Ini Jadwal Pembaruan Android 12 untuk Zenfone 8 dan ROG Phone 5

Belum lama ini, ASUS telah meluncurkan Zenfone 8 di Indonesia. Keunikan yang ia miliki bila dibandingkan dengan smartphone flagship kompetitor ialah ukuran layarnya tidak begitu besar yakni Super AMOLED 5,9 inci 120Hz.

Hal itu berimbas pada dimensi yang jauh lebih ringkas, 148×68.5×8.9 mm dan bobot 169 gram. Walau begitu, chipset yang dipakai tetap paling mutakhir dari Qualcomm yaitu Snapdragon 888.

Untuk model dasar Zenfone 8 dengan RAM 8GB dan penyimpanan internal 128GB, harganya cuma Rp7.999.000. Opsi satunya lagi dibanderol Rp11.999.000, tetapi dengan RAM mencapai 16GB dan penyimpanan internal 256GB.

Saat dirilis, Zenfone 8 masih menjalankan ZenUI 8 yang berbasis Android 11. Kini ia telah dipastikan akan menjadi smartphone ASUS pertama yang akan mendapatkan pembaruan stabil Android 12.

Rencananya pembaruan akan diluncurkan pada bulan Desember mendatang. Bersama Zenfone 8 Flip dan untuk Zenfone 7 akan mendapatkan Android 12 pada H1 2022 atau antara Januari hingga Juni 2022.

Bagaimana dengan smartphone gaming ASUS? ROG Phone 5 dan 5s, rencananya bakal kebagian Android 12 pada Q1 2022 atau sekitar bulan Januari sampai Maret. Lalu, untuk ROG Phone 3 akan sampai pada H1 2022.

ASUS mengatakan bahwa pembaruan stabil akan mewarisi perubahan fungsional utama yang diperkenalkan dalam versi resmi Android 12, termasuk fitur baterai dan manajemen kinerja. Juga akan hadir dengan fitur khusus ZenUI yang memberikan navigasi lebih mudah, panel kontrol yang disederhanakan, peningkatan visibilitas untuk kontrol yang lebih baik, dan lebih banyak opsi penyesuaian.

Sumber: GSMArena

Asus Zenfone 8 dan Zenfone 8 Flip Dirilis, Sama-Sama Flagship tapi Beda Target Pasar

Smartphone flagship dengan ukuran yang ringkas sudah tergolong cukup langka dewasa ini. Alasannya mungkin karena memang pasarnya sudah terlalu kecil, akan tetapi hal itu rupanya tidak mencegah Asus mencoba mengisi kekosongan.

Seperti di tahun sebelumnya, Asus tahun ini kembali memperkenalkan dua smartphone flagship sekaligus. Yang berbeda, keduanya kali ini berbeda ukuran: Zenfone 8 dengan layar 5,9 inci, Zenfone 8 Flip dengan layar 6,67 inci.

Kita mulai dari Zenfone 8 terlebih dulu. Dengan dimensi 148 x 68,5 x 8,9 mm dan bobot 169 gram, ia memang tidak sampai sekecil iPhone 12 Mini, akan tetapi secara keseluruhan masih terkesan cukup ringkas untuk digunakan dengan satu tangan. Layarnya pun cukup istimewa; AMOLED dengan resolusi 1080p dan refresh rate 120 Hz, tidak ketinggalan pula tingkat kecerahan maksimum 1.100 nit dan sertifikasi HDR10+.

Di balik layarnya sudah tertanam sensor sidik jari, dan layarnya sendiri dilapisi oleh kaca Gorilla Glass Victus. Masih seputar fisiknya, Zenfone 8 mengusung sertifikasi ketahanan air dan debu IP68, dan di sisi atasnya masih ada sebuah headphone jack.

Seperti halnya iPhone 12 Mini, Zenfone 8 hanya dibekali dengan dua kamera belakang saja: kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686) dan kamera ultrawide 12 megapixel (Sony IMX363) yang bisa merangkap peran sebagai kamera macro karena mampu mengunci fokus dari jarak sedekat 4 cm. Di depan, ada kamera selfie 12 megapixel (Sony IMX663). Ketiga kameranya mendukung teknologi Dual Pixel AF.

Soal performa, Zenfone 8 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 888, lengkap dengan pilihan RAM 6 GB, 8 GB, atau 16 GB, serta pilihan storage 128 GB atau 256 GB. Baterai yang tertanam memiliki kapasitas 4.000 mAh, serta mendukung fast charging 30 W. Sekali lagi, flagship tapi ringkas. Juga flagship adalah harganya, yang dimulai di €600 untuk pasar Eropa, atau kurang lebih setara 10,4 jutaan rupiah.

Zenfone 8 Flip

Beralih ke Zenfone 8 Flip, ponsel ini pada dasarnya merupakan Zenfone 7 yang telah menerima penyegaran spesifikasi. Keunggulan utamanya, seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, adalah modul kamera belakang yang bisa di-flip sampai menghadap ke depan. Alhasil, layarnya pun bebas poni ataupun tompel.

Yang mungkin agak disayangkan adalah, spesifikasi kameranya sama persis seperti tahun lalu: kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686), kamera ultra-wide 12 megapixel (Sony IMX363), dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom. Bukan berarti kualitas kameranya jelek, tapi semestinya akan lebih menarik lagi jika hardware kameranya diperbarui.

Juga tidak berubah adalah layarnya, masih AMOLED dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz, bukan 120 Hz seperti milik Zenfone 8 tadi. Beruntung sensor sidik jarinya sudah dipindah ke bawah layar.

Urusan spesifikasi, Zenfone 8 Flip ditenagai chipset Snapdragon 888, RAM 8 GB, dan pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Tidak seperti adik kecilnya, Zenfone 8 Flip datang membawa slot kartu microSD. Kapasitas baterainya tentu lebih besar di angka 5.000 mAh, dan ia turut mendukung fast charging 30 W menggunakan adaptor bawaan yang termasuk dalam paket penjualannya.

Di Eropa, perangkat ini dijual dengan banderol mulai €800 (± Rp13,85 jutaan). Pemasarannya di negara-negara lain kabarnya akan segera menyusul dalam waktu dekat.

Sumber: GSM Arena.

Asus Perkenalkan Zenfone 7 dan Zenfone 7 Pro

Lebih dari setahun setelah memperkenalkan Zenfone 6, Asus kembali mencuri perhatian dengan memperkenalkan penerusnya. Bukan cuma satu, melainkan dua perangkat sekaligus, yakni Zenfone 7 dan Zenfone 7 Pro.

Seperti pendahulunya, duo Zenfone 7 ini masih mempertahankan konsep rotating/flip camera yang unik. Dibandingkan pop-up camera, konsep seperti ini bisa dibilang lebih fleksibel karena kamera yang digunakan di depan atau belakang sama persis, dan tentu saja layar perangkat jadi tidak perlu dibubuhi tompel atau poni sedikit pun.

Jumlah kameranya bertambah satu dibanding tahun lalu. Baik Zenfone 7 dan Zenfone 7 Pro sama-sama mengemas kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686), kamera ultra-wide 12 megapixel (Sony IMX363) yang dibekali Dual Pixel AF, dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom.

Khusus pada Zenfone 7 Pro, Asus menyertakan OIS pada kamera utama dan kamera telephoto-nya. Zenfone 7 di sisi lain tidak punya OIS sama sekali. Urusan video, kedua ponsel siap merekam dalam resolusi maksimum 8K 30 fps.

Selain meng-upgrade modul kameranya, Asus turut menyempurnakan mekanisme flip-nya. Dibanding milik Zenfone 6, gerakannya lebih cepat sekaligus lebih halus, dan fisiknya pun juga lebih tangguh. Menurut Asus, kinerja mekanisme flip-nya baru akan mengalami penurunan setelah 100x dipakai setiap hari selama lima tahun.

Pembaruan yang tak kalah signifikan bisa kita dapati pada layarnya. Panel yang digunakan bukan lagi LCD seperti tahun lalu, melainkan OLED dengan bentang diagonal 6,67 inci dan resolusi 1080p. Lebih istimewa lagi, refresh rate-nya tercatat di angka 90 Hz, sedangkan touch sampling rate-nya di 200 Hz. Tingkat kecerahan maksimumnya juga mengesankan di angka 1.000 nit.

Anehnya, Asus memilih untuk menyatukan sensor sidik jari dengan tombol power di samping ketimbang menyembunyikannya di balik layar OLED milik Zenfone 7 dan Zenfone 7 Pro. Melapisi bagian depan dan belakangnya adalah kaca Gorilla Glass, dan bobot keduanya termasuk berat di angka 230 gram meski menggunakan rangka aluminium.

Well, itu bukan terlalu masalah kalau spesifikasinya memang mumpuni. Pada ZenFone 7 Pro, chipset yang digunakan adalah Qualcomm Snapdragon 865+ (sama seperti ROG Phone 3), lengkap beserta RAM LPDDR5 8 GB, dan storage UFS 3.1 berkapasitas 256 GB. Zenfone 7 sedikit lebih inferior dengan chipset Snapdragon 865 standar, RAM 6 atau 8 GB, serta storage 128 GB. Keduanya sama-sama mendukung ekspansi via microSD.

Asus sekali lagi memercayakan baterai 5.000 mAh untuk Zenfone 7 dan Zenfone 7 Pro, dan kali ini lengkap beserta dukungan fast charging 30 W; 34 menit charging mampu mengisi 0 – 60%, naik drastis dibanding Zenfone 6 yang membutuhkan waktu 57 menit untuk proses yang sama persis.

Asus telah menunjuk 1 September sebagai jadwal peluncuran globalnya. Harganya belum dirincikan, akan tetapi di Taiwan Zenfone 7 dijajakan mulai NT$21.990 (± Rp11 jutaan), sedangkan Zenfone 7 Pro mulai NT$27.990 (± Rp14 jutaan).

Sumber: GSM Arena.

[Review] ASUS Zenfone 6 Twilight Silver, Masih Recommended di 2020?

Belum lama ini ASUS telah merilis varian warna baru untuk Zenfone 6, bernama twilight silver. Sebelumnya, smartphone Android flagship ASUS ini tersedia dalam warna midnight black. Sebetulnya ASUS Zenfone 6 perdana dirilis pada bulan Mei 2019, namun tiba di Indonesia pada November 2019. Jadi, baru beredar di Tanah Air sekitar 4-5 bulan.

Dibanderol seharga Rp6.999.000, dengan aspek unggulan diantaranya flip camera, chipset Snapdragon 855, dan baterai besar 5.000 mAh lengkap dengan fast charging. Perangkat ini jelas masih sangat recommended di tahun 2020 dan berikut review ASUS Zenfone 6 selengkapnya. Sesi hands-on-nya bisa dilihat video di bawah ini:

Desain

Layar ASUS Zenfone 6
Layar ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Klasik dan minimalis, dua kata ini menurut saya tepat untuk menggambarkan desain Zenfone 6. Bagian muka didominasi oleh layar 6,4 inci tanpa gangguan notch maupun punch hole, namun masih punya sensor fingerprint konvensional di punggungnya.

Panel yang digunakan masih berjenis IPS dengan resolusi 1080×2340 piksel dalam rasio 19.5:9. Mendukung color gamut DCI-P3 100 persen dan HDR10, serta diproteksi Corning Gorilla Glass 6.

Bezel sekeliling layarnya sangat tipis, namun ASUS berhasil menyematkan earpiece yang juga berfungsi ganda sebagai speaker sekunder dan LED notifikasi di bagian atas layar sebelah kanan. Dengan tingkat kecerahan maksimum 600 nit, membuat layarnya agak sulit dibaca di bawah sinar matahari langsung.

Flip camera ASUS Zenfone 6
Flip camera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hal yang membuat smartphone ini sangat unik adalah mekenisme flip dual camera-nya. Di mana Zenfone 6 hanya punya satu set kamera dengan tugas ganda yakni bisa jadi kamera belakang dan depan. Modul kamera ini dikemas menggunakan material liquid metal untuk ketahanan yang baik.

Selain itu, perangkat ini memiliki satu tombol ekstra yang disebut smart key di sebelah kanan atas yang secara default berfungsi untuk memanggil Google Assistant. Fungsi tombol ini bisa disesuaikan sesuai kebutuhan, misalnya tekan sekali untuk mengubah sound mode, tekan dua kali untuk mengaktifkan flashlight, dan tahan untuk screenshot.

Cover belakang ASUS Zenfone 6
Cover belakang ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Hadir dengan dimensi 159.1×75.4×9.2 mm, bobot 190 gram, dan kerangka dari aluminium, Zenfone 6 terasa penuh dan cukup premium di tangan. Berkat cover belakang berteknologi 3D-curved dan sudut yang agak membulat membuatnya nyaman digenggam.

Untuk kelengkapan atributnya, di sisi kanan terdapat tombol power, tombol volume, dan tombol pintar (smart key). SIM tray dengan dua slot nano SIM dan satu slot microSD di sisi kiri. Flip camera dan mikrofon sekunder di sisi atas dan sisi bawah terdapat jack audio 3,5mm, port USB Type-C, mikrofon utama, dan speaker.

Android 10 dengan ZenUI 6

ZenUI 6
ZenUI 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Begitu mengambil ASUS Zenfone 6, pengguna akan langsung mendapatkan update sistem operasi ke Android 10 dengan sentuhan ZenUI 6 yang telah dirombak besar-besaran. Antarmuka berjalan lebih ringan, bersih tanpa banyak bloatware, dan kini lebih simpel menyerupai pure Android.

Secara default, launcher ZenUI 6 terdiri dua lapis atau memiliki home screen dan app drawer. Serta, sudah dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis gesture yang baru dan system color scheme dark atau dark mode.

Terkait kinerja dan daya tahan baterai, ASUS menyediakan beberapa tool seperti AI Boost bila Anda membutuhkan performa penuh. Kemudian ada mobile manager untuk mengontrol penggunaan RAM dan PowerMaster bagi yang ingin memperpanjang daya tahan baterai.

Selain mengandalkan sensor fingerprint yang terletak di punggung, Zenfone 6 tetap menyediakan metode face recognition. Namun cara kerjanya kurang praktis, pertama tekan tombol power untuk membangunkan smartphone, usap layar, dan kemudian kamera akan berputar untuk mengenali penggunanya.

Flip Camera

Kamera ASUS Zenfone 6
Kamera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

ASUS Zenfone 6 mengandalkan satu set kamera yang sayangnya masih terdiri dari dua kamera saja. Setup kamera ini akan berputar 180 derajat ke muka untuk menjalankan tugas sebagai kamera depan. Artinya tidak ada perbedaan kualitas, Anda akan mendapatkan foto selfie dan kualitas video kamera belakang saat nge-vlog karena menggunakan set kamera yang sama.

Kamera utamanya 48MP f/1.8 Quad Bayer menggunakan sensor Sony IMX586 dan kamera kedua 13MP f/2.4 dengan lensa wide angle 11mm. Secara default, pada mode photo kamera utama menghasilkan resolusi 12MP dengan ukuran per piksel lebh besar 1.6µm sehingga dapat diandalkan dalam berbagai kondisi cahaya.

Pada mode 12MP ini kita difasilitasi optical zoom 2x untuk mengubah perspektif, didukung fitur HDR++ untuk meningkatkan dynamic range, serta fitur beauty dan efek. Sementara, pada mode 48MP ukuran per piksel 0.8µm dan tanpa dukungan fasilitas yang saya sebutkan di atas. Idealnya digunakan dalam kondisi pencahayaan yang baik, misalnya saat landscape meski sayangnya tanpa dukungan format Raw.

Review-ASUS-Zenfone-6

Beberapa mode pengambilan gambar yang tersedia ada time lapse, slo-mo, motion tracking, video, photo, portrait, pano, night, dan Pro. Kabar baiknya, hampir semua fitur kamera yang ada tersedia baik saat menjadi kamera belakang maupun depan.

Review-ASUS-Zenfone-6

Lompat ke mode Pro, di sini kita bisa leluasa menyetel pengaturan layaknya menggunakan kamera mirrorless misalnya. Mulai dari meyesuaikan white balance (2750K-7500K), exposure compensation (-2 sampai 2+), ISO (25-3200), shutter speed (1/3200-32s), dan manual focus. Lengkap dengan bantuan fitur gradienter dan juga histogram, sayang tanpa opsi penyimpanan format Raw.

Sekarang beralih ke perekam videonya, dengan kamera utama Zenfone 6 mampu merekam video 4K 60fps dan 4K 30fps bila menggunakan kamera wide angle. Fitur video stabilization tetap bekerja di resolusi 4K dengan kompensasi crop.

Hal yang cukup menarik ialah mode motion tracking, di mana kita bisa mengunci subjek yang bergerak dan kamera akan berputar mengikutinya. Pada mode photo maupun video, kita juga bisa menggerakkan kamera secara manual dengan menggunakan tombol volume yang bisa digunakan untuk mengambil footage dengan gerakan yang mulus.

Berikut hasil foto ASUS Zenfone 6:

Hardware

Performa ASUS Zenfone 6
Performa ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Selain keunikan flip camera, aspek performa yang super powerful menjadi daya tarik lainnya. Smartphone ini sudah ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan unit review ASUS Zenfone 6 yang saya gunakan varian RAM 6GB dengan penyimpanan 128GB.

Lewat konfigurasi ini, berbagai skenario penggunaan smartphone berat seperti kegiatan gaming, multitasking atau membuka banyak aplikasi sekaligus, hingga editing foto Raw dan video bisa ditangani dengan sangat baik. Saat butuh performa lebih, mode AI Boost bisa dinyalakan tapi dengan konsumsi daya lebih besar sebagai gantinya.

Kapasitas baterai Zenfone 6 sendiri terbilang besar; 5.000 mAh dan dilengkapi dengan fitur PowerMaster untuk memastikan daya tahan baterainya bisa lebih awet. Pengisian dayanya didukung fast charging dengan Quick Charge 4.0 18W dan sebagai informasi smartphone ini tidak mendukung wireless charging.

Verdict

Flip camera ASUS Zenfone 6
Flip camera ASUS Zenfone 6 | Photo by Lukman Azis / Dailysocial

Mempertimbangkan semua fitur dan harganya, ASUS Zenfone 6 cocoknya buat siapa? Menurut saya buat kalian para pengguna smartphone kelas menengah yang ingin merasakan smartphone dengan performa flagship tanpa perlu mengeluarkan uang lebih. Bisa juga untuk kalian yang secara intens memanfaatkan kamera depan misalnya untuk vlogging atau live streaming dan ingin meningkatkan hasilnya.

Meski begitu perlu diingat bahwa Zenfone 6 tidak mengandung semua elemen kekinian yang ada pada tahun 2020. Sebut layar OLED, konfigurasi triple atau bahkan quad camera, dan belum mengadopsi sensor sidik jari di bawah layar. Bila Anda bisa menerima hal tersebut, Rp6.999.000 dengan chipset Snapdragon 855 dan mekanisme flip camera jelas masih sangat optimal untuk dijadikan daily driver di tahun 2020.

Sparks

  • Flip camera
  • SoC Snapdragon 855 yang powerful
  • Memori internal 128GB dan masih dapat diperluas
  • Harga relatif terjangkau
  • Jack audio 3,5mm
  • Warna baru twilight silver yang cantik
  • Video 4K 60fps
  • Tombol ekstra ‘smart key’

Slacks

  • Konfigurasi masih dual camera
  • Sensor fingerprint konvensional
  • Layar kurang cerah maksimum 600 nit
  • Body sedikit bongsor

ASUS Zenfone 6 Meluncur Pekan Depan, Langsung Cicipi Android Q

Berselang sekitar setengah tahun sejak diumumkan perdana pada bulan Mei 2019, ASUS akhirnya bakal membawa Zenfone 6 ke Indonesia pekan depan – tepatnya pada tanggal 15 November. Saat ini ASUS belum mengungkap harga dari Zenfone 6, tapi yang pasti begitu Anda membelinya – Zenfone 6 bisa langsung di-update ke OS Android Q terbaru.

Ya, terhitung sejak 1 November Zenfone 6 sudah kebagian Android 10 lewat jalur OTA dan ASUS juga memastikan Zenfone 6 akan mendapatkan Android R. Selain itu, tampilan antarmuka ZenUI 6 kini sangat menyerupai stock Android.

Lebih jauh lagi, ASUS juga membenamkan manajemen memori cerdas dan optimalisasi Android framework. Sehingga Zenfone 6 mampu menangani tugas-tugas umum dan membuka aplikasi yang sering digunakan jauh lebih cepat.

Dapur pacu Zenfone 6 sendiri mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 855 dengan besaran RAM 6/8GB dan penyimpanan 128/256GB. Smartphone ini punya kapasitas baterai besar; 5.000 mAh lengkap dengan Quick Charge 4.0 18W.

Tentu saja, daya tarik utama Zenfone 6 ialah mekanisme Flip Camera-nya. Namun masih mengandalkan konfigurasi dual-camera, di mana kamera utamanya beresolusi tinggi 48MP disertai kamera sekunder 13MP dengan lensa wide-angle. Satu set kamera ini digunakan untuk mengambil foto maupun video depan dan belakang.

Melihat spesifikasi dan fitur yang ditawarkan, ASUS Zenfone 6 masih sangat layak ditunggu. Mungkin yang bakal menentukan ialah harga, kita tunggu saja tanggal 15 November nanti. Semoga saja, harganya masih bisa ditekan lebih terjangkau lagi.

[Review] ASUS Zenfone Live L2, Buat yang Suka Mengetik Satu Tangan

Layar berukuran 5,5 inci dalam aspek rasio 18:9 dengan bezel tipis, membuat ASUS Zenfone Live L2 klop banget di genggaman tangan. Sejenak saya merasa bernostalgia, jadi kangen masa di mana layar smartphone dapat dijangkau dengan ibu jari dari ujung ke ujung yakni 4 inci sampai 5 inci.

Mungkin ini hanya soal adaptasi, dulu saya juga sempat merasa frustrasi menggunakan smartphone dengan layar besar. Tapi sekarang, sudah nyaman dan merasakan manfaatnya.

Nah bagaimana tantangan menggunakan kembali smartphone dengan layar kecil seperti Zenfone Live L2. Dibanderol Rp1.049.000, smartphone ini menyasar segmen entry-level dan bergerak dengan chipset Snapdragon 430 bersama RAM 2GB. Simak review ASUS Zenfone Live L2 selengkapnya berikut ini.

Pengalaman Mengetik

review-asus-zenfone-live-l2

Menggenggam Zenfone Live L2 sangat menyenangkan, ringkas, tipis, dan ringan. Serta, mudah keluar masuk kantong celana. Tapi kenyamanan mengetik juga perlu diperhatikan, mengingat penggunaan smartphone tak lepas dari aktivitas mengetik.

Gboard atau Google Keyboard menjadi papan ketik default-nya, beberapa poin di artikel review ini juga diketik secara mobile menggunakan Zenfone Live L2. Saya menambahkan keyboard bahasa Indonesia, menonaktifkan auto-correction, dan membiarkan prediksi kata selanjutnya aktif.

Mengetik dengan dua jempol pada layar 5,5 inci dalam aspek rasio 18:9 ini ternyata masih cukup asyik, agak sedikit sempit tapi masih lancar dan minim typo. Justru yang lebih mengesankan ialah pengalaman mengetik dengan satu tangan.

Saya ingin cerita sedikit, saat pulang kerja mengandalkan KRL dari stasiun Pasar Minggu – kereta jurusan Bogor selalu penuh sesak. Kalaupun bisa masuk, itu juga karena ada yang turun dan berdesakan persis di depan pintu.

review-asus-zenfone-live-l2

Selama kurang lebih 50 menit perjalanan, tentunya smartphone manjadi penghibur utama – kadang harus tetap mengetik artikel atau nonton video. Saat mengetik menggunakan Zenfone Live L2 di KRL dan mengandalkan fitur prediksi kata, saya bisa mengetik dengan satu jempol secara mudah.  Karena bobotnya ringan, tangan saya pun tidak terasa pegal.

Overall, layar 5,5 inci untuk nonton YouTube dan buka aplikasi medsos, sokongan resolusi HD+ dirasa cukup untuk memenuhi aktivitas harian. Sudut pandangnya luas dan kualitasnya bagus. Soal user interface, smartphone yang berjalan di Android 8.0 Oreo ini mengandalkan antarmuka ZenUI 5.

Punggung dengan Warna Gradasi

review-asus-zenfone-live-l2

Unit yang saya review berwarna cosmic blue, bagian punggungnya memiliki warna bergradasi dari hitam di bagian atas ke biru bawah dan kerangkanya dicat senada. Lalu, pada pojok atas kiri ditemui sebuah kamera yang diameternya cukup besar bersama satu LED flash.

Dibanding Zenfone Max M2 yang versi standar, back cover Zenfone Live L2 ini tampil lebih kekinian. Meskipun bagian mukanya tampil polos tanpa notch, dengan dahi dan dagu agak tebal.

Tombol power dan volume mendiami sisi kanan, sementara slot SIM menempati sisi sebrangnya. Pada sisi atas ditemui jack audio 3,5mm, sedangkan port microUSB dan speaker di sisi sebaliknya.

Performa Snapdragon 430 dengan RAM 2GB

review-asus-zenfone-live-l2

Zenfone Live L2 bertenaga Snapdragon 4 Series Mobile Platforms, yakni versi 430 yang tergolong cukup lawas. SoC ini mengemas CPU octa-core 1.4 GHz Cortex-A53 dan GPU Adreno 505.

review-asus-zenfone-live-l2

Bahu membahu bersama besaran RAM 2GB dan memori internal 16GB yang memang sangat pas-pasan. Kapasitas 16GB tersebut, saya tersisa 7,88GB saja. Jadi, sebaiknya gunakan untuk menginstal aplikasi dan untuk file media ditempat di microSD.

Walaupun miris, harap dimaklumi mengingat smartphone ini berada di segmen entry-level dengan harga yang cukup terjangkau; Rp1.049.000. Untuk menangani kebutuhan dasar ber-smartphone, seperti komunikasi telepon dan SMS, serta aplikasi chatting dan media sosial masih dapat dikerjakan dengan baik.

Berikut hasil benchmark dari sejumlah aplikasi:

  • AnTuTu 56.144
  • PCWork 2.0 3.709
  • 3DMark Sling Shot 596
  • Geekbench 4 single-core 650
  • Geekbench 4 multi-core 2.416

Kamera 13MP

review-asus-zenfone-live-l2

Berbekal satu kamera belakang beresolusi 13MP, pada kondisi cahaya yang ideal hasil fotonya sangat bisa diterima. Dengan bantuan aplikasi edit foto, kamera smartphone ini mencukupi untuk sekedar memotret momen harian dan mengunggah hasilnya ke media sosial seperti Instagram.

Sementara kamera depannya yang beresolusi 5MP, selain untuk selfie dan video call – juga bertugas untuk membuka kunci smartphone. Menyoal perekaman video, kamera depan maupun belakangnya mampu merekam video sampai resolusi Full HD.

Mengingat Zenfone Live L2 tanpa fingerprint sensor, face unlock menjadi pilihan utama dengan opsi tambahan keamanan seperti PIN, password, dan pola.

Berikut beberapa hasil foto dari ASUS Zenfone Live L2:

Verdict

Menimbang spesifikasi dan harga yang terjangkau, Zenfone Live L2 merupakan salah satu smartphone entry-level terbaik dikelasnya. Smartphone ini juga tampil menawan dengan punggung berwarna gradasi.

Saya tidak ragu merekomendasikan smartphone ini, tapi perlu diketahui bahwa smartphone ini  hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar ber-smartphone saja. Lebih cocok untuk smartphone kedua atau untuk keluarga, misalnya orangtua atau adik/keponakan yang penggunaannya tidak begitu aktif.

Sparks

  • Layar 5,5 inci dengan dimensi ringkas
  • Harga satu juta yang terjangkau
  • Performa Snapdragon 430 cukup baik untuk kebutuhan dasar

Slacks

  • RAM 2GB yang pas-pasan
  • Memori internal 16GB sangat kecil

Asus ZenFone 6 Unggulkan Layar Bebas Notch dan Mekanisme Rotating Camera yang Pandai

2019 belum berjalan separuh, akan tetapi kita sudah bisa menerka tren yang sedang naik daun di ranah smartphone. Sejauh ini yang paling kelihatan adalah bagaimana pabrikan-pabrikan mencari alternatif yang lebih baik terhadap notch, entah dengan mengadopsi layar hole punch seperti Galaxy S10, atau dengan kamera pop-up macam OnePlus 7 Pro.

Buat pabrikan seperti Asus, menyiapkan alternatif yang lebih baik dari notch merupakan salah satu pekerjaan rumah yang harus segera dibereskan, apalagi mengingat ZenFone 5 merupakan salah satu dari sederet ponsel pertama yang bergerak cepat meniru tren notch yang dipopulerkan oleh iPhone X.

Beruntung Asus telah menyelesaikan PR-nya, dan dari situ lahirlah ZenFone 6. Seperti yang bisa kita lihat, layar ZenFone 6 benar-benar terbebas dari notch maupun lubang kamera depan, serta hanya menyisakan sedikit bezel di bawah. Apakah ini berarti ia juga mengadopsi kamera pop-up? Ya, tapi bukan seperti yang OnePlus atau Oppo terapkan.

Asus ZenFone 6

Pendekatan yang diambil Asus justru mirip seperti yang Samsung lancarkan pada Galaxy A80, yakni dengan memanfaatkan mekanisme rotating camera. Ini berarti tidak ada perbedaan kualitas dari hasil jepretan kamera belakang maupun depan ZenFone 6, sebab kamera yang digunakan memang sama persis.

Jadi ketika pengguna hendak mengambil selfie, modul kameranya akan berputar 180 derajat menghadap ke depan. Modulnya sendiri terbentuk dari dua kamera: satu dengan sensor Sony IMX beresolusi 48 megapixel, satu lagi 13 megapixel namun dengan lensa wide-angle. Demi ketahanan ekstra, modul kamera ini dikemas menggunakan material liquid metal.

Menariknya, Asus juga memikirkan cara untuk memberikan nilai lebih pada konsep rotating camera ini. Contohnya adalah mode pemotretan panorama otomatis di mana pengguna hanya perlu memegang ponsel dan membiarkan modul kameranya berputar secara perlahan selagi mengambil gambar. Contoh lain, modul kameranya juga bisa bergerak-gerak sendiri ketika fitur motion tracking diaktifkan selagi merekam video.

Asus ZenFone 6

Tanpa gangguan notch, pengguna otomatis bisa menikmati konten yang ditampilkan dengan lebih lega. Di sini Asus mengandalkan panel IPS LCD 6,4 inci beresolusi 2340 x 1080 pixel. Memang bukan yang paling tajam dari segi resolusi, apalagi jenisnya juga bukan OLED, tapi setidaknya layar ini sudah mendukung 100% spektrum warna DCI-P3, HDR10, serta dilapisi kaca Gorilla Glass 6.

Meski demikian, sama seperti sebelum-sebelumnya, ZenFone 6 tetap tidak mau berkompromi perihal spesifikasi. Qualcomm Snapdragon 855 lagi-lagi terpilih menjadi otaknya, sama seperti ponsel flagship lain yang dirilis di tahun 2019 ini. Untuk RAM dan storage, varian termahalnya mengandalkan kombinasi RAM 8 GB dan storage 256 GB.

Asus ZenFone 6

Yang cukup mencengangkan adalah bagaimana Asus berhasil menjejalkan baterai berkapasitas 5.000 mAh pada ZenFone 6. Sayangnya tidak ada dukungan wireless charging di sini, dan secara keseluruhan ZenFone 6 juga tidak mengantongi sertifikasi ketahanan air sama sekali.

Rencananya, Asus ZenFone 6 bakal segera dipasarkan dengan banderol mulai 499 euro untuk varian termurah dengan konfigurasi RAM 6 GB dan storage 128 GB. Sejauh ini belum diketahui kapan Asus bakal membawanya ke Indonesia.

Sumber: The Verge.

[Review] ASUS Zenfone Max M2: Smartphone Android Entry level dengan Baterai Besar

Tidak bisa dipungkiri, Zenfone Max M1 yang diluncurkan pada pertengahan tahun lalu menjadi pilihan bagi para pengguna yang masuk dalam kategori entry level. Kategori yang diisi oleh pengguna yang ingin berpindah dari smartphone dengan spesifikasi lebih rendah atau dari ponsel biasa serta pengguna dengan dana tertentu alias budget user.

ASUS sepertinya masih ingin mengisi kelas entry level dengan perangkat yang memiliki spesifikasi lebih tinggi. ASUS Zenfone Max M2 pun diperkenalkan, sebagai penerus dari Max M2 dan perangkat dengan spesifikasi yang lebih rendah dari Max Pro M2. Tentunya, pada lini Max dari ASUS akan memperhatikan dari sisi kapasitas baterainya.

Sampel pengujian Max M2 pun datang ke meja pengujian DailySocial. Max M2 sendiri datang dengan SoC baru, yaitu Snapdragon 632. Dengan menggunakan SoC ini, tentu saja membuat lompatan kinerja dari Zenfone Max M1 menjadi cukup besar. Untuk spesifikasi lengkapnya adalah sebagai berikut:

Max M2 Max Pro M2 Max M1
SoC Snapdragon 632 Snapdragon 660 Snapdragon 430
Prosesor 4×1.8 GHz Kryo 250 Gold & 4×1.8 GHz Kryo 250 Silver 4×2.2 GHz Kryo 260 & 4×1.8 GHz Kryo 260 Octa-core 1.4 GHz Cortex-A53
GPU Adreno 506 Adreno 512 Adreno 505
RAM 3 / 4 GB 3 / 4 / 6 GB 2 / 3 GB
Internal 32 / 64 GB 32 / 64 GB 16 / 32 GB
Layar 6.26” 1520×720 19:9 6.26” 2280 x 1080 5.5” 1440 x 720
Dimensi 158.4 x 76.3 x 7.7 mm 157.9 x 75.5 x 8.5 mm 147.3 x 70.9 x 8.7 mm
Bobot 160 gram 175 gram 150 gram
Baterai 4000 mAh 5000 mAh 4000 mAh
OS Android Oreo 8.1 Android Oreo 8.1 Android Oreo 8.0

Spesifikasi lengkap menurut CPU-Z adalah sebagai berikut:

Unboxing

Tidak banyak yang ada pada paket penjualannya. Setelah dibuka, selain smartphone-nya, hanya terdapat kabel microUSB dan charger.

ASUS Zenfone Max M2 - Unboxing

Desain

Jika dilihat dari sisi belakangnya, Zenfone Max M2 memiliki bentuk yang sangat mirip dengan Max Pro M1. Bagian belakangnya terbuat dari aluminium dengan finishing yang agak licin saat digenggam. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menggunakan casing bawaan dari paket penjualan M2.

ASUS Zenfone Max M2 - Atas

ASUS juga menanamkan layar dengan model poni pada smartphone Max M2. Dengan resolusi 1520 x 720, ternyata layarnya cukup nyaman untuk dilihat dan tidak terlihat seperti ponsel murahan. Sayangnya, layar dari Max M2 tidak terlindungi dengan kaca keras seperti Gorilla Glass. Oleh karena itu, penggunaan tempered glass tentu saja sangat disarankan.

ASUS Zenfone Max M2 - Kiri

Menggunakan layar dari Zenfone Max M2 untuk bermain game pun juga cukup menyenangkan. Bermain Free Fire dan beberapa game lainnya pun cukup nyaman berkat layarnya yang tidak kesat dan responsif. Hal ini membuat kursor mudah untuk bergeser untuk D-Pad dan tombol yang tidak perlu disentuh berkali-kali dan keras.

ASUS Zenfone Max M2 - Kanan

Pure Android

Dengan harga yang terjangkau, ASUS masih meneruskan penggunaan pure Android pada Zenfone Max M2. Tanpa menggunakan ZenUI, tentu saja tidak banyak feature yang ditawarkan pada Zenfone Max M2. Walaupun begitu, Android Oreo 8.1 yang digunakan pun juga memiliki banyak feature standar.

ASUS Zenfone Max M2 - Atas

ASUS juga menjanjikan adanya peningkatan ke Andoid 9 Pie pada perangkat ini. Oleh karena itu, nantinya akan penambahan feature lagi dari standar bawaan Android Pie.

Jaringan LTE

ASUS selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Max M2 sendiri mendukung band 1(2100), 2(1900), 3(1800), 5(850), 7(2600), 8(900), 20(800), dan 40(2300) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Max M2 masih menggunakan LTE CAT 4/5 yang saat ini belum mendukung 4G+. Hal ini membuat kinerja internet pada smartphone ini tidak sekencang pesaingnya yang saat ini sudah menggunakan CAT 6 ke atas.

Kamera

Jika pada generasi pertamanya Zenfone Max memiliki kamera yang dapat dikatakan cukup buruk, berbeda dengan Zenfone Max M2. Kamera yang digunakan ternyata mampu mengambil gambar dengan cukup baik. Dengan resolusi 13 MP dan bukaan f/1.8 ternyata kami mendapatkan impresi yang cukup baik.

Kamera utamanya mampu mengambil gambar dengan cukup prima pada saat terdapat cukup cahaya. Bahkan pada beberapa pengambilan gambar, kami sulit menemukan noise yang ada. Gambarnya terlihat cukup tajam bahkan pada kondisi yang sedikit kurang cahaya seperti didalam ruangan. Pada saat kondisi kurang cahaya, baru gambar terlihat kurang tajam.

Beda kamera utama, beda pula kamera depannya. Kamera depan dengan resolusi 8 MP ini ternyata menghasilkan cukup banyak noise yang terlihat. Walaupun begitu, hasilnya masih dapat digunakan untuk di-upload ke media sosial.

Pengujian

ASUS Zenfone Max M2 menggunakan chipset mainstream yang saat ini sepertinya belum banyak digunakan oleh produsen smartphone, yaitu Snapdragon 632. Dengan hadirnya Snapdragon Kryo 250 Gold yang berbasiskan Cortex A73 tentu saja mampu menggenjot segala aplikasi game yang ada.

Kami juga mencoba bermain dengan menggunakan Free Fire, AoV, PUBG, dan beberapa game lainnya. Permainan pun dapat berjalan dengan mulus dan tidak terasa lag sama sekali. Hal ini membuat Max M2 layak digunakan untuk bermain.

Kami kembali menghadirkan Zenfone Max Pro M1 dan M2 pada pengujian kali ini. Hal tersebut tentu saja untuk membandingkan kinerja ketiga smartphone tersebut.

Uji dengan BatteryXPRT

DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan aplikasi BatteryXPRT. Mengapa BatteryXPRT? Karena aplikasi yang satu ini dapat menguji baterai smartphone mirip dengan penggunaan sehari-hari. Kami tidak melakukan pengujian saat smartphone berada dalam kondisi menyala tanpa henti atau yang sering disebut dengan Screen On Time.

ASUS Zenfone Max M2 -BatteryXPRT

BatteryXPRT sendiri mengatakan bahwa smartphone dengan baterai 4000 mAh ini dapat bertahan sampai dengan 36.8 jam. Hal ini tentu membuat ASUS Zenfone Max M2 juga cocok untuk mereka yang ingin memiliki smartphone yang dapat bertahan lebih dari satu hari. Tentunya saat digunakan untuk memainkan game, bisa saja smartphone ini tidak bertahan sehari.

Verdict

Dengan naiknya harga dolar terhadap rupiah, tentu saja nilai barang akan meningkat. Begitu pula dengan pasar smartphone yang masih sangat tergantung pada pasokan cip dari luar negeri. Oleh karena itu pula, harga smartphone low to middle masih akan bertengger pada nilai dua jutaan, seperti ASUS Zenfone Max M2 ini.

Kinerja yang ditawarkan oleh smartphone ini memang cukup kencang karena hadirnya Kryo 250 Gold. Dengan menggunakan Snapdragon 632 tentu saja dapat memuaskan hasrat untuk bermain game pada Android dengan harga lebih terjangkau. Selain itu, untuk mereka yang suka melakukan editing pada perangkat ini juga dapat merasakan kinerja cukup baik.

Dengan kamera yang ada, membuktikan bahwa Max M2 memiliki peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan smartphone generasi pertamanya. Hal ini membuat Max M2 lebih bisa diandalkan dalam mengambil momen yang ada setiap harinya. Hal ini pun berlaku pada saat dalam kondisi gelap.

Harga yang ditawarkan pada Zenfone Max M2 memang cukup mahal. Untuk versi 3/32 GB, ASUS menjualnya dengan harga Rp. 2.299.000. Untuk versi 4/64 GB dijual dengan harga 2.699.000. Tentunya harga ini lebih tinggi dari Zenfone Max Pro M1. Namun, Anda akan mendapatkan kinerja kamera yang jauh lebih baik dengan kinerja komputasi yang sedikit lebih pelan. Mana yang akan Anda pilih?

Sparks

  • Kamera cukup baik
  • Kinerja cukup kencang
  • baterai besar
  • dapat diperbarui ke Android P
  • Daya hidup lebih lama

Slacks

  • Harga sedikit tinggi
  • Tanpa pelindung layar
  • Desain seperti generasi sebelumnya

 

[Review] ASUS Zenfone Max Pro M2: Kencang dan Tetap Pure Android

Popularitas lini smartphone dari ASUS, yaitu Zenfone Max Pro sepertinya secara tiba-tiba meningkat pada tahun 2018 ini. Saat ASUS mengumumkan Zenfone Max Pro M1, pasar sepertinya gaduh menginginkan perangkat dengan harga yang murah namun memiliki kinerja yang tinggi ini. Bagaimana tidak, dengan harga 2,3 juta saja bisa mendapatkan nilai Antutu di atas 100.000!

ASUS Zenfone Max Pro M2

Nilai 100.000 dari Antutu di atas kertas menjamin bahwa banyak game yang dapat dimainkan secara lancar. Oleh karenanya, ASUS pun melabel “Limitless Gaming” pada Max Pro M1. Sayangnya, keterbatasan akan chipset, produksi, serta kebijakan dari ASUS sendiri membuat mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. Akhirnya, smartphone ini dijuluki perangkat ghoib oleh para netizen.

Sekitar tujuh bulan kemudian, ASUS pun meluncurkan sang penerus, yaitu Zenfone Max Pro M2. Tentunya, sang penerus memiliki spesifikasi yang lebih tinggi, baik dari sisi SoC maupun kameranya. Satu hal yang pasti, ASUS mempertahankan penggunaan pure Android pada smartphone yang satu ini.

DailySocial sudah menggunakan perangkat ini selama lebih dari dua minggu atau sebelum acara peluncurannya yang bersamaan dengan ROG Phone. Dengan menggunakan layar berponi, membuat smartphone ini memiliki layar lebih lebar dibandingkan dengan Max Pro M1. ASUS juga mengubah desain bagian belakang dari Max Pro M2 dengan menggunakan bahan kaca.

ASUS Zenfone Max Pro M2 - Belakang

Peningkatan yang paling dirasakan pada smartphone ini adalah pada bagian kamera. Hasilnya cukup menawan untuk sebuah smartphone yang memiliki harga mulai dari dua jutaan. Tentunya membuat para pengguna Max Pro M1 ingin langsung menukar perangkatnya ke M2. Hasilnya akan bisa dilihat pada segmen kamera pada artikel ini.

Untuk spesifikasi Max Pro M1 dan M2 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Zenfone Max Pro M1 Zenfone Max Pro M2
SoC Snapdragon 636 Snapdragon 660
Prosesor 4×2 GHz Kryo 260 + 4×1.8 GHz Kryo 260 4×2.2 GHz Kryo 260 + 4×1.8 GHz Kryo 260
GPU Adreno 509 Adreno 512
RAM 3 / 4 / 6 GB 3 / 4 / 6 GB
Penyimpanan 32 / 64 GB + microSD 32 / 64 GB + microSD
Layar 5.99 inci 19:9 2160 x 1080 6.26 inci 19:9 2280 x 1080
Baterai 5000 mAh 5000 mAh
OS Android Oreo 8.1 Pure Android Oreo 8.1 Pure
Kamera Depan 8 / 16 (6 GB) MP 13 MP
Kamera Utama 13 MP /16 MP + 5 MP Omnivision 12 MP Sony IMX 476 + 5 MP

Untuk sisi kinerja, saat tidak bermain game, tidak ada perbedaannya saat menggunakan M1 maupun M2. Keduanya terasa sangat responsif dan nyaman saat digunakan. Hal tersebut memang salah satunya disebabkan menggunakan UI bawaan Android.

Sensor yang dimiliki smartphone ini juga lengkap, terlihat dari aplikasi berikut ini:

Unboxing

Zenfone Max PRo M2 - Unbox

Desain

ASUS sepertinya ingin meninggalkan desain dengan menggunakan bahan metal pada body perangkatnya. Hal ini terlihat pada Max Pro M2 yang menggunakan bahan kaca pada bagian belakangnya. Seperti smartphone lain yang menggunakan bahan tersebut, tentu saja banyak sidik jari yang bakal menempel. Gunakan saja casing bawaan dari paket penjualannya.

ASUS Zenfone Max Pro M2 - Kanan

Untuk sebuah smartphone mainstream, akhirnya desain notch digunakan pada Max Pro M2. Dengan poni tersebut, ukuran layar menjadi lebih lebar dengan resolusi 2280 x 1080 berdimensi 6,26 inci. Yang membuatnya menjadi lebih nyaman, ASUS pun mengklaim bahwa Max Pro M2 sudah menggunakan Gorilla Glass 6 yang diklaim oleh Corning sangat kuat sehingga sudah 15 kali jatuh pun masih tidak pecah.

ASUS Zenfone Max Pro M2 - Kiri

Saat digunakan untuk bermain game, kami menggunakan Free Fire yang shortcut-nya sudah tersedia pada smartphone ini. Layarnya memang tergolong cukup licin sehingga nyaman saat menggerakkan kursor dari segala arah. Dengan menggunakan case bawaan, tentu saja bagian belakangnya menjadi tidak licin sehingga tidak mudah jatuh.

ASUS Zenfone Max Pro M2 - Bawah

Desain belakangnya masih mirip dengan Max Pro M1. Kamera ada pada bagian kiri atas dengan LED serta pemindai sidik jari berada pada bagian tengah. Posisi sidik jari pada bagian belakang ini memang terhitung sangat ergonomis karena tidak perlu mengubah posisi saat memegang smartphone.

Pure Android

ASUS meneruskan penggunaan Pure Android pada smartphone Zenfone Max Pro M2. Walaupun Google sudah mengeluarkan Android Pie, ASUS masih menggunakan Oreo pada smartphone ini. Oleh karena itu, tidak banyak feature yang diberikan pada Max Pro M2.

Sampai tulisan ini diturunkan, kami masih menggunakan firmware dengan versi 15.2016.1811.164-20181203. Sayangnya, kami masih menemukan banyak bug. Salah satunya yang paling menyebalkan adalah aplikasi Caping yang bahkan membuat bootloop pada saat di-disable dan melakukan factory reset.

Beberapa bug juga bahkan merepotkan kami saat melakukan pengujian, terutama baterai.

Jaringan LTE

ASUS selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Max Pro M2 sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 7(2600), 8(900), 20(800), dan 40(2300) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Namun sebuah kekurangan pada Max Pro M1 pun dibawa oleh smartphone ini.

Max Pro M2 masih menggunakan LTE CAT 4/5 yang saat ini belum mendukung 4G+. Hal ini membuat kinerja internet pada smartphone ini tidak sekencang pesaingnya yang saat ini sudah menggunakan CAT 6 ke atas.

Kamera

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, kamera pada Max Pro M2 memang jauh lebih baik dibandingkan dengan Max Pro M1. Hal ini dikarenakan Max Pro M2 menggunakan sensor Sony IMX 486 yang baru. Kami pun dapat mengambil gambar dengan sangat baik pada kondisi cahaya yang terang mau pun kurang cahaya.

Beberapa kali kami menggunakan Zenfone Max Pro M2 untuk mengambil gambar pada saat menghadiri konferensi pers. Hasilnya pun cukup memuaskan dengan noise yang lebih sedikit serta mengeluarkan gambar yang tajam. Contoh hasil foto dapat dilihat berikut ini

Kamera depan juga memiliki sensor yang lebih baik dari Max Pro M1. Hasil fotonya, walaupun tidak sebaik kamera belakangnya, dapat diandalkan dan memiliki minim noise pada kondisi cahaya yang cukup.

Pengujian

ASUS Zenfone Max Pro M2 menggunakan chipset mainstream yang saat ini sepertinya banyak digunakan oleh produsen smartphone, yaitu Snapdragon 660. Dengan hadirnya Snapdragon Kryo 260 Gold yang berbasiskan Cortex A73 tentu saja mampu menggenjot segala aplikasi game yang ada.

Kami juga mencoba bermain dengan menggunakan Free Fire, sebuah game yang bekerja sama langsung dengan ASUS. Permainan pun dapat berjalan dengan mulus dan tidak terasa lag sama sekali. Dan seperti yang sudah ditulis di atas, layar pada smartphone ini juga cukup nyaman untuk digunakan.

Sintetis

Pengujian kami lakukan dengan menggunakan beberapa benchmark sintetis. Hal ini tentu untuk mengetahui seberapa baik kinerja dari ASUS Zenfone Max Pro M2. Pada pengujian kali ini kami kembali menghadirkan Zenfone 5 dan Zenfone Max Pro M1, agar didapatkan gambaran mengenai kinerja ketiga perangkat

Uji dengan MP4

DailySocial melakukan pengujian dengan menggunakan video MP4. Hal ini dikarenakan adanya bug pada Max Pro M2 yang membuat beberapa aplikasi benchmark, terutama untuk baterai, crash. Oleh karena itu, kami menggunakan sebuah video MP4 yang di loop sehingga mendapatkan nilai waktu baterai yang cukup presisi.

Zenfone Max Pro M2 dapat bertahan selama 17 jam 10 menit dalam pengujian kali ini. Tentu saja hal ini dapat berkurang pada saat digunakan untuk bermain game.

Kesimpulan

Mungkin banyak orang akan pesimis mengenai tagline Gaming pada smartphone ASUS Zenfone Max Pro M2. Akan tetapi, sebuah perangkat gaming tidak harus yang paling kencang, karena tentu akan berimbas pada harga. Oleh karena itu, untuk para gamer yang memiliki dana pas-pasan, ASUS menyediakan Zenfone Max Pro M2.

Kinerja yang ditawarkan oleh Zenfone Max Pro M2 memang tergolong kencang untuk sebuah smartphone dua sampai tiga jutaan. Dengan menggunakan Snapdragon 660 tentu saja dapat memuaskan hasrat untuk bermain game pada Android. Selain itu, untuk mereka yang suka melakukan video editing pada perangkat ini juga dapat merasakan kinerja yang lebih baik lagi.

Kamera pada Max Pro M2 pun dapat diandalkan, dibandingkan dengan Max Pro M1. Oleh karena itu, smartphone ini pun cocok untuk mereka yang suka menangkap momen-momen setiap harinya. Pada kondisi gelap, hasilnya memang tidak sebaik pada siang hari, namun masih dapat diandalkan.

Dengan rentang harga Rp. 2.799.000 untuk 3/32 GB, Rp. 3.199.000 untuk 4/64, dan Rp. 3.699.000 untuk 6/64 tentunya dapat terbilang lebih terjangkau. Akan tetapi, harga pada saat peluncurannya memang lebih mahal dibandingkan sang pendahulu. Oleh karena itu pula, ASUS menjual Max Pro M2 dan M1 secara berdampingan, sehingga rentang harga yang dimiliki lebih beragam dan cocok untuk mereka yang tidak memiliki dana berlebih.

Sparks

  • Kamera baik
  • Kinerja kencang
  • Responsif
  • Layar lebih lebar
  • Daya tahan baterai sangat baik
  • Gorilla Glass 6

Slacks

  • Harga lebih tinggi dari generasi sebelumnya
  • Tidak tersedia NFC
  • Masih banyak bug saat diluncurkan

Dua Smartphone Gaming ASUS Diperkenalkan di Indonesia: Asus ROG dan Max Pro M2

Masih antusias membaca berita dari ASUS? Tentu saja mereka tidak berhenti untuk mengeluarkan produk baru. Seperti ingin memenuhi pasar smartphone di Indonesia, ASUS kali ini kembali memperkenalkan perangkat untuk bermain game. Keduanya adalah ASUS ROG Phone dan Zenfone Max Pro M2, Tidak ketinggalan ada pula tipe lebih bawah, Zenfone Max M2.

Acara peluncuran yang diadakan pada ballroom hotel Pulmann Central Park pada tanggal 11 Desember 2018 yang lalu ini merupakan peluncuran untuk kawasan Asia Tenggara. Oleh karena itu, banyak jurnalis yang berasal dari kawasan tersebut juga hadir. Acara megah yang diadakan kali ini pun mampu mendatangkan ratusan pengunjung yang terdiri dari media, blogger, dan Youtuber.

ASUS ROG Phone - Launch

Perangkat ROG merupakan smartphone pertama yang menggunakan SoC Snapdragon 845 yang di-overclock hingga 2.96 GHz. ASUS menjanjikan bahwa perangkat ini bakal “adem” karena menggunakan Vapor Chamber yang sudah terbukti mendinginkan chipset pada motherboard. Perangkat ini pun juga memiliki banyak aksesoris yang mendukung untuk bermain game. 

ASUS ROG mungkin saat ini merupakan satu-satunya smartphone yang memiliki aksesoris gaming paling lengkap yang pernah ada. Aksesoris itu seperti TwinView Dock yang dapat menggabungkan dua ROG Phone untuk bermain seperti Nintendo DS. Selain itu ada Mobile Desktop Dock yang dapat menghubungkan ROG Phone dengan monitor, keyboard, serta mouse. Ada juga AeroActive Cooler yang menghindarkan ROG Phone menjadi ‘setrikaan’, dan lain sebagainya.

ASUS ROG Phone - Desktop

Smartphone berikutnya adalah Zenfone Max Pro M2. Perangkat ini dikeluarkan oleh ASUS untuk memuaskan pasar gamer mainstream yang tidak memiliki dana berlebih untuk membeli ROG Phone. Dengan menggunakan Snapdragon 660, membuatnya dapat digunakan untuk bermain semua game yang ada pada Google Play Store.

ASUS ROG Phone - Max Pro M2

Max Pro M2 juga diperbaiki pada sisi kameranya. Selama ini, banyak yang mengakui bahwa hasil kamera Max Pro M1 kurang menunjang untuk pengambilan gambar dengan baik. ASUS menggunakan sensor Sony IMX 486 yang membuat smartphone ini memiliki hasil gambar yang cukup baik.

Versi murah lagi, Max M2 juga diperkenalkan pada acara kali ini. SoC yang digunakan pada Max M2 memang cukup baik, yaitu Snapdragon 632. Hal ini menempatkan Max M2 memiliki kinerja tepat di bawah Max Pro M1.

ASUS ROG Phone - Gamepad

Untuk mengetahui spesifikasi serta harga jual dari ketiga perangkat, silahkan lihat tabel berikut ini:

ASUS ROG Phone Max Pro M2 Max M2
SoC Snapdragon 845 Snapdragon 660 Snapdragon 632
Prosesor 4×2.96 GHz Kryo 385 Gold + 4×1.7 GHz Kryo 385 Silver 4×2.2 GHz Kryo 260 Gold + 4×1.8 GHz Kryo 260 Silver 4×1.8 GHz Kryo 250 Gold + 4×1.8 GHz Kryo 250 Silver
GPU Adreno 630 Adreno 512 Adreno 506
RAM / Internal 8 GB / 128 atau 512 GB 3/32 GB atau 4/64 GB atau 6/64 GB 3/32 GB atau 4/64 GB
Layar AMOLED 6 inci 2160×1080 18:9 IPS 6,26 inci 2280×1080 19:9 IPS 6,26 inci 1520 x 720 19:9
Baterai 4000 mAh 5000 mAh 4000 mAh
OS Android Oreo 8.1 Pure Android Oreo 8.1 Pure Android Oreo 8.1
Harga Rp. 12.999.000 (128GB)

Rp. 14.499.000 (512GB)

Rp. 2.799.000 (3/32GB)

Rp. 3.199.000 (4/64GB)

Rp. 3.699.000 (6/64GB)

Rp. 2.299.000 (3/32GB)

Rp. 2.699.000 (4/64GB)

Ketiga smartphone dijual perdana pada ajang Harbolnas 12.12 dan mulai tersedia secara offline pada tanggal 14 Desember 2018. ASUS pun berjanji bahwa perangkat terbaru mereka ini tidak akan lagi “ghoib”, sehingga seharusnya pengguna tidak akan kesulitan dalam membelinya.

ASUS ROG Phone - dual phone

M2 Mahal?

Banyak yang mengira bahwa Zenfone Max Pro M2 akan mengikuti skenario harga dari Zenfone Max Pro M1. Akan tetapi, saat peluncuran, keduanya memiliki rentang harga yang cukup jauh, sekitar Rp. 400.000. Lalu bagaimana tanggapan ASUS?

ASUS ROG Phone - Interview

Pihak ASUS mengatakan bahwa sebenarnya mereka memiliki skenario harga yang sama, namun kenaikan kurs rupiah menyebabkan harga M2 menjadi lebih mahal. ASUS pun saat ini sudah menurunkan harga Max Pro M1 menjadi lebih terjangkau lagi serta telah meningkatkan produksi mereka agar tidak jarang dipasaran.

ASUS juga tidak akan menghentikan produksi Max Pro M1 dalam waktu dekat. Jadi, Max Pro M1 dan Max Pro M2 akan dijual secara bersamaan dalam waktu yang cukup panjang. Hal ini karena ASUS menganggap kedua jenis perangkat bakal memiliki pangsa pasar yang berbeda.

ASUS ROG Phone - Accessories

Lalu mengapa tidak ada NFC? ASUS mengatakan bahwa pengguna NFC di Indonesia cukup kecil. Hal ini tidak memicu ASUS untuk menaruh chip tersebut pada Max Pro M2. Survei yang mereka lakukan menunjukkan bahwa pengguna NFC di Indonesia hanya 10 persen saja. Mereka pun berjanji bakal menaruh chip tersebut pada saat jumlah permintaannya meningkat.

Untuk yang penasaran dengan ASUS ROG, Anda bisa menonton video hands-on berikut ini: