Kenapa Harga Smartphone Nokia Mahal? Seperti Ini Penjelasan dari HMD Global

Jauh sebelum iPhone dan smartphone Android eksis, toko ponsel sudah banyak bertebaran di kota-kota di Indonesia. Bagi yang pernah merasakan mampir ke toko ponsel di awal-awal tahun 2000-an, Anda pasti ingat bagaimana Nokia begitu mendominasi, dengan seabrek model dari yang harganya relatif terjangkau sampai yang hanya bisa dibeli oleh kaum 1%.

Kondisinya sekarang tentu sudah berubah drastis. Nokia bukan lagi merek yang paling diincar oleh konsumen, dan tidak semua toko smartphone menjual produk-produk bikinan perusahaan asal Finlandia tersebut. Pihak yang tadinya sangat dominan kini harus bersaing ketat dengan sederet produsen lain dalam pasar yang demikian progresif.

Tugas berat inilah yang diemban oleh HMD Global, perusahaan asal Finlandia yang sejak Desember 2016 memegang lisensi eksklusif atas brand ponsel Nokia. Baru-baru ini, saya berkesempatan berbincang-bincang dengan Karel Holub, General Manager HMD Global untuk kawasan Indonesia, mengenai perkembangan terkini brand Nokia di pasar smartphone tanah air.

Saya membuka pembicaraan dengan menanyakan mengenai Nokia 5.4, smartphone terbaru yang HMD luncurkan pada bulan Maret lalu. Dibandingkan sejumlah smartphone lain yang dijual di kisaran harga tiga jutaan rupiah, spesifikasi Nokia 5.4 memang bukan yang terbaik. Pada kenyataannya, saya tidak akan heran apabila sebagian dari Anda menganggap harganya kemahalan usai meninjau spesifikasinya secara menyeluruh.

Lalu kenapa bisa begitu? Apa alasan HMD mematok harga yang lebih tinggi dibanding kompetitornya? Terkait hal ini, Karel punya beberapa jawaban. Yang pertama adalah perihal build quality, di mana HMD pada dasarnya ingin meneruskan legasi ponsel Nokia yang dikenal tahan banting.

Kedua, HMD tidak lupa mengedepankan aspek longevity. Hampir semua smartphone Nokia, termasuk halnya Nokia 5.4, dipastikan bakal menerima update sistem operasi sampai dua tahun setelah peluncurannya, yang berarti perangkat bakal punya kesempatan untuk menjalankan hingga dua versi Android berikutnya. Tidak kalah penting adalah janji HMD untuk menghadirkan security update secara rutin setiap bulannya sampai tiga tahun.

Keamanan data dan umur panjang perangkat jadi prioritas

Data center Google Cloud di kota Hamina, Finlandia / Sumber gambar: Google

Bicara soal keamanan, Karel lanjut menjelaskan mengenai General Data Protection Regulation, atau biasa disingkat GDPR. Ini merupakan kebijakan privasi data baru yang ditetapkan di kawasan Uni Eropa sejak tahun 2018, yang dipercaya mampu memberikan proteksi yang lebih akuntabel terhadap data konsumen.

Lalu bagaimana ceritanya ponsel Nokia yang dijual di Indonesia bisa ter-cover oleh kebijakan yang dimaksudkan untuk negara-negara Eropa tersebut? Jawabannya adalah karena HMD telah bekerja sama dengan Google untuk membangun data center Google Cloud di Finlandia, sehingga data-data yang disimpan ke cloud oleh smartphone Nokia dipastikan bakal mendekam di Finlandia, yang pada akhirnya berada di bawah perlindungan GDPR.

Ini berbeda dari biasanya, di mana konsumen umumnya tidak punya kontrol atas lokasi data center yang Google pakai untuk menyimpan data. “Nokia adalah satu-satunya brand yang dapat menjamin bahwa data Anda tidak akan dijual ke pengiklan demi memperoleh pemasukan yang tinggi, dan Anda juga tidak akan ditarget berdasarkan pola penggunaan Anda,” jelas Karel mengenai signifikansi GDPR buat para pengguna smartphone Nokia.

Yang jadi pertanyaan berikutnya adalah, apakah alasan-alasan ini pada akhirnya dapat menjustifikasi harga smartphone Nokia yang lebih mahal ketimbang penawaran kompetitor? Karel percaya demikian, sebab spesifikasi bukanlah segalanya. Karel juga sempat menyinggung soal studi yang dilakukan Hootsuite tahun lalu, yang menunjukkan bahwa 56% konsumen sebenarnya peduli terhadap topik privasi.

Menurut Karel, ia sebenarnya cukup sering mendengar komentar bahwa produk-produk Nokia terlalu mahal, dan konsumen sebenarnya bisa membeli ponsel lain dengan spesifikasi yang serupa di harga yang lebih murah. Namun di mata Karel, jika konsumen memutuskan untuk membeli ponsel tersebut, maka mereka pada dasarnya hanya akan mendapat satu versi Android saja, serta proteksi data yang ala kadarnya.

Seperti yang kita tahu, perkara update sistem operasi ini memang sudah menjadi problem umum yang dijumpai oleh pengguna smartphone Android. Tidak jarang, smartphone di kelas menengah ke bawah hanya akan menerima update selama beberapa bulan saja pasca pembelian. Lalu ketika Google merilis Android versi baru di tahun berikutnya, update dari masing-masing pabrikan datang sangat terlambat, atau bahkan tidak datang sama sekali.

HMD paham betul bahwa kepercayaan konsumen merupakan nilai utama yang selalu dipegang oleh Nokia sejak lama, dan itulah yang ingin terus mereka pertahankan sekarang dan ke depannya. Pun begitu, kita memang tidak boleh lupa dengan yang namanya user error, dan bagaimana data konsumen sebenarnya bisa dicuri akibat kesalahan sendiri. Namun apabila konsumen bisa menjaganya dengan baik, maka HMD juga akan memastikan perlindungan yang maksimal terhadap data-data mereka.

Terlepas dari semua itu, Karel tidak menepis fakta bahwa spesifikasi perangkat tetap merupakan parameter yang krusial. Menurutnya, spesifikasi yang mumpuni juga punya peran dalam memperpanjang umur perangkat. Tanpa spesifikasi yang baik, perangkat mungkin bakal kesulitan mempertahankan relevansinya dalam jangka panjang, dan pada akhirnya rentetan update sistem operasi yang dijanjikan tadi pun bakal terkesan sia-sia.

Strategi ala enterprise untuk segmen consumer

Karel Holub, General Manager HMD Global untuk Indonesia / HMD Global

Menariknya, pembicaraan panjang lebar soal keamanan data dan umur panjang perangkat ini sebenarnya mengacu pada smartphone yang duduk di kelas menengah ke bawah. Kalau yang dibahas adalah smartphone high-end, maka komitmen perusahaan terkait keamanan dan longevity seperti itu mungkin bakal terdengar wajar. Itulah mengapa Karel sangat bangga dengan fakta bahwa Nokia adalah satu-satunya brand yang berani menawarkan proposisi tersebut di harga tiga jutaan rupiah ke bawah.

Menurut Karel, tidak jarang pabrikan lain hanya menekankan perkara proteksi data dan update yang berkelanjutan pada produk-produk yang duduk di kelas high-end saja, sehingga pada akhirnya tidak bisa menjangkau mayoritas konsumennya.

Cara berjualan yang diterapkan HMD ini sebenarnya sangat cocok untuk segmen enterprise. Karel sadar betul akan hal itu, dan ia juga dengan percaya diri mengklaim bahwa Nokia punya penawaran terbaik untuk kalangan enterprise di Indonesia sejauh ini. Antusiasme tersebut bukan tanpa bukti; salah satu klien enterprise terbesar HMD untuk pasar Indonesia saat ini adalah Blue Bird.

Yang mungkin masih belum terbukti adalah seberapa efektif strategi tersebut di pasar consumer smartphone secara luas. Saya pribadi bisa membayangkan betapa sulitnya mempromosikan soal privasi dan perlindungan data ke konsumen Indonesia di saat negaranya sendiri malah terkesan kurang peduli terhadap keamanan data rakyatnya. Semoga saja dengan adanya kasus tersebut, publik bisa semakin melek terhadap topik privasi dan keamanan data.

5G dan komitmen HMD ke depannya

Nokia X20, salah satu smartphone 5G terbaru Nokia yang dipersenjatai Snapdragon 480 / HMD Global

Sesi wawancara singkat dengan seorang petinggi perusahaan smartphone tentu tidak akan lengkap tanpa perbincangan seputar 5G. Meski memang masih jauh dari kata mainstream, teknologi jaringan generasi kelima itu pada akhirnya sudah tersedia secara resmi di Indonesia, dan ini sudah pasti menjadi menjadi lampu hijau bagi produsen untuk menghadirkan smartphone 5G di pasar tanah air.

HMD pun juga demikian. Saat ini sebenarnya sudah ada beberapa smartphone 5G dari Nokia, seperti misalnya Nokia 8.3 5G, Nokia X10, maupun Nokia X20, tapi belum ada satu pun yang masuk ke Indonesia secara resmi. Seandainya komersialisasi 5G di Indonesia sudah dimulai sejak tahun lalu, kita mungkin sudah bisa membeli Nokia 8.3 5G secara resmi. Sayang kenyataannya tidak demikian.

Meski begitu, Karel menjelaskan bahwa HMD sudah punya rencana untuk mendatangkan smartphone 5G ke Indonesia secepat mungkin. Kemungkinan adalah Nokia X Series tadi, yang spesifikasinya mencakup chipset Snapdragon 480, salah satu chipset yang paling banyak dibicarakan belakangan ini berkat performa dan efisiensinya yang sangat baik, serta tentu saja kompatibilitas dengan jaringan 5G di kelas harga yang relatif terjangkau.

HMD mengakui bahwa mereka masih punya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Brand Nokia memang sudah ada di Indonesia selama 25 tahun, akan tetapi posisi HMD di kancah smartphone masih bisa digolongkan sebagai startup, dengan umur tim yang masih sangat muda. Bukan sembarang startup memang, melainkan yang sudah berstatus unicorn.

Kalau menurut Karel sendiri, tujuan akhir yang hendak dicapai oleh HMD di Indonesia adalah supaya konsumen bisa mampir ke toko smartphone apapun, lalu membeli smartphone Nokia dengan mudah. Kurang lebih sama mudahnya seperti belasan tahun lalu ketika ponsel Nokia masih dijual di mana-mana pada masa kejayaannya. Bukan tugas yang gampang memang, apalagi mengingat jumlah pesaingnya jauh lebih banyak daripada dulu.

Di saat yang sama, HMD juga tidak mau mengesampingkan aspek-aspek penunjang lainnya, seperti salah satunya layanan purna jual. Saya melihat hal ini kerap dipandang sebelah mata oleh sejumlah pabrikan, padahal sebenarnya sangat krusial untuk membangun kepercayaan konsumen.

Dalam melayani konsumennya, HMD juga tidak mau pilih-pilih. Pada kenyataannya, HMD justru memberikan pelayanan khusus bagi konsumen Nokia C1, smartphone paling murah Nokia yang harganya tidak sampai satu juta rupiah; di mana seandainya ponsel mereka rusak, mereka bisa langsung mampir ke toko untuk menukarkannya dengan unit yang baru. Kebijakan ini juga mereka tetapkan untuk kategori feature phone, seperti misalnya Nokia 5310 yang sarat nuansa nostalgia.

Nokia mungkin tidak akan pernah lepas dari nostalgia. Bagaimanapun juga, sejarah mencatat nama Nokia sebagai salah satu merek telepon seluler yang paling mendunia, dan sekarang tugas HMD adalah mempertahankan sekaligus meneruskan legasi tersebut agar bisa tetap relevan ke depannya.

Nokia 5.4 Resmi Diluncurkan di Indonesia, Prioritaskan Aspek Keamanan di Atas Spesifikasi

Menjelang akhir tahun 2020 kemarin, HMD Global memperkenalkan Nokia 5.4 sebagai penawaran terbarunya di segmen menengah ke bawah. Tiga bulan berselang, smartphone tersebut sudah resmi mendarat di Indonesia melalui sebuah acara peluncuran singkat yang digelar via Zoom.

Kalau kita tinjau spesifikasinya, smartphone ini sebenarnya terkesan biasa saja, apalagi setelah mempertimbangkan harga jual resminya yang dipatok di angka Rp3.599.000. Layarnya memiliki bentang diagonal 6,39 inci, dengan resolusi 1560 x 720 pixel alias HD+. Dibandingkan pendahulunya, layar milik Nokia 5.4 ini bakal kelihatan lebih tajam bukan karena resolusinya meningkat, melainkan karena ukuran layarnya mengecil.

Urusan performa, Nokia 5.4 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 662, RAM 6 GB, dan kapasitas penyimpanan internal sebesar 64 GB. Baterainya tercatat memiliki kapasitas 4.000 mAh, serta sudah mendukung fitur fast charging dengan output maksimum sebesar 10 W.

Lalu kalau soal kameranya, modul membulat yang diposisikan di atas sensor sidik jarinya itu terdiri dari kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Untuk kamera depannya yang sudah mengadopsi model hole-punch, Nokia 5.4 menggunakan sensor beresolusi 16 megapixel.

Nokia 5.4
Nokia 5.4 hadir dalam dua pilihan warna: Polar Night dan Dusk / HMD Global

Lantas apa nilai ekstra yang bisa Nokia 5.4 tawarkan kalau bukan spesifikasinya? Kalau menurut Karel Holub, General Manager HMD Global untuk region Indonesia, jawabannya adalah komitmen mereka untuk urusan software update. Jadi sampai setidaknya dua tahun dari sekarang, pengguna Nokia 5.4 dipastikan bakal menerima pembaruan perangkat lunak secara rutin.

Strategi ini sebenarnya sudah HMD jalankan sejak lama, termasuk juga untuk ponsel-ponsel mereka yang lain. Gagasan utama yang hendak diangkat adalah, dengan terus menerima versi Android terbaru — kalau dua tahun dari sekarang berarti semestinya termasuk Android 12 dan Android 13 — konsumen jadi tidak perlu berganti smartphone setiap tahun.

Bukan cuma itu, HMD juga menjanjikan security update secara rutin setiap bulan selama tiga tahun. Ditambah lagi dengan inisiatif HMD untuk menggunakan data center yang berlokasi di Finlandia — yang otomatis berada di bawah perlindungan General Data Protection Regulation (GDPR) di Eropa — pengguna jadi bisa merasa lebih terjamin soal keamanan datanya.

Dalam presentasinya, Karel cukup bangga menyebut Nokia sebagai satu-satunya brand di Indonesia yang berkomitmen untuk menyediakan peningkatan software dengan jangka waktu selama itu di rentang harga ini. Yang mungkin jadi pertanyaan adalah seberapa efektif proposisi semacam ini dalam menarik minat konsumen Indonesia, yang sebagian besar mungkin masih belum begitu melek soal privasi?

Nokia 5.4

HMD terkesan cukup antusias. Namun yang pasti menarik melihat mereka mencoba menawarkan nilai yang berbeda dari angle keamanan seperti ini, terlebih di saat pabrikan-pabrikan lain saling beradu spesifikasi dalam harga yang semurah mungkin. Buat yang tertarik meminang Nokia 5.4, HMD juga akan mengadakan program pre-order yang akan berlangsung mulai 26 Maret sampai 1 April mendatang.

Selama program pre-order berlangsung, Nokia 5.4 dihargai Rp3.099.000, dan 100 pembeli pertamanya berhak mendapatkan bonus Nokia Essential True Wireless Earphone E3100, paket data Indosat sebesar 60 GB, dan gratis berlangganan Amazon Prime Video selama satu bulan. Selain di gerai offline atau platform e-commerce, Nokia 5.4 kabarnya juga bakal bisa dipesan langsung melalui situs resmi Nokia.

Nokia 5.4 Resmi Diungkap, Bakal Tersedia di Indonesia Mulai Kuartal Pertama 2021

Menjelang pergantian tahun, HMD Global memperkenalkan smartphone Nokia baru untuk segmen menengah ke bawah. Ponsel tersebut adalah Nokia 5.4, penerus langsung dari Nokia 5.3 yang diluncurkan pada bulan Maret lalu.

Secara estetika, Nokia 5.4 masih mempertahankan desain yang diusung pendahulunya, tapi dengan sejumlah revisi agar secara keseluruhan bisa kelihatan lebih manis. Perubahan yang paling mencolok terdapat pada wajahnya, dengan poni yang sudah digantikan oleh lubang kamera kecil di ujung kiri atas layar.

Yang mungkin agak mengherankan adalah, ukuran layarnya menyusut dari 6,55 inci menjadi 6,39 inci. Sepintas kesannya seperti turun pangkat, akan tetapi menurut saya downgrade ini cukup rasional mengingat resolusi layarnya tidak berubah dan masih HD+ (1560 x 720 pixel), sehingga semestinya layarnya bakal kelihatan lebih tajam karena kepadatan pixel-nya justru naik.

Juga ikut diubah adalah jeroannya. Nokia 5.4 ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 662, yang kalau secara performa mungkin tidak jauh berbeda dari Snapdragon 665 milik Nokia 5.3, tapi lebih kaya fitur. Mendampingi chipset tersebut adalah RAM 6 GB dan kapasitas penyimpanan internal 64 GB, tidak ketinggalan juga baterai berkapasitas 4.000 mAh dengan dukungan fast charging 10 W.

Nokia 5.4

Perubahan yang paling signifikan dapat kita jumpai pada kameranya. Nokia 5.4 mengemas kamera utama 48 megapixel, plus tiga kamera lain yang disatukan dalam modul membulat di atas sensor sidik jarinya, yakni kamera ultra-wide 5 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan depth sensor 2 megapixel. Di depan, resolusi kamera selfie-nya sudah ditingkatkan menjadi 16 megapixel.

Semua itu dikemas dalam bodi berwarna biru atau ungu setebal 8,7 mm, dengan bobot tak lebih dari 180 gram. Seperti biasa, HMD turut menjanjikan dukungan pembaruan software hingga dua tahun ke depan, plus security update secara rutin setiap bulan selama tiga tahun.

Di Eropa, Nokia 5.4 dipasarkan dengan harga mulai 189 euro (± Rp3,25 jutaan). Penjualannya di Indonesia dijadwalkan baru berlangsung pada akhir kuartal pertama tahun 2021, dan harganya mungkin bisa lebih mahal mengingat harga tadi adalah untuk varian RAM 4 GB, sedangkan yang bakal tersedia di Indonesia adalah varian RAM 6 GB.