Setelah Compute Stick, Intel Punya Komputer Sebesar Kartu Kredit

Diperkenalkan di CES 2015, Intel Compute Stick merupakan terobosan besar di ranah PC. Ia menciptakan cara baru dalam penyajian komputer personal dan menunjukkan bagaimana perangkat ini terus berevolusi, bahkan idenya segera memicu produsen lain menciptakan produk serupa. Tapi bagi Microsoft, Compute Stick bukanlah penjelmaan akhir dari device komputasi.

Tepat dua tahun setelah penyingkapan perdana Compute Stick, Intel mengumumkan pewarisnya di CES 2017, yaitu sebuah perangkat bernama Compute Card. Konsepnya tidak sulit ditebak, Compute Card ialah PC modular sebesar kartu kredit, dengan penggunaan yang sedikit lebih kompleks dari sang pendahu. Ketika Compute Stick hanya memerlukan layar dan periferal buat bekerja, Compute Card membutuhkan unit ‘case‘.

Cara kerja Compute Card seperti ini: device mungil berukuran 95x55x5mm itu menyimpan komponen-komponen layaknya PC sejati, ada sytem-on-chip (sudah termasuk CPU dan GPU), memori, storage, serta konektivitas wireless. Namun agar bisa beroperasi, Compute Card perlu dimasukkan ke slot di perangkat lain, contohnya laptop, PC all-in-one, smart TV, kulkas interaktif, kios pintar, kamera keamanan, atau gateway internet of things.

Compute Card 1

Gagasan ini tentu saja akan kembali mentransformasi PC, di mana kapabilitas mengolah data serta konektivitas dapat dibubuhkan di hampir semua perangkat elektronik. Tapi untuk bisa tiba di sana, Intel harus bekerja keras menggandeng banyak produsen hardware buat berpartisipasi dalam prakarsa tersebut. Selanjutnya, perusahaan-perusahaan itu diminta menyediakan slot dan memilih tipe Compute Card yang cocok dengan konsumen target mereka.

Compute Card 2

Menurut Intel, kehadiran Compute Card dapat menyederhanakan serta menghemat ongkos produksi sebuah perangkat pintar, dan memudahkan proses perbaikan. Gagasan ini telah memperoleh dukungan dari sejumlah raksasa elektronik dunia, beberapa di antaranya adalah Dell, HP, Lenovo, Sharp, serta beberapa partner regional seperti Seneca Data, InFocus, Contec DTx, TabletKiosk dan Pasuntech.

NexDock juga telah mengumumkan dukungan terhadap Compute Card. Mereka telah mendesain unit notebook 2-in-1 dengan slot PC seukuran kartu itu di sisi belakang lid. Perangkat tersebut memiliki layar HD dan dilengkapi berbagai konektivitas fisik, termasuk port USB type-C. Rencananya, NexDock akan memperkenalkannya melalui platform crowdfunding di waktu yang berdekatan dengan pelepasan Compute Card.

Compute Stick sendiri rencananya akan diluncurkan di pertengahan tahun 2017, dijajakan dalam bermacam-macam pilihan prosesor, termasuk Intel Core generasi ke-7.

Sumber: Intel.

Freer Logic Kembangkan Sandaran Kepala Mobil yang Bisa Deteksi Gelombang Otak

Sandaran kepala memang bukanlah aspek pertimbangan utama saat Anda sedang memilih mobil. Kita umumnya fokus menakar performa mesin, desain, kapasitas penumpang, atau mungkin efisiensi dalam pemakaian bahan bakar. Tetapi sebuah teknologi unik garapan tim Freer Logic dan Changhong Reserch Lab memastikan headrest di mobil masa depan tidak lagi diabaikan.

Di masa yang akan datang, headrest tak lagi hanya menjadi alat pelengkap kenyamanan (serta keselamatan) berkendara. Perusahaan privat dari North Carolina itu menggandeng sang produsen barang elektronik Tiongkok untuk mengembangkan sandaran kepala berteknologi electroencephalogram, membuatnya mampu membaca dan merekam gelombang otak. Dengan EEG, sandaran kepala bisa membantu pengendara tetap terjaga.

Pertama kali dipamerkan di CES 2017, sandaran kepala eksperimental kreasi Freer Logic menyimpan sensor yang bisa mengukur aktivitas otak secara real-time. Hebatnya, kepala Anda tidak harus selalu menyentuh headrest agar sistem EEG dapat bekerja karena ia tetap bisa membaca brain wave di jarak 15- sampai 20-sentimeter. Saat konsentrasi pengemudi mulai berkurang, device ini akan segera mengaktifkan notifikasi.

Kepada Digital Trends, Peter Freer selaku presiden dari Freer Logic menyampaikan bahwa otak merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab dalam memproses informasi dan menyelesaikan masalah, berhubungan langsung pada level perhatian dan kesadaran. Sayangnya solusi keselamatan berkendara sejauh ini masih menggunakan indikator eksternal, satu contohnya ialah kamera pelacak lengkungan atau gerakan kelopak mata.

Menurut Freer, teknik ‘kuno’ itu merupakan sebuah metode analisis yang tidak langsung, dan dengan memangkas proses deteksi – yaitu langsung mendeteksi gelombang di neuron terdekat dari permukaan terluar otak – pengendara bisa menghindari situasi-situasi berbahaya lebih dini. Agar bisa bekerja, headrest turut didukung oleh algoritma canggih, berfungsi buat mengkalibrasi gelombang, dan selanjutnya informasi langsung dipaparkan di layar.

Dalam demo live di CES 2017, info aktivitas otak yang diperoleh headrest EEG diperlihatkan di display. Saat pengemudi konsentrasi, warna hijau mengisi penuh bar indikator. Namun begitu perhatiannya terpecah (misalnya sewaktu ia melihat layar smartphone), sistem segera memperlihatkan perubahan. Selanjutnya, developer atau perusahaan otomotif bisa menciptakan solusi untuk mengembalikan konsentrasi pengemudi – misalnya lewat getaran di setir.

Peter Freer sendiri mengakui, industri otomitif memang sedikit lambat dalam mengadopsi teknologi-teknologi baru seperti ini, tetapi timnya sudah mulai melakukan kolaborasi dengan sejumlah perusahaan alat transportasi. Ia mengestimasi, teknologi EEG tersebut akan mulai dimanfaatkan di tahun 2020.

Via Wired.

Mattel Ciptakan Speaker Bertenaga Kecerdasan Buatan untuk Anak-Anak

Di titik ini Anda pastinya sudah tidak bisa meragukan popularitas speaker bertenaga kecerdasan buatan (AI) macam Amazon Echo dan Google Home. Ke depannya pabrikan-pabrikan lain pasti menyusul, tapi sebelum itu, ada Mattel yang lebih dulu memperkenalkan speaker serupa khusus untuk anak-anak.

Dijuluki Aristotle, ia merupakan perpaduan sebuah speaker Bluetooth dan kamera. Misi utama yang diusungnya adalah menjadi pengawas bayi sekaligus teman bermain dan belajar anak-anak. Ia dapat mengenali anak yang berbeda berdasarkan suaranya, memberikan instruksi sekaligus berinteraksi dengan mereka.

Aristotle ditenagai oleh tiga AI yang berbeda: buatan Mattel sendiri, Microsoft Cognitive Services (dan tidak lama lagi Cortana), dan buatan perusahaan bernama Silk Labs. Nama Aristotle sendiri mengindikasikan kalau ia mempunyai karakter bijaksana seperti sang filsuf asal Yunani yang menginspirasi namanya.

Aristotle memadukan AI, computer vision, voice recognition dan otomatisasi sehari-harinya. Contoh, saat ia mendeteksi bayi yang menangis, ia dapat mengirimkan notifikasi ke orang tua atau memutar lagu tidur dengan sendirinya. Semua ini bisa diatur melalui aplikasi pendampingnya di ponsel.

Dihadapkan dengan balita, Aristotle akan memfasilitasi mereka dalam mempelajari alfabet maupun membacakan cerita. Kepada anak yang lebih besar lagi, Aristotle akan membantu mereka dalam mengerjakan PR maupun menyajikan hiburan. Terakhir, bersama para remaja, Aristotle bisa melakukan interaksi yang lebih kompleks sekaligus mendampingi mereka belajar bahasa asing.

Dalam mengembangkan Aristotle, Mattel tidak mau setengah-setengah dalam hal keamanan dan privasi. Semua data yang masuk dan keluar akan dienkripsi, dan untuk mencegah serangan DDoS atau ancaman lain dari para hacker, pengguna harus melakukan pairing manual setiap kali hendak menyambungkan ponsel dengan Aristotle.

Sejatinya ada banyak sekali yang bisa dilakukan Mattel Aristotle, termasuk mengontrol perangkat smart home atau IoT yang kompatibel. Perangkat ini rencananya akan dipasarkan mulai musim panas mendatang seharga $299.

Sumber: PC World dan PR Newswire.

Zera Food Recycler Sulap Sampah Dapur Menjadi Pupuk dalam Kurun Waktu 24 Jam

Dapur biasanya menjadi salah satu ruangan dalam rumah dengan sampah yang paling menumpuk. Kalau kita cukup telaten, sampah-sampah yang mayoritas sisa bahan makanan tersebut sebenarnya bisa diolah menjadi pupuk kompos. Sayang sebagian besar dari kita tidak punya cukup waktu untuk memperhatikan hal semacam itu.

Namun lain ceritanya kalau kita punya perabot bernama Zera Food Recycler ini. Sesuai namanya, ia berfungsi untuk mengolah sisa bahan makanan menjadi pupuk, tapi istimewanya semua ini bisa dilakukan dalam kurun waktu 24 jam, dan yang paling penting, tanpa Anda perlu melakukan apa-apa.

Ukuran perangkat ini memang cukup besar, tapi desainnya tampak elegan dan tingginya setara meja dapur pada umumnya sehingga pengguna bisa lebih mudah membuang sampah ke dalam biliknya. Perlu dicatat, pengguna dianjurkan untuk tidak membuang sisa bahan makanan berupa tulang-belulang karena pisau milik Zera tidak cukup kuat untuk memotong-motongnya.

Pupuk hasil olahan akan disimpan dalam kontainer khusus yang bisa dilepas dengan mudah / Whirlpool
Pupuk hasil olahan akan disimpan dalam kontainer khusus yang bisa dilepas dengan mudah / Whirlpool

Cara kerjanya sendiri sangat sederhana, dimana sebelum mulai membuang sampah Anda hanya diminta untuk memasangkan filter karbon untuk mengurangi bau tak sedap, serta bahan aditif yang terbuat dari sabut kelapa dan baking soda. Komponen terakhir ini berguna untuk mempercepat proses penguraian sampah bahan makanan tersebut.

Sesudahnya, Anda tinggal memperlakukan Zera seperti keranjang sampah biasa. Perpaduan oksigen, kelembapan, panas dan alat pengaduk pada akhirnya akan menyulap sisa-sisa bahan makanan yang terkumpul tersebut menjadi pupuk.

Zera dikembangkan oleh W Labs, divisi khusus produsen perabot rumah ternama Whirlpool yang mendedikasikan waktunya untuk mengembangkan perabot rumahan yang unik. Zera Food Recycler rencananya akan dipasarkan tahun ini juga seharga $1.199. Bagi yang ingin memilikinya lebih cepat sekaligus mendapat potongan harga, Zera juga ditawarkan via situs crowdfunding Indiegogo – sayang sejauh ini cuma untuk pasar AS saja.

Sumber: Engadget dan Whirlpool.

Garmin Luncurkan Trio Jam Tangan Multisport Baru: Fenix 5, Fenix 5S dan Fenix 5X

Segmen wearable kembali dibuat ramai oleh event CES 2017 pekan lalu, dimana sejumlah pabrikan mengungkap smartwatchsmartwatch terbarunya, termasuk yang menjalankan sistem operasi Android Wear 2.0. Lain halnya dengan Garmin, mereka mengumumkan lini jam tangan multisport baru bernama Fenix 5.

Bagi yang mengikuti, Fenix 5 adalah suksesor dari Fenix 3 yang dirilis dua tahun silam, juga di ajang CES. Belajar dari pengalaman, Fenix 5 kini terdiri dari trio jam tangan GPS yang berbeda ukuran – Fenix 5, Fenix 5S dan Fenix 5X – sekaligus mengusung fitur spesifik yang diincar oleh kalangan konsumen tertentu.

Ketiganya mempunyai desain yang tampak gagah, dengan bodi terbuat dari bahan stainless steel dan ketahanan air hingga kedalaman 100 meter. Seperti yang telah disebutkan, dimensi masing-masing model Fenix 5 ini berbeda: Fenix 5 berdiameter 47 mm, Fenix 5S yang ditujukan untuk kalangan perempuan berdiameter 42 mm, sedangkan Fenix 5X yang berfitur paling lengkap sebesar 51 mm.

Ketiga model Fenix 5 ini memiliki strap yang dapat dilepas-pasang dengan mudah, sehingga konsumen bebas memilih antara strap berbahan kulit atau logam. Tracking berbagai macam aktivitas dan jenis olahraga dapat mereka lakukan, termasuk memonitor laju jantung. Khusus untuk Fenix 5X, model tersebut malah menawarkan sistem navigasi yang komprehensif.

Garmin Fenix 5X dilengkapi sistem pemetaan yang lengkap, termasuk yang dikhususkan untuk para pesepeda / Garmin
Garmin Fenix 5X dilengkapi sistem pemetaan yang lengkap, termasuk yang dikhususkan untuk para pesepeda / Garmin

Fitur ala smartwatch pun tetap dipertahankan, utamanya untuk meneruskan notifikasi, tapi tersedia juga dukungan sistem Connect IQ dimana pengguna dapat menambahkan widget ekstra maupun mengganti watch face sesuai kebutuhan.

Untuk trio Fenix 5 ini, Garmin juga akan menawarkan varian yang dilengkapi kaca safir pada bagian wajahnya. Varian ini turut mengemas konektivitas Wi-Fi sehingga sinkronisasi data dapat dilakukan secara lebih mudah.

Daya tahan baterai yang dijanjikan terbilang fenomenal, meski masing-masing model menawarkan angka yang berbeda. Fenix 5 adalah yang paling berstamina, sanggup beroperasi selama 14 hari dalam mode smartwatch, atau 24 jam dalam mode GPS. Ukuran paling kecil menjadikan Fenix 5S yang paling loyo, cuma 8 hari atau 13 jam dalam mode GPS. Terakhir, Fenix 5X mampu bertahan selama 12 hari, atau 20 jam dalam mode GPS.

Lini Garmin Fenix 5 rencananya akan dipasarkan mulai kuartal pertama tahun ini juga. Fenix 5 dan Fenix 5S dibanderol $600; sedangkan Fenix 5 Sapphire, Fenix 5S Sapphire dan Fenix 5X sedikit lebih mahal di angka $700.

Sumber: Wareable dan Garmin.

HP EliteBook x360 Adalah Laptop Bisnis Paling Menarik yang Pernah HP Buat

Selain HP Spectre x360 versi 15 inci, HP juga memperkenalkan laptop lain yang tak kalah menarik di event CES 2017 pekan lalu. Laptop yang saya maksud adalah HP EliteBook x360. EliteBook memang merupakan lini laptop bisnis dari HP, tapi yang satu ini saya yakin bakal menarik perhatian konsumen dari berbagai kalangan.

Poin pertama yang perlu disorot adalah desain. HP mengaku desain EliteBook x360 terinspirasi oleh Spectre x360 yang memang terbukti anggun sekaligus tahan banting – untuk EliteBook x360 ini, HP mengklaim perangkat telah lulus uji sesuai standar militer. Dimensinya pun tidak kalah ringkas, dengan tebal bodi kurang dari 15 mm dan bobot cuma 1,28 kg.

Tentu saja, label “x360” mengindikasikan sifatnya yang convertible, dimana layarnya bisa dilipat ke belakang dan perangkat pun dapat digunakan layaknya sebuah tablet. Layarnya sendiri merupakan panel sentuh 13,3 inci dengan resolusi full-HD atau 4K, tergantung konfigurasi yang dipilih.

Berkat layar yang fleksibel, HP EliteBook x360 dapat digunakan dalam empat mode yang berbeda / HP
Berkat layar yang fleksibel, HP EliteBook x360 dapat digunakan dalam empat mode yang berbeda / HP

Spesifikasinya pun tidak jauh berbeda dari Spectre x360, dimana pada konfigurasi termahalnya, prosesor Intel Core i7 generasi ketujuh (Kaby Lake) dipercaya sebagai otaknya, didukung oleh RAM DDR4 16 GB serta media penyimpanan berbasis SSD. Melanjutkan tradisi HP, komponen audionya digarap oleh Bang & Olufsen.

EliteBook x360 juga unggul soal konektivitas, dimana HP memastikan konsumen tidak membutuhkan dongle selama menggunakan perangkat berkat kehadiran sepasang port USB 3.0, USB-C, HDMI dan slot microSD. Unik juga untuk laptop ini adalah slot kartu SIM, sehingga konsumen tidak harus bergantung pada jaringan Wi-Fi saja.

Fitur eksklusif lain adalah mode privasi yang bisa diaktifkan dengan satu tombol sehingga layar akan tampak gelap di mata orang-orang sekitar. HP juga tidak lupa akan sistem biometrik, dimana otentikasi dapat dilakukan via facial recognition atau sidik jari. Terakhir, HP juga menawarkan aksesori opsional berupa stylus macam Surface Pen.

Sangat jarang ditemui di laptop lain, HP EliteBook x360 mengemas slot kartu SIM sehingga pengguna bisa memanfaatkan jaringan 4G LTE / HP
Sangat jarang ditemui di laptop lain, HP EliteBook x360 mengemas slot kartu SIM sehingga pengguna bisa memanfaatkan jaringan 4G LTE / HP

Baterainya diklaim sanggup bertahan hingga 16 jam lebih. Akan tetapi yang lebih menarik, HP turut menyematkan semacam teknologi fast charging, dimana charging selama 30 menit saja akan mengisi sekitar separuh dari kapasitas penuhnya.

HP belum memberikan detail mengenai ketersediaan maupun banderol harganya. Tapi kalau menimbang fitur-fitur yang ditawarkannya, saya kira harganya akan lebih mahal ketimbang Spectre x360 13 inci.

Sumber: HP.

LG Ciptakan TV OLED 4K Setebal 2,57 Milimeter

Bicara soal TV, TV OLED sejauh ini adalah yang terbaik dalam hal kualitas gambar. Sederhananya, TV OLED tidak perlu diimbuhi fitur macam-macam untuk jadi lebih superior dibanding TV berteknologi lain. Namun tidak demikian di mata LG. Sebagai pionir TV OLED, mereka menilai masih ada yang bisa ditambahkan guna memukau konsumen lebih lagi.

LG membuktikannya di ajang CES 2017 pekan lalu lewat LG Signature OLED TV W (77/65W7), model terbaru lini TV OLED-nya yang memiliki desain cukup radikal. Huruf W sendiri dipilih sebagai singkatan dari “wallpaper”, mengindikasikan kalau TV ini punya bodi yang super-tipis.

LG tidak main-main, ketebalan TV ini hanya berkisar 2,57 milimeter untuk varian yang berukuran 65 inci – LG juga bakal menawarkan varian lain dengan layar 77 inci. Sebagai perbandingan, iPhone 7 yang sudah tergolong sangat tipis saja masih lebih tebal dari TV ini di angka 7,1 mm.

Saking tipisnya, LG Signature OLED TV W bisa ditanamkan ke dalam kaca saat dipamerkan di CES 2017 / LG
Saking tipisnya, LG Signature OLED TV W bisa ditanamkan ke dalam kaca saat dipamerkan di CES 2017 / LG

Bodi super-tipis ini memungkinkan konsumen untuk memasang TV ke tembok hanya dengan berbekal mount magnetik saja, membuat TV terlihat seakan-akan melekat pada tembok tanpa ada celah. Alhasil, menonton TV jadi terasa seperti melihat ke luar jendela, apalagi mengingat TV ini mengandalkan panel OLED beresolusi 4K.

Rahasia bodi super-tipis ini terletak pada unit soundbar yang mendampingi TV. Di sinilah tersimpan semua komponen internal TV, yang kemudian diteruskan melalui sambungan HDMI. Soundbar ini juga telah mendukung teknologi Dolby Atmos, memastikan supaya audio yang dihasilkan tidak merusak kualitas gambar yang tersaji.

Berkat mount magnetik, LG Signature OLED TV W tampak benar-benar melekat pada tembok / LG
Berkat mount magnetik, LG Signature OLED TV W tampak benar-benar melekat pada tembok / LG

LG Signature OLED TV W juga mendukung hampir semua format video HDR yang ada, mulai HDR10, HLG (Hybrid Log Gamma), Dolby Vision, sampai Advanced HDR rancangan Technicolor. Pada kenyataannya, LG telah bekerja sama dengan Technicolor guna meningkatkan akurasi warna yang direproduksi oleh TV ini. Perihal interface, TV ini menjalankan sistem operasi webOS yang menuai banyak pujian.

Namun yang paling penting adalah, TV ini bukan sekadar konsep. LG sudah siap memasarkannya tahun ini juga, meski sejauh ini belum ada kepastian terkait kapan dan berapa banderol harganya – amat sangat mahal pastinya.

Sumber: The Verge dan LG.

Hands-On Smartphone Tango Asus ZenFone AR di CES 2017

Eksistensi dari perangkat Tango kedua dikonfirmasi di bulan November 2016 silam. Lewat laporan Digitimes, Asus diketahui mempunyai rencana untuk menggarap smartphone berkemampuan computer vision dan 3D mapping. Meski CEO Jerry Shen tidak segan menyebutkan namanya, baru di CES 2017-lah sang produsen resmi menyingkap wujud serta fitur-fiturnya.

ZenFone AR 1

ZenFone AR 6

ZenFone AR sengaja difokuskan pada penyajian konten augmented reality serta diklaim sebagai device Tango pertama yang kompatibel dengan platform Google Daydream. Kombinasi keduanya menghasilkan pengalaman AR serta VR berkualitas tinggi berbekal smartphone dan unit head-mounted display (Asus merekomendasikan Daydream View).

ZenFone AR 2

ZenFone AR 7

Lewat rangkaian sensor dan dukungan software computer vision-nya, ZenFone AR mampu mengetahui ruang dan gerakan seperti manusia. Handset ini bisa melacak perubahan posisi sebuah objek, mendeteksi kedalaman, hingga membedakan lantai, tembok serta barang-barang yang bergeletakan di sana – melihat layaknya mata orang melalui sistem TriCam berisi tiga kamera.

ZenFone AR 8

ZenFone AR 9

Masing-masing kamera belakang mempunyai tugas berbeda: untuk fungsi motion tracking, depth sensing dengan proyektor inframerah, serta kamera beresolusi 23-megapixel; semuanya memungkinkan ZenFone AR membaca benda secara tiga dimensi. Kamera 23Mp-nya sendiri dirancang agar sanggup melihat dunia secara detail. ZenFone AR dirancang sebagai sebuah tool canggih, fleksibel dan serbaguna dalam berkreasi, contohnya buat mempermudah visualisasi saat mendekorasi ulang ruang keluarga hingga buat bermain game.

ZenFone AR 4

ZenFone AR 5

ZenFone AR mempunyai spesifikasi yang cukup high-end dan didesain agar tampil lebih premium, mempunyai dimensi 158,67×77,7×4,6~8,95mm berbobot 170-gram. Tak seperti perangkat ZenFone lain, Asus sedikit memodifikasi penampilan tombol navigasi – ada sensor sidik jari sekaligus tombol home di sana. Pendekatan ini membuat rasio layar ke tubuhnya jadi lebih besar, yaitu 79 persen. Saat dibalik, Anda dapat melihat punggung berlapis kulit sintetis hitam dan modul kamera yang cukup besar.

ZenFone AR 10

Karena memang dirancang untuk dipergunakan dekat dengan mata Anda, Asus tidak main-main dalam meracik layarnya. Sang produsen memanfaatkan panel seluas 5,7-inci Super AMOLED beresolusi 256×1440, lalu membekalinya bersama teknologi Tru2life dan filter Bluelight, dan memastikan device menyajikan kontras 3.000.000 banding 1. Layar tersebut mampu membaca 10 titik sentuhan serta tak lupa diproteksi Corning Gorilla Glass 4.

ZenFone AR 11

Perwakilan dari Asus belum menginformasikan kapan tepatnya ZenFone AR akan dirilis, hanya bilang bahwa harganya sudah pasti lebih mahal dari ZenFone 3 Zoom. Spesifikasi lengkap dari ZenFone AR bisa Anda lihat di tautan ini.

Benar-Benar Wireless, Pompa ASI Pintar Ini Dapat Digunakan Selagi Bekerja

Bersyukurlah kalau Anda merupakan seorang ibu yang bisa menyusui buah hatinya dengan lancar, terutama di saat banyak ibunda lain yang harus mengandalkan susu formula atau ASIP (ASI perah) hasil donasi. Para suami juga patut berterima kasih mengingat ASI bisa didapat dalam harga yang sangat terjangkau, alias gratis.

Namun yang mungkin tidak disadari oleh para suami adalah perjuangan sang istri selama masih menyusui anaknya. Mereka harus rajin memerah ASI-nya agar produksi dapat terus berjalan lancar. Bagi yang bekerja, mereka harus meluangkan sejumlah waktu sekaligus ‘mengucilkan’ dirinya di suatu ruangan agar dapat memerah dengan nyaman.

Saya bisa tahu semua ini karena istri saya sendiri sedang mengalaminya. Sekali memerah memakan waktu sekitar 20 – 30 menit, dan selama itu juga istri saya tidak bisa melakukan apa-apa karena kedua tangannya harus memegangi alat pompa ASI-nya – lebih menyulitkan lagi ketika pompa yang dipakai adalah pompa manual.

Di pasaran memang ada alat bantu seperti bra khusus yang biasa dikenal dengan istilah hands-free pumping bra, yang dapat menjepit pompa ASI sehingga kedua tangan sang ibu bisa bebas melakukan kegiatan lainnya. Akan tetapi skenario ini masih tetap harus dijalani secara privat karena, maaf saja, bra-nya tetap terekspos.

Bagian dalam Willow Pump dapat dilepas dan dicuci dengan mudah / Willow Pump
Bagian dalam Willow Pump dapat dilepas dan dicuci dengan mudah / Willow Pump

Lain ceritanya dengan Willow Pump. Pompa ASI yang dipamerkan di event CES 2017 minggu kemarin ini memiliki desain yang amat cerdas. Perangkat terbagi menjadi dua unit terpisah, dapat diselipkan ke dalam bra dengan mudah tanpa harus mengekspos apa-apa. Tidak ada botol yang menggantung, tidak ada kabel maupun selang yang menjuntai, dan yang paling penting, kedua tangan sang ibu bisa terbebaskan.

Cara kerjanya sangat sederhana, dimana hanya terdapat satu tombol untuk memulai dan menghentikan proses pumping, kemudian sepasang tombol untuk menyesuaikan intensitas sedotannya. Hasil perahan otomatis disalurkan ke sebuah kantong plastik khusus berkapasitas sekitar 120 ml.

Paket penjualan lengkap Willow Pump / Willow Pump
Paket penjualan lengkap Willow Pump / Willow Pump

Selesai memerah, sang ibu tinggal melepas kantong plastik tersebut dan menyimpannya di dalam freezer atau cooler bag. Menariknya, Willow juga dapat memonitor volume ASIP yang dihasilkan secara otomatis, lalu mengirim informasi tersebut ke aplikasi iOS atau Android.

Willow Pump rencananya akan dipasarkan mulai musim semi mendatang seharga $430 – tidak terlampau mahal kalau melihat harga pompa ASI otomatis lain yang ada di pasaran, terutama yang berasal dari merek-merek ternama. Satu-satunya kekurangan pompa ASI wearable ini adalah harga kantong plastiknya yang cukup mahal, sekitar $0,50 per kantong.

Sumber: Engadget dan Mashable.

Pengalaman Menjajal BlackBerry ‘Mercury’ di CES 2017

Beberapa waktu setelah BlackBerry mengumumkan niatan untuk berhenti berkiprah di ranah smarphone, TCL Corporation dikabarkan membeli hampir seluruh lisensi brand sang perusahaan Kanada itu. Lewat perjanjian ini, TCL-lah yang selanjutnya akan mendesain, memproduksi, memasarkan serta menyediakan layanan purna jual produk-produk BlackBerry.

BlackBerry 'Mercury' 3

Rencana TCL mengenai langkah mereka terkait handset BlackBerry mulai tersingkap di CES 2017. Di event teknologi terbesar di dunia itu, diungkaplah device ber-codename Mercury yang sebelumnya sempat jadi perbincangan di Oktober silam. Menariknya, Mercury tidak dipamerkan secara bebas di booth TCL Corp. seperti produk mereka lainnya. Untuk menjajalnya, saya harus memperoleh izin dari seorang manager.

BlackBerry 'Mercury' 4

BlackBerry 'Mercury' 9

Jika Anda ingin menggali spesifikasi mengenai device lebih dalam, bocoran info Geekbench memiliki data lebih lengkap dari yang berhasil saya gali. Saat ditanya apa nama panggilannya, representasi TCL bahkan enggan memberikan jawaban (nama Mercury sendiri baru resmi setelah disebutkan di blog BlackBerry pada tanggal 9 Januari). Tapi setidaknya, saya diperbolehkan mencobanya secara langsung.

BlackBerry 'Mercury' 5

BlackBerry 'Mercury' 6

Saya belum dapat mengonfirmasi dimensi, bobot, serta lebar layar dari perangkat BlackBerry anyar ini; yang jelas, tubuh Mercury tersusun atas material aluminium, didesain dengan arahan korporat. Sisi samping serta bawahnya membundar, kecuali pada bagian atas tempat produsen memposisikan kamera depan dan sensor proximity. Saya menemukan satu tombol fisik di sisi kiri dan dua tombol di kanan, kemungkinan besar berfungsi untuk mengatur volume suara, power, serta shutter kamera.

BlackBerry 'Mercury' 1

Ada tombol navigasi khas Android di area bawah display, lalu di bawahnya lagi terdapat papan ketik QWERTY yang familier, di mana masing-masing baris dibatasi lis metalik. Sekali lagi, sang manager belum mau memberi tahu apakah layar device serta papan ketik diberi lapisan anti-baret. Mercury tampaknya mengusung struktur desain unibody, melihat adanya tray kartu SIM di sisi kanan atas.

BlackBerry 'Mercury' 8

Sisi punggung device memanfaatkan bahan karet dengan pola kotak-kotak kecil. Modul kamera berada di kiri atas, ditemani oleh flash LED dual-tone. Sayang sekali di sana tidak ada tulisan apapun yang menunjukkan spesifikasi sensor ataupun lensa.

BlackBerry 'Mercury' 7

Sang perwakilan TCL bilang, BlackBerry ‘Mercury’ berjalan di sistem operasi Android 7.0 Nougat, namun saya tidak diperkenankan mengambil foto selain tampilan menu utama. Ia menyampaikan bahwa pengerjaan device ini dilakukan secara kolaboratif: TCL fokus pada hardware, lalu tim BlackBerry bertanggung jawab menggarap sisi software-nya.

BlackBerry 'Mercury' 2

Detail mengenai smartphone termasuk nama resminya baru akan diungkap di acara Mobile World Congress 2017, dilangsungkan bulan Februari nanti.