MPL ID Season 4 Telah Selesai, Seberapa Manis Buah Investasi Rp15 miliar?

Setelah tiga musim Mobile Legends: Bang Bang Professional League Indonesia (MPL ID), Moonton, sebagai pengembang dan penggagas liga profesional MLBB, mengambil langkah berisiko di musim keempat. Agustus 2019, lewat sebuah gelaran konferensi pers, mereka memutuskan untuk mengubah sistem liga terbuka (yang selama ini jadi norma umum di esports Indonesia) menjadi sistem liga tertutup alias sistem liga franchise.

Hal ini sempat menjadi polemik sebelumnya. Salah satu organisasi esports di Indonesia ketika itu buka ucapan soal penjualan slot peserta MPL sebesar Rp15 miliar. Hal ini sebetulnya tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Karena biaya yang dibayarkan dalam sistem liga franchise sebenarnya adalah bentuk investasi, yang akan memberikan keuntungan kembali kepada organisasi esports yang telah tergabung di dalamnya.

Kini, MPL ID Season 4 telah selesai. EVOS Esports berhasil mendapatkan titel juara yang diidam-idamkannya setelah tiga musim sebelumnya cuma bisa murung karena dua kali dapat gelar runner-up dan satu kali jadi tim yang pulang di hari pertama babak Playoff.

Lalu setelah satu musim berjalan, apa kabar liga franchise yang telah dijalankan? Apakah memberikan hasil yang sepadan? Apa rencana selanjutnya dari franchise model MPL Indonesia?

Saat gelaran MPL ID Season 4 berlangsung, saya sempat berbincang dengan Dylan Chia, MPL Indonesia Marketing Director. Mengawali sesi wawancara, awak media mempertanyakan, kenapa sistem liga terbuka yang selama ini jadi norma umum di Indonesia harus diubah menjadi sistem liga tertutup?

Dylan menjawab, salah satu alasannya karena ia merasa MPL ID sudah mencapai puncaknya saat itu. MPL ID memang sudah mendapat perhatian dari berbagai pihak dan menjadi salah satu helatan esports terbesar di Indonesia. Namun demikian, ia merasa ekosistem cenderung jadi tidak teratur dengan sistem terbuka.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

“Kami merasa para tim tidak punya struktur liga yang jelas. Para tim sebetulnya bisa berkembang lebih besar lagi, namun ruang gerak mereka terbatas karena struktur liga terbuka yang diusung ketika itu. Jadi kami tersadar, bahwa kami ingin mendorong liga kami (MPL) lebih jauh lagi, dan yang harus kami lakukan adalah membuat struktur esports MLBB jadi lebih rapih.” Dylan menjelaskan alasan perubahan bentuk menjadi franchise model di MPL ID Season 4.

“Kami sadar bahwa Indonesia memang cukup baru dengan hal ini. Franchise model sebenarnya membuat liga menjadi milik bersama. Ketika ingin membuat MPL jadi lebih besar lagi, kami tahu bahwa kami tidak bisa melakukannya sendirian. Maka dari itu kami berpikir untuk mengundang organisasi esports di Indonesia untuk turut berinvestasi, dan berkembang bersama lewat gelaran MPL Indonesia.” Dylan penjelasannya soal alasan penerapan franchise model untuk MPL Indonesia.

Apa Kabar Franchise Model Setelah Satu Musim? 

Lalu dengan penerapan franchise model untuk MPL ID Season 4, bagaimana dampaknya kepada liga? Kembali berbicara dengan Dylan, dia sendiri mengaku puas dengan perkembangan MPL sejauh ini.

“Perkembangan MPL sejauh ini adalah berkat usaha bersama. Perkembangannya sangat terasa, terutama dari viewership musim keempat yang meningkat. Jumlah penonton tertinggi MPL ID Season 4 di saat bersamaan mencapai 250 ribu penonton (peak concurrent views), hanya untuk streaming di FB Gaming saja. Social media awareness juga sangat luar biasa, tentunya juga dengan bantuan tim peserta MPL, yang turut membuat konten bersama kita.” Dylan menceritakan soal peningkatan MPL dari season 3 ke season 4.

Lalu bagaimana dari sudut pandang tim esports? Apakah dengan perubahan ini memberikan hasil yang baik? Redaksi kami bicara dengan Chandra Wijaya, Managing Director ONIC Esports. Chandra ternyata turut merasakan apa yang dijelaskan oleh Dylan.

Sumber: Esports Charts
Jumlah penonton tertinggi di saat bersamaan yang mencapai 289 ribu ini menjadi satu indikator kesuksesan dari MPL ID Season 4. Sumber: Esports Charts

Dari sudut pandang organisasi esports, ia merasa bahwa MPL ID Season 4 mengalami peningkatan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan musim lalu. “Sejauh ini kami (ONIC Esports) merasa MPL ID Season 4 mengalami perkembangan yang sangat positif, jika dibanding dengan season 3. Mulai dari viewershipattendance penonton saat offline eventproduction value jadi lebih baik, ditambah euphoria penonton yang meningkat jauh.” Chandra menjelaskan.

Seperti tadi disebut di awal, franchise model menggunakan sistem investasi. Tim yang ingin bergabung harus menginvestasikan sejumlah uang, yang dijanjikan akan kembali setelah beberapa waktu. Moonton mematok harga Rp15 miliar bagi tim yang ingin investasi untuk MPL ID Season 4. Sebagai ganti, tim yang berani investasi dipastikan berada di dalam liga dan mendapat keuntungan lainnya.

Harga yang dipatok tidak bisa dibilang kecil, apalagi untuk ekosistem esports Indonesia yang masih seumur jagung. “Jujur, saat awal Moonton membuka pembicaraan soal ini, ONIC Esports banyak melakukan pertimbangan terlebih dahulu.” Chandra bercerita.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Ajie Zata
Chandra Wijaya, Managing Director ONIC Esports Sumber: Dokumentasi Hybrid – Ajie Zata

Lalu, apakah investasi tersebut menguntungkan bagi organisasi esports? “Kalau dilihat secara umum, saya melihat kehadiran sistem ini memaksa semua bagian dari ekosistem jadi berkembang. Menjalankan tim esports bukan lagi cuma hobi, yang mana sekadar punya tim, ikut kompetisi, lalu menang. Tim atau organisasi jadi harus berjalan dengan lebih proper, harus punya manajemen bagus yang profesional. Ini juga memicu ONIC untuk lebih serius, membuat esports betulan jadi bisnis. Ini positifnya dari franchise model kalau menurut aku. Apalagi karena kita semua sudah invest, kita jadi punya kepentingan bersama untuk memajukan ekosistem ini.”

Setelah melihat jawaban-jawaban tersebut, mungkin Anda jadi penasaran dengan keuntungan finansial yang didapat tim peserta MPL ID Season 4. Namun karena franchise model MPL ID baru berjalan selama satu musim, hitung-hitungannya memang belum masuk akal. Kenapa?

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Tak hanya itu, antusiasme penonton untuk menyaksikan keseruan pertandingan MPL ID Season 4 juga dianggap menjadi indikator kesuksesan lainnya. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Coba kita hitung kasar saja. Misalnya, Moonton harus mengembalikan uang investasi ataupun menyuguhkan value yang sama dalam satu musim. Anggap memang benar nilai investasinya Rp15 miliar tiap tim. Ditambah lagi, dalam satu musim, MPL dibagi jadi 2 babak: Regular Season dan Playoffs. Mengingat nilai babak Playoffs lebih besar, anggap saja kita bagi nilai investasinya jadi 50-50 — meski babak Playoffs hanya menyuguhkan 8 pertandingan.

Mari kita hitung nilai yang harus diberikan untuk Regular Season terlebih dulu. Babak Regular Season terbagi jadi 8 pekan dan setiap pekan ada 3 Match Day. Berarti, dalam satu Regular Season ada total 24 Match Day. Dengan nilai babak Regular Season sebesar Rp7,5 miliar (karena sudah dibagi 2 dengan Playoffs), hal ini artinya setiap Match Day harus menyuguhkan nilai sebesar Rp312,5 juta.

Sedangkan untuk Playoffs, seperti yang kemarin sudah dilaksanakan (26-27 Oktober 2019), ada total 8 pertandingan. Dengan demikian, nilai tiap pertandingan di babak Playoffs adalah Rp937,5 juta (Rp7,5 miliar dibagi 8).

Jangan lupa, hitungan tadi baru menghitung nilai investasi dari 1 tim. Berhubung ada 8 tim peserta MPL ID S4 berarti nilai investasinya berubah jadi Rp120 miliar. Dengan hitungan yang sama dengan sebelumnya namun dengan nilai investasi yang baru, nilai setiap Match Day untuk Regular Season jadi Rp2,5 miliar. Sedangkan untuk Playoffs, nilai yang harus diberikan setiap pertandingan adalah Rp7,5 miliar.

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL Indonesia
Kalau sekian banyak penonton ini bisa membayar tiket Rp4 juta setiap kali menonton Regular Season MPL ID Season 4, niscaya investasi Rp15 miliar bisa segera kembali dalam jangka waktu dua bulan saja. Sumber: Dokumentasi Resmi MPL Indonesia

Jadi, nilai tadi memang tidak masuk akal. Namun demikian, dari kabar yang kami dengar, nilai investasi dari MPL tadi akan dikembalikan dalam waktu 36 bulan atau 3 tahun. Melihat ke belakang, MPL menggelar 2 Season setiap tahunnya. Hal ini berarti akan ada 6 Season dalam kurun waktu 3 tahun.

Bagaimana hitung-hitungan nilai investasinya jika Rp120 miliar tadi disesuaikan untuk durasi investasi 36 bulan? Rumus yang kami gunakan masih sama dengan yang pertama. Dengan demikian, nilai yang harus diberikan setiap Match Day selama Regular Season adalah Rp416,7 juta. Sedangkan nilai setiap pertandingan di Playoffs menjadi Rp1,25 miliar.

Hitung-hitungan nilai investasi tadi memang membuatnya jadi terdengar mengerikan. Apalagi, MPL juga belum punya sumber pendapatan yang jelas, selain dari sponsor. Contoh paling sederhana, Regular Season dan Grand Final memang ramai penonton, tapi belum ada biaya tiket untuk menonton MPL. Tidak ada biaya tiket, berarti tidak ada pemasukan bagi MPL ID Season 4, setidaknya dari sisi ticketing.

Jika MPL ingin mengembalikan uang investasi tersebut lewat pemasukan dari ticketing saja, hitungan kasarnya akan seperti ini. Anggaplah XO Hall, Tanjung Duren, venue MPL ID Season 4 selama Regular Season, bisa menampung 500 orang penonton. Dari hitungan terakhir (yang menggunakan durasi pengembalian nilai investasi selama 36 bulan), nilai setiap Match Day adalah Rp416,7 juta. Ini berarti tiket yang harus dibayarkan setiap penonton yang ingin menonton langsung adalah sekitar Rp833 ribu.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pertanyaannya, siapa yang mau membayar Rp833 ribu hanya untuk menonton esports di Indonesia? Reza Ramadhan, Head of Marketing MET Indonesia, pernah mencoba menggunakan sistem tiket masuk untuk MPL ID Season 3. Dengan harga cuma Rp20 sampai 35 ribu saja sudah cukup membuat antusiasme penonton jadi menurun. Padahal penonton sudah bisa mendapatkan berbagai merchandise dan in-game item yang sepadan dengan harga tiket tersebut. Lalu jika kita bandingkan dengan industri olahraga, harga tiket NBA, yang bisa dibilang sebagai liga bola basket paling prestisius di dunia, ada di kisaran US$100 (sekitar Rp1,4 juta) untuk sekali pertandingan. Rasanya jadi semakin tidak mungkin untuk mematok tadi di Indonesia.

Jadi, mungkin memang perhitungan keuntungannya tak bisa dinilai dari sisi finansial namun dengan dampak positif seperti yang disebut oleh Chandra Wijaya dari ONIC Esports tadi. Namun apakah nilainya memang worth dengan harga yang harus dibayarkan? Jawabannya kembali ke masing-masing pemilik tim.

Apa Langkah Moonton Untuk MPL ID Season 5?

Jika MPL ID Season 4 berhasil memberi sentimen positif, berarti MPL ID Season 5 harus menjadi lebih besar lagi dan lebih baik lagi bukan? Dylan beberapa kali mengatakan, walau MPL ID Season 4 terlihat lebih besar, lebih baik, lebih positif daripada musim sebelumnya, namun ini baru permulaan saja.

Untuk season 5, Dylan menceritakan setidaknya dua rencana. Pertama adalah rencana membuat developmental league atau semacam liga seri B kalau dalam sepakbola Italia. Kedua adalah rencana menyelenggarakan MPL di kota lain. “Untuk membuat MPL ID Season 5 jadi lebih besar lagi, kami sedang mempersiapkan inisiatif developmental league. Kami ingin memberikan kesempatan kepada tim MLBB kelas dua untuk berkembang sehingga bisa menciptakan talenta-talenta baru. Harapannya, talenta-talenta baru ini nanti bisa membantu MPL menjadi semakin besar dan semakin kompetitif. Untuk saat ini rencana akan hal tersebut masih dalam proses diskusi.” Dylan mengatakan.

Polemik yang muncul pertama dan masih bertahan sekarang, salah satunya adalah soal ekosistem amatir ataupun semi-pro. Jika tim harus menggelontorkan dana Rp15 miliar untuk masuk MPL, bagaimana nasib tim kecil atau pemain semi-pro, yang sebelumnya bisa berharap masuk MPL karena menggunakan sistem terbuka? Kehadiran developmental league mungkin bisa menjadi jawaban atas keinginan komunitas tersebut. Semoga saja hal ini akan memberi jalur yang jelas bagi pemain amatir dan semi-pro untuk bermain di MPL, sehingga menjadi pemain profesional tak lagi hanya sekadar mimpi.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dylan Chia, MPL Indonesia Marketing Director. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ketika MPL ID Season 4 berjalan, Moonton sebenarnya menjalankan program Mobile Legends Intercity Championship (MIC). Program tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memberi panggung bagi pemain semi-pro. MIC diselenggarakan di delapan kota yaitu Palembang, Medan, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Makassar, Surabaya, dan Jakarta. Kendati program ini berjalan dengan cukup meriah, namun publikasinya di dunia maya cenderung kurang terasa. Seharusnya, publikasi MIC juga jadi salah satu fokus Moonton karena bisa digunakan untuk menekan sentimen negatif soal ekosistem grass root.

Ditambah lagi, kompetisi ini juga tidak punya jenjang lanjutan. Pemenang kompetisi memang mendapat gelar The Legend of Nusantara, tapi perjuangan mereka hanya akan terhenti di MIC saja; tetap tak punya kesempatan untuk menuju ke MPL. Tapi bisa saja, program tersebut adalah persiapan Moonton untuk menyelenggarakan developmental league yang akan hadir di season 5 nanti.

Selain itu, Dylan juga sedikit membocorkan rencana mengadakan MPL di kota lain. “Kami (Moonton) juga sedang mempertimbangkan, apakah MPL ID Season 5 akan tetap berada di Jakarta atau pindah ke kota lain. Hal ini kami lakukan demi membuat esports jadi semakin mainstream di Indonesia. Namun, ini masih dalam perencanaan, tapi saya merasa itu akan menjadi salah satu perkembangan terbesar untuk MPL ID Season 5 nanti.”

Strategi ini sebenarnya juga sudah sempat dicoba oleh Moonton ketika menyelenggarakan MPL ID Season 2. Setelah sukses besar di musim pertama, MPL lalu mencoba untuk menyajikan kasta tertinggi kompetisi MLBB di kota Surabaya pada musim kedua. Percobaan Moonton cukup sukses saat itu. Walau tidak diadakan di Jakarta, ribuan penggemar MLBB dari Surabaya dan kota-kota sekitar ternyata sangat antusias hadir untuk menjadi saksi kemenangan RRQ.O2 dalam MPL ID Season 2 yang diadakan di Jatim Expo, Surabaya.

Siapa tahu, Moonton akan mencoba untuk memisah waktu dan tempat pertandingan babak Playoffs di MPL ID Season 5. Jadi misalkan Playoffs diselenggarakan di Surabaya, Grand Final pertandingan best-of-7 diadakan di Bali agar pemain bisa lebih fokus dan euphoria penonton bisa terkumpul di satu tempat. Kalau rencananya seperti itu, mungkin kami para media yang paling senang; karena bisa jalan-jalan sekaligus meliput MPL… Hehe.


Dengan semua nada positif yang didapatkan MPL ID Season 4 (setidaknya jika tidak melihat hitung-hitungan finansial seperti yang kami jabarkan tadi), tentunya kita berharap MPL ID Season 5 akan jadi lebih terstruktur, lebih besar, dan mampu menjaga antusiasme penonton terhadap kompetisi esports paling dinamis di Indonesia ini. Meskipun memang, ada sejumlah hal yang bisa diperbaiki ataupun hal baru yang bisa dicoba untuk selanjutnya.

Sebagai pionir, saya berharap model ini bisa sukses di Indonesia. Bagaimanapun, kesuksesan Moonton lewat franchise model MPL ID bisa menjadi sarana ekosistem esports Indonesia untuk belajar dengan sistem baru ini.

Hari Kedua Babak Playoff MPL ID Season 4: Buah Manis Penantian Panjang Si Harimau Putih

Ribuan pasang mata tertegun menatap ke layar besar di panggung MPL Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4). Wajar, laga Grand Final mempertemukan rivalitas tersengit sepanjang sejarah kancah esports Mobile Legends di Indonesia. The El Classico, RRQ melawan EVOS, dua tim yang banyak diidolakan para penonton sejak dari Season 1 dulu.

Sesaat EVOS ataupun RRQ menciptakan momen, penonton menggemuruh, meneriakkan nama tim yang mereka dukung. Di sisi kanan para penggemar dengan atribut serba kuning meneriakkan nama RRQ sekuat tenaga mereka. Di sisi kiri juga tak mau kalah, penonton dengan atribut serba biru menyebut nama EVOS Esports yang memekakkan telinga penonton lainnya di Tennis Indoor Senayan.

Ini mungkin bisa dibilang jadi MPL Indonesia paling emosional sepanjang sejarah. Kemenangan yang sudah diidam-idamkan si Harimau Putih akhirnya tiba juga. Tim ini sudah jadi favorit juara sejak awal Season 1. Namun sayang, kemenangan tersebut tak kunjung tiba. Dua kali mereka harus puas jadi runner-up saja, di MPL ID Season 1 dan Season 2. Tapi di Season 4, semua usaha keras mereka, kesetiaan Oura yang tak pernah sekalipun beranjak dari tim, akhirnya terbayar. EVOS Esports jadi juara MPL Indonesia Season 4.

Laga Grand Final antara EVOS melawan RRQ sebenarnya adalah rematch dari Upper Bracket Final MPL ID Season 4, bahkan juga bisa dibilang rematch dari MPL ID Season 2. Namun kali ini EVOS Esports datang dengan persiapan lebih matang. Persiapkan tersebut membuat EVOS bisa melaju dengan cukup mulus saat babak Upper Bracket Final. RRQ dibabat habis 2-0 oleh EVOS dalam durasi yang cukup cepat.

Kekalahan ini memaksa RRQ turun ke Lower Bracket Final dan kembali menghadapi Alter Ego. Namun sepertinya Alter Ego pun masih sangat kebingungan menghadapi permainan RRQ. Berkali-kali Rmitchi dan kawan-kawan berusaha sebisanya untuk mencari celah di pergerakan tim RRQ, namun mereka masih tak juga mendapatkannya. Alter Ego gagal membalaskan dendamnya saat di Upper Bracket Semi-Final kemarin, RRQ berhasil menang 2-0.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Alter Ego gagal membalaskan dendamnya saat harus mengahadapi RRQ lagi di babak Lower Bracket Final. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Jelang melaju ke Grand Final, RRQ sempat berbagi soal persiapannya untuk melawan EVOS. “Sebetulnya saat Upper Bracket Final kami banyak coba-coba dan melakukan eksperimen. Kami sedang menguji seberapa efektif suatu hero tertentu yang jarang dipakai jika digunakan untuk pertandingan tingkat tinggi. Makanya kalau untuk Grand Final kita sudah mempersiapkan sesuatu yang khusus yang tentunya tak akan diduga oleh EVOS.” ucap R7 menjawab alasan kekalahannya saat sesi konfrensi pers.

Benar saja, Grand Final berjalan seperti yang direncanakan oleh RRQ, walau cuma untuk game pertama saja. RRQ ketika itu berhasil membungkam Grock dari Donkey yang keganasannya sudah melegenda di kancah kompetitif Mobile Legends. Donkey dipaksa bermain Chou berhasil membuat permainan RRQ jadi di atas angin. Apalagi pada game pertama permainan RRQ juga lengkap lewat lihainya Kaja dari Vyn, ganasnya Badang dari R7, serta sadisnya Lunox dari Lemon, yang membuat EVOS jadi kelabakan. Akhirnya, setelah satu kali Lord, Game pertama dimenangkan oleh RRQ.

Donkey kembali dipaksa menggunakan Chou di Game kedua, membuat dirinya jadi bulan-bulanan bagi tim RRQ. Wajar, permainan Donkey memang cenderung barbar, membuat hero yang mengutamakan timing dan kedisiplinan seperti Chou jadi kurang cocok untuknya. RRQ pun segera memanfaatkan momen ini untuk menguasai permainan. Sayangnya RRQ belum sepenuhnya menguasai permainan, karena Claude dari Rekt diam-diam terus mengumpulkan pundi-pundinya. Belum lagi RRQ juga menggunakan hero yang cukup eksperimental dalam pertandingan ini, yaitu Gord untuk Lemon.

Benar saja, masuk fase pertengahan permainan, RRQ mulai keteteran. Claude dari Rekt terus menerus membuat kekacauan. Ia bisa dengan seenak hati menembus ke jantung serangan RRQ dengan Blazing Duet dan melenggang kabur dengan mudah menggunankan Battle Mirror Image. Mereka kebingungan, mencari cara untuk menghentikan Rekt, termasuk Gord dari Lemon.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ditambah lagi, Lord yang harusnya bisa didapatkan RRQ tercuri oleh X-Borg dari Oura di menit 18, yang mungkin semakin menambah beban mental pada permainan mereka. Akhirnya memasuki menit 23 RRQ tak lagi mampu menahan gempuran tersebut. EVOS menangkan game kedua, skor jadi 1-1.

Kini pertarungan sampai kepada game ketiga. Giliran EVOS yang bermain eksperimental. Kali ini mereka menggunakan Zhask untuk Rekt. Tapi satu hal yang paling ditakuti datang di game ini, Donkey akhirnya mendapatkan Grock. Tak butuh waktu lama, Grock dari Donkey terus menerus membuat RRQ jadi kewalahan. Eksperimen EVOS juga berhasil pada game ini, Zhask terus-terusan memakan Turret demi Turret tim RRQ. Dalam 8 menit, semua Turret terluar tim RRQ habis. Dengan satu kali lord, EVOS pun segera memenangkan game ketiga dalam durasi 10 menit saja.

Masuk game keempat, pertandingan jadi semakin menegangkan bagi tim RRQ, karena ini adalah momen hidup dan mati. Dengan skor sementara 2-1, EVOS berarti cukup menangkan satu game lagi dari seri best-of-five, untuk bisa menjadi juara.

Tetapi blunder besar dilakukan oleh RRQ saat fase draft pick. Pertama, Grock terbebas dan berhasil diambil oleh EVOS saat first pick. Kedua, Claude juga lepas, yang segera diambil oleh EVOS saat kesempatan second pick. Tapi RRQ sendiri sebenarnya mengamankan hero-hero andalan mereka seperti Karrie dan Kaja.

Menariknya, saat pertandingan dimulai RRQ malah mengungguli EVOS di awal permainan, setidaknya dari sisi kill point. Sayang hal itu belum cukup untuk membungkam EVOS, karena mereka masih imbang secara net-worth. Alhasil, dengan segera Claude yang dimainkan Rekt mengacak-acak pergerakan tim RRQ. R7 dan kawan-kawan mulai kalang kabut, kordinasi mereka mulai tak karuan. Jalan EVOS jadi semakin mulus setelah mereka unggul 8 ribu net-worth, dan menyapu bersih semua Turret terluar tim RRQ. Akhirnya dengan satu kali Lord, semua Turret terdalam RRQ hancur, serangan pun tak lagi dapat dibendung, EVOS Esports menjadi juara MPL ID Season 4.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Histeria Donkey mendapatkan piala MPL Indonesia setelah mendambakannya dengan cukup lama. Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Ini jadi kemenangan yang sangat manis bagi pemain-pemain senior seperti Oura, Donkey, dan juga Rekt, yang sudah sangat mendamba-dambakan piala MPL Indonesia sejak lama. Kemenangan ini jadi tambah lengkap karena keberhasilan mereka membawa para pendatang baru, Wann dan Luminaire, jadi juara di MPL pertama yang mereka ikuti. “Karena dari season 1 sudah berjuang keras demi MPL ini, jadi perasaan senang atas kemenangan di MPL Season 4 ini benar-benar luar biasa.” Ucap Oura saat sesi konfrensi pers pasca kemenangannya.

EVOS dan RRQ selaku masing-masing berhak mendapatkan hadiah sebesar US$150.000 (Sekitar Rp2,1 miliar) dan US$70.000 (Sekitar Rp980 juta). Keduanya juga berhak mewakili Indonesia untuk gelaran Mobile Legends World Championship (M1). Turnamen ini jadi pertama kalinya ajang kompetitif MLBB untuk tingkat dunia. M1 akan menyajikan total hadiah lebih dari US$250,000 dan diselenggarakan pada 15-17 November 2019 di Axiata Arena, Malaysia.

Selamat bagi EVOS Esports! Semoga EVOS maupun RRQ bisa membanggakan nama Indonesia nantinya di kancah internasional lewat gelaran Mobile Legends World Championship (M1).

Hari Pertama Babak Playoff MPL ID Season 4: Si Landak Kuning yang Gagal Bangkit

26 Oktober 2019 adalah hari pertama babak Playoff Mobile Legends Professional League Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4). Tennis Indoor Senayan penuh sesak oleh para fans yang ingin menyaksikan penampilan salah satu dari The Big Six yang bertanding untuk memperebutkan titel MLBB paling bergengsi se-Indonesia.

Pertarungan sengit babak Playoff dibuka dengan pertemuan antara AURA Esports melawan ONIC Esports. Di atas kertas, AURA Esports yang berada di peringkat 5 pada akhir Regular Season, seharusnya lebih unggul jika dibanding ONIC yang berada di peringkat 6. Namun ONIC sepertinya hanya menyembunyikan permainan sejatinya saja selama Regular Season. Si Landak Kuning pun mengamuk, membuat AURA Esports luluh lantah.

Pada game pertama, AURA sebenarnya punya kesempatan menang yang besar. Tetapi ONIC menggila setelah melewati fase pertengahan, membuat Phoenix dan kawan-kawan jadi kewalahan. Kekalahan di game pertama sepertinya menyisakan beban mental yang cukup kentara bagi AURA Esports. Walhasil, ONIC segera menyabet kesempatan tersebut tanpa ragu lagi, memenangkan pertandingan dengan skor 2-0, dan melaju ke Semi Final upper bracket.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Pertandingan berikutnya adalah Bigetron Esports melawan Alter Ego, matchup yang mungkin kurang terasa rivalitasnya. Kendati demikian, pertarungan ini berjalan dengan sengit. Alter Ego yang disebut sebagai The Dark Horse oleh Wibi “8Ken” Irbawanto, sempat terpeleset di game kedua. Masuk game ketiga, Maungzy, Celiboy dan kawan-kawan mendapatkan yang membuat penonton histeris bla-bla. Akhirnya tim

Memasuki babak upper bracket semi-finals Playoff MPL ID Season 4, rivalitas antar tim jadi semakin ketat. Apalagi ketika ONIC dan EVOS bertemu, sang juara bertahan MPL ID S3 melawan tim favorit juara MPL ID S4. EVOS memang sedang begitu solid dan konsisten di MPL ID Season 4. Apalagi dengan kehadiran Rekt yang disebut-sebut melengkapi the missing puzzle yang selama ini dicari-cari oleh si Harimau Putih.

“Roster sekarang jadi lebih kuat mungkin karena kami punya visi, usaha, serta impian sama, sehingga lebih mudah untuk menyatukan chemistry.” ujar Oura pada sesi konfrensi pers. Ini jadi memunculkan pertanyaan, jangan-jangan EVOS jadi gagal meraih juara karena pemain terdahulu punya visinya menjadi lebih terkenal bukan jadi juara?

Kembali membahas permainan, pertadingan dibuka dengan EVOS yang bermain dengan galak. Tetapi ONIC tak gentar, Drian dengan Grock bahkan dengan santainya mencuri Turtle pertama yang sedang diambil EVOS kala itu. EVOS terus mendesak, kill demi kill didapatkan, tapi ONIC dengan rotasi yang lihai tetap mempertahankan keunggulan net-worth sampai menit 8.

Lord pertama menjadi momentum terbaik bagi ONIC menuai kemenangan dari keunggulan net-wroth yang sudah diamankan. Tapi pergerakan lihai Selena dari Luminaire berhasil merebut sang Lord. Tapi hal tersebut tak terlalu berarti. Setelahnya EVOS malah harus kehilangan 4 pemainnya, terculik satu per satu oleh ONIC yang terus bergerang secara berbarengan. Momentum ini akhirnya digunakan ONIC untuk mengamankan game pertama.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

EVOS mengulang permainan galak mereka di game kedua, tapi bedanya, eksekusi mereka kali ini lebih rapih. Sebegitu rapihnya, bahkan EVOS kali ini tak memerlukan Lord untuk memenangkan permainan. ONIC yang bersiaga di area Lord malah tertangkap basah oleh EVOS yang sedang melakukan patroli. ONIC terkena Wipe-Out, EVOS pun segera menghancurkan markas dari tengah tanpa ragu lagi.

Meski ini adalah kesempatan terakhir bagi ONIC untuk bertahan di upper bracket, namun kekalahan di game kedua sepertinya sangat memukul mental Anti-Mage dan kawan-kawan. Pada game ketiga, walau ONIC lagi-lagi kelabakan menghadapi permainan agresif dari EVOS, namun mereka tetap bertahan sekuat tenaga di game ini.

Sempat kehilangan 3 pemain dan markasnya dalam satu kali pertarungan, ONIC terus mencoba bangkit melawan EVOS. Terutama Masha dari Anti-Mage, yang berkali kali bikin EVOS jadi sakit kepala. Tapi semua usaha tersebut dari ONIC ternyata tidak cukup, setelah Masha akhirnya terhentikan di menit 21. EVOS langsung saja mendesak lewat tengah, dan menghancurkan markas di menit 21. EVOS mengalahkan ONIC 2-1 dan melaju ke upper-final.

“Permainan ONIC memang berubah saat babak Playoff, sangat kuat melebihi Regular Season.” Oura sempat berpendapat pada sese konfrensi pers. “Tetapi kami sendiri memang merasa di pertandingan tadi masih kurang maksimal, masih banyak hal yang harus diperbaiki, terutama jika ingin menjadi juara.” Donkey melanjutkan.

Pertarungan selanjutnya adalah pertemuan antara RRQ melawan Alter Ego, the old star, Lemon, melawan the rising star, Celiboy. Tak hanya dari segi dua pemain kuncinya saja, secara tim sendiri RRQ memang adalah jagoan lama di MPL, terutama di Season 1 dan 2. Sementara Alter Ego adalah pendatang baru yang permainannya sedang sangat prima di musim ini.

Pertarungan pertama, Alter Ego mendapat momentum sejak dari awal-awal permainan. RRQ sempat beberapa kali mencoba untuk merebut momen tersebut, sayangnya usaha R7 dan kawan-kawan masih belum cukup. Sementara itu pada game kedua, Alter Ego mencoba mengulang kesuksesannya, sayang, kini RRQ telah menemukan cara untuk melawan keganasan Haritz dari Celiboy. Setelah tak mampu lagi membendung Masha dari RRQ.R7 yang sangat liar, mau tak mau Alter Ego harus kembali mempersiapkan diri untuk game 3.

Sumber: Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Sumber: Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Sebagai penentuan untuk menuju ke babak final upper bracket, Alter Ego mencurahkan segala daya usahanya demi memukul the old king turun ke lower bracket. Sayangnya Alter Ego yang memilih Valir untuk LeoMurphy ternyata membuat mereka kesulitan sendiri.

Berkali-kali ia terculik, membuat usaha Alter Ego untuk mengalahkan RRQ di dalam pertarungan jadi lebih berat. Tapi RRQ sendiri ketika itu kerap terlalu memaksa menjebol lewat tengah, ketika masih ada Turret di lane bawah. Pertarungan RRQ melawan Alter Ego akhirnya jadi saling tarik-ulur, sampai spawn Lord keenam di menit 30. Alter Ego akhirnya tak mampu lagi menahan serbuan RRQ yang bertubi, sang raja akhirnya berhasil membuktikan posisinya sebagai tim yang lebih senior dari Alter Ego. RRQ melaju ke upper final dengan skor 2-1.

Penutup di hari pertama, Alter Ego harus bermain lagi di lower bracket, melawan ONIC yang sebelumnya kalah oleh EVOS di upper bracket semi-final. Haritz untuk Celiboy kembali digunakan sebagai ujung tombak tim Alter Ego. Sementara ONIC mencoba menggunakan Lunox dari Udil sebagai ujung tombak untuk game pertama.

Kontes adu kemampuan kedua tim berlangsung dengan cukup cepat, ONIC pun tak mampu menahan Alter Ego yang masih panas-panasnya setelah pertandingan sebelumnya. Setelah satu kali Lord, ONIC langsung tumbang di game pertama. Hal ini pun seakan terulang di game kedua. Terlepas dari penggunaan Grock untuk Sasa, namun permainan ONIC memang terlihat kurang maksimal dalam pertandingan ini. Alter Ego berhasil menjajah teritori ONIC sepanjang early game. Masuk menit 10, Lord yang berhasil didapatkan Maungzy dan Caesius segera mengamankan kemenangan bagi Alter Ego di game kedua.

MPL ID Season 4 akan melanjutkan pertandingan hari keduanya pada Minggu 27 Oktober 2019 ini. Laga pertarungan langsung dibuka dengan pertemuan RRQ melawan EVOS, pertandingan el classico. Akankah MPL ID Season 4 memunculkan juara baru? Atau malah RRQ bisa mengulang masa kejayaannya seperti di MPL ID Season 2?

Anda dapat menonton langsung di Tennis Indoor Senayan, atau menyaksikannya lewat livestreaming yang ditayangkan pada MLBB Indonesia Official Facebook Page.

The Big Six: Enam Pentolan Tim Finalis MPL ID Season 4

Grand Final MPL Indonesia Season 4 (MPL ID Season 4) sudah di depan mata. Akhir pekan nanti (26-27 Oktober 2019), Tennis Indoor Senayan akan menjadi saksi penobatan gelar tim Mobile Legends: Bang-Bang terbaik di Indonesia. Dari total 8 tim yang bertanding selama 8 pekan Regular Season, babak Playoff kini tinggal menyisakan 6 tim saja.

Geek Fam dan Genflix Aerowolf menjadi korban ganasnya pertarungan MPL ID Season 4 di panggung XO Hall MPL Arena. Kini tinggal tersisa EVOS Esports, RRQ, Alter Ego, AURA Esports, ONIC Esports, dan Bigetron Esports, yang siap bertarung di panggung megah Grand Final MPL ID S4.

Enam tim ini, memiliki permainan khas dan juga ujung tombaknya masnig-masing. Enam ujung tombak ini bisa dibilang sebagai “The Big Six”, pemain atau pelatih yang membuat enam tim tersebut punya gaya main yang beda, entah dari strategi rotasi ataupun draft pick unik yang menghibur para penonton.

Membicarakan sosok-sosok tersebut, redaksi Hybrid berbincang dengan Wibi “8KEN” Irbawanto. Ia membagikan pandangannya mengenai sosok yang patut diacungi jempol di balik performa tim yang berhasil lolos hingga ke babak Playoff. Siapa saja sosok sosok tersebut?

Ruben Sutanto (Coach) – Bigetron Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Membuka obrolan, Wibi langsung menyebut sosok di balik layar dari Bigetron esports yaitu Ruben Sutanto. “Ruben, pelatih dari Bigetron Esports. Selain permainan para pemain yang memang konsisten, saya sedikit banyak memberikan kredit terhadap permainan Bigetron di first half Regular Season kepada sang pelatih.” ucap Wibi.

“Pemolesan taktik serta drafting hero terlihat banyak dialihkan kepada sang pelatih ruben, yang memang mantan veteran esports dengan koleksi juara yang sangat banyak. Saya menyukai drafting Bigetron dengan varian counter pick yang digunakan sang pelatih untuk menghentikan laju permainan lawan. Well deserved recognition untuk sang pelatih.” Wibi menutup pembahasan soal Ruben.

Sebelum menjadi pelatih, Ruben sempat bermain League of Legends secara kompetitif. Walau mungkin belum berhasil membawa prestasi tingkat internasional, namun sepak terjang Ruben di kancah lokal terbilang luar biasa. Tercatat, ia pernah merebut 3 juara League of Legends Garuda Series di 3 tahun berbeda, yaitu tahun 2016, 2017, dan 2018.

Peran serat coach ini jadi terlihat dari kemampuan Bigetron dalam bekerjasama dalam pertandingan di MPL ID Season 4. Hal ini tercermin lewat beberapa statistik yang mereka catatkan seperti KDA tertinggi (5.2), partisipasi kill terbesar kedua (63,27%) dengan rata-rata game tercepat yang diselesaikan pada waktu 12:38 menit.

Yehezkiel “Phoenix” Patric – AURA Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Veteran esports lain yang turut masuk ke dalam daftar adalah Yehezkiel “Phoenix” Patric; yang juga mantan pemain League of Legends. Phoenix bisa dibilang sebagai salah satu pemain tank yang paling bersinar di antara pemain-pemain lainnya selama MPL ID Season 4.

Wibi sendiri mengatakan, “Untuk AURA, menurut gue jatuh kepada Phoenix. Meskipun rotasi Tank mulai menjadi suatu hal yang awam pada musim ini, namun Phoenix membawa suatu gaya bermain yang berbeda dari pemain lainnya. Sebagai seorang Tank, dia terbilang sangat rinci. Ia memperhatikan ekonomi tim (jumlah minion, level, HP turret, posisi hero, dan spell usage) dan fase lanning sebelum melakukan rotasi, sehingga eksekusi gank dari Phoenix jadi sangat akurat”.

“Konsep ‘Lane Equilibrium’ atau garis tengah lane jadi identik dengan gaya bermain Phoenix yang gesit ketika melkaukan gank. Hampir setiap gank ia lakukan ketika musuh sedang melakukan push di garis tengah lane. Konsistensi dia terhadap prinsip ganking ini. serta kalkulasinya dalam melakukan gank yang dapat mengubah alur permainan di awal sangat menarik perhatian. Maka layak jika sosok Phoenix menjadi perhatian pada tim Aura Esports.” Wibi menjelaskan lebih lanjut.

Pergerakan Phoenix sebagai tank yang secara aktif dan konsisten membantu kawan-kawannya, tercermin lewat statistik merata dari segi Gold Share, Kill Participation dan Assist. Perannya sebagai penyelamat juga sangat terasa, jadi walau ia hanya mengamankan 511 GPM (Gold per Minute) saja, tapi dia berhasil memberi lahan farming untuk sang Marksman, Alive, sehingga ia bisa mendapat catatan 730 GPM.

Gustian “Rekt” – EVOS Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

EVOS Esports kerap menjadi jagoan bagi para penonton MPL ID sejak dari Season 1. Namun entah apa yang terjadi, tim Harimau Putih ini hanya berhasil menguasai babak Regular Season saja, namun kerap gagal mengamankan titel juara ketika bertanding di Grand Final. Kegagalan di partai final pun seakan menjadi kutukan yang terus menghantui tim EVOS walau kerap memainkan jajaran pemain penuh bintang.

Musim ini, EVOS kembali menguasai fase Regular Season di MPL ID S4, tapi apakah pada akhirnya akan dapat mengamankan titel juara? Untuk itu ada sosok Rekt, yang menurut Wibi akan menjadi penyelamat EVOS di musim ini.

“Rekt is a definite powerhouse for EVOS,” Wibi membuka penjelasannya. “dia melambangkan era baru untuk EVOS yang tidak pernah membawa piala selama 3 Season terakhir. Dengan Rekt sebagai ujung tombak tim yang selalu memberi performa konsisten selama musim ini, saya pribadi punya banyak harapan terhadap EVOS yang sedang terlahir kembali.

Menyebut Rekt sebagai penyelamat EVOS di musim ini bukan hanya omong kosong belaka. Secara statistik, mantan pemain Bigetron ini terbukti menjadi ujung tombak tajam yang selama ini diidam-idamkan oleh EVOS Esports. Ia mencatatkan diri sebagai pemain dengan KDA tertinggi (6.9), Kill terbanyak kedua (188 kill), dan GPM tertinggi dengan 778 Gold per Minute.

Muhammad Julian “Udil” Ardiansyah – ONIC Esports

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Tim ini berhasil menyodok dan menjadi bahan perbincangan pada MPL ID S3 kemarin. Mendominasi scene lokal hampir sepenuhnya, mencatatkan kemenangan beruntun selama musim kompetisi 2018-2019, bahkan menjadi juara se-Asia Tenggara lewat gelaran MLBB Southeast Asia Cup 2019 (MSC 2019). Siapa sosok di balik kemenangan tersebut? “ONIC Esports? Definitely Udil” Wibi menjawab dengan sangat tegas.

“Bisa dibilang tim ONIC terlalu terpusat pada power play yang dilakukan oleh Udil. Jika ia bisa membawa 120% kemampuannya lagi, maka ia bisa tampil layaknya seorang Hokage dengan kekuatan rubah ekor sembilan. Dengan begitu, jelas ONIC akan menjadi tim yang amat sangat ditakuti pada babak Playoff mendatang.” Wibi yang ternyata seorang wibu, menjelaskan dengan menggunakan referensi anime Naruto.

Peran Udil sebagai ujung tombak tim ONIC Esports memang masih terlalu dominan. Tercatat Udil hampir merajai semua aspek yang ditorehkan oleh ONIC Esports mulai dari GPM, KDA, Damage per Minute, hingga Kill Participation.

Ini bisa menjadi pedang bermata dua bagi si Landak Kuning. Pekerjaan rumah yang harus mereka selesaikan adalah mencari cara untuk memberi ruang gerak sebebas-bebasnya bagi Udil agar dapat farming dengan leluasa. Dengan keuntungan level dan equip, Udil bisa menggila lalu melibas musuh-musuhnya dengan tanpa takut apapun. Pertanyaannya, jika ruang gerak Udil berhasil dibatasi oleh tim musuh, akankah ONIC Esports bisa kembali merengkuh piala MPL ID di musim ini?

Muhammad “Lemon” Ikhsan – Rex Regum Qeon

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

“Untuk tim Rex Regum Qeon saya pilih Lemon. Salah satu pemain mechanical Mage terbaik yang pernah ada di ranah esports MLBB.” Wibi langsung menjawab, ketika ditanya siapa pemain ujung tombak yang punya peran paling besar dari tim RRQ.

“Sang pemain ikonik tersebut ingin membuktikan bahwa dia dan RRQ bisa kembali ke tahta juara layaknya penampilan mereka di MPL Season 2. Banyak yang harus dibuktikan oleh Lemon di Season 4 dan babak Playoff ini adalah panggung untuk membuuktikan kembali ke dunia bahwa dirinya memang pantas berada di tahta juara.” Wibi lanjut menjelaskan.

Musim ini, RRQ menjadi yang memiliki 10 orang pemain menjadi salah satu tim dengan pemain terbanyak di MPL ID S4. Pembagian jatah bermain serta variasi strategi yang ditunjukkan terbukti berhasil membuat lawan kebingungan. Tapi nyatanya, Lemon tetap tampil sebagai pemain Mage yang wajib disegani.

Kendati demikian, Lemon tidak terlalu mencolok secara statistik, mengingat kolaborasinya dengan Tuturu di setiap pertandingan berlangsung. Lemon menempati posisi kedua di seluruh statistik dan data yang ditorehkan RRQ selama gelaran Regular Season. Apalagi perannya di dalam tim juga terbilang hanya menjadi “pedang kedua” bila Tuturu gagal dalam pertarungan yang berlangsung.

Eldian “Celiboy” Rahardian Putra – Alter Ego

Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4
Sumber: Dokumentasi Resmi MPL ID S4

Bukan rahasia lagi bahwa Celiboy adalah pemain yang paling memberi kesan selama gelaran Regular Season MPL ID S4. “Alter Ego, The Dark Horse. Tim yang selalu mengalami kesulitan menembus juara satu, walau selalu mengekori para juara setiap Season di gelaran MPL. Celiboy adlaah pemain yang layak disimak jika melihat tim Alter Ego.” Wibi menyatakan pendapatnya.

“The Miracle Boy berjasa banyak dalam meletakkan Alter Ego sebagai tim peringkat ketiga di Regular Season. Jika performa Celiboy dan para pemain Alter Ego lainnya bisa konsisten hingga babak Playoff, bukan tidak mungkin MPL Season 4 menjadi trofi perdana tim Alter Ego.” Tutup caster yang punya nama panggung dengan pelafalan HachiKen.

Celiboy menjadi Miracle Boy bukan cuma asal sebut saja, karena pemain ini benar-benar bermain gemilang dan membawa Alter Ego bangkit ke papan atas MPL ID S4. Salah satu contohnya saja, dia merupakan pemain dengan status Kill terbanyak (215) selama gelaran Regular Season MPL ID S4. Tapi memang, tubuh tim Alter Ego secara keseluruhan juga sedang dalam kondisi prima. Melihat ke sisi lain, pemain Tank Alter Ego, LeoMurphy bahkan juga mencatatkan statsitik assist yang tinggi sebanyak 306 assist; menggeser torehan “Raja Assist” RRQ.Vyn.

Gensi dan ambisi setiap tim untuk mengukuhkan gelar juara MPL Indonesia Season 4 akan tersaji di babak Playoff yang berlangsung di Tennis Indoor Senayan. The Big Six pasti akan menunjukkan permainan serta siasat terbaiknya agar dapat mendapatkan titel paling bergengsi di kancah MLBB lokal tersebut.

Mampukah ONIC Esports mengembalikan gengsinya sebagai tim terbaik Asia Tenggara dan mempertahankan gelar juara MPL? Sanggupkah EVOS Esports menjaga kans juara yang terbangun sejak babak Regular Season? Atau, prediksi juara baru dari tim-tim papan tengah akan terwujud dengan berbagai kejutan menarik?

Jangan lupa, saksikan langsung gelaran Grand Finals MPL ID Season 4 di Tennis Indoor Senayan pada tanggal 26-27 Oktober 2019 karena acara ini gratis! Dapatkan pula hadiah berupa diamonds selama acara untuk penonton yang beruntung.