10 Smartwatch Harga Rp500 Ribu Paling Direkomendasikan

Smartwatch telah menjadi bagian integral dari dunia teknologi dan pergelangan tangan kita. Berdasarkan informasi dari Wareable, meskipun penelitian terbaru memprediksi bahwa sebanyak 353 juta smartwatch akan dikirimkan pada tahun 2027, meningkat dari hanya 51 juta pada tahun 2017, namun mungkin mengejutkan banyak orang bahwa smartwatch pertama sebenarnya berasal dari tahun 1927. Ada ledakan popularitas smartwatch pada tahun 80-an dan 90-an.

1. Xiaomi Band

Xiaomi Mi Band 2 juga tahan air

Xiaomi Band adalah gelang pintar yang dapat dihubungkan dengan perangkat Android dan memiliki ketahanan air yang impresif. Dengan kapasitas baterai mencapai 41 mAh, perangkat ini menawarkan daya tahan baterai hingga 30 hari. Dilengkapi dengan sensor militer, Xiaomi Band memonitor aktivitas Anda sepanjang hari.

  • Konektivitas: Android
  • Ketahanan Air: Ya
  • Kapasitas Baterai: 41 mAh
  • Daya Tahan Baterai: Hingga 30 hari
  • Sensor: Sensor militer
  • Harga: Sekitar 300 ribu

2. Onix P1

Onix P1 adalah smartwatch yang dapat terhubung dengan Android dan memiliki fitur tahan air. Dengan desain yang simpel dan berbagai pilihan warna, perangkat ini menawarkan layar LED yang menampilkan berbagai informasi.

  • Konektivitas: Android
  • Ketahanan Air: Ya
  • Layar: LED
  • Fitur Tambahan: Mode olahraga, pemantauan tidur, dan pengukuran suhu
  • Harga: Sekitar 200 ribu

3. Amazfit Bip U

Foto: amazfit.com

Amazfit Bip U menawarkan berbagai mode olahraga, mulai dari lari outdoor hingga berenang. Dengan dua sensor, BioTracker 2 PPG dan OxygenBeats, perangkat ini dapat mengukur detak jantung dan kadar oksigen dalam darah.

  • Mode Olahraga: 60 pilihan mode
  • Sensor: BioTracker 2 PPG dan OxygenBeats
  • Fitur Tambahan: Pemantauan tidur nyenyak, tidur ringan, dan tidur REM
  • Harga: 500 ribu

4. Vyatta Fitme Pro X

Fitme Pro X dari Vyatta adalah smartwatch dengan desain dinamis yang cocok untuk semua usia dan gender. Dilengkapi dengan sensor yang dapat mengukur suhu tubuh secara real-time, perangkat ini menawarkan layar berukuran 1,69 inci dengan teknologi IPS Full touchscreen.

  • Layar: 1,69 inci IPS Full touchscreen
  • Proteksi Layar: Scratch Resistant Tempered Glass
  • Sensor: Pengukuran suhu tubuh real-time
  • Fitur Tambahan: Pemantauan aktivitas harian, mode olahraga, dan pemantauan tidur
  • Harga: Sekitar 500 ribu

5. Huawei Band 6

Dengan layar AMOLED berukuran 1,47 inci, Huawei Band 6 menawarkan berbagai fitur kesehatan, termasuk pemantauan detak jantung, mode olahraga, dan pemantauan stres.

  • Layar: 1,47 inci AMOLED
  • Ketahanan Air: Hingga kedalaman 50 meter
  • Fitur Kesehatan: Pemantauan detak jantung, mode olahraga, pemantauan stres
  • Harga: Sekitar 500 ribu

6. Amazfit BIP S Lite

Amazfit BIP S Lite menawarkan daya tahan baterai hingga 30 hari dan memiliki lebih dari 150 Watch Face yang dapat diganti. Dengan 8 mode olahraga dan fitur kesehatan yang lengkap, perangkat ini adalah pendamping sehari-hari yang sempurna.

  • Daya Tahan Baterai: Hingga 30 hari
  • Watch Face: Lebih dari 150 pilihan
  • Mode Olahraga: 8 pilihan mode
  • Harga: Sekitar 500 ribu

7. Onix Cognos U Watch U8

Dapat dihubungkan dengan Android dan iOS, Onix Cognos U Watch U8 memiliki layar sentuh berukuran 1.48 inci. Meskipun tidak tahan air, perangkat ini menawarkan berbagai fitur multimedia dan sensor untuk olahraga.

  • Konektivitas: Android dan iOS
  • Layar: 1.48 inci touchscreen
  • Fitur Multimedia: Ya
  • Harga: Sekitar 100 ribu

8. Honor Band 6

Mirip dengan Smart Band, Honor Band 6 menawarkan fitur yang lebih lengkap dengan desain yang elegan. Dengan layar AMOLED berukuran 1.47 inci, perangkat ini menawarkan tampilan yang jelas dan tajam.

  • Layar: 1.47 inci AMOLED
  • Desain: Elegan
  • Fitur Tambahan: Pemantauan tidur, mode olahraga, dan pemantauan stres
  • Harga: Sekitar 500 ribu

9. OASE Horizon W1

Dengan desain minimalis, OASE Horizon W1 cocok untuk semua bentuk tangan. Perangkat ini menawarkan fitur lengkap dan daya tahan baterai yang lama. Layarnya dilindungi oleh Tempered Glass, menjadikannya tahan terhadap goresan.

  • Desain: Minimalis
  • Proteksi Layar: Tempered Glass
  • Fitur Tambahan: Pemantauan aktivitas harian, mode olahraga, dan pemantauan tidur
  • Harga: Sekitar 500 ribu

10. VYATTA Fitme Pro X

Mirip dengan Vyatta Fitme Pro X, produk ini menawarkan sensor untuk mengukur suhu tubuh dan layar IPS Full Touch Screen berukuran 1,69 inci.

  • Layar: 1,69 inci IPS Full Touch Screen
  • Sensor: Pengukuran suhu tubuh real-time
  • Fitur Tambahan: Pemantauan aktivitas harian, mode olahraga, dan pemantauan tidur
  • Harga: Sekitar 500 ribu

Fossil Tengah Siapkan Smartwatch Generasi Keenam dengan Hardware Baru dan OS Baru

Dari sekian banyak produsen smartwatch, Fossil Group mungkin adalah salah satu yang paling konsisten meluncurkan smartwatch dari platform Wear OS. Sejauh ini smartwatch bikinan mereka sudah memasuki generasi kelima, dan generasi berikutnya pun sudah disiapkan seiring peleburan Wear OS dan Tizen menjadi Wear yang diumumkan belum lama ini.

Berdasarkan wawancara petinggi Fossil dengan CNET, dikatakan bahwa Fossil tengah menyiapkan smartwatch generasi keenam yang akan menjalankan sistem operasi Google Wear. Berbeda dari sebelumnya, smartwatch Fossil Gen 6 ini bakal menduduki kategori premium, lengkap dengan peningkatan hardware yang signifikan.

Salah satu di antaranya adalah chipset baru, yang sudah pasti bakal menawarkan kinerja sekaligus efisiensi energi yang lebih baik. Perangkat juga akan dilengkapi konektivitas LTE, dan ini berlaku untuk pasar global ketimbang hanya di negara-negara tertentu saja.

Smartwatch Fossil Gen 6 juga akan mengusung fitur-fitur yang serupa dengan penawaran dari Google maupun Samsung ke depannya, sebab platform yang digunakan memang bakal sama persis. Salah satu fitur yang paling menarik mungkin adalah integrasi Fitbit, yang diyakini bakal menambah daya tarik smartwatch Wear secara drastis.

Untuk pengoperasiannya, Fossil percaya bahwa layar sentuh masih merupakan metode input utama yang paling pas untuk smartwatch. Meski demikian, Fossil tetap bakal mengeksplorasi kombinasi tombol dan crown yang tak hanya akan memberikan akses cepat, tetapi juga sentuhan manis ekstra terhadap desain perangkat secara keseluruhan.

Namun yang mungkin jadi pertanyaan banyak orang adalah, bagaimana nasib smartwatchsmartwatch Fossil sebelumnya, semisal Fossil Gen 5 yang sampai artikel ini ditulis belum berusia dua tahun? Sayang sekali produk-produk lama tersebut tidak akan kebagian jatah update Google Wear. Namun kalau melihat sisi baiknya, ini bisa menjadi indikasi bahwa peningkatan hardware yang dijanjikan oleh smartwatch Wear ke depannya memang signifikan dibanding sebelumnya.

Kemungkinan besar, smartwatchsmartwatch generasi sebelumnya itu masih akan tetap dijual dengan harga yang lebih terjangkau, mirip seperti strategi yang ditetapkan oleh Apple pada Apple Watch.

Sumber: CNET.

Bugatti Bikin Smartwatch, Tonjolkan Aspek Kemewahan, Personalisasi, dan Eksklusivitas

Seseorang yang mengemudikan sebuah Bugatti pastinya sudah sangat familier dengan jam tangan bikinan Rolex, Patek Philippe, Audemars Piguet, dan brandbrand mewah lainnya. Namun seandainya mereka tertarik dengan smartwatch, mereka bisa melirik penawaran dari sang produsen supercar asal Perancis itu sendiri.

Ya, Bugatti sekarang juga menjual smartwatch. Namanya Bugatti Ceramique Edition One, dan ia merupakan hasil kolaborasi Bugatti bersama sebuah produsen smartwatch asal Austria bernama VIITA. Seperti mobilnya, jam tangan pintar ini juga dibuat dengan sangat presisi menggunakan material-material yang sangat premium.

Ada tiga varian desain yang ditawarkan: Pur Sport, Le Noire, dan Divo, dengan perbedaan hanya pada wujud bezel-nya saja. Bezel-nya sendiri terbuat dari bahan keramik zirkonium anti-gores, dengan proses finishing yang dikerjakan menggunakan tangan selama sekitar 20 hari. Di tengahnya, ada layar sentuh AMOLED beresolusi 390 x 390 pixel yang diproteksi dengan kaca safir.

Seperti mobilnya, personalisasi merupakan aspek penting yang ingin Bugatti tekankan di sini. Itulah mengapa paket penjualannya turut mencakup satu bezel ekstra dari varian desain yang berbeda, plus sebuah obeng khusus untuk melepas bezel-nya secara cepat. Juga termasuk adalah dua pilihan strap; satu berbahan karet silikon, satu lagi berbahan titanium. Secara keseluruhan, fisik smartwatch ini tahan air hingga kedalaman 100 meter.

Smartwatch Bugatti ini juga punya sensor-sensor yang lengkap, mulai dari altimeter sampai GPS, bahkan sensor laju jantungnya pun ada dua supaya lebih bisa diandalkan. Total ada 72 aktivitas fisik yang mampu dimonitor, akan tetapi yang sangat unik adalah bagaimana perangkat mampu merekam lap time dan akselerasi secara otomatis ketika pengguna menggeber mobilnya di sirkuit.

Sistem operasi yang digunakan bukanlah Google Wear, melainkan hasil rancangan VIITA sendiri dengan tampilan antarmuka yang serba minimalis, yang kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS. Dalam sekali pengisian, baterai perangkat bisa bertahan sampai 14 hari — angkanya pasti bakal lebih rendah kalau GPS-nya sering aktif.

Kesaaman terakhir smartwatch ini dengan mobil Bugatti adalah perihal ketersediaan yang terbatas. Total hanya akan ada 600 unit Bugatti Ceramique Edition One yang diproduksi, masing-masing dengan kemasan yang mewah dan garansi selama lima tahun. Harganya dipatok mulai 899 euro (± 15,6 jutaan rupiah), dan sudah bisa dipesan sekarang melalui situs crowdfunding Kickstarter.

Sumber: SlashGear dan Bugatti.

Casio Luncurkan Smartwatch G-Shock Pertama yang Dibekali Wear OS

Sebagai salah satu produsen jam tangan kenamaan, Casio sudah sangat familier dengan ranah smartwatch sejak meluncurkan seri Pro-Trek di tahun 2016. Namun buat sebagian besar orang, nama Casio mungkin sudah terlanjur identik dengan lini jam tangan G-Shock, dan itulah mengapa kabar mengenai G-Shock versi pintar pertama terdengar begitu menarik di telinga mereka.

Gambar di atas adalah G-Squad Pro GSW-H1000, arloji pertama dari lini G-Shock yang hadir membawa sistem operasi Wear OS. Sebagai sebuah G-Shock, wujudnya jelas bongsor dengan penampilan yang sangat agresif. Bahkan bobotnya pun mencapai angka 104 gram, namun ini tentu sejalan dengan ekspektasi para penggemar G-Shock sejati.

Konstruksi case-nya mengandalkan perpaduan material aluminium dan urethane dengan tiga buah tombol di sisi kanan, sedangkan pelat belakangnya terbuat dari bahan titanium. Di saat banyak smartwatch mengusung bodi yang tahan air hingga kedalaman 50 meter, GSW-H1000 malah siap diajak menyelam sampai kedalaman 200 meter.

Dengan bodi sekokoh itu, GSW-H1000 tentu akan baik-baik saja diajak beraktivitas ekstrem, termasuk halnya surfing maupun snowboarding. Secara default, perangkat mampu mengenali 15 jenis aktivitas dan 24 macam latihan indoor, termasuk halnya menghitung repetisi dari latihan angkat beban.

Sensor yang tertanam di dalamnya terbilang lengkap, mulai dari accelerometer, gyroscope, altimeter, kompas, sampai GPS maupun heart-rate monitor. Penggunaan Wear OS berarti fungsionalitasnya bisa ditambah dengan bantuan aplikasi-aplikasi pihak ketiga. Di smartphone, Casio juga menyediakan aplikasi pendamping bernama G-Shock Move untuk memantau data secara komprehensif, sekaligus menggunakan data tersebut sebagai overlay pada video.

Sama seperti Casio Pro-Trek WSD-F30, perangkat ini juga dibekali dua lapisan layar yang berbeda. Lapisan yang pertama adalah panel monokrom untuk menampilkan informasi dengan dampak seminimal mungkin pada konsumsi baterai. Selebihnya, navigasi Wear OS akan sepenuhnya diatasi oleh lapisan layar yang kedua, yakni panel LCD 1,32 inci beresolusi 320 x 300 pixel.

Dalam sekali charge, baterainya diklaim bisa tahan sampai sekitar 1,5 hari kalau yang dipakai cuma layar utamanya saja yang berwarna. Namun kalau lebih banyak menggunakan layar monokromnya, daya tahan baterainya diperkirakan bisa mencapai satu bulan. Seperti biasa, baterainya pasti akan lebih boros apabila perangkat sering dipakai untuk memantau aktivitas-aktivitas yang memerlukan GPS, seperti misalnya berlari atau bersepeda.

Di Amerika Serikat, G-Squad Pro GSW-H1000 akan segera dipasarkan dengan harga $699. Varian warna yang tersedia ada tiga: hitam, hitam dengan aksen biru, dan merah.

Sumber: Wareable dan The Verge.

Mungil nan Stylish, Garmin Lily Adalah Smartwatch Dambaan Kaum Hawa

Garmin punya smartwatch baru. Namanya Lily, dan ia ditujukan untuk konsumen wanita yang mendambakan jam tangan pintar dengan desain yang minimalis sekaligus ringkas. Pada kenyataannya, Lily adalah smartwatch paling kecil yang Garmin tawarkan saat ini.

Kalau diukur, case membulatnya itu punya diameter hanya 34,5 milimeter. Sebagai konteks, smartwatch seperti Garmin Venu punya diameter sebesar 43 milimeter, sedangkan varian terkecil Apple Watch memiliki dimensi 40 x 34 milimeter. Singkat cerita, Lily sangatlah mungil jika disandingkan dengan smartwatchsmartwatch lain yang ada di pasaran.

Garmin Lily hadir dalam dua varian: Sport dan Classic. Varian Sport memiliki case yang terbuat dari bahan aluminium dan strap silikon, sehingga cocok buat konsumen yang sehari-harinya cukup aktif. Sebaliknya, varian Classic menggunakan bahan stainless steel untuk case-nya, dan kulit untuk strap-nya.

Strap-nya ini sangatlah ramping dengan lebar hanya 14 mm. Sayangnya ini juga berarti Lily tidak kompatibel dengan strap standar yang memiliki lebar 18 mm. Beruntung setidaknya Garmin masih menawarkan sejumlah kombinasi warna yang cukup menarik buat Lily.

Juga agak berbeda dari biasanya adalah layarnya. Lily mengemas panel LCD monokrom beresolusi 240 x 201 pixel. Layar ini juga bukan yang bersifat always-on, tapi paling tidak Lily masih punya motif yang cukup cantik yang akan selalu kelihatan walaupun layarnya mati.

Layar yang monokrom mungkin terdengar kurang menarik di saat smartwatch lain sudah banyak yang sudah menggunakan layar AMOLED yang kaya warna. Namun setidaknya layar monokrom ini bisa menghadirkan satu keuntungan: baterai Lily diklaim mampu bertahan sampai 5 hari pemakaian dalam sekali pengisian, cukup mengesankan mengingat ia tidak punya banyak ruang untuk menampung baterai yang besar.

Untuk urusan fitur, Lily terbilang cukup buat sebagian besar konsumen, tapi tidak untuk yang benar-benar melangsungkan kegiatan olahraga secara intensif setiap harinya. Ia dibekali heart-rate monitor yang akan selalu aktif, serta mampu mengukur parameter seperti kadar oksigen dalam darah (SpO2). Yang absen di sini adalah GPS, yang berarti Lily harus bergantung pada GPS milik smartphone ketika hendak digunakan untuk memonitor aktivitas seperti berlari atau bersepeda.

Sebagai perangkat yang ditargetkan untuk kaum hawa, Lily tentu juga menawarkan fitur-fitur spesifik seperti memantau siklus menstruasi maupun kehamilan. Meneruskan notifikasi dari smartphone sudah pasti menjadi penawaran standar, demikian pula fitur sleep tracking. Lalu berhubung Lily tahan air hingga kedalaman 50 meter, ia tidak akan keberatan seandainya diajak berenang.

Di Amerika Serikat, Garmin Lily saat ini telah dipasarkan seharga $200 untuk varian Sport, atau $250 untuk varian Classic. Strap tambahannya dihargai $30 untuk yang silikon, atau $60 untuk yang kulit.

Sumber: Wareable dan Business Wire.

Zepp Z Adalah Smartwatch Premium Sepupu Amazfit

Di tengah pasar smartwatch yang terbilang stagnan (kecuali di kubu Apple), nama Amazfit justru mencuat berkat konsistensinya meluncurkan produk-produk baru. Namun Amazfit rupanya bukan satu-satunya brand smartwatch yang dimiliki oleh Huami. Pada tahun 2018, Huami juga sempat mengakuisisi produsen sensor wearable bernama Zepp, yang di tahun 2020 ini memutuskan untuk ikut terjun ke ranah smartwatch.

Usai memperkenalkan smartwatch pertamanya pada bulan Agustus lalu, Zepp kini kembali dengan smartwatch baru lagi yang tak kalah menarik. Dijuluki Zepp Z, desainnya premiumnya langsung mencuri perhatian, dengan rangka yang terbuat dari bahan titanium yang kokoh tapi tetap ringan (40 gram), plus tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Aspek desain ini pada dasarnya merupakan faktor pembeda yang paling utama antara smartwatch besutan Zepp dan Amazfit meski sama-sama berada di bawah satu induk perusahaan. Kalau kita bandingkan antara Zepp Z dan Amazfit GTR 2 yang diluncurkan belum lama ini, cukup jelas terlihat bahwa Zepp Z punya penampilan keseluruhan yang lebih mewah.

Zepp Z

Hal ini wajar mengingat sebelum bermain di pasar smartwatch, Zepp merupakan produsen sensor-sensor wearable untuk para pegolf. Untuk layarnya, Zepp Z mengemas panel AMOLED 1,39 inci yang always-on dengan resolusi 454 x 454 pixel, sama persis seperti layar milik Amazfit GTR 2. Masih soal layar, satu perbedaan kecil pada Zepp Z adalah tingkat kecerahan maksimumnya yang lebih tinggi di angka 550 nit.

Selebihnya, Zepp Z mewarisi banyak fitur unggulan milik Amazfit GTR 2, utamanya sensor BioTracker 2 PPG yang tak hanya bisa memonitor laju jantung saja, tapi juga memantau tingkat stres pengguna sekaligus kadar oksigen dalam darahnya (SpO2). Seperti halnya GTR 2, Zepp Z juga mampu mengalkulasikan skor PAI (Personal Activity Intelligence) agar pengguna bisa dengan mudah mengetahui seberapa banyak aktivitas fisik yang perlu mereka lakukan setiap harinya.

Zepp Z

Komponen esensial lain seperti GPS dan GLONASS juga hadir sebagai standar pada Zepp Z, dan ia pun turut dilengkapi 12 mode tracking olahraga yang sama seperti GTR 2. Lalu mungkin yang paling istimewa adalah klaim bahwa Zepp Z dapat bertahan sampai 15 hari pemakaian normal sebelum baterainya perlu diisi ulang.

Kalau boleh menyimpulkan, anggap saja Zepp Z ini sebagai versi mewah dari Amazfit GTR 2; fitur-fiturnya hampir identik, akan tetapi penampilannya jauh lebih berkelas. Tentu saja harganya juga lebih mahal: $349, alias hampir dua kali lipat harga Amazfit GTR 2 ($179).

Sumber: Wareable.

Hublot Luncurkan Smartwatch Keduanya, Kali Ini Tanpa Tema Sepak Bola

Produsen jam tangan kenamaan asal Swiss, Hublot, meluncurkan smartwatch Wear OS baru bernama Big Bang E. Kalau Anda ingat, ini bukanlah smartwatch pertama mereka. Di tahun 2018, Hublot sempat memproduksi Big Bang Referee yang dirancang untuk mendampingi para wasit di sepanjang perhelatan Piala Dunia 2018.

Big Bang E tidak mengangkat tema sepak bola sedikit pun – kemungkinan karena Euro 2020 tahun ini batal digelar – dan ini saja sebenarnya sudah bisa menarik perhatian lebih banyak kalangan ketimbang Big Bang Referee. Lebih lanjut, dimensinya jauh lebih ringkas daripada Big Bang Referee, yang tergolong bongsor dengan diameter 49 mm.

Big Bang E di sisi lain punya diameter 42 mm saja. Ia hadir dalam dua versi yang berbeda; satu dengan case berbahan titanium, satu lagi dengan bahan keramik. Perangkat tergolong cukup tipis di angka 12,8 mm, dan secara keseluruhan tahan air hingga kedalaman 30 meter. Strap-nya mudah dilepas pasang cukup dengan satu klik tombol saja.

Hublot Big Bang E

Big Bang E mengemas layar AMOLED sebesar 1,21 inci dengan resolusi 390 x 390 pixel, dan tentu saja layarnya sudah dilapisi kaca kristal safir. Di sisi kanannya, kita bisa melihat sebuah crown yang dapat diputar sekaligus ditekan.

Secara teknis, spesifikasi Big Bang E kurang lebih sama seperti Tag Heuer Connected 2020, yang sebenarnya masih di bawah satu grup induk LVMH: chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, RAM 1 GB, dan storage internal 8 GB. Sayangnya, meski dilengkapi NFC, versi Bluetooth-nya masih 4.2.

Lebih mengecewakan lagi, Big Bang E sama sekali tidak dilengkapi GPS ataupun heart-rate monitor, dan dua fitur ini merupakan salah satu keunggulan utama Tag Heuer Connected 2020. Kapasitas baterainya juga terbilang kecil di angka 300 mAh.

Hublot Big Bang E

Terlepas dari itu, semua kelebihan sistem operasi Wear OS tentunya bisa didapatkan di sini. Hublot juga tidak lupa menyematkan sejumlah watch face eksklusif, termasuk salah satunya yang dapat menampilkan fase bulan secara presisi.

Berhubung ini Hublot, harganya sudah pasti mahal. Versi titaniumnya dibanderol $5.200, sedangkan versi keramiknya $5.800. Harganya bahkan lebih mahal lagi dibanding Big Bang Referee, dan jauh lebih mahal daripada Tag Heuer Connected 2020 yang berfitur lebih komplet – yang sendirinya juga sudah masuk kategori smartwatch sultan.

Sumber: Wareable dan Hublot.

OPPO Watch Resmi Diperkenalkan, Punya VOOC Flash Charging-nya Sendiri

Setelah muncul dalam beberapa teaser, OPPO Watch akhirnya resmi diperkenalkan. Diumumkan bersamaan dengan OPPO Find X2, smartwatch pertama OPPO ini datang membawa sejumlah keunggulan, terutama di sektor baterai.

Namun sebelumnya, mari membahas sedikit soal desainnya, yang tak bisa dipungkiri tampak begitu mirip dengan Apple Watch. Perbedaan paling mencoloknya, selain sisi kanan yang dihuni sepasang tombol ketimbang crown, adalah bezel layar yang kelihatan lebih tipis.

OPPO Watch

Layarnya sendiri menggunakan panel AMOLED 1,91 inci beresolusi 402 x 476 pixel. Andai varian 46 mm ini terasa terlalu besar, konsumen bisa memilih varian 41 mm yang mengemas layar 1,6 inci.

OPPO menggunakan material aluminium untuk frame perangkat, sedangkan sisi belakangnya terbuat dari bahan keramik. Untuk strap-nya, tersedia varian kulit atau silikon, dan tentu saja strap-nya ini mudah diganti-ganti. Secara keseluruhan, OPPO Watch disebut tahan air hingga kedalaman 50 meter.

OPPO Watch

Bagus atau tidak penampilannya tergolong relatif, karena saya kenal banyak orang yang anti arloji berwajah kotak. Faktor yang lebih penting menurut saya adalah ketahanan baterainya, sebab baterai memang kerap menjadi titik lemah kategori smartwatch selama ini.

Dalam satu kali pengisian, OPPO Watch diklaim mampu beroperasi sampai 40 jam, sedangkan mode Power Saver malah bisa menambah durasinya lagi sampai 21 hari. Rahasianya menurut OPPO adalah mekanisme chipset ganda; OPPO Watch mengemas dua chipset yang berbeda (Snapdragon Wear 2500 dan Apollo 3 co-processor) dan perangkat dapat menggunakannya secara bergantian tergantung kebutuhan.

OPPO Watch

Kalau Anda jeli, Anda pasti heran kenapa prosesor yang digunakan bukanlah Snapdragon Wear 3100 yang paling baru. Lebih menarik lagi, Snapdragon Wear 2500 sebenarnya dirancang untuk menenagai smartwatch anak-anak. Terlepas dari itu, mekanisme chipset ganda yang melibatkan prosesor utama dan co-processor ini pada dasarnya juga merupakan resep irit daya yang diterapkan oleh Snapdragon Wear 3100.

Masih seputar baterai, yang lebih istimewa lagi justru adalah, perangkat ini turut dilengkapi teknologi VOOC Flash Charging-nya sendiri: charging selama 15 menit cukup untuk mengisi 46% kapasitas baterainya, dan ini diyakini cukup untuk pemakaian selama 18 jam. Untuk mengisinya hingga penuh, waktu charging yang diperlukan cuma berkisar 75 menit.

OPPO Watch

OPPO Watch tidak memakai Wear OS, melainkan sistem operasi bikinan OPPO sendiri, yakni ColorOS Watch yang juga berbasis Android. Seperti halnya smartwatch modern lain, ia turut dibekali seabrek sensor, termasuk halnya heart-rate monitor dan fitur ECG (electrocardiogram).

Di Tiongkok, OPPO Watch kabarnya bakal dipasarkan mulai 24 Maret seharga 1.499 yuan (± Rp 3,1 juta). OPPO berencana untuk memasarkannya secara global, tapi masih belum disebutkan kapan pastinya.

Sumber: 1, 2, 3.

Smartwatch Misfit Vapor X Usung Chipset Terbaru Qualcomm dalam Bodi yang Ringan dan Nyaman

Meski lebih dikenal sebagai produsen smartwatch hybrid, Misfit sempat merilis smartwatch Wear OS bernama Vapor di tahun 2017. Dua tahun berselang, Misfit akhirnya menyingkap Vapor X, yang diklaim sebagai smartwatch paling efisien sekaligus paling ringan yang pernah mereka buat.

Seringan apa? Bobot casing-nya hanya 43 gram, meski diameternya sendiri 42 mm. Tentunya ini dapat dicapai berkat penggunaan material aluminium pada casing-nya. Juga berubah adalah strap-nya, dengan rancangan baru yang diyakini lebih breathable untuk kulit pergelangan tangan.

Vapor X mengemas layar sentuh AMOLED berukuran 1,19 inci. Di baliknya, bernaung chipset terbaru Qualcomm Snapdragon Wear 3100, dan inilah yang menjadi kunci atas klaim “paling efisien” itu tadi. Dalam satu kali pengisian, Vapor X siap beroperasi hingga 24 jam nonstop.

Itu dalam mode normal, sedangkan dalam mode battery saving, daya tahannya diklaim bisa mencapai tiga hari. Proses pengisiannya sendiri cukup cepat; 50 menit charging sudah bisa mengisi 80% kapasitas baterainya.

Misfit Vapor X

Chipset tersebut turut ditemani oleh RAM 512 MB dan storage internal 4 GB. Komposisi RAM dan storage-nya ini berbeda dari milik smartwatch generasi kelima Fossil (Misfit adalah anak perusahaan Fossil), meski chipset yang digunakan sama persis.

Kabar baiknya, sensor-sensor yang diusung Misfit Vapor X sama seperti Fossil Gen 5, mencakup altimeter, heart-rate monitor, NFC, maupun GPS terintegrasi. Semuanya dikemas dalam bodi yang tahan air hingga kedalaman 30 meter.

Misfit Vapor X saat ini telah dipasarkan seharga $200, cukup jauh selisihnya dibandingkan Fossil Gen 5. Namun yang perlu dicatat, harga tersebut adalah harga perkenalan untuk waktu yang terbatas. Harga normalnya sendiri dipatok $280, hanya berbeda tipis dari Fossil Gen 5.

Sumber: The Verge.

Fossil Mulai Luncurkan Deretan Smartwatch Generasi Kelimanya

Fossil baru saja menyingkap dua smartwatch anyar. Duo smartwatch bernama Fossil Julianna HR dan Fossil Carlyle HR ini menjadi anggota pertama dari keluarga smartwatch generasi kelima yang tengah disiapkan Fossil untuk tahun ini, yang kabarnya bakal mencakup tiga brand anyar, serta sejumlah smartwatch tipe hybrid.

Dibanding generasi sebelumnya, baik Julianna maupun Carlyle tentu membawa sejumlah penyempurnaan. Yang paling utama adalah penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon Wear 3100, menyusul jejak Fossil Sport yang telah hadir sejak akhir tahun kemarin. Juga ikut didongkrak adalah kapasitas RAM dan storage internalnya, yang masing-masing naik dari 512 MB dan 4 GB menjadi 1 GB dan 8 GB.

Fossil Julianna HR / Fossil
Fossil Julianna HR / Fossil

Kedua smartwatch yang pada dasarnya merupakan suksesor Q Venture HR dan Explorist HR ini sama-sama memiliki diameter 44 mm, dengan tebal casing 12 mm dan strap 22 mm yang dapat dilepas-pasang. Layar sentuh 1,3 incinya merupakan panel AMOLED beresolusi tinggi, dengan kepadatan pixel senilai 328 ppi.

Masih seputar hardware, Julianna dan Carlyle turut dibekali speaker terintegrasi, yang berarti Google Assistant dapat merespon secara lisan ketimbang hanya via teks. Manfaat lainnya, Julianna dan Carlyle dapat dipakai untuk menerima panggilan telepon yang masuk ke ponsel tanpa mewajibkan penggunanya mengenakan headset.

Fitur penerimaan telepon ini rupanya juga bakal tersedia untuk konsumen yang menggunakan iPhone via bantuan aplikasi tambahan, meski tidak langsung setelah perangkat dipasarkan. Dari segi software, Julianna dan Carlyle tentu sudah menjalankan versi terbaru Wear OS.

Fossil Carlyle HR / Fossil
Fossil Carlyle HR / Fossil

Selebihnya, fitur-fitur seperti integrasi NFC dan GPS, heart-rate monitor generasi baru beserta sebuah altimeter sudah menjadi standar buat Julianna dan Carlyle. Dalam satu kali pengisian, baterainya mampu bertahan hingga 24 jam. Charging-nya sendiri tidak butuh waktu lama: cuma 50 menit untuk mengisi kapasitas baterainya dari 0 sampai 80%.

Fossil saat ini telah memasarkan Julianna HR dan Carlyle HR seharga $295, sedikit lebih mahal ketimbang Fossil Sport, tapi memang fiturnya juga lebih lengkap.

Sumber: Wareable.