Alasan Di Balik Strategi Investasi Agresif Tencent

Sekarang, Tencent merupakan publisher game terbesar di dunia. Sejauh ini, strategi Tencent untuk mengembangkan bisnis game mereka adalah dengan mengakuisisi atau membeli saham dari berbagai perusahaan game. Sepanjang 2021, Tencent masih menggunakan strategi yang sama untuk membangun bisnis game mereka.

Bulan Desember 2021, Tencent mengakuisisi Turtle Rock, developer dari Left 4 Dead. Pada Juli 2021, Tencent mengeluarkan US$1,27 miliar untuk membeli developer asal Inggris, Sumo. Di era sebelum 2020, strategi Tencent dalam mengakuisisi atau menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan game terbilang konservatif. Mereka hanya tertarik dengan perusahaan-perusahaan yang telah meluncurkan game sukses. Contohnya, Riot Games, yang membuat League of Legends.

Namun, pada 2020, Tencent mulai mengubah strategi mereka. Pada 2021, mereka bahkan sangat aktif dalam melakukan akuisisi atau membeli saham dari perusahaan-perusahaan game. Menurut Niko Partners, rata-rata, Tencent melakukan 2,5 transaksi bisnis per hari, mulai dari pembelian saham sampai akusisi. Per 10 Mei 2021, Tencent telah menandatangani 51 transaksi bisnis, jauh lebih banyak dari total transaksi bisnis yang mereka lakukan pada 2020 — yang hanya mencapai 31 transaksi sepanjang tahun.

Walau Tencent menjadi lebih agresif dalam mengakuisisi atau membeli saham perusahaan-perusahaan game, mereka tidak mencoba untuk melakukan rebranding pada perusahaan yang sudah mereka akuisisi atau modali. Sebaliknya, Tencent biasanya membiarkan perusahaan-perusahaan itu beroperasi secara mandiri.

Tencent kini masih menjadi publisher game nomor satu. | Sumber: Niko Partners

Melihat sikap Tencent yang menjadi lebih agresif dalam mengakuisisi atau membeli perusahaan gameNiko Partners mencoba untuk menjelaskan tiga alasan di balik perubahan strategi tersebut.

1. Ancaman dari Alibaba dan ByteDance

Salah satu alasan mengapa Tencent menjadi lebih agresif dalam melakukan investasi dan akuisisi di industri game sepanjang 2021 adalah karena mereka menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan dua raksasa teknologi Tiongkok lain: Alibaba dan ByteDance, perusahaan induk TikTok.

Memang, pada awal 2020, ByteDance dikabarkan berencana untuk membuat divisi gaming. Tak hanya itu, sekarang, mereka juga mempekerjakan hampir 3 ribu orang untuk membuat game sendiri. Sejauh ini, mereka telah sukses dengan Ragnarok X: Next Generation di Hong Kong dan Taipei, serta One Piece: The Voyage di Tiongkok. Tak berhenti sampai di situ, pada Maret 2021, ByteDance mengakuisisi Moonton, developer dari Mobile Legends.

ByteDance beli Moonton di tahun 2021. | Sumber: IGN

Sementara itu, pada September 2019, Alibaba meluncurkan Three Kingdoms: Tactics, game yang didasarkan intellectual property (IP) Koei Techmo. Berkat game tersebut, Alibaba sukses menjadi publisher mobile game terbesar ke-4 di Tiongkok pada 2020. Di tahun yang sama, mereka memutuskan untuk memindahkan divisi gaming mereka dari segmen “inisiatif inovasi” — berisi bisnis-bisnis kecil yang bersifat eksperimental — ke segmen “hiburan dan media digital”. Alasannya adalah karena mereka menganggap, bisnis game mereka sudah berkembang cukup besar.

 2. Munculnya Game-Game Populer dari Developer Menengah

Tencent tidak hanya menghadapi persaingan dari perusahaan raksasa seperti Alibaba dan ByteDance, tapi juga dari perusahaan-perusahaan game skala menengah, seperti miHoYo, Lilith Games, dan QingCi Digital. Dari tiga perusahaan itu, Tencent hanya memiliki saham di QingCi Digital. Dan nilai saham yang mereka miliki hanyalah 3,33%, yang mereka beli seharga RMB101 juta (sekitar Rp225, 6 miliar). Padahal, ketiga perusahaan itu telah mengeluarkan game-game sukses.

Developer miHoYo berhasil meraih sukses di kancah global dengan Genshin Impact. Game itu hanya membutuhkan waktu 12 hari untuk mendapatkan US$100 juta, yang merupakan total biaya produksi dari game tersebut. Tak hanya itu, pada Maret 2021, 5 bulan sejak Genshin Impact diluncurkan, game itu telah berhasil menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar ke-3 di dunia. Dan menurut Niko Partners, total pemasukan dari Genshin Impact di semua platform telah menembus US$1,5 miliar.

Rise Kingdoms berhasil mengalahkan game Tencent dengan genre yang serupa.

Sementara itu, Lilith Games meluncurkan AFK Arena dan Rise of Kingdoms di Tiongkok pada tahun lalu. AFK Arena adalah turn-based RPG sementara Rise of Kingdoms merupakan real-time multiplayer 4x strategy game. Menariknya, pada tahun lalu, Tencent sebenarnya juga meluncurkan game dengan genre yang sama seperti AFK Arena dan Rise of Kingdoms. Namun, game dari Tencent masih kalah populer dari kedua game buatan Lilith.

3. Keinginan untuk Kuasai Pasar Game International

Saat ini, Tiongkok memang masih menjadi pasar game paling besar. Sekitar 33% dari total pemasukan game PC dan mobile berasal dari Tiongkok. Meskipun begitu, Tencent juga tertarik untuk memasuki pasar game internasional. Sekarang, pasar game internasional hanya berkontribusi sebesar 21% dari total pemasukan Tencent. Mereka berencana untuk meningkatkan angka itu menjadi 50%.

Di pasar game internasional, sebagian besar dari pemasukan Tencent berasal dari IP yang lisensinya mereka beli, seperti PUBG Mobile dan Call of Duty Mobile. Dari segi platform, mobile masih memberikan kontribusi paling besar. Meskipun begitu, Tencent juga sadar, nilai pasar game PC dan konsol di luar Tiongkok bernilai US$70 miliar. Jadi, walau mobile jadi salah satu prioritas mereka, mereka juga tidak mengacuhkan pasar game PC atau konsol. Selain itu, mereka juga merasa, mereka masih bisa menumbuhkan bisnis game PC mereka di Tiongkok.

Di masa depan, Tencent juga berencana untuk mengembangkan game AAA yang bisa dimainkan di berbagai platform. Sementara mereka membuat game tersebut, mereka juga akan terus menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan game yang memang sudah punya pengalaman dalam membuat game AAA.

Menilik Strategi Investasi Agresif Tencent

Per 10 Mei 2021, Tencent telah mengakuisisi atau menanamkan investasi di 51 perusahaan game. Dari semua perusahaan game itu, sebanyak 39 perusahaan berasal dari Tiongkok dan 12 sisanya berasal dari luar Tiongkok. Lima dari 12 perusahaan asing yang Tencent akuisisi atau berikan modal berasal dari Korea Selatan. Kesamaan lain dari lima perusahaan itu adalah mereka fokus untuk membuat game PC atau mobile. Tahun ini, Tencent sama sekali tidak melirik perusahaan Amerika Serikat. Kemungkinan, alasannya adalah karena masalah geopolitik. Bahkan saat ini, kepemilikan saham Tencent di Riot Games dan Epic Games menjadi perhatian dari Committee on Foreign Investments in the United States (CFIUS).

Hampir setengah dari 51 perusahaan game yang menarik perhatian Tencent punya pengalaman dalam membuat game konsol atau PC. Menariknya, banyak dari perusahaan tersebut yang bermarkas di Tiongkok. Seperti yang disebutkan oleh Niko Partners, keputusan Tencent untuk menanamkan investasi di perusahaan Tiongkok yang membuat game PC dan konsol adalah sesuatu yang baru. Pasalnya, di 2020, kebanyakan perusahaan game asal Tiongkok yang mendapatkan investasi atau diakuisisi oleh Tencent merupakan perusahaan yang membuat mobile game.

Pada 2021, Tencent justru menginvestasikan dana mereka ke perusahaan yang membuat game PC atau konsol, seperti Game Science yang membuat Black Myth: Wu Kong, Surgical Scalpels yang merupakan kreator dari Project Boundary, atau UltiZero Games yang membuat Lost Soul Aside. Tujuan Tencent menanamkan modal di perusahaan-perusahaan tersebut adalah karena mereka ingin memperkuat posisi mereka di pasar game PC lokal, yang diperkiran akan kembali tumbuh pada 2022.

Tak hanya di dalam negeri, Tencent juga tertarik untuk menanamkan saham atau mengakuisisi perusahaan game yang membuat game atau konsol di luar Tiongkok, seperti Fatshark, Bohemia Interactive, Dontnod Studios, dan Klei. Salah satu tujuan mereka adalah untuk membawa game-game dari perusahaan itu ke Tiongkok. Tujuan lainnya adalah karena mereka ingin bisa mendapatkan keahlian perusahaan-perusahan itu dalam membuat game PC dan konsol.

Tencent Mulai Perhatikan Gamers Perempuan

Pada 2021, Tencent juga berusaha untuk memperkaya portofolio akan perusahaan yang mereka akuisisi atau modali. Sekarang, mereka juga tertarik dengan perusahaan yang membuat game untuk gamers perempuan atau game dengan konten anime. Dalam satu tahun terakhir, mereka telah menanamkan modal di 14 perusahaan yang membuat game dengan gaya anime dan game untuk perempuan.

Sebelum ini, Tencent sebenarnya telah membuat game yang didasarkan pada anime, seperti Naruto dan Dragon Ball. Meskipun begitu, game anime Tencent tidak sesukses Genshin Impact dari miHoYo atau Onmyoji dari NetEase. Alasan mengapa Tencent tertarik dengan game bergaya anime atau game yang menargetkan gamers perempuan adalah karena pada akhir 2020, ada lebih dari 350 juta gamers perempuan dan 300 juta fans ACGN (Animation, Comic, Game, dan Novel) di Tiongkok.

Perubahan lain dalam strategi investasi Tencent adalah sekarang, mereka lebih bersedia untuk menanamkan modal ke perusahaan-perusahaan muda. Dalam dua tahun terakhir, mereka telah memberikan investasi pada enam perusahaan yang baru membuat sedikit produk atau bahkan belum mengeluarkan produk sama sekali. Tampaknya, alasan mengapa Tencent menjadi lebih proaktif dalam menanamkan investasi adalah karena ancaman dari developer game skala menengah seperti miHoYo dan Lilith Games.

Perbandingan Penonton antara MPL, PMPL, dan FFIM di 2021

Pandemi COVID-19 memang belum berakhir pada 2021. Kabar baiknya, publisher game esports dan penyelenggara turnamen sudah bisa menyesuaikan diri dengan keadaan. Alhasil, sepanjang 2021, berbagai kompetisi esports kembali digelar. Di Indonesia, ada setidaknya tiga liga esports yang ditangani langsung oleh pihak publisher, yaitu MPL oleh Moonton, PMPL oleh Tencent, dan FFIM oleh Garena.

Untuk tingkat nasional, MPL, PMPL, dan FFIM bisa disebut sebagai kompetisi dengan level tertinggi untuk masing-masing game. Karena itu, Hybrid.co.id tertarik untuk membandingkan viewership dari tiga kompetisi tersebut. Sebelum ini, kami juga pernah membandingkan viewerships dari ketiga liga esports tersebut pada 2020. Berikut data viewerships dari MPL, PMPL, dan FFIM berdasarkan data dari Esports Charts.

Mobile Legends Professional League Indonesia S7 dan S8

Sepanjang 2021, Moonton menggelar Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) sebanyak dua kali. Season 7 digelar pada 26 Februari-1 Mei 2021. Sementara Season 8 diadakan pada 13 Agustus-24 Oktober 2021. Berdasarkan data dari Esports Charts, total siaran dari MPL ID S7 dan S8 tidak jauh berbeda. Total durasi siaran dari Season 7 mencapai 170 jam, dan Season 8 172 jam. Meskipun begitu, viewerships dari Season 8 lebih tinggi dari Season 7, baik dari segi jumlah penonton maupun total hours watched.

Tim-tim terpopuler sepanjang MPL ID S7. | Sumber: Esports Charts

MPL ID Season 7 mendapatkan total views sebanyak 232,2 juta views, sementara Season 8 mendapatkan 285,2 juta views. Hal itu berarti, jumlah views pada Season 8 naik 22,8% dari musim sebelumnya. Dari segi hours watched, Season 7 mendapatkan 54,3 juta jam dan Season 8 berhasil mengumpulkan 76,9 juta jam. Tak hanya itu, dari segi jumlah penonton pun, Season 8 unggul dari Season 7. Jumlah penonton rata-rata dari MPL ID Season 7 adalah 319,9 ribu orang, dengan jumlah peak viewers sebanyak 1,8 juta orang. Pada Season 8, jumlah average viewers mencapai 447,1 ribu orang, dan jumlah peak viewers mencapai 2,4 juta orang.

Satu hal yang tidak berubah pada MPL ID Season 7 dan Season 8 adalah platform favorit yang digunakan fans untuk menonton liga tersebut. Selama dua musim MPL di 2021, YouTube, Nimo TV, dan Facebook menjadi tiga platform dengan jumlah penonton paling banyak. Di YouTube, jumlah peak viewers dari Season 7 mencapai 999,8 ribu orang. Di Nimo TV, angka itu turun menjadi 854 ribu, dan di Facebook 146 ribu orang.

Sementara itu, jumlah peak viewers dari Season 8 di YouTube mencapai 1,5 juta orang. Menariknya, jumlah peak viewers di Nimo TV justru mengalami penurunan, menjadi 787,8 ribu orang. Di Facebook, jumlah peak viewers dari MPL ID S8 mencapai 172,9 ribu orang.

Tim-tim terpopuler di MPL ID S8. | Sumber: Esports Charts

Mengingat MPL ID adalah liga nasional Indonesia, tentu saja, siaran dalam Bahasa Indonesia menjadi siaran paling populer. Dua bahasa lain yang populer adalah Bahasa Inggris dan Bahasa Mealaysia. Satu hal yang menarik, jumlah penonton dari siaran dalam Bahasa Inggris pada Season 8 mencapai 89,3 ribu orang, naik 213% dari jumlah peak viewers pada Season 7, yang hanya mencapai 28,5 ribu orang.

PUBG Mobile Pro League Indonesia S3 dan S4

Sama seperti Moonton, di tahun 2021, Tencent juga menggelar dua PUBG Mobile Pro League Indonesia. PMPL ID Season 3 diadakan pada 24 Maret 2021 sampai 18 April 2021. Sementara PMPL ID Season 4 diadakan menjelang akhir tahun, yaitu pada 24 Oktober 2021 sampai 19 September 2021.

Total airtime dari PMPL Season 3 mencapai 110 jam. Angka ini turun menjadi 96 jam pada Season 4. Durasi siaran yang lebih singkat bisa jadi alasan mengapa viewerships dari Season 4 lebih buruk dari Season 3. PMPL ID Season 3 berhasil mendapatkan 84,3 juta views, dengan jumlah hours watched sebanyak 25,6 juta jam. Sayangnya, PMPL ID Season 4 hanya mendapatkan 73,6 juta views, dengan total hours watched sebanyak 22,9 juta jam.

Data viewerships dari PMPL ID Season 3. | Sumber: Esports Charts

Dari segi peak viewers, PMPL ID S4 juga mengalami penurunan dari musim sebelumnya. Pada puncaknya, jumlah penonton PMPL ID S3 mencapai 631,6 ribu orang. Sementara jumlah peak viewers dari Season 4 hanya mencapai 566,9 ribu orang. Kabar baiknya, Season 4 lebih unggul dari Season 3 dalam hal average viewers. Jumlah penonton rata-rata di Season 4 mencapai 239,9 ribu orang, sedikit naik dari jumlah average viewers Season 3, yang hanya mencapai 231,7 ribu orang.

Di PMPL ID Season 3, YouTube berhasil menjadi platform favorit bagi para fans. Di YouTube, Season 3 berhasil mengumpulkan 65,5 juta views dan 1,6 juta likes, dengan jumlah peak viewers mencapai 322,1 ribu orang. Nimo TV menjadi platform streaming terpopuler ke-2, dengan jumlah peak viewers mencapai 240,1 ribu orang.

Data viewerships dari PMPL ID Season 4. | Sumber: Esports Charts

Menariknya, pada Season 4, Nimo TV berhasil mengalahkan YouTube dan merebut gelar platform favorit fans PMPL ID. PMPL ID S4 mendapatkan 48,6 juta views dan 747,5 ribu likes di YouTube. Namun, jumlah peak viewers dari YouTube hanya mencapai 231,5 ribu orang. Sebagai perbandingan, pada puncaknya, jumlah penonton dari Nimo TV mencapai 313,2 ribu orang.

Free Fire Indonesia Masters 2021 Spring dan Fall

Free Fire Indonesia Masters jadi liga esports lain yang resmi diselenggarakan oleh publisher. Garena mengadakan FFIM 2021 Spring pada 28 Februari-21 Maret 2021. Sementara FFIM 2021 Fall digelar pada 3-24 Oktober 2021. Jika dibandingkan dengan MPL dan PMPL, total airtime dari FFIM adalah yang paling rendah. Baik FFIM 2021 Spring maupun Fall hanya memiliki total waktu siaran selama 16 jam. Hal ini bisa menjadi alasan mengapa viewerships dari FFIM jauh lebih rendah daripada viewerships dari MPL atau PMPL.

Data viewerships dari FFIM 2021 Spring. | Sumber: Esports Charts

Dengan total durasi siaran yang sangat singkat, FFIM 2021 Spring berhasil mendapatkan 4,9 views, dengan 1,1 juta hours watched. Sementara itu, musim Fall mendapat 4,6 juta views, dengan total hours watched sebanyak 756,2 ribu jam. Untuk masalah jumlah penonton, FFIM 2021 Spring dapat mengumpulkan average viewers sebanyak 70,2 ribu orang dan jumlah peak viewers sebanyak 214,4 ribu orang. Dan musim Fall berhasil mendapatkan 47,5 ribu average viewers, serta 169,4 ribu peak viewers.

YouTube merupakan platform streaming favorit fans Free Fire untuk menonton FFIM. Untuk FFIM 2021 Spring, jumlah views di YouTube mencapai 4,1 juta views, dengan 285,9 ribu likes. Pada puncaknya, ada 188,7 ribu orang yang menonton FFIM 2021 Spring di YouTube. Facebook menjadi platform terpopuler ke-2 untuk menonton liga tersebut. Namun, jumlah peak viewers yang didapatkan oleh platform itu jauh lebih kecil, hanya mencapai 25,7 ribu orang.

Data viewerships dari FFIM 2021 Fall. | Sumber: Esports Charts

Untuk FFIM 2021 Fall, jumlah views di YouTube mencapai 4,3 juta views, sedikit naik dari musim sebelumnya. Sayangnya, baik dari segi likes dan average viewers, liga Fall masih kalah dari liga Spring. Di YouTube, FFIM 2021 Fall hanya mendapatkan 219,5 ribu likes dan 158,7 ribu average viewers. Sementara itu, jumlah average viewers di Facebook juga mengalami penurunan drastis, hanya menjadi 9,1 ribu orang. Hal unik lain yang Garena lakukan pada FFIM 2021 Fall adalah menayangkannya di Booyah. Namun, jumlah average viewers di platform itu hanya mencapai 1,7 ribu orang.

Sumber header: ONE Esports

Moonton Bakal Gelar M3 World Championship di Singapura, Cloud9 Gandeng Serena Williams

League of Legends World Championships 2021 telah berakhir pada akhir pekan lalu, Edward Gaming, tim asal Tiongkok, keluar sebagai juara. Kemenangan tersebut disambut dengan meriah oleh fans Tiongkok. Pada Minggu lalu, Moonton juga mengumumkan bahwa M3 World Championship akan diadakan pada Desember 2021 di Singapura. Kompetisi itu menawarkan total hadiah hingga hampir tiga kali lipat dari M2. Sementara itu, Riot Games mengungkap bahwa divisi esports mereka masih belum mendapatkan untung. Namun, mereka menganggap bahwa hal itu bukanlah masalah.

M3 World Championship Bakal Diadakan di Singapura

Moonton mengumumkan bahwa Mobile Legends M3 World Championship bakal digelar di Singapura pada 6-19 Desember 2021. Kompetisi itu akan mengadu 16 tim Mobile Legends terbaik dari seluruh dunia, termasuk tim-tim dari Timur Tengah, Amerika Utara, Amerika Latin, dan Turki. Skena esports Mobile Legends di kawasan tersebut relatif lebih baru jika dibandingkan dengan skena Mobile Legends di Indonesia dan negara-negara tetangga.

Total hadiah dari M3 World Championship mencapai US$800 ribu, hampir tiga kali lipat dari total hadiah M2 World Championship, yang hanya menawarkan US$300 ribu. Menurut laporan Strait Times, M3 World Championship digelar dengan dukungan Singapore Tourism Board (STB).

Cloud9 Kerja Sama dengan Serena Williams

Organisasi esports asal Amerika Utara, Cloud9, baru saja mengumumkan kerja sama dengan pemain tennis legendaris, Serena Williams. Dengan bantuan Wolliams, Cloud9 akan mengubah program pengembangan anak muda mereka, Training Grounds, menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Dalam program tersebut, Williams akan mengisi sesi bertajuk “Training Grounds Champion’s Mindset”. Di sini, Williams akan menjelaskan perubahan pola pikir dan latihan yang membantunya untuk mengembangkan karir sebagai atlet profesional. Pelatihan tersebut juga akan mencakup tips untuk pemain esports muda, menurut laporan Esports Insider.

Cloud9 dan Serena Williams akan bekerja sama dalam Training Grounds. | Sumber: Esports Insider

Divisi Esports Riot Games Masih Belum Menghasilkan Untung

Divisi esports League of Legends belum memberikan untung untuk perusahaan. Hal ini diungkapkan oleh Head of Esports Riot Games, John Needham pada The Washington Post. Meskipun begitu, Needham mengatakan, Riot tidak keberatan dengan hal itu. Dia menjelaskan, dalam beberapa tahun belakangan, Riot tengah berusaha untuk menjadikan divisi esports sebagai bisnis mandiri yang berdiri secara terpisah. Namun, fokus dari bisnis esports itu bukanlah untuk mendapatkan untung bagi Riot, tapi untuk memastikan bahwa tim-tim profesional League of Legends bisa bertahan dan diuntungkan.

“Jika saya tidak bisa membuat esports sebagai bisnis yang menguntungkan untuk tim dan sponsor kami, kami tidak akan bisa bertahan lama,” kata Needham, seperti dikutip dari GamesIndustry. “Kami tengah memikirkan cara untuk membuat keseluruhan ekosistem esports menjadi menguntungkan.” Ketika Riot pertama kali mengadakan kompetisi esports, tujuan mereka memang bukan untuk mendapatkan untung, tapi sebagai alat marketing. Namun, sekarang, Needham berkata, Riot ingin agar operasi esports mereka setidaknya bisa balik modal.

Kemenangan EDG di League of Legends World Championships Disambut Meriah oleh Fans

Edward Gaming (EDG), tim asal Tiongkok berhasil mengalahkan DWG Kia asal Korea Selatan, di babak final League of Legends World Championships. Kemenangan EDG tersebut disambut dengan meriah oleh fans League of Legends di Tiongkok. EDG menjadi tim Tiongkok ketiga yang berhasil memenangkan Worlds. Sebelum ini, FunPlus Phoenix memenangkan Worlds pada 2019 dan Invictus Gaming pada 2018.

Edward Gaming berhasil bawa Summoner’s Cup ke Tiongkok. | Sumber: Twitter

“Semua orang berpikir bahwa mereka tidak akan menang,” kata fan esports, Jasmine Lu pada South China Morning Post. “Hampir semua perkiraan yang beredar menyebutkan bahwa mereka akan kalah. Jika saya masih kuliah, saya akan ikut merayakan kemenangan EDG. Kemengan itu membuktikan bahwa orang-orang yang meragukan kemampuan EDG salah”

Platform Latihan Esports untuk Siswa SMA Dapat Investasi US$1,85 Juta

Saat ini, semakin banyak sekolah yang menekuni esports. Menyadari hal ini, Gavin Lee, co-founder dari Gwoop, tertarik untuk menyediakan platform latihan/analisa esports untuk tim esports SMA. Dan hingga sekarang, Gwoop telah mendapatkan investasi sebesar US$1,85 juta. Tak hanya itu, mereka juga telah bekerja sama dengan sekitar 1.000 sekolah yang tersebar di 40 negara bagian Amerika Serikat, menurut laporan TechCrunch.

Dalam beberapa bulan belakangan, Gwoop membangun fitur yang disebut “Gwoop Teams”. Fitur tersebut memudahkan pelatih untuk mengatur sesi latihan para pemain asuhannya. Tak hanya itu, melalui Gwoop Teams, pelatih juga bisa memeriksa apakah para pemain memang melakukan latihan sesuai arahannya dan apakah performa para pemain mengalmai peningkatan seiring dengan waktu. Versi standar dari Teams bisa digunakan secara gratis. Melalui versi standar, pelatih akan bisa memasukkan data hingga 30 pemain dan 2 tim. Jika dirasa kurang, Gwoop menyediakan versi Team Plus, yang mencakup hingga 150 pemain dan menambahkan jumlah tim yang bisa dipantau. Biaya Team Plus adalah US$350 per tahun.

Mobile Legends Jadi Mobile Esports Terpopuler di Asia Tenggara

Dalam beberapa tahun belakangan, publisher mobile game mulai serius untuk membangun ekosistem mobile esports. Sekarang, skena mobile esports kini tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Di beberapa negara — seperti negara-negara Asia Tenggara — mobile esports bahkan lebih populer daripada esports untuk PC atau konsol. Esports Charts lalu mencoba untuk memetakan popularitas dari mobile esports di Asia.

Untuk itu, mereka mengumpulkan data viewership dari kompetisi-kompetisi nasional dari berbagai judul mobile esports di negara-negara Asia. Karena mereka mendata popularitas mobile esports berdasarkan negara, mereka tidak menyertakan kompetisi internasional atau turnamen regional. Metrik utama yang mereka gunakan adalah hours watched.

Popularitas Mobile Esports di Asia Tenggara

Di Asia Tenggara, mobile esports yang paling populer adalah Mobile Legends: Bang Bang. Dari semua negara-negara ASEAN, Indonesia memberikan kontribusi paling besar pada total hours watched dari Mobile Legends. Memang, selama ini, Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia telah mencetak berbagai rekor dalam hal jumlah penonton. MPL Indonesia juga sering masuk dalam daftar kompetisi esports terpopuler bulanan. Pada akhir Oktober 2021, jumlah peak viewers MPL Indonesia bahkan sempat menyaingi peak viewers dari League of Legends World Championship (LWC) 2021.

Selain di Indonesia, Moonton juga mengadakan MPL di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Filipina, Malaysia, Myanmar, dan Singapura. Tak hanya itu, pada tahun 2021, mereka juga memulai MPL di Kamboja. Menurut Esports Charts, keberadaan MPL membuat ekosistem mobile esports di kawasan ASEAN menjadi lebih matang. Setelah sukses dengan MPL di Asia Tenggara, Moonton juga memutuskan untuk mengadakan MPL di Brasil, menjadikannya sebagai MPL pertama di luar Asia Tenggara.

Total hours watched dari lima MPL di negara yang berbeda. | Sumber data: Esports Charts

Selain Mobile Legends, mobile esports lain yang populer di Asia Tenggara adalah Arena of Valor, yang juga memiliki genre MOBA. Hanya saja, fans Arena of Valor tersebar di negara-negara yang berbeda dari Mobile Legends. Walau Arena of Valor kalah pamor dengan Mobile Legends di Indonesia, game buatan Tencent itu sangat populer di Vietnam dan Thailand. Selain itu, Arena of Valor juga menjadi mobile esports paling digemari di Taiwan dan Macau. Untuk Arena of Valor, Vietnam memberikan kontribusi paling besar soal hours watched, yaitu sebesar 14,7 juta jam. Sementara itu, Taiwan hanya berkontribusi 1,2 juta hours watched. Dengan begitu, Taiwan menjadi negara dengan kontribusi terkecil untuk total hours watched dari Arena of Valor.

Dominasi Mobile Legends di Asia Tenggara tidak membuat Riot Games gentar untuk menjajaki industri mobile game MOBA. Setelah bertahun-tahun hanya fokus pada League of Legends, Riot akhirnya meluncurkan mobile game ber-genre MOBA mereka, yaitu League of Legends: Wild Rift. Bergerak cepat, Riot juga langsung menyiapkan ekosistem esports dari game tersebut. Di kawasan Asia Tenggara, salah satu kompetisi Wild Rift yang Riot gelar adalah SEA Icon Series.

Sayangnya, sejauh ini, Wild Rift belum bisa menyaingi popularitas Mobile Legends atau Arena of Valor. Hong Kong menjadi satu-satunya negara tempat Wild Rift berjaya. Hanya saja, hal ini terjadi karena memang tidak ada turnamen esports besar yang diadakan di negara tersebut. Dari Hong Kong, Wild Rift mendapatkan total hours watched sebanyak 23,5 ribu jam. Sebagian besar, viewership itu datang dari SEA Icon Series 2021 Summer.

Peta popularitas mobile esports. | Sumber: Esports Charts

Selain MOBA, genre mobile game lain yang populer di Asia Tenggara adalah battle royale. Di Brunei dan Singapura, PUBG Mobile jadi mobile esports paling populer. Kedua negara itu menyumbangkan total hours watched sebanyak 11 juta jam untuk PUBG Mobile.

Satu hal yang harus diingat, dominasi sebuah mobile game di satu negara bukan berarti game itu memonopoli pasar esports di negara tersebut. Misalnya, di Indonesia, Mobile Legends memang jadi mobile esports paling populer. Namun,  kompetisi esports dari game-game lain — seperti PUBG Mobile dan Free Fire — tetap diminati. Sebelum ini, Hybrid pernah membandingkan tren penonton liga nasional untuk Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire.

Tren Mobile Esports di Asia Timur dan Selatan

Tiongkok merupakan pasar esports paling besar. Sayangnya, mencari tahu tentang mobile esports yang paling populer di negara itu tidak mudah. Alasannya, karena Tiongkok punya platform streaming game sendiri, seperti Huya dan Douyu. Selain itu, popularitas esports di Tiongkok juga diukur dengan metode yang sangat spesifik. Namun, berdasarkan data dari Esports Charts, mobile esports yang paling populer di Tiongkok adalah PUBG Mobile dan Honor of Kings alias Arena of Valor.

Sementara itu, di Korea Selatan, Clash of Clans menjadi mobile esports favorit. Meskipun game dari Supercell itu menjadi mobile game terpopuler, ia hanya mendapatkan total hours watched sebanyak 12 ribu jam. Tampaknya, walau Korea Selatan punya ekosistem esports yang matang, skena mobile esports di sana masih kurang berkembang jika dibandingkan dengan ekosistem esports untuk PC. Namun, di masa depan, ada kemungkinan ekosistem mobile esports di Korea Selatan akan tumbuh. Karena, Wild Rift cukup digemari oleh gamers di sana. Hanya saja, saat ini, belum ada kompetisi esports nasional untuk Wild Rift.

Di India, PUBG Mobile dinamai Battlegrounds Mobile India.

Di Sri Lanka dan India — dua negara dari Asia Selatan — Free Fire menjadi mobile esports yang paling digemari. Sri Lanka memberikan kontribusi sebanyak 11 ribu jam pada total hours watched untuk game buatan Garena tersebut, sementara India berkontribusi 2,5 juta jam.

Fakta bahwa Free Fire menjadi mobile esports terpopuler di India menarik. Pasalnya, sebelum ini, PUBG Mobile menjadi game esports yang paling digemari di sana. Hanya saja, pada akhir 2020, pemerintah India memutuskan untuk memblokir beberapa game dan aplikasi buatan Tiongkok, termasuk PUBG Mobile. Alasan pemerintah India adalah karena mereka khawatir, game dan aplikasi buatan perusahaan Tiongkok akan menjadi ancaman bagi kedaulatan dan integritas nasional. Alhasil, PUBG Corp memutuskan untuk turun tangan langsung sebagai publisher PUBG Mobile di India. Dan nama PUBG Mobile di India pun diubah menjadi Battlegrounds Mobile India.

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Esports Charts.

Perbandingan Popularitas MPL Indonesia dengan Dua MPL Baru: MPL BR dan MPL KH

Sebelum ini, Hybrid pernah membandingkan viewership antara Mobile Legends Professional League (MPL) di empat negara, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Tahun ini, Moonton mengadakan beberapa perubahan pada MPL. Salah satunya, mereka menyelenggarakan dua MPL baru, yaitu MPL Brasil (MPL BR) dan MPL Kamboja (MPL KH). Selain itu, mereka juga tidak lagi mencampur liga Malaysia dan Singapura. Sekarang, MPL MY/SG terbagi menjadi MPL MY dan MPL SG.

Kali ini, Hybrid akan membandingkan MPL ID Season 8 dengan dua MPL terbaru, yaitu MPL KH dan MPL BR Season 1. Selain itu, kami juga akan membandingkan viewership dari MPL ID dengan MPL MY Season 8 dan MPL SG Season 2. Data viewership yang kami gunakan berasal dari Esports Charts versi Pro.

Durasi Siaran dan Hours Watched

MPL ID S8 dimulai pada 13 Agustus 2021. Sampai saat ini, total durasi siaran dari liga tersebut mencapai 133 jam. MPL BR S1 digelar satu hari setelah MPL ID S8 dimulai, pada 14 Agustus 2021. Namun, total air time dari MPL BR S1 jauh lebih sedikit, hanya mencapai 75 jam. Ada kemungkinan, alasan mengapa air time MPL BR S1 jauh lebih rendah dari MPL ID S8 adalah karena MPL BR baru digelar untuk pertama kalinya. Memang, jika dibandingkan dengan MPL KH S1, yang dimulai pada 28 Agustus 2021, total air time MPL BR S1 tidak jauh berbeda. Sejauh ini, total durasi siaran MPL KH S1 adalah 75 jam.

Sekarang, mari kita beralih ke MPL MY S8 dan MPL SG S2. Meskipun MPL MY sudah memasuki Season 8, liga tersebut sebenarnya baru diselenggarakan secara eksklusif untuk tim-tim Malaysia selama dua musim terakhir. MPL MY S8 dimulai pada tanggal yang sama dengan MPL ID S8. Namun, MPL SG S2 diadakan hampir satu bulan kemudian, yaitu pada 11 September 2021. Karena itu, tidak aneh jika total durasi siaran MPL MY S8 jauh lebih lama. Total air time MPL MY S8 adalah 138 jam, sementara MPL SG S2 hanya 63 jam.

Durasi siaran dari MPL ID, MY, SG, BR, dan KH.

Dengan air time selama 133 jam, MPL ID S8 berhasil mendaaptkan 43,9 juta jam hours watched. Sementara itu, MPL MY S8 — walau memiliki durasi siaran yang lebih lama — hanya mendapatkan 3,87 juta jam hours watched. Satu hal yang harus diingat, populasi Indonesia jauh lebih besar dari Malaysia. Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar ke-4 yang memiliki jumlah penduduk sebanyak lebih dari 271 juta orang. Sementara Malaysia ada di peringkat 44 dengan jumlah penduduk 32,7 juta orang.

Dalam debutnya, MPL BR berhasil mendapatkan 262 ribu hours watched. Jika dibandingkan dengan MPL BR S1, MPL KH S1 memiliki viewership yang jauh lebih tinggi. Total hours watched dari MPL KH S1 mencapai 1,36 juta jam. Sementara itu, MPL SG S2 mendapatkan total hours watched paling rendah, hanya 81,9 ribu jam.

Total hours watched dari lima MPL.

Tidak aneh jika MPL SG memiliki total hours watched paling rendah. Pasalnya, jika dibandingkan dengan empat negara lainnya, Singapura memang memiliki populasi paling sedikit, hanya 5,7 juta orang. Brasil menjadi negara dengan populasi terbanyak setelah Indonesia, dengan jumlah penduduk sebanyak 213,8 juta orang dan Kamboja memiliki populasi sebanyak 15,6 juta orang.

Peak Viewers dan Average Viewers

Selain hours watched, dua metrik lain yang sering dijadikan sebagai tolok ukur untuk menghitung kesukesan sebuah kompetisi esports adalah peak viewers dan average viewers. Dari lima liga yang dibandingkan di sini, MPL ID S8 menjadi kompetisi dengan average viewers dan peak viewers paling tinggi. Jumlah penonton rata-rata MPL ID S8 mencapai 329,1 ribu orang, dengan peak viewers mencapai 1,72 juta orang.

Average viewers dan peak viewers dari empat MPL lainnya — MY, SG, BR, dan KH — jauh lebih rendah dari MPL ID S8. Karena perbedaan yang sangat jauh itulah, saya memutuskan untuk tidak menyertakan MPL ID S8 dalam tabel perbandingan average viewers dan peak viewers di bawah.

Perbandingan average viewers dan peak viewers dari empat MPL.

Seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di atas, jika MPL ID S8 tidak disertakan, MPL MY S8 memiliki peak viewers dan average viewers paling tinggi. Pada puncaknya, MPL MY S8 mendapatkan penonton sebanyak 92,6 ribu orang. Sementara jumlah rata-rata penonton dari liga itu adalah 28 ribu orang. Setelah MPL MY, MPL KH memiliki jumlah penonton rata-rata dan peak viewers paling tinggi, dengan peak viewers sebanyak 66,1 ribu orang dan average viewers sebanyak 18,26 ribu orang.

Menariknya, walau populasi Singapura jauh lebih kecil dari Brasil, jumlah peak viewers dan average viewers dari MPL SG S2 tidak jauh berbeda dari MPL BR S1. MPL SG S2 memiliki average viewers sebanyak 1,3 ribu orang dengan peak viewers 7,6 ribu orang. Sebagai perbandingan, MPL BR S1 memiliki average viewers sebanyak 3,46 ribu orang dan peak viewers sebanyak 8,56 ribu orang.

Platform Siaran dan Statistik YouTube

Moonton menyiarkan MPL ID S8 di tiga platform streaming, yaitu YouTube, NimoTV, dan Facebook. Sama seperti liga di Indonesia, MPL MY S8 juga hanya disiarkan di tiga platform streaming, yaitu Facebook, YouTube, dan TikTok. MPL SG S2 disiarkan di tiga platform streaming yang sama dengan liga Mobile Legends di Malaysia. Hanya saja, di Singapura, Anda juga bisa menonton MPL SG di Twitch. Sementara itu, MPL KH S1 hanya disiarkan di dua platform streaming, yaitu Facebook dan YouTube. MPL BR S1 merupakan liga yang disiarkan di paling banyak platform streaming. Moonton menyiarkan liga tersebut di YouTube, TikTok, Facebook, Twitch, NimoTV, dan BooYah.

Tampaknya, alasan Moonton menayangkan MPL BR S1 di banyak platform adalah karena mereka berusaha untuk mencari platform favorit para penonton Brasil. Memang, penonton di Indonesia, Malaysia, Singapura, Kamboja, dan Brasil punya platform streaming favorit masing-masing. Di Indonesia, Singapura, dan Brasil, YouTube menjadi platform streaming utama. Sementara di Malaysia dan Kamboja, Facebook menjadi platform streaming pilihan para penonton.

Meskipun begitu, versi Pro dari Esports Charts tetap menunjukkan data viewership dari semua MPL untuk YouTube.

Data viewership lima MPL di YouTube. | Sumber: Esports Charts

Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Esports Charts. Sumber header: IndoEsports

Daftar Turnamen Esports Terpopuler Pada Agustus 2021

Pada awal bulan, seperti biasa, Hybrid.co.id akan membuat daftar turnamen esports paling populer dari bulan sebelumnya. Salah satu hal yang menarik dalam daftar kali ini adalah kelima kompetisi hanya mengadu tiga game, yaitu Mobile Legends, PUBG Mobile, dan League of Legends. Satu hal menarik lainnya adalah dua kompetisi yang masuk dalam daftar turnamen esports terpopuler di Agustus 2021 merupakan turnamen esports yang digelar di Indonesia.

Berikut daftar turnamen esports terpopuler pada Agustus 2021, berdasarkan data dari Esports Charts.

5. PUBG Mobile Pro League Season 4 2021 Indonesia

Posisi ke-5 ditempati oleh PUBG Mobile Pro League (PMPL) Season 4 2021 Indonesia, yang berhasil mendapatkan peak viewers sebanyak 567 ribu orang. Hasil kerja sama Tencent, VSPN, KRAFTON, dan Lightspeed and Quantum Studios, PMPL ID Season 4 dimulai pada 24 Agustus 2021 dan berakhir pada 19 September 2021. Secara keseluruhan, waktu siaran PMPL ID Season 4 mencapai 53 jam. Sementara jumlah hours watched dari kompetisi itu mencapai 11,8 juta jam dengan jumlah average viewers mencapai 223,5 ribu orang.

Data penonton PMPL ID Season 4. | Sumber: Esports Charts

Sepanjang PMPL ID Season 4, babak yang paling populer adalah Ronde 7 pada minggu pertama, hari ke-2. Ronde yang diadakan pada 25 Agustus 2021 itu berhasil mendapatkan peak viewers sebanyak 567 ribu orang. Ronde 12 pada Super Weekend 1 hari ke-3 menjadi babak paling populer ke-2, diikuti oleh Ronde 5 pada Super Weekend 1, hari ke-1. Jumlah peak viewers dari Ronde 12 adalah 557,3 ribu orang dan Ronde 5 550,7 ribu orang. Di YouTube, PMPL ID Season 4 berhasil mendapatkan 23,6 juta views dengan 370,4 ribu likes.

4. MPL PH Season 8

Turnamen esports terpopuler ke-4 untuk bulan Agustus 2021 adalah Mobile Legends Professional League Philippines (MPL PH) Season 8. Pada bulan lalu, jumlah peak viewers dari kompetisi tersebut mencapai 458,9 ribu orang. Pertandingan terpopuler terjadi minggu ke-2 hari ke-3, ketika Blacklist International bertemu dengan Nexplay EVOS. Baik BI dan Nexplay EVOS memang dua tim yang paling populer di MPL PH. Sepanjang liga, Nexplay EVOS berhasil mendapatkan 2,38 juta hours watched dan 272,15 ribu average viewers. Sementara BI mendapatkan 1,84 juta jam hours watched dan 229,4 ribu average viewers.

Babak dan tim esports terpopuler sepanjang MPL PH S8. | Sumber: Esports Charts

MPL PH Season 8 dimulai pada 27 Agustus 2021 dan akan berakhir pada 31 Oktober 2021 mendatang. Saat ini, total durasi siaran dari kompetisi tersebut telah mencapai 37 jam. Sejauh ini, total hours watched dari MPL PH Season 8 mencapai 6,1 juta jam dengan jumlah average viewers sebanyak 167,4 ribu orang.  Kompetisi itu disiarkan di tiga platform, yaitu YouTube, TikTok, dan Facebook. Dari ketiga platform tersebut, Facebook menjadi platform yang paling populer, diikuti oleh YouTube. Di YouTube, jumlah views dari MPL PH Season 8 mencapai 11,9 juta views dengan 97,4 ribu likes.

3. LEC Summer 2021

League of Legends European Championship (LEC) Summer 2021 mulai digelar pada Juni 2021 hingga Agustus 2021. Pada puncaknya, kompetisi ini ditonton oleh 843,5 ribu orang. Babak yang menarik paling banyak penonton adalah pertandingan antara G2 dengan Fnatic, yang terjadi pada babak Playoffs, hari ke-6. Babak grand final — yang mengadu Fnatic dengan MAD Lions — justru menjadi pertandingan terpopuler kedua. Tidak heran jika pertandingan antara G2 dan Fnatic menjadi pertandingan paling populer, bahkan mengalahkan popularritas babak final. Pasalnya, Fnatic dan G2 merupakan dua tim terpopuler pada LEC Summer 2021.

Tim dan pertandingan terpopuler pada LEC Summer 2021. | Sumber: Esports Charts

Menurut data dari Esports Charts, total hours watched dari Fnatic mencapai 14 juta jam, sementara G2 memiliki 9,26 juta jam. Dari segi average viewers, kedua tim itu juga tetap menjadi tim paling populer di LEC Summer 2021. Fnatic memiliki 341,8 ribu average viewers dan G2 punya 235,7 ribu average viewers. Di YouTube, LEC Summer 2021 mendapatkan 16,3 juta views dengan 203,7 ribu likes. Sementara di Twitch, kompetisi itu disiarkan di 14 channel dengan total views mencapai 27,8 juta views.

Mengingat LEC Summer 2021 mengadu tim-tim League of Legends asal Eropa, kompetisi itu disiarkan dalam belasan bahasa. Siaran dalam bahasa Inggris masih menjadi siaran terpopuler dengan peak viewers sebanyak 532,5 ribu orang. Selain bahasa Inggris, siaran dalam bahasa Prancis dan Spanyol juga cukup populer.

2. LCK 2021 Summer

Sebelum ini, League of Legends Champions Korea (LCK) 2021 Summer juga sempat masuk ke dalam daftar turnamen esports terpopuler pada bulan Juni dan Juli 2021. Pada bulan Juli, LCK 2021 Summer duduk di peringkat ke-3. Dan pada Agustus 2021, kompetisi itu naik satu peringkat, menjadi peringkat ke-2.

Secara total, lama waktu siaran dari LCK 2021 Summer mencapai 295 jam, dengan total hours watched sebanyak 60,5 juta jam. Pada puncaknya, ada 1,3 juta orang yang menonton liga tersebut. Peak viewers tersebut tercapai pada babak final, yang mempertemukan T1 dengan DAMWON KIA. Sementara pertandingan terpopuler kedua adalah pertandingan antara T1 dengan Gen.G, yang terjadi di babak semifinal pada hari ke-2. Pertandingan tersebut berhasil menarik 907,9 ribu orang.

Data penonton LCK 2021 Summer. | Sumber: Esports Charts

LCK 2021 Summer disiarkan di YouTube dan Twitch. Di YouTube, liga tersebut mendapatkan 20,6 juta views dengan 223,6 ribu likes. Sementara di Twitch, LCK 2021 Summer disiarkan di 21 channels dan berhasil mendapatkan 61,2 juta views serta 259,1 ribu follows. Menariknya, LCK 2021 Summer juga menarik perhatian audiens dari Tiongkok. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah view LCK 2021 Summer jika platform di Tiongkok dilibatkan.

Jika data dari platform streaming game asal Tiongkok dimasukkan, total peak viewers dari LCK 2021 Summer adalah 28,1 juta orang. Sementara total hours watched dari kompetisi itu mencapai 856 juta jam dengan jumlah average viewers mencapai 2,9 juta orang.

Data penonton LCK 2021 Summer berdasarkan platform. | Sumber: Esports Charts

Siaran LCK 2021 Summer dalam bahasa Korea masih menjadi siaran paling populer. Jumlah peak viewers dari siaran berbahasa Korea mencapai 599,9 ribu orang. Bahasa Inggris menjadi bahasa paling populer kedua dengan jumlah peak viewers mencapai 348,1 ribu orang. Dan bahasa paling populer ketiga adalah bahasa Vietnam, yang mendapatkan 293,2 ribu peak viewers.

1. MPL ID Season 8

Gelar turnamen esports paling populer pada Agustus 2021 jatuh ke Mobile Legends Professional League Indonesia (MPL ID) Season 8. Dengan durasi siaran selama 69 jam, MPL ID Season 8 berhasil mendapatkan 23,2 juta jam hours watched, dengan jumlah average viewers sebanyak 338,7 ribu orang. Sementara itu, jumlah peak viewers dari MPL ID Season 8 adalah 1,7 juta orang. Peak viewers tersebut tercapai ketika EVOS Legends bertemu dengan RRQ Hoshi di minggu ke-3 hari ke-2. Memang, baik RRQ Hoshi dan EVOS Legends merupakan tim terpopuler di MPL ID Season 8, seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah.

Tim dan pertandingan terpopuler di MPL ID Season 8. | Sumber: Esports Charts

MPL ID disiarkan di tiga platform, yaitu YouTube, Facebook, dan NimoTV. Liga ini paling populer di YouTube, dengan jumlah peak viewers sebanyak 913,6 ribu orang. Secara keseluruhan, MPL ID Season 8 mendapatkan 82,1 juta views dan 976,7 ribu likes di YouTube. Sementara itu, NimoTV menjadi platform paling populer kedua dengan jumlah peak viewers sebanyak 727,7 ribu orang. Facebook menjadi platform dengan penonton paling sedikit. Jumlah peak viewers di platform tersebut hanya mencapai 80,6 ribu orang.

M3 World Championship Unveiled with US$800,000 Prize Pool; North American Qualifier Announced

Moonton will host its third world championship, M3, taking place at an offline venue in December, with US$800,000 on the line.

The M3 World Championship was first unveiled by Moonton in the MLBB Esports roadmap published earlier last month, which revealed the third world championship will take place in December and feature 16 teams – up from 12 in M2. The location is unconfirmed as of now, with numerous rumors claiming that the United Arab Emirates (UAE) is one of their top choices.

Moonton has also raised the stakes with the previous M2’s US$300,000 prize pool now set to US$800,000 as 16 teams will duke it out in an unannounced format.

The first iteration, M1 World Championship, saw EVOS Esports lift the trophy after a 4-3 victory over their Indonesian counterparts RRQ Hoshi. Subsequently, Bren Esports ruled the Mobile Legends M2 World Championships in come-from-behind fashion, defeating the Burmese Ghouls 4-3, in Singapore.

M3 World Championship – North American Qualifier

(Photo courtesy of MLBB Official)

North American Mobile Legends: Bang Bang teams now have a route to the M3 World Championship after the announcement of the North American qualification on August 31. It will take place from September 11-19 and will feature a US$6,500 prize pool up for grabs.

The top three teams will share the US$6,500 prize pool. The winning team will take home the lion’s share of US$3,500, the runner-up team will take home US$2,000, and the third-place team will pocket US$1,000. Additionally, 2,7 million diamonds will be up for grabs for the teams and spectators that tune in to the broadcast on Twitch, Facebook, TikTok, and YouTube.

Several notable talents will be hosting the show. which includes Jake “SirActionSlacks” Kanner, Austin “Capitalist” Walsh, and David “Assassin Dave” Mao.

Mobile Legends: Bang Bang World Championship

Teams will have a chance to qualify for the M3 World Championship in Indonesia, the Philippines, Malaysia, Singapore, Brazil, and Cambodia through their respective Mobile Legends Professional League (MPL) league.

Teams in Indonesia, the Philippines, Malaysia, Singapore, Brazil, and Cambodia will have the opportunity to qualify for the M3 World Championship via their local Mobile Legends Professional League (MPL) leagues.

While Moonton’s initial emphasis was on Southeast Asia, the company recently announced expansion into Brazil and Cambodia, as well as the transformation of MPL Philippines into a franchise league beginning with Season 8.

Ekspansi Mobile Legends dan Wild Rift ke Brasil, Seberapa Masuk Akal?

Selama 2020, industri mobile esports tumbuh dengan pesat. Faktanya, gelar kompetisi esports terpopuler kedua dan ketiga berdasarkan average viewers sepanjang 2020 ditempati oleh kompetisi Free Fire. Sementara itu, jika menggunakan hours watched sebagai tolok ukur, Mobile Legends Professional League menjadi kompetisi esports terpopuler kedua di 2020. Karena itu, tidak heran jika ada publisher dari mobile game yang berencana untuk melebarkan cakupan ekosistem esports mereka. Di mata publisher, Brasil menjadi salah satu negara yang menarik. Kenapa?

Ekosistem Esports di Brasil

Jumlah populasi merupakan salah satu tolok ukur untuk mengetahui besar pasar esports sebuah negara. Pada 2019, jumlah penduduk Brasil mencapai 211 juta orang. Menurut Statista, jumlah fans esports di Brasil pada 2017 mencapai 15,4 juta orang: 8,8 juta merupakan occasional viewers dan 6,6 juta lainnya esports enthusiasts. Angka ini naik menjadi 18,3 juta orang pada 2018, dengan pembagian 10,7 juta occassional viewers dan 7,6 juta esports enthusiasts. Pasar esports Brasil juga masih akan tumbuh. Pada tahun ini, diduga, jumlah penonton esports di Brasil akan mencapai 27,9 juta orang. Sebanyak 15,3 juta orang merupakan occasional viewers dan 12,6 juta lainnya esports enthusiasts.

Jumlah fans esports di Brasil. | Sumber: Statista

Salah satu publisher yang hendak melakukan ekspansi ekosistem esports mereka pada tahun ini adalah Moonton, publisher dari Mobile Legends: Bang Bang. Pada Juni 2021, perusahaan asal Tiongkok itu mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan liga nasional Mobile Legends di Brasil. Padahal, selama ini, Moonton hanya fokus di Asia Tenggara untuk mengembangkan ekosistem esports Mobile Legends. Sebelum membentuk MPL di Brasil, MPL hanya tersedia di negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, Myanmar, dan Singapura, seperti yang disebutkan oleh Esports Charts.

MPL Brasil telah debut pada 14 Agustus 2021. Dalam liga tersebut, enam tim esports akan bertanding dengan satu sama lain untuk memperebutkan total hadiah sebesar US$30 ribu. Jika dibandingkan dengan total hadiah MPL Indonesia (US$300 ribu) dan MPL Filipina (US$150 ribu), total hadiah MPL Brasil memang tidak terlalu besar. Namun, dengan mengadakan MPL Brasil, Moonton juga memberikan kesempatan pada tim-tim Mobile Legends di negara tersebut untuk bertanding di kompetisi yang lebih besar, termasuk MPL Invitational dan M3 World Championship.

Jumlah penonton MPL di Asia Tenggara. | Sumber: Esports Charts

Moonton bukan satu-satunya publisher yang melirik pasar esports Brasil. Riot Games juga menunjukkan ketertarikan pada negara tersebut. Tidak lama setelah Moonton mengumumkan keberadaan MPL Brasil, pada awal Juli 2021, Riot Games mengungkap skema dari kompetisi Wild Rift di Brasil. Perusahaan asal AS itu bakal memulai turnamen Wild Rift di Brasil dengan mengadakan turnamen pra-musim. Setelah itu, mereka akan menggelar turnamen Wild Rift Tour,yang menawarkan total hadiah sebesar US$50 ribu.

Sebagai bagian dari Wild Rift Tour, Riot akan mengadakan empat kualifikasi terbuka pada periode Agustus-September 2021. Dari kompetisi-kompetisi tersebut, delapan tim dengan nilai tertinggi akan maju ke babak final. Sementara itu, babak grand final dari Wild Rift Tour akan digelar pada Oktober 2021. Jika kondisi pandemi di Brasil memungkinkan, maka babak final dari Wild Rift Tour akan digelar secara offline di studio Riot Games Sao Paulo. Tim yang keluar sebagai pemenang dari Wild Rift Tour akan mewakili Brasil di Wild Rift World Championship 2021.

Apa yang Membuat Brasil Menarik di Mata Publisher?

Populasi Brasil cukup besar. Negara Amerika Latin itu merupakan negara dengan populasi terbesar ke-6 di dunia. Selain populasi yang besar, seperti yang disebutkan oleh Esports Charts, penonton esports Brasil sudah terbiasa menonton konten mobile esports. Game esports yang digemari oleh fans esports Brasil adalah Free Fire, yang merupakan mobile game esports terpopuler setelah PUBG Mobile pada 2020. Jadi, tidak heran jika para publisher mobile game mulai melirik negara tersebut.

Dafter mobile game esports terpopuler berdasar hours watched pada 2020. | Sumber: Esports Charts

Sejauh ini, audiens esports di Brasil juga sudah cukup aktif menonton kompetisi esports. Contohnya, pada Free Fire World Series 2021 Singapore, jumlah peak viewers dari siaran berbahasa Portugis — bahasa yang digunakan di Brasil — mencapai satu juta orang. Angka ini menyamai jumlah peak viewers dari beberapa kompetisi esports ternama, seperti PUBG Mobile World Invitational 2021 dan League of Legends Champions Korea Spring 2020. Dan kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekali. Contoh lainnya adalah Free Fire Continental Series 2020 Americas, yang digelar pada November 2020. Jumlah peak viewers dari siaran berbahasa Portugis kompetisi tersebut mencapai 845,8 ribu orang.

Streamers punya peran penting dalam memopulerkan game esports atau organisasi esports di Brasil. LOUD adalah salah satu organisasi esports paling terkenal di Brasil. Di sana, mereka dikenal berkat konten Free Fire yang mereka buat. Saat ini, jumlah subscribers dari channel YouTube LOUD Free Fire bahkan telah mencapai 2,54 juta orang.

Alasan lain mengapa Moonton dan Riot Games tertarik untuk menjajaki pasar esports Brasil adalah karena audiens esports di Brasil cukup menyukai game MOBA. Buktinya, jumlah peak viewers dari liga League of Legends nasional Brasil, CBLOL 2021 Split 1, mencapai 416 ribu orang. Angka ini cukup besar untuk liga regional. Dan walau League of Legends cukup populer di Brasil, belum ada mobile MOBA yang masuk di negara tersebut. Setidaknya sampai beberapa bulan lalu. Pasalnya, selama ini, Mobile Legends hanya fokus pada Asia Tenggara, sementara Arena of Valor populer di Vietnam. Padahal, di Brasil, genre MOBA juga cukup populer.

Kesimpulannya, Brasil punya fans esports yang cukup banyak. Selain itu, mereka juga sudah terbiasa menonton konten mobile esports. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penonton kompetisi Free Fire. Di Brasil, MOBA juga cukup populer. Semua hal ini membuat Moonton tertarik untuk mengembangkan skena esports Mobile Legends di Brasil dan Riot Games dengan Wild Rift.

Mobile Legends Lakukan Kolaborasi dengan Transformers

Mobile Legends Bang Bang (MLBB) tetap jadi game MOBA paling laris di Indonesia hingga saat ini. Di tengah tren kolaborasi yang dilakukan oleh berbagai game, game buatan Moonton ini mengumumkan bahwa mereka akan berkolaborasi dengan franchise Transformer.

Melanjutkan kolaborasi yang sebelumnya berhasil dengan Star Wars, Moonton kini membawa karakter-karakter ikonik dari serialnya untuk bertempur di Land of Dawn. Moonton juga merilis trailer yang menunjukkan karakter seperti Optimus Prime, Bumblebee, dan juga Megatron.

Di dalam trailer berjudul “Legends of Two Worlds” tersebut diceritakan bahwa Autobot yaitu Optimus dan Bumblebee yang bekerja sama dengan Johnson untuk menghentikan Decepticon yang dipimpin oleh Megatron dan bekerja sama dengan X.borg.

Image Credit: Moonton

Di akhir trailer-nya Granger juga muncul untuk membantu Optimus dan Johnson hingga mampu memojokkan Megatron. Namun sesaat kemudian muncul sosok misterius bermata merah dari dalam pesawat yang diikuti dengan senyuman licik dari Megatron.

Sayangnya, trailer sinematik tersebut tidak menjelaskan banyak tentang bagaimana para Transformer tersebut bisa masuk ke Land of Dawn atau apa yang ingin mereka lakukan di sana. Namun Moonton menjanjikan bahwa penjelasan cerita tersebut akan datang melalui komik “Visitor From Cybertron” yang akan dirilis pada 21 Agustus mendatang.

Moonton juga akhirnya menunjukkan beberapa skin eksklusif Transformer untuk karakter-karakter dalam game-nya. Lewat trailer lainnya, mereka menunjukkan Johnson akan mendapatkan skin Optimus Prime. Granger mendapatkan skin Megatron, dan X.Borg mendapatkan skin Bumblebee.

Sayangnya pengumuman skin tersebut membuat para pemain bingung. Karena adanya ketidaksesuaian apa yang diperlihatkan di trailer sinematik dengan skin yang didapatkan oleh Granger dan X.Borg. Di dalam trailer sinematiknya Granger diperlihatkan membantu Optimus, Bumblebee, dan Johnson, namun malah mendapat skin Megatron.

Image Credit: Moonton

Sedangkan X.Borg yang terlihat membantu Megatron malah mendapatkan skin Bumblebee. Banyak fans yang akhirnya mempertanyakan keputusan tersebut. Meskipun ada juga fans yang menjelaskan bahwa hal tersebut dilakukan karena X.Borg lebih memiliki skill yang mirip dengan Bumblebee ketimbang Granger.

Event kolaborasi MLBB X Transformer ini akan dimulai pada 24 Agustus 2021 mendatang yang akan memuat berbagai item bertema Transformer mulai skin hingga avatar untuk didapatkan para pemain.

Rekap MPL ID Season 8 Week 1: Alter Ego Dipuncak, EVOS Legends Tertahan

MPL Indonesia Season 8 sudah memasuki minggu yang pertama. Setiap tim sudah menyelesaikan 1 hingga 2 pertandingannya. Pada minggu pertama ini terdapat beberapa kejutan yang terjadi dalam pertandingan. Mulai dari sang juara bertahan EVOS Legends yang tumbang di laga pembuka hingga Aura Fire yang lupa menggunakan spell retribution saat bertanding melawan EVOS Legends.

Berikut ini rekap MPL ID Season 8 minggu pertama:

Alter Ego & Bigetron Alpha Curi Start

Image Credit: Alter Ego

Alter Ego dan Bigetron Alpha mengawali musim 8 ini dengan 2 buah kemenangan dari 2 match yang mereka jalani. Alter Ego berhasil mengalahkan Geek Fam dan RRQ Hoshi. Sementara Bigetron Alpha berhasil mengakhiri perlawanan dari Rebellion Genflix dan EVOS Legends. Dengan poin 2 kemenangan tersebut Alter Ego dan Bigetron Alpha berhasil bertengger di posisi 2 teratas klasemen.

EVOS Legends & RRQ Hoshi Tertahan

Image Credit: MPL Indonesia

2 tim Mobile Legends yang digadang-gadang akan menjuarai MPL ID Season 8 ini yakni EVOS Legends dan RRQ Hoshi tampil kurang maksimal di minggu pertamanya. Kedua tim tersebut hanya mampu memenangkan 1 dari 2 pertandingan yang mereka jalani. EVOS Legends menang melawan Aura Fire ketika Aura Fire tidak menggukan spell retribution yang sangat berdampak pada pertandingan. Sedangkan RRQ Hoshi hanya mampu mengalahkan Geek Fam di hari pertama minggu pertama. Hasil ini membuat EVOS Legends dan RRQ Hoshi berada di posisi 4 dan 5 klasemen sementara MPL ID Season 8.

Debut Buruk Rebellion Genflix

Image Credit: Rebellion Genflix

Satu-satunya tim baru di MPL ID Season 8 ini, yaitu Rebellion Genflix, mengawali debutnya dengan hasil yang buruk. Rebellion Genflix tidak mampu memenangkan 2 pertandingan yang mereka jalani. Rebellion Genflix kalah melawan Bigetron Alpha dan ONIC Esports. Dengan hasil ini, maka Rebellion Genflix berada di dasar klasemen dengan skor 0-2 di bawah Geek Fam — meski dengan skor yang sama.

Image Credit: MPL Indonesia

Tim lainnya yang berhasil mengawali minggu pertama dengan cukup baik adalah ONIC Esports. Meskipun baru bermain 1 kali saja, tim ini mampu memenangkan pertandingannya dan berada di posisi 3 klasemen MPL ID Season 8.

Meskipun begitu, perjalanan menuju tangga juara MPL ID Season 8 masih panjang. Masih akan ada banyak pertandingan yang dijalani. EVOS Legends dan RRQ Hoshi mungkin terlambat panas. Sedangkan Rebellion Genflix perlu beradaptasi. Selain itu Bigetron Alpha dan Alter Ego tidak boleh jemawa atas start bagus di awal musim ini. Banyak hal masih bisa terjadi di MPL ID Season 8.