Mirrorless untuk Kebutuhan Vlogging dan Travelling-mu

Tahun 2015 bisa dikatakan sebagai titik sentral pertumbuhan tren vlogging. Di tahun itu, 42% dari pengguna internet mengaku terpapar oleh konten-konten video yang merupakan transformasi dari blog tersebut. Tarik maju ke hari ini, tren ini disinyalir meningkat lebih gila lagi. Kanal yang dapat secara bebas dimanfaatkan (umumnya YouTube) adalah satu alasannya. Faktor pendukung lainnya ialah maraknya kamera ringkas di pasar.

Konten secara esensial memang penting untuk memancing viewers mampir menonton vlog. Tapi, dalam hal teknis, kamera juga punya nilai yang tak kalah tinggi bagi kualitas vlog. Artikel ini akan mengulas “standar” kamera yang dapat digunakan untuk vlogging; atau untuk merekam momen di kegiatan mobile-mu, seperti travelling. Kamera yang kita ulas sebagai perbandingan antara “teori teknis” dengan penggunaannya di lapangan ialah Panasonic Lumix DC-GF9K.

Desain dan bodi

Vlogging berbicara soal momentum; bagaimana kita menyoroti suatu hal dengan angle tertentu adalah seninya. Jika kamu sedang travelling, membuat vlog akan setingkat lebih “sulit” lagi, oleh sebab setiap detik yang menjadi begitu penting untuk direkam. Karenanya, penting bagimu untuk menenteng kamera mirrorless yang ringan dan ringkas.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23745_PM

Panasonic Lumix DC-GF9K saya rasa punya poin ini. Bobotnya yang hanya sebesar 269 gram dan berukuran 64.4 mm x 33.3 mm x 106.5 mm ini sangat membantu dalam penyimpanan. Meski kemudian ukuran demikian bagi saya terkesan “ringkih” saat digenggam, namun perlu diakui bahwa DC-GF9K tercipta memang untuk traveler.

WhatsApp_Image_2017-10-18_at_23755_PM

rsz_whatsapp_image_2017-10-25_at_64653_pm

Bagi vlogger, desain bodi harusnya jadi hal penting yang harus diamati saat memilih kamera, agar tetap keren saat mengambil shot di mana pun—karena orang-orang sekitar yang menoleh ke arahnya. Lumix DC-GF9K yang saya coba berwarna orange dengan motif kulit jeruk. Saya melihat ada kesan leather yang ingin ditunjukkan; namun sayang, hal terlihat kurang optimal. Di sisi lain, tampilan analog dan klasik tetap terpancar dan menjadi daya tarik dari mirrorless yang tersedia dalam empat warna ini.

Tampilan antar muka

Sempat saya bahas di awal bahwa vlogging menjadi tren. Fenomena ini seketika melahirkan banyak video content creator yang bertebaran di mana-mana—tak jarang vlogger juga kini sudah menjadi cita-cita anak kecil dan menjadi profesi pilihan. Tidak semua dari mereka lama bergelut di dunia videografi; banyak juga yang baru mengikuti tren ini sambil belajar mengambil gambar.

Tampilan antar muka dari menu yang ada di Lumix DC-GF9K ini sebenarnya mudah, karena Panasonic menyajikan sistem pengaturan dengan touch screen dan pengaturan shutter button yang otomatis pindah ke button bagian kiri saat sedang selfie mode.

Tapi—sepertinya disebabkan oleh penggunaan pertama kali—bagi saya tampilan antar muka ini terasa kurang user-friendly. Penempatan konten menu dan fitur-fiturnya agak sedikit sulit dipahami dengan cepat, apalagi bagi vlogger pemula atau pengguna Lumix pertama kali. Rasanya, akan menjadi kesalahan besar bila kita lupa menaruh manual book yang tersedia di dalam box. Beruntung poin ini tidak terlalu menutupi fitur-fitur mumpuni yang ada di Lumix DC-GF9K, seperti 4K photo dan post focus mode.

Performa dan kualitas gambar

Bagian terakhir inilah yang menjadi unsur penting dalam vlogging. Bagaimana seorang vlogger menangkap momen bertumpu pada performa dan kualitas gambar dari kamera mirrorless. Jika kamu merasa kualitas 4K adalah titik pengalaman tinggi, Lumix DC-GF9K memang disiapkan untukmu.

Fitur 4K yang digelorakan oleh Panasonic membawa kesan baik bagi saya saat mengambil gambar Lumix DC-GF9K. Fitur ini didukung post focus mode dan focus stacking, yang dipoles oleh micro 4/3 sensor, sehingga membuat fleksibilitas dari pemilihan focus lebih nyaman dengan hasil maksimal.

Screenshot_2017-10-25_at_113650

Screenshot_2017-10-25_at_113415

P1060068JPG

Jika kembali ke urusan vlogging, kamera ini belum begitu memanjakan dalam hal merekam suara. Panasonic Lumix DC-GF9K tidak dipersenjatai output audio video, yang sejatinya dapat memberi daya dobrak yang lebih kuat perihal merekam suara. Namun, Panasonic menebusnya dengan mikrofon stereo yang dibekali wind noise canceller.

Vlogger juga perlu kecepatan. Tidak hanya dalam mengambil shot, tapi juga dalam menyimpan dan memindahkan data. Performa dalam hal kirim-mengirim dan simpan-menyimpan data ini terasa lebih mudah dengan kehadiran fitur pemindahan data dengan berbasis Wi-Fi melalui Panasonic Image App. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk “melempar” data tanpa harus terkoneksi dengan kabel.

Konklusi

Bicara vlogging, bicara tentang kecepatan dan portabilitas—kualitas konten adalah syarat mutlak, sehingga tak perlu disebutkan. Panasonic Lumix DC-GF9K yang terlahir dengan tubuh mungil dan enteng serta memiliki resolusi 4K sepertinya sudah menjawab dua kebutuhan tadi. Kendati secara penggunaan akan memakan waktu untuk mempelajarinya, tapi untuk para vlogger dan traveler—apalagi jika kamu keduanya—kamera mirrorless 16,84 megapiksel ini dapat menjadi pilihan untuk merekam momen harianmu.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Panasonic.

Panasonic Lumix GF9 Adalah Kamera Mirrorless Seukuran Kamera Pocket

Panasonic cukup sibuk meramaikan ajang CES 2017. Selain memperkenalkan Lumix GH5, mereka juga merilis kamera mirrorless lain bernama Lumix GF9. Sepintas Anda pasti mengira ini merupakan penerus Lumix GF8, namun pada kenyataannya GF9 lebih pantas disebut sebagai suksesor Lumix GM1 dan GM5 yang sudah lama tidak ada kabarnya.

Lumix GM1 sendiri merupakan salah satu kamera mirrorless favorit saya pribadi. Ia kecil, sekecil Sony RX100 tepatnya, tapi di saat yang sama mengusung sensor Micro Four Thirds dan lensa yang dapat dilepas-pasang. Penerusnya, Lumix GM5, tidak sempat menyentuh pasar tanah air, dan setelahnya Panasonic terkesan melupakan lini GM.

Akan tetapi ternyata anggapan saya salah, dimana lini GM kini telah bereinkarnasi dan digabung menjadi lini GF. Lumix GF9 mempertahankan dimensi super-ringkas milik GM1 dan GM5, sekaligus mengunggulkan fitur-fitur selfie yang menjadi andalan GF8.

Panasonic Lumix GF9 datang bersama lensa zoom yang berukuran tidak kalah ringkas / Panasonic
Panasonic Lumix GF9 datang bersama lensa zoom yang berukuran tidak kalah ringkas / Panasonic

Di dalamnya bernaung sensor Micro Four Thirds 16 megapixel tanpa low-pass filter, dengan sensitivitas ISO maksimum 25.600. Prosesor Venus Engine dan sistem AF Depth from Defocus juga hadir, memastikan performa kamera ini segesit kakak-kakaknya yang lebih besar sekaligus dapat diandalkan dalam mengabadikan aksi-aksi cepat.

Video 4K 30 fps bisa ia rekam, lengkap beserta fitur 4K Photo untuk mengekstrak gambar dari video yang ditangkap. Fitur-fitur lain andalan Panasonic seperti Post Focus dan Focus Stacking turut disematkan ke dalam Lumix GF9, menjadikannya suatu paket yang komplet dalam ukuran mini.

Tentunya dimensi ringkas ini punya sejumlah batasan. Utamanya, tidak ada ruang bagi Panasonic untuk menanamkan electronic viewfinder maupun hot shoe. Pop-up flash masih ada, akan tetapi media penyimpanannya mengandalkan microSD ketimbang SD card standar.

Panasonic Lumix GF9 tidak dilengkapi EVF, namun LCD-nya bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan / Panasonic
Panasonic Lumix GF9 tidak dilengkapi EVF, namun LCD-nya bisa diputar 180 derajat menghadap ke depan / Panasonic

Beruntung, layar sentuh 3-incinya masih bisa diputar 180 derajat hingga menghadap ke depan – selfie lover pasti tersenyum mendengar hal ini. Konektivitas Wi-Fi masih ada meski tanpa NFC, sedangkan daya tahan baterainya cuma terbatas di angka 210 jepretan.

Secara keseluruhan, Panasonic Lumix GF9 merupakan opsi yang sangat menarik bagi mereka yang mendambakan kamera seukuran kamera pocket, namun dengan fleksibilitas dan kualitas khas kamera mirrorless. Kamera ini rencananya akan dipasarkan mulai bulan Februari seharga $549, sudah termasuk lensa 12-32mm f/3.5-5.6 yang berwujud tidak kalah ringkas.

Sumber: DPReview.