluhan juta juga. Ada mobil yang harganya bahkan sampai milyaran. Desktop PC yang saya gunakan juga total harganya lebih dari Rp30 juta. Kalaupun Anda tidak mau/mampu membeli tawaran itu, bukan berarti Anda harus protes juga minta turunkan harga.

“Turunkan harga Bugatti Chiron jadi belasan juta Rupiah!”

Ditambah lagi, jika ada sepatu seharga Rp4 juta, bukan berarti tidak akan ada juga sepatu seharga Rp200 ribu… Saya kira Moonton juga sadar betul dengan hal ini. Dengan MPL yang pakai sistem tertutup (baca penjelasannya di artikel kami sebelumnya) dan ditujukan untuk kasta tertinggi, saya yakin akan ada turnamen-turnamen lain untuk kasta yang lebih rendah.

Sekarang juga ada 3 tingkatan turnamen resmi dari Moonton sendiri, dari MSC yang paling tinggi, MPL, sampai MIC (Mobile Legends Intercity Championship).

Apalagi, saya juga yakin para petinggi tim-tim esports yang sudah menyanggupi untuk membiayai investasi tadi juga bukan orang-orang bodoh. Mereka pasti akan aktif mengawasi dan memberikan segudang tuntutan kepada Moonton (karena posisi mereka sekarang jadi investor untuk MPL ID). Mereka juga pasti tahu butuh ajang kompetisi yang lebih rendah untuk mencari bibit-bibit baru yang disiapkan untuk regenerasi pemain-pemain lama.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Akhirnya, saya sendiri juga sebenarnya setuju dengan Yohannes Siagian, Vice President EVOS Esports, yang kami mintakan pendapatnya di artikel sistem liga franchisebahwa kita masih belum bisa melihat dampaknya positif atau negatif di Indonesia karena memang belum pernah diterapkan.

Meski begitu, saya juga melihat sistem ini juga bisa mendewasakan industri esports tanah air. Kenapa? Karena higher stakes and risks yang memaksa para pelaku industri yang terkait lebih cermat dan berhati-hati dalam mengambil keputusan.

Plus, peluang kesuksesan liga berbayar yang mungkin mampu menarik lebih banyak pelaku industri global ke Indonesia itu terlalu berharga untuk dilewatkan begitu saja…

Lebih Jauh Tentang Upaya Game.ly Meroketkan Celeb-Celeb Gaming Baru

Dari tanggal 15 Januari – 24 Februari 2019 ini, Game.ly dan Moonton menggelar satu ajang pencarian bakat streamer Mobile Legends: Bang Bang yang bernama MLBB Rising Stars. Untuk informasi lebih lengkap dari ajang tersebut, Anda bisa membacanya di artikel yang pernah kami tuliskan beberapa waktu lalu.

Karena konsepnya yang menarik, kami pun mengajak Game.ly untuk berbincang lebih lanjut tentang upaya mereka meroketkan celeb-celeb gaming baru. Kami pun berbincang langsung dengan Ryan Lymn, Vice President Game.ly tentang Game.ly dan MLBB Rising Stars.

Tentang Game.ly dan Investasi dari Google

Buat yang belum tahu, Game.ly memiliki tujuan untuk menyuguhkan platform komunitas dan hiburan buat para penggunanya. Menurut Ryan, mereka juga memberikan konten-konten unik termasuk konten dari beberapa tim esports papan atas seperti Bigetron Esports dan XcN.

Sumber: Gamely.com
Sumber: Gamely.com

Salah satu hal yang paling menarik dari Game.ly ini adalah perusahaan ini juga mendapatkan dukungan dari Google sebagai salah satu investornya. Ryan pun bercerita tentang hal ini. Menurutnya, sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, Google sebenarnya memang ingin menaruh investasi ke sebuah platform streaming yang menyasar pasar gaming. Kala itu, Twitch menjadi salah satu incaran pertama mereka. Namun demikian, Amazon sudah lebih dulu mengakuisisi Twitch.

Karena itulah, Google pun mencari partner potensial lainnya. Chu Shou, induk perusahaan Game.ly di Tiongkok, akhirnya menjadi pilihan untuk mendapatkan investasi dari Google karena platform tersebut memiliki angka DAU (Daily Active Users) yang cukup tinggi untuk pasar sana.

Kami pun berbincang lebih lanjut tentang tantangan apa saja yang dihadapi oleh Game.ly selama mereka menggarap pasar Indonesia. Ryan bercerita bahwa salah satu tantangannya adalah bagaimana menyesuaikan konten dengan budaya, norma, dan undang-undang yang berlaku di Indonesia. Pasalnya, hal-hal tadi sangat berbeda dengan yang berlaku di Tiongkok sana. Di sini, Game.ly bahkan punya satu tim sendiri yang bertugas selama 24 jam untuk mengawasi konten streaming agar layak dikonsumsi oleh generasi muda.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Meski Game.ly masih terhitung baru di Indonesia, mereka sudah menjadi sponsor untuk berbagai event kompetitif seperti MPL ID Season 2 dan 3, MSC 2018, dan ANC 2018. Mereka juga mengaku dekat dengan para publisher game lokal (Megaxus, Indofun, dkk.) ataupun publisher luar yang beroperasi di Indonesia (Moonton, Garena, Tencent, dan yang lainnya). Menariknya juga, meski memang mereka baru menjadi sponsor untuk game-game mobile, mereka tidak membatasi konten game PC ataupun console di streaming. Beberapa streamer di Game.ly juga bahkan ada yang bermain game casual ataupun horor.

Terlepas dari apapun game nya, Game.ly akan mendukung para streamer selama mereka dapat menyuguhkan konten yang menarik.

Ruang Kreatif Baru Bagi Streamer Amatir Menuju Bintang

MLBB Rising Stars ini sebenarnya seperti sebuah turnamen esports MLBB untuk kelas amatir seperti yang sudah digelar oleh kerjasama antara Smartfren, Yamisok, dan Moonton namun untuk para streamer ataupun celeb gaming. Tujuannya adalah memang memunculkan nama-nama dan potensi baru di dunia streaming game. 

Mekanisme MLBB Rising Stars. Sumber: Game.ly
Mekanisme MLBB Rising Stars. Sumber: Game.ly

Menurut Ryan, para streamer amatir ini meski punya potensi tidak bisa mendapatkan dukungan dari platform streaming yang lain. Mereka juga mungkin belum bisa mendapatkan support dari YouTube. Karena itulah, Game.ly menyuguhkan sebuah jembatan bagi para streamer baru yang ingin serius di bidang ini.

Kami pun bertanya, jika ajang ini ditujukan untuk amatir, bolehkah jika streamer YouTube yang sudah punya jutaan subscriber ikut serta? Ryan pun mengatakan boleh saja, asal mereka mau membuat akun baru. Karena, peserta yang boleh mengikuti ajang ini hanyalah mereka-mereka yang punya fans di bawah 100 saat mendaftar.

Nantinya, para pemenang di ajang ini akan dikontrak langsung oleh Game.ly dan Moonton. Bagaimana aturan main kontraknya? Ryan pun mengatakan untuk kontrak dengan Game.ly sendiri memang harus eksklusif, kecuali dengan YouTube. Jadi, mereka-mereka yang kontrak dengan Game.ly tak dapat streaming di platform lain kecuali YouTube. Sedangkan kontrak dengan Moonton berarti mereka tak boleh streaming game lain, selain MLBB.

Booth Game.ly saat di ajang MPL ID S2. Sumber: Game.ly
Booth Game.ly saat di ajang MPL ID S2. Sumber: Game.ly

Lalu streamer seperti apakah diprediksi akan jadi pemenang di kontes kali ini? Pasalnya, streamer gaming juga sebenarnya ada beberapa macam, ada yang mungkin jago bermain namun tidak hebat dalam hal komunikasi. Ada juga yang mungkin lucu dan menghibur namun tak pandai bermain game.

Ryan mengatakan prediksinya soal pemenangnya nanti adalah justru mereka yang cukup imbang antara kedua hal tadi, mampu berinteraksi dengan baik dengan para fans mereka namun juga cukup jago dalam bermain. “Kemungkinan besar, orangnya juga ganteng atau cantik.” Tutup Ryan sambil tertawa.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari MLBB Rising Stars

Duet Fabiens-Eiduart Gagal Lolos ke MPL ID S3

Tanggal 24-27 Januari 2019 kemarin, Final Qualifier MPL ID S3 akhirnya selesai dijalankan. Menariknya, ada satu tim yang dijagokan dan paling ditakuti di kualifikasi ini justru malah gagal melaju ke Regular Season MPL ID S3, turnamen paling bergengsi untuk Mobile Legends: Bang Bang (MLBB).

Tim tersebut adalah Revo. Tim ini sebelumnya dijagokan lolos karena berisikan para pemain bintang Mobile Legends yaitu Eiduart, Fabiens, Donkey, Emperor, dan Wann. Dari 5 pemain tadi, 4 pemain (kecuali Wann) sudah merasakan panasnya kompetisi MPL ID di Season 1 dan 2. Fabiens adalah salah satu pemain MLBB paling senior dari jaman MSC 2017 yang masih eksis sampai hari ini. Sedangkan Eiduart dan Donkey juga bahkan bisa dibilang termasuk icon dari esports scene MLBB Indonesia. Emperor juga tak kalah ngetop karena sebelumnya membela tim EVOS Esports.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Lucunya lagi, Fabiens, Eiduart, dan Emperor bahkan satu tim saat mereka membela Bigetron Player Kill di MPL ID S3. Namun demikian sepertinya komunikasi masih jadi tantangan tersendiri untuk tim Revo.

Dari hasil Final Qualifier kemarin, ada 6 tim yang akan melaju ke Regular Season MPL ID S3 yang bisa Anda lihat di gambar di bawah:

Sumber: MET Indonesia
Sumber: MET Indonesia

Dari semua tim yang bertanding, Aura Esports adalah tim yang paling bagus performanya saat kualifikasi tersebut. Mereka bahkan tampil tak terkalahkan dengan 8 kemenangan. Selain itu, Star8 Esports yang bahkan belum terdengar namanya sejak MPL ID S1 mampu menjuarai Grup B dengan 8 kemanangan dan 2 kekalahan.

2 tim undangan yang langsung masuk ke Final Qualifier ini karena posisi mereka di MPL ID S2, Bigetron dan SFI juga melenggang maju ke babak selanjutnya. Padahal, Bigetron Esports sendiri telah merombak total formasinya. Sedangkan SFI masih setia dengan beberapa pemain bintangnya seperti Doyok dan Ipin.

Pertarungan di Grup A pun masih seru sampai pertandingan terakhir karena SFI, XcN, The Prime mengantongi poin yang sama. Namun XcN pun akhirnya harus gugur karena ditaklukkan oleh The Prime di pertandingan terakhir dengan skor 2-1.

Hasil yang di luar dugaan ini semoga dapat terjadi lagi di Regular Season ataupun Grand Final MPL ID S3 layaknya S1 saat TEAMnxl mengalahkan EVOS Esports karena mungkin akan lebih berkesan buat para penggemar esports MLBB.

Apakah Aura Esports, Star8, The Prime, dan tim-tim yang baru kali ini masuk MPL ID bisa menghadapi gempuran tim-tim besar yang sudah lebih terbiasa merasakan panasnya persaingan di MPL seperti RRQ.O2, Aerowolf Roxy, ataupun EVOS Esports yang juga baru saja berganti formasi?

Regular Season MPL ID Season 3 akan Digelar di Studio TV

15 Januari 2018, Moonton menggelar konferensi pers untuk Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) Indonesia Season 3 di Djakarta Theater XXI. Turnamen yang menawarkan total hadiah sampai dengan US$120 ribu (atau setara dengan Rp1,7 miliar) ini telah memastikan jadwal dan sistem turnamennya.

Tahap kualifikasi online nya telah berlangsung dari tanggal 9 sampai 13 Januari 2019. Setelah tahapan tersebut, akan ada Final Qualifier yang berlangsung dari tanggal 24-27 Januari 2019. Sedangkan babak Regular Seasonnya akan digelar dari 16 Februari – 31 Maret 2019.

Sistem turnamen MPL ID S3 sendiri tak jauh berbeda dengan musim sebelumnya. Dari Online Qualifier, ada 8 tim yang akan diadu lagi di Final Qualifier bersama dengan 2 tim peringkat 7-8 di Grand Final MPL ID S2. Berikut ini adalah 10 tim yang akan bertanding di Final Qualifier (24-27 Januari 2018):

  • The Prime
  • XcN
  • Star8 Esports
  • Revo
  • Alter Ego
  • Vins
  • Aura Esports
  • Sadboys G6
  • Bigetron Esports (Direct Invite dari Grand Final MPL ID S2 – Peringkat 7)
  • SFI (Direct Invite dari Grand Final MPL ID S2 – Peringkat 8)
Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Di babak Final Qualifier yang dibagi jadi 2 grup, 3 tim tertinggi dari masing-masing grup akan melaju ke babak Regular Season bersama dengan 6 tim peringkat 1-6 di Grand Final MPL ID S2. Keenam tim yang telah menunggu di babak Regular Season adalah:

  • RRQ.O2
  • EVOS Esports
  • ONIC Esports
  • Louvre
  • Saints Indo
  • Aerowolf Roxy

Sistem pertandingan yang nantinya digunakan di Regular Season S3 juga tak jauh berbeda dengan S2. Namun demikian, karena ada 6 tim yang akan maju dari babak Final Qualifier dan 6 tim yang telah menunggu dari Direct Invite, ada total 12 tim yang akan mengikuti babak Regular Season MPL ID S3. Jumlah ini berbeda dengan yang ada di Season sebelumnya karena hanya 10 tim di Season 2 ataupun Season 1.

Selain itu, buat yang mengikuti MPL dari Season 1, ada juga perbedaan signifikan soal Direct Invite antar Season. Dari Season 1 ke Season 2,  slot Direct Invite diberikan untuk pemain misalnya dari TEAMnxl yang berubah jadi Aerowolf ataupun Elite8 yang berubah jadi SFI. Sedangkan dari Season 2 ke Season 3, slot tersebut dipegang oleh klub/organisasi karena ada 2 klub, yang sepengetahuan saya, bahkan sudah kehilangan 4 pemain (atau lebih) yang sebelumnya bermain untuk MPL ID S2 yaitu Bigetron Esports dan Saints Indo.

Lius Andre saat di konferensi pers MPL ID S3. Dokumentasi: Hybrid
Lius Andre saat di konferensi pers MPL ID S3. Dokumentasi: Hybrid

Mengenai perubahan ini, Lius Andre, Indonesian eSports Manager Moonton mengatakan dalam konferensi pers bahwa tim-tim peserta MPL sekarang sudah dijalankan secara profesional karena itulah slot diberikan kepada klub. Ia juga mengatakan bahwa MPL ingin mengadopsi sistem yang sudah lebih dahulu diterapkan di liga sepak bola.

Berbicara mengenai perubahan, buat para pemerhati industri esports Indonesia, mungkin juga menyadari ada perubahan besar dalam hal organizer. Di 2 Season sebelumnya (S1 dan S2), MPL Indonesia dijalankan oleh RevivalTV. Namun di Season 3 ini MPL akan diorganisir oleh Mineski Event Team (MET).

Keduanya sebenarnya sama-sama EO esports terbesar yang ada di Indonesia saat ini. RevivalTV punya beberapa punggawa seperti Ahmad Syandy (CEO), Irliansyah Wijanarko (CGO), ataupun Affan Edvartha (COO). Sedangkan MET juga punya segudang bintang orang-orang esports belakang layar seperti Agustian Hwang (Country Manager), Tribekti Nasima (Head of Operation), Reza Afrian Ramadhan (Head of Marketing), dan yang lainnya.

Lalu apa yang akan membedakan antara Season 3 dan Season 1-2?

Lius sempat memberikan komentarnya tentang MPL ID S3 di dalam rilis yang kami terima, “MPL Season 3 tahun ini hadir lebih besar dan spektakuler, diikuti ratusan tim terbaik dan didukung studio professional terbaik serta teknologi level broadcast yang canggih. Hal itu tentu akan membuat suasana pertandingan jauh lebih seru dari gelaran tahun sebelumnya. Kami pun sangat senang bisa meramaikan dunia esports Indonesia yang dinamis. Kami yakin bahwa penggemar di Indonesia dapat turut merasakan keseruan dari persaingan antar pemain profesional Mobile Legends: Bang Bang,

Sedangkan Agus dari MET juga memberikan pernyataan dalam rilis yang sama, “Kami bangga dapat menjadi penyelenggara turnamen liga Mobile Legends profesional terbesar di Indonesia. Dengan pengalaman menangani ratusan turnamen esports skala internasional, MET berkomitmen untuk menyajikan turnamen MPL Indonesia Season 3 yang menarik, profesional, dan menjunjung tinggi fair play. Besar harapan kami, Indonesia dikenal memiliki basis pemain Mobile Legends: Bang Bang terbesar dan MET berkomitmen untuk berusaha memberikan yang terbaik bagi para pemain yang pasti akan bersemangat untuk bangkit menghadapi tantangan di MPL.”

Reza Afrian Ramadhan. Dokumentasi: Yota Reiji
Reza Afrian Ramadhan. Dokumentasi: Yota Reiji

Dari kutipan tadi, memang tak ada jawaban tentang perbedaan kongkret seperti apa yang nanti bisa kita harapkan. Namun Reza juga sempat memberikan informasi saat ia presentasi di konferensi pers bahwa Regular Season MPL Indonesia S3 akan digelar secara tatap muka di stasiun TV dan terbuka untuk penonton sampai 150-200 orang. Hal ini sangat berbeda dengan yang sebelumnya dilakukan karena hanya 1 pertandingan di tiap minggu yang tatap muka (atau bahasa primitifnya: offline) dan tak terbuka untuk penonton.

Selain itu, adakah hal lain yang akan berbeda? Saya pun menghubungi Reza untuk berbincang lebih lanjut mengenai hal ini. Ia mengatakan bahwa gaya yang lebih profesional namun menghibur adalah yang biasa ditawarkan oleh MET. Ia juga menambahkan bahwa tujuan MET adalah, “Reinvent esport as a new media of entertainment.” Jadi, MET ingin menawarkan konsep-konsep baru sembari menaikkan standar yang sudah ada. Ia juga menambahkan bahwa MET ingin agar esports juga bisa dinikmati oleh semua orang. Ia berargumen bahwa esports sebelumnya memang sudah menghibur untuk komunitas gamer namun belum untuk semua orang.

Jawaban tadi mungkin memang masih sedikit konseptual dan pembuktiannya nanti memang hanya bisa dilihat dari seperti apa jalannya MPL ID S3 bersama MET.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jujur saja, saya pribadi memang penasaran soal apakah EO esports dapat memberikan warna yang berbeda, yang unik dari masing-masing layaknya industri kreatif lainnya. Sedangkan MPL Indonesia ini mungkin bisa menjadi proyek unik untuk melihat apakah ada perbedaan tersebut mengingat liga ini seperti sequel dari musim sebelumnya.

Jadi, MPL Indonesia Season 3 ini sebenarnya tak hanya menarik buat para fans esports MLBB yang mengikuti perjalanan tim-tim terbaik dari 2 musim sebelumnya. Namun juga untuk orang-orang belakang layar yang berkecimpung di industri esports untuk melihat seperti apa perbedaan yang mungkin terjadi dan pelajaran yang bisa dipetik.

 

Prediksi Dunia Persilatan MLBB Pasca MPL ID S2, JessNoLimit: Saya Ingin Liburan

Gelaran kompetitif Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) paling bergengsi di Indonesia, MPL Indonesia Season 2, sudah selesai dengan Rex Regum Qeon (RRQ) O2 yang keluar sebagai juaranya.

Sebelum kita membahas perkiraan bursa transfer yang terjadi pasca gelaran ini, mari kita lihat sejenak urutan juara di turnamen ini.

  1. Juara 1: Rex Regum Qeon (RRQ)
  2. Juara 2: EVOS Esports
  3. Juara 3: ONIC Esports
  4. Peringkat 4: Louvre
  5. Peringkat 5: Saints Indo
  6. Peringkat 6: Aerowolf Roxy
  7. Peringkat 7: Bigetron Esports
  8. Peringkat 8: SFI Esports

Pasca turnamen-turnamen besar, kebanyakan tim memang akan melakukan evaluasi performanya masing-masing dan bisa jadi merombak formasinya – seperti yang terjadi pasca MPL ID S1.

RRQ dan EVOS Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jika melihat performa tim dan individu di MPL ID S2, boleh dibilang hanya RRQ yang meraih hasil memuaskan; bukan hanya karena mereka juara tapi juga karena performa masing-masing pemainnya yang stabil di atas.

Baik Tuturu, Lemon, AyamJGO, AmpunOM (Instinct), dan Liam bermain cantik sepanjang musim dan di fase Grand Final. Formasi ini bahkan boleh dibilang yang terbaik dari RRQ.O2 sejak terbentuk. Jadi, kemungkinan besar, pihak manajemen RRQ tak perlu pusing merombak formasi. Para pemainnya pun juga seharusnya tak perlu mencari tempat berlabuh baru.

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Aerowolf Roxy (yang dulu menggunakan nama TEAMnxl>) juga tak mengubah formasi pemainnya pasca kemenangan mereka di Season 1.

Di posisi juara 2, EVOS Esports bisa jadi berubah formasinya pasca MPL ini. Mereka mengalami jungkir balik performanya sepanjang musim, meski memang berujung cukup positif. Di pekan-pekan awal Regular Season MPL ID S2, EVOS Esports memang boleh dibilang mengecewakan namun mereka berhasil memutarbalik kondisi dan berakhir jadi Runner Up.

Di media session EVOS Esports yang digelar saat MPL ID S2 berjalan, tim ini bercerita bahwa mereka berhasil bangkit performanya setelah fokus latihan dan mengesampingkan kesibukan mereka lainnya sebagai content creator.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Meski berhasil jadi juara 2, capaian tersebut bisa jadi tak memuaskan buat manajemen ataupun para pemainnya. Apalagi jika kita melihat Eko “Oura” Julianto yang tetap tampil memukau meski saat rekan-rekan satu timnya terpuruk saat awal-awal musim, pemain ini tentunya sangat menggoda untuk dipinang oleh banyak klub esports lainnya.

JessNoLimit sendiri juga sebenarnya berhasil mematahkan anggapan para haters-nya yang mengatakan dia cuma menang populer. Performanya sepanjang musim terakhir juga memuaskan, meski bagi saya pribadi, masih sedikit di bawah Oura tadi. Hasil performanya ini tentunya membuat banyak tim MLBB lain kebelet membawanya keluar dari EVOS Esports. Apalagi, organisasi esports mana yang akan menolak gamer paling populer di Indonesia (setidaknya sampai artikel ini ditulis) yang punya lebih dari 3 juta subscribers YouTube jika ia ingin keluar?

Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha
Dokumentasi: MPL Indonesia / Muhammad Thirafi Sidha

Saat media session kedua bersama EVOS Esports setelah mereka berhasil jadi juara 2, JessNoLimit mengatakan ingin liburan dulu saat saya tanyakan rencananya pasca MPL ID S2. Oura, Emperor, Marsha, dan IOS juga mengutarakan hal yang serupa. Mereka ingin liburan melepas penat. Namun IOS juga menambahkan, “saya akan stay di EVOS jika masih dibutuhkan.”

Melihat sejarah pasca MPL ID S1 yang kala itu EVOS juga juara 2, mereka merombak formasinya cukup drastis. Ada Donkey yang pindah ke Louvre. Sedangkan KneEr dan Oreo juga dilepas dari EVOS. Mereka pun memasukkan Marsha (dari RRQ) dan Emperor (dari Bigetron PK) pasca MPL ID S1.

Bagaimana formasi EVOS pasca MPL ID S2? Kita tunggu saja bersama-sama.

Aerowolf Roxy dan ONIC Esports

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Berbicara mengenai dunia persilatan Mobile Legends, tentunya tidak sah juga jika kita tidak berbicara soal Aerowolf Roxy dan ONIC Esports. Kedua tim ini masuk ke daftar tim papan atas meski memang tak sepopuler RRQ dan EVOS.

Ada yang menarik antara interaksi Aerowolf Roxy dan ONIC Esports pasca Regular Season namun sebelum fase Grand Final. Pasalnya, mereka bertukar pemain saat itu. Supriadi “Watt” Dwi Putra dari Aerowolf pindah ke ONIC. Sedangkan Muhammad “Ichsan” Ichsan dari ONIC pindah ke Aerowolf.

Sumber: MPL
Afrindo “Lucky” Valentino. Sumber: MPL

Afrindo “Lucky” Valentino mengaku performa formasi baru mereka di Regular Season melebihi ekspektasinya. “Saat tim-tim besar lainnya naik turun, performa kita malah lebih stabil dengan bergabungnya Ichsan dan Lian.” Katanya saat media session untuk Aerowolf Roxy di gelaran MPL ID S2.

Sayangnya, performa baik mereka di Regular Season tak dapat dilanjutkan di babak selanjutnya. Karena itulah, Aerowolf Roxy bisa jadi juga akan mengubah formasi mengingat performa mereka yang mungkin boleh dibilang mengecewakan di babak Grand Final kemarin. Muasalnya, mereka menempati peringkat 2 di akhir babak Regular Season namun harus gugur cukup awal di Grand Final dan berakhir di posisi 6.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Di sisi lainnya, Watt yang berganti-ganti peran (role) di ONIC mengaku lebih suka memainkan role tetap seperti saat ia bermain untuk Aerowolf. Namun ia terpaksa berganti-ganti peran di ONIC karena memang harus menutupi keterbatasan penguasaan hero (hero pool) dari rekan-rekan satu timnya.

Watt memang menarik untuk diboyong keluar dari ONIC mengingat ia boleh dibilang paling mencolok skill individunya dibanding rekan-rekan satu timnya. Ia bisa berganti peran dengan mudah, menutupi keterbatasan rekan satu tim, namun tetap menunjukkan kualitas papan atas.

Spade. Sumber: MLBB
Spade. Sumber: MLBB

Satu lagi pemain dari ONIC yang menarik untuk dibahas adalah Hansen “Spade” Meyerson. Spade merupakan MVP Regular Season di MPL ID Season 1. Performanya memang tak sefantastis di Season 1 namun ia tetap saja termasuk salah satu dari 3 pemain Marksman terbaik se-Indonesia, bersama Tuturu dari RRQ dan Rekt dari Louvre. Kemungkinan besar, Spade juga sudah masuk ke dalam daftar pemain incaran bagi tim-tim yang mencari pemain Marksman.

Tim-Tim Lainnya

Selain dari 4 tim besar tadi, ada beberapa nama yang menarik untuk dibahas di sini kali ini. 2 nama pertama yang ada di kepala saya adalah Haji Kakap dan Hinelle dari Saints Indo yang mungkin bisa dirayu untuk pindah. Kedua pemain ini berhasil mencuri perhatian dengan menampilkan performa yang menawan sepanjang musim bersama Saints Indo.

Ditambah lagi, secara organisasi dan manajemen, Saints Indo boleh dibilang belum sematang organisasi esports lainnya seperti 4 organisasi besar yang saya bahas di atas. Menarik saja membayangkan Haji Kakap atau Hinelle berbaju kuning bersama ONIC atau berbaju biru di bawah naungan EVOS Esports.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Setiap pemain Louvre, Rmitchi, Donkey, Rekt, Kiddo, dan Yor, juga punya keistimewaan di perannya masing-masing. Mengingat Louvre juga tak mampu meraih hasil yang memuaskan kali ini meski berisikan pemain-pemain hebat, ada kemungkinan, baik dari sisi pemain ataupun manajemen; mereka mencoba formasi baru.

Fabiens dan Jeel dari Bigetron juga layak disebutkan sebagai pemain yang wajib dilirik, meski Fabiens memang lebih mencolok performanya di musim kedua ini. Fabiens adalah pemain lama yang muncul namanya sejak MSC 2017. Ia pun cukup piawai dalam memainkan peran (role) sebagai Assassin ataupun Marksman.

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Jeel juga pemain yang cukup lama di dunia persilatan MLBB meski memang baru di Season 2 inilah ia merasakan ketatnya persaingan di MPL. Ia mengaku MPL memang beda prestige-nya dibanding kompetisi-kompetisi tingkat nasional lainnya, saat saya tanyakan di sesi media untuk Bigetron di acara yang sama.

Oh iya, nama terakhir yang mungkin layak untuk dipertimbangkan adalah Doyok dari SFI Esports. Doyok bisa jadi adalah pemain Mobile Legends terbaik asal Pontianak. Ia memang sedikit tenggelam namanya di MPL ID S2 karena timnya, SFI, sepertinya benar-benar belum menemukan gaya bermain yang tepat. Namun skill individu Doyok sendiri sebenarnya setingkat atau bahkan lebih tinggi dari pemain-pemain lainnya yang lebih populer namanya.

Sebenarnya ada satu pemain yang sudah mengutarakan keinginannya ke saya untuk keluar dari timnya. Namun karena off-the-record, saya tidak dapat menyebutkan nama ataupun timnya sekarang. Pemain itu juga sangat istimewa dari sisi skill individu ataupun tim dan mulai dikenal sejak MPL ID Season 1. Dia biasanya juga bermain sebagai Mage. Siapa dia ya? Apakah ia benar akan keluar dalam waktu dekat?

Sumber: MLBB
Sumber: MLBB

Itu tadi hanya ‘penerawangan’ saya atas beberapa tim dan pemain pasca MPL ID Season 2. Seharusnya, para pemain dan orang-orang manajemen sudah mulai bergerilya di balik layar untuk bursa transfer yang mungkin akan mewarnai beberapa pekan ke depan.

Seperti apakah peta dunia persilatan MPL Indonesia di Season 3 nantinya? Menarik untuk terus diikuti.

Grand Final MPL ID S2 Buktikan Antusiasme Esports di Luar Ibu Kota

Hari Sabtu dan Minggu (18-19 November 2018) kemarin, Moonton menggelar babak Grand Final MPL ID Season 2 di JX International, Surabaya, Jawa Timur. Hasilnya, fans esports Mobile Legends: Bang Bang (MLBB) pun membanjiri lokasi.

Pihak RevivalTV sebagai sang penyelenggaranya pun dibuat kewalahan karena jumlah dan antusiasmenya yang jauh di luar ekspektasi. Menurut RevivalTV, di hari pertama, kapasitas area yang digunakan untuk MPL mampu menampung sampai 1500 orang sedangkan penonton yang hadir jumlahnya sampai 2x kapasitas area tadi.

Karena itulah, di hari kedua, mereka terpaksa melebarkan area MPL agar muat lebih banyak pengunjung.

Kepadatan pengungjung yang memenuhi JX International, Surabaya.
Kepadatan pengunjung yang memenuhi JX International, Surabaya.

Irliansyah Wijanarko, Chief Growth Officer untuk RevivalTV, bercerita kenapa Surabaya menjadi tempat pemilihan Grand Final MPL ID S2 ini. “Kenapa di Surabaya? Karena, pertama, Surabaya menjadi kota ketiga yang punya pemain MLBB paling banyak se-Indonesia.

Kedua, kita (RevivalTV) juga mendapatkan permintaan dari Moonton untuk melebarkan sayap di luar Jakarta. Ketiga, MPL ini juga ingin dijadikan bukti bahwa ajang esports sekelas ini juga bisa diselenggarakan di luar Jakarta.

Harapannya, MPL ini dapat menjadi katalis untuk esports scene dalam negeri sehingga banyak mata yang terbuka dengan antusiasme di luar ibu kota sehingga lebih banyak lagi yang mau investasi di esports.”

Lalu bagaimana dengan Season 3?

Irli pun mengatakan bahwa Moonton ingin Season 3 nantinya bisa lebih luas lagi menjangkau lebih banyak kota.

Irliansyah Wijanarko saat presentasi di Press Conference MPL ID S2. Sumber: MLBB
Irliansyah Wijanarko saat presentasi di Press Conference MPL ID S2. Sumber: MLBB

Keinginan Moonton dan RevivalTV tadi memang layak untuk diacungi jempol. Pasalnya, meski esports bertumbuh pesat sekali tahun ini, ajang kompetitif berskala nasional yang memakan anggaran sampai miliaran Rupiah memang kebanyakan masih diadakan di ibu kota.

Sampai hari ini, memang hanya Garena yang cukup rajin mengadakan berbagai gelaran esports berskala nasional di luar Jakarta. Minggu depan, akan ada lagi gelaran esports, Ultimo Hombre, yang akan diorganisir oleh Supreme League di Surabaya; di Pakuwon Trade Center.

Semoga saja lebih banyak gelaran-gelaran esports besar lainnya yang akan diadakan di luar ibu kota agar semua fans esports di Indonesia bisa merasakan kemeriahan yang sama dengan yang tinggal di Jakarta.

onic landak

Bagaimana dengan MPL ID Season 3? Semoga saja keinginan untuk menyebarluaskan antusiasme esports di kota-kota lain selain Jakarta tadi bisa tercapai ya!

Speed Mode dan Hero Kadita Mobile Legends

Saat ini, ada cukup banyak turnamen dari game Mobile Legends: Bang Bang, baik dalam skala kecil maupun besar. Indonesia sendiri merupakan negara dengan jumlah pemain Mobile Legends terbanyak.

Mobile Legends saat ini memiliki total 170 juta pengguna aktif per bulan dan 200 juta lebih pengguna teregistrasi secara global. Di mana 50 juta pengguna aktif dan 70 pengguna teregistrasi berasal dari Indonesia.

Untuk mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya, Moonton sendiri tengah mempersiapkan untuk membuka kantor cabang di Indonesia. Menggelar lebih banyak kompetisi, memperbaiki isu jaringan, dan juga merilis lagi hero asli dari Indonesia.

speed-mode-dan-hero-kadita-mobile-legends

Moonton sudah memiliki turnamen MSC dan MPL untuk para pemain level profesional. Untuk memperkuat komunitas, Moonton juga akan menyelenggarakan turnamen yang bisa diikuti oleh semua level pemain Mobile Legends di berbagai kota dan juga universitas pada tahun 2019.

Mode Speed dan Optimalisasi Jaringan

speed-mode-dan-hero-kadita-mobile-legends

Hal menyebalkan saat bermain Mobile Legends ialah ‘masalah lag’ karena ping yang tidak stabil. Untuk mengatasi masalah tersebut, sejumlah solusi pun dilakukan. Mulai dari kerja sama dengan para operator untuk optimalisasi jaringan dan juga menyediakan paket internet menarik.

Untuk mengurangi masalah lag, saat ini para pemain bisa mengaktifkan fitur Speed Mode. Anda bisa memastikan fitur ini aktif di pengaturan dalam game. Di mode ini, game akan mengambil kuota data lebih banyak dibanding normal mode – tapi dijanjikan akan lebih stabil.

Moonton juga berencana membangun server di Indonesia. Saat ini, Moonton masih mengandalkan Mobile Legends di server Singapura.

Hero Asli Indonesia – Kadita

speed-mode-dan-hero-kadita-mobile-legends

Setelah Gatotkaca, Moonton juga tengah membuat hero asli Indonesia kedua yakni Kadita. Bila Gatotkaca berperan sebagai tank, Kadita merupakan hero mage dengan kekuatan elemen air.

Ya, karakter Kadita terinspirasi dari sosok penguasa Laut Selatan yakni Nyi Roro Kidul. Dengan pakaian tradisional yang terlihat didominasi warna hijau dan menggenggam senjata trisula.

Belum jadwal pasti kapan Kadita akan dirilis, tapi salah satu skill Kadita memungkinnya berubah menjadi sosok mermaid dan juga manusia.