Apa itu Margin: Pengertian, Fungsi, dan Contoh Menghitung

Margin yaitu salah satu istilah dalam bisnis yang berhubungan dengan keuntungan. Tentu saja, berkaitan dengan tujuan dijalankannya bisnis yaitu untuk mendapatkan keuntungan. Kamu bisa mengetahui keuntungan yang didapat dengan berbagai cara.

Salah satunya yaitu dengan menghitung margin. Biasanya, margin disajikan dalam bentuk persentase. Margin berkaitan dengan produk yang dijual, biaya produksi, keuntungan, dan lainnya. Berikut artikel mengenai margin.

Pengertian Margin

Margin yaitu salah satu istilah yang cukup sering digunakan dalam berbisnis. Margin sendiri maknanya merupakan tingkat selisih antara besaran biaya produksi dengan harga jual di pasaran. selain fungsi dan menfaatnya kamu juga harus tahu cara menghitung margin dalam bisnis. Pada ranah investasi, margin diartikan sebagai deposit oleh investor untuk pembayaran harga beli saham.

Fungsi Margin

Margin mempunyai peranan penting dalam bidang bisnis. Berikut fungsi margin.

1. Menentukan Jumlah Produk

Margin berfungsi untuk menentukan jumlah produk yang akan dijual. Mengingat, margin bisa memperhitungkan kerugian dan keuntungan. Sehingga, produk yang dijual bisa ditentukan agar tidak terjadi kerugian.

2. Menentukan Pemasaran

Selanjutnya, margin berfungsi untuk menentukan strategi pemasaran produk dan jasa yang dijual. Apabila margin yang diperolah sangat tipis, perusahaan bisa menyesuaikan strategi pemasaran dengan mempertimbangkan budget.

3. Menentukan Harga

Ketiga, margin berfungsi untuk menentukan harga jual produk atau jasa. Margin bisa memperhitungkan harga jual produk dengan beberapa pertimbangan agar penentuan harga produk tepat.

Contoh Menghitung Margin

Sebuah pabrik sepatu mampu menjual 20.000 pasang sepatu selama satu bulan dengan harga satuan Rp40.000. Biaya produksi dan pemasaran sejumlah Rp.300.000. Berapa margin yang dihasilkan?

Margin= Rp.100.000 : Rp.300.000 X 100% =  33,3%

Nah, berikut artikel mengenai margin. Semakin tinggi margin yang didapat, semakin besar pula keuntungan yang diterima oleh perusahaan. Semoga artikel di atas bermanfaat, ya!

Dapatkan Berita dan Artikel lain di Google News

Manajemen Konflik: Pengertian, Fungsi, dan Tahapannya

Terjadinya konflik memang tak bisa dihindari, tak terkecuali di dunia bisnis yang bersinggungan dengan banyak pihak. Baik secara internal maupun eksternal, konflik akan selalu ada. Tinggal bagaimana kita mencari cara untuk mencegah hingga mengatasi konflik yang terjadi.

Hal tersebut bisa dilakukan dengan menerapkan manajemen konflik yang benar, contohnya dengan bernegosiasi. Nah, artikel ini akan membahas setiap pertanyaanmu mengenai manajemen konflik, mulai dari pengertian hingga penerapannya. Pantengin terus ya!

Apa Itu Manajemen Konflik?

Menurut KBBI, manajemen artinya penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai sebuah tujuan. Sedangkan konflik adalah peristiwa yang terjadi ketika dua atau lebih pihak saling bertentangan atau berselisih.

Secara teori, banyak ahli yang mengemukakan pengertian manajemen konflik seperti Howard Ross, Minnery, hingga Johnson & Johnson. Menurut Ross, manajemen konflik adalah langkah-langkah penyelesaian konflik yang diarahkan ke hasil tertentu, seperti ketenangan, kreatif, hingga bermufakat.

Gampangnya, manajemen konflik adalah cara untuk mengelola konflik untuk meredam kemungkinan buruk akibat konflik seperti permusuhan, perpecahan, hingga persaingan tidak sehat. Manajemen konflik sendiri bisa dilakukan secara mandiri, kerjasama baik dengan atau tanpa pihak ketiga, hingga mengambil keputusan antara kedua belah pihak.

Fungsi Manajemen Konflik dalam Organisasi

Penggunaan manajemen konflik memiliki berbagai fungsi, misalnya untuk mencegah gesekan antara atasan dan bawahan. Bahkan, dalam Islam, manajemen konflik juga dianjurkan, misalnya lebih baik bernegosiasi untuk menyelesaikan masalah.

Berikut 3 fungsi penerapan manajemen konflik:

Meningkatkan kreativitas dan produktivitas pekerja

Tujuan utama manajemen konflik adalah untuk menghindari perselisihan atau bahkan permusuhan. Nah, dengan penerapan manajemen konflik yang baik, maka konflik-konflik yang terjadi bisa diatasi bahkan dicegah sebelum konflik menjadi parah.

Dengan minimnya gesekan, maka kinerja anggota akan semakin baik. Tentu ini akan berpengaruh terhadap produktivitas dan kreativitas kerja. Pekerja dapat bekerja dengan maksimal tanpa perlu pusing memikirkan masalahnya dengan atasan.

Selain bagi pekerja sendiri, kinerja yang baik juga akan berpengaruh pada hasil pekerjaan yang semakin cepat dan semakin baik atau kreatif. Pada akhirnya, kinerja yang baik juga mempengaruhi pertumbuhan bisnis yang dijalankan.

Mengurangi kesenjangan antar pekerja

Jika terjadi konflik, suasana kerja pasti tidak mengenakkan. Atmosfer positif yang dibutuhkan untuk menghasilkan ide-ide kreatif menjadi hilang. Terlebih, jika konflik tidak segera ditangani, satu pihak bisa jadi memiliki relasi yang buruk dengan pihak lainnya.

Maka dari itu, manajemen konflik penting untuk mengurangi kesenjangan antar satu pihak dengan yang lainnya. Selain itu, manajamen konflik juga penting dilakukan agar masing-masing pihak saling menghormati.

Melatih kemampuan penyelesaian konflik

Meski konflik cenderung dilihat sebagai hal buruk, namun ada sisi lain mengapa konflik itu penting adanya. Konflik memang akan selalu ada, namun upaya organisasi untuk mengatasinya setiap kali ia datang pada akhirnya akan membuahkan hasil.

Organisasi akan terbiasa dengan adanya konflik, lalu menjadikan manajemen konflik sebagai hal yang mudah untuk dilakukan. Tentunya, ini juga dapat mengasah kemampuan menentukan solusi yang lebih tepat untuk konflik yang terjadi di masa depan.

Tahapan Manajemen Konflik

Untuk menerapkan manajemen konflik, berikut 5 tahapan umum yang sering dilakukan.

Identifikasi

Yang pertama adalah identifikasi permasalahan. Di tahap ini, kamu harus bisa menemukan jawaban atas apa kira-kira yang menjadi penyebab terjadinya konflik. Mulai dari mengetahui pihak mana saja yang berselisih, akar permasalahan, skala konflik, hingga dampak yang mungkin terjadi.

Tahap awal merupakan tahap yang penting untuk mengukur dampak akhir yang ditimbulkan. Semakin dini kamu mengidentifikasi adanya konflik, semakin minim pula akibat yang ditimbulkan dari konflik tersebut, tentu tetap harus dibarengi dengan strategi manajemen konflik yang baik.

Diagnosis

Pada tahap ini, kamu harus melakukan analisis dan pemetaan konflik secara menyeluruh terhadap hasil identifikasi awal. Kemudian, buatlah diagnosis atau statement atas konflik yang terjadi. Misalnya, yang terjadi ternyata “konflik vertikal antara manajer dan anggota tim karena sistem kerja yang tidak teratur”.

Dari situ, kamu juga harus menyiapkan kemungkinan-kemungkinan penyelesaian beserta konsekuensinya yang bisa diterima oleh kedua belah pihak dan tidak berat sebelah.

Kesepakatan solusi

Di tahap ini, kedua belah pihak dipertemukan. Kamu sebagai penengah misalnya, menjabarkan berbagai opsi penyelesaian yang sudah dibuat di tahap sebelumnya. Kemudian, biarkan kedua pihak menimbang hingga sepakat untuk memilih mana solusi terbaik untuk keduanya.

Penerapan solusi

Sepakat terhadap solusi yang dipilih bukanlah akhir dari konflik, melainkan kedua pihak juga harus diawasi masing-masing untuk menerapkan apa yang sudah disepakati. Jika kesepakatan memerintahkan kedua pihak tidak boleh ikut campur urusan masing-masing, maka keduanya harus mematuhi hal tersebut.

Jika kesepakatan juga ditulis beserta sanksi, maka kedua pihak juga terkena pasal ini jika melanggar. Maka dari itu, perlu adanya pengawas untuk mengevaluasi penerapan kedua pihak atas kesepakatan yang ada.

Evaluasi

Selain memantau pelaksanaan kesepakatan, penerapan solusi juga harus dievaluasi. Ini dilakukan untuk melihat seberapa efektif solusi yang telah dipilih. Jika sudah baik, maka kamu tak perlu khawatir lagi jika konflik terjadi lagi.

Sebaliknya, jika evaluasi menemui nilai yang buruk, maka kedua pihak harus memulai kembali tahapan kesepakatan solusi untuk memilih solusi yang baru.

Jenis-Jenis Manajemen Konflik

Ada 5 jenis atau tipe yang sering digunakan untuk melancarkan strategi manajemen konflik, di antaranya:

Accommodating

Jenis pertama adalah akomodasi. Pada dasarnya, jenis ini menitikberatkan pada kepentingan dua pihak yang cara penyelesaiannya dilakukan oleh pihak ketiga. Di sini, pihak ketiga harus mendengarkan dan mengumpulkan setiap pendapat dari kedua belah pihak.

Kemudian, pihak ketiga memberikan beberapa solusi yang dapat mengadopsi kedua kepentingan, ataupun bisa juga berat sebelah.

Avoiding

Selanjutnya adalah teknik menghindari, atau manajemen konflik apatis. Jenis ini dipilih untuk mencegah dan menghindari potensi konflik. Tujuan utama dari jenis ini memang untuk preventif atau pencegahan jangan sampai konflik terjadi.

Dalam konteks organisasi, yang bertanggung jawab atas hal ini harus memiliki daya analisis yang kuat terhadap ekosistem perusahaan. Ia harus peka dan dapat mengidentifikasi sedini mungkin adanya konflik sekaligus menentukan kebijakan preventif sebelum konflik benar-benar terjadi.

Compromising

Jenis ini dikenal sebagai pilihan strategi yang positif karena kedua pihak yang berselisih memilih berkompromi untuk mengambil solusi untuk kepentingan bersama. Tujuannya, hasil kesepakatan yang ada memberikan pengaruh positif bagi kedua pihak.

Terdapat 4 cara penyelesaian dengan compromising yaitu: separasi, atrasi, menyogok, dan keputusan yang diambil secara kebetulan.

  1. Separasi, artinya kedua pihak dipisahkan.
  2. Atrasi, artinya kedua pihak menyepakati keputusan pihak ketiga.
  3. Mengambil keputusan karena kebetulan bisa dilakukan, bisa secara sederhana namun tetap mengikuti aturan yang ada.
  4. Menyogok mungkin terdengar culas, namun jika memang kedua pihak menyepakatinya, maka hal ini sah-sah saja dilakukan.

Collaborating

Jenis ini juga dianggap memiliki output yang positif karena setiap anggota dari kedua pihak dipersilakan untuk bekerja sama menyelesaikan konflik. Namun, untuk catatan, strategi ini hanya bisa dilakukan jika kedua pihak sepakat untuk mencari solusi dengan tujuan kepentingan bersama.

Competing

Jenis ini membutuhkan pihak ketiga untuk membiarkan kedua pihak saling berkompetisi dengan sehat sebagai bentuk penyelesaian masalah. Meski terlihat adil di beberapa kasus, namun hasilnya masih terkesan “hitam-putih” karena akan ada pihak yang menang dan kalah.

Conglomeration

Pada jenis ini, sebuah pihak akan menggabungkan beberapa strategi yang sudah disebutkan di atas. Tentunya, ini akan memakan biaya dan waktu, misalnya menyewa pihak ketiga, hingga pertemuan-pertemuan dengan pihak yang saling berselisih.

Contohnya, manajemen konflik dengan jenis utama strategi kompromi bisa menggunakan cara accommodating atau collaborating agar tidak merugikan kedua belah pihak.

Demikian pembahasan kita hari ini tentang seluk beluk manajemen konflik. Apakah kamu sudah paham sejauh ini? Jika belum maka dalami lagi soal manajemen konflik karena hal ini juga penting secara personal.

Kamu tentu tak ingin memutus hubungan dengan sahabat karibmu karena konflik yang sebenarnya bisa diselesaikan bukan?

Sumber gambar header: Unsplash

Mengenal Istilah Turnover Karyawan, Jenis dan Penyebab

Dalam sebuah perusahaan, kondisi turnover karyawan atau keluar dan masuknya karyawan merupakan hal yang umum terjadi. Kondisi ini dapat menguntungkan sekaligus merugikan perusahaan.

Maka dari itu, penting bagi pihak perusahaan untuk mengenal istilah turnover karyawan agar memahami keuntungan sekaligus kerugiannya. Berikut penjelasan terkait pengertian, jenis, penyebab, dampak hingga cara mengatasi turnover karyawan pada perusahaan.

Apa Itu Employee Turnover?

Turnover karyawan atau sering disebut juga employee turnover adalah suatu kondisi adanya staf atau karyawan yang meninggalkan perusahaan atau resign dan posisinya digantikan dengan orang lain.

Kondisi turnover yang dialami perusahaan dapat menguntungkan sekaligus merugikan. Dapat menguntungkan, jka perusahaan mendapatkan karyawan pengganti yang lebih baik. Namun, jika sebaliknya, apalagi ketika turnover terlalu sering terjadi, maka perusahaan dapat merugi.

Jenis-jenis Turnover Karyawan

Ada dua jenis karyawan dalam kondisi turnover karyawan, berikut di antaranya:

Relawan atau Sukarela

Karyawan ‘relawan’ turnover adalah karyawan yang secara sukarela mengundurkan diri dari perusahaan dan memiliki alasan untuk hal tersebut. Alasannya dapat bermacam-macam, mulai dari memperoleh pekerjaan yang lebih baik, penawaran gaji yang lebih tinggi, ingin melanjutkan pendidikan, dan lainnya.

Non-relawan atau Terpaksa

Karyawan ‘non-relawan’ turnover adalah karyawan yang secara terpaksa meninggalkan perusahaan karena sebab tertentu yang berasal dari internal manajemen perusahaan. Penyebabnya bisa karena pemutusan hubungan kerja atau PHK yang dilakukan oleh pihak perusahaan atau penyebab yang lainnya.

Penyebab Terjadinya Turnover Karyawan

Employee Turnover dapat terjadi karena beberapa penyebab, di antaranya bisa jadi seperti sebagaimana berikut ini:

Karyawan Merasa Kurang Berkembang

Saat bekerja di suatu perusahaan, apalagi saat masih dalam masa adaptasi, karyawan akan menjadikan masa-masa kerja itu sebagai proses pembelajaran dan perkembangan diri. Jika perusahaan tak dapat memdukung karyawan dalam proses belajar dan berkembang itu, karyawan akan jenuh dan kehilangan gairah bekerja, sehingga memutuskan untuk resign.

Lingkungan Kerja yang Buruk

Lingkungan kerja yang buruk dapat membuat karyawan merasa tertekan. Tekanan itu dapat berasal dari manajer yang tidak menghargai pendapat karyawan hingga rekan kerja yang tidak ramah dan mendukung.

Sulit Terwujudnya Work Life Balance

Banyaknya penugasan kerja membuat jam kerja semakin panjang. Akibatnya, karyawan sulit menyeimbangkan kehidupan, antara kehidupan di kantor dengan kehidupan pribadi di luar kantor. Hal ini berujung pada kinerja karyawan yang menurun hingga tidak nyaman bekerja, sehingga memutuskan untuk resign.

Dampak Turnover Karyawan bagi Perusahaan

Ketika perusahaan memiliki tingkat employee turnover yang tinggi, dampaknya akan memengaruhi banyak aspek dalam suatu perusahaan, di antaranya yakni:

Produktivitas Menurun

Saat employee turnover terjadi, pihak perusahaan akan memerlukan waktu untuk mencari pengganti karyawan. Selama belum mendapat pengganti, tingkat produktivitas karyawan lain menurun karena terbebankan oleh pekerjaan karyawan yang resign.

Profit Perusahaan Merosot hingga Merugi

Tingginya turnover karyawan dapat mengakibatkan banyak pekerjaan tidak terselesaikan dengan baik, sehingga berpengaruh pada jumlah keuntungan atau laba perusahaan. Selain itu, perusahaan juga perlu melakukan perekrutan dan pembayaran pesangon yang memakan banyak biaya, sehingga bisa menimbulkan kerugian.

Cara Mengatasi Kerugian Perusahaan Akibat Employee Turnover

Pada dasarnya, perusahaan tidak dapat mengatur rasa loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Namun, perusahaan setidaknya dapat melakukan upaya-upaya dalam meningkatkan rasa loyalitas itu, dengan memahami kebutuhan karyawan.

Perusahaan yang memahami kebutuhan karyawannya bisa menurunkan potensi kerugian akibat employee turnover yang terjadi. Beberapa hal yang bisa dilakukan  untuk menurunkan potensi tersebut antara lain sebagai berikut:

  • Cari karyawan yang memiliki kemampuan tepat dan mampu mengikuti work flow
  • Bekali karyawan dengan pelatihan yang efektif.
  • Beri gaji dan fasilitas yang sesuai dengan beban kerja yang diberikan oleh perusahaan.
  • Pastikan jam kerja karyawan seimbang, beri hak cuti, serta beri gaji lembur bagi karyawan yang bekerja diluar jam kerja.
  • Pelihara lingkungan kerja yang sehat.

5 Strategi Penetapan Harga dan Manfaatnya untuk Bisnis

Menetapkan harga jual ternyata tidak bisa dilakukan secara asal. Terdapat beberapa strategi penetapan harga yang bisa diterapkan untuk menghasilkan harga jual dengan keuntungan besar. Tapi, sayangnya, masih banyak bisnis yang belum mengetahui hal ini sehingga tidak menerapkannya.

Untuk Anda yang baru saja akan menetapkan harga jual, jangan sampai hal tersebut terjadi pada Anda. Pahami beberapa strategi penetapan harga berikut ini dan terapkan yang paling sesuai dengan bisnis Anda.

Strategi Penetapan Harga

Strategi penetapan harga atau pricing strategy adalah metode penentuan harga yang digunakan oleh sebuah bisnis atau perusahaan.

Terdapat lima metode yang salah satunya dapat Anda gunakan untuk menentukan harga, antara lain mark up, menetapkan biaya harga plus, berdasarkan pesaing, penetapan BEP, dan berdasarkan permintaan pasar.

Mark Up

Mark up merupakan salah satu metode penetapan harga yang cukup sederhana dengan menggunakan harga pokok produk di awal pembelian sebagai pedomannya.

Dengan begitu, bisnis yang menerapkan metode ini akan selalu melihat kepada harga awal produk untuk kemudian dinaikkan beberapa persen sebagai keuntungan.

Menetapkan Biaya Harga Plus

Metode penetapan harga kedua yang bisa diterapkan untuk bisnis dengan skala kecil hingga besar adalah dengan menetapkan biaya harga plus.

Berbeda dengan mark up, metode ini berpedoman pada keseluruhan biaya yang digunakan untuk membuat suatu produk. Kemudian, untuk menutupi laba, keseluruhan laba tersebut ditambah dengan satuan jumlah tertentu.

Menetapkan Harga Berdasarkan Pesaing

Pillihan strategi penetapan harga lainnya adalah menetapkan harga dengan melihat bisnis kompetitor. Anda dapat melakukan riset mengenai harga jual yang ditetapkan oleh pesaing.

Dengan menerapkan metode ini, Anda dapat menganalisis harga jual yang sekiranya dapat menarik lebih banyak customer dan tetap menguntungkan.

Menetapkan Break Even Point (BEP)

Menentukan harga jual dengan menghitung nilai BEP (break even point) juga bisa menjadi salah satu cara yang bisa Anda gunakan pada bisnis Anda. Untuk pembahasan cara menghitung break even point, Anda bisa melihat selengkapnya di sini.

Berdasarkan Permintaan Pasar

Selain meriset kompetitor, Anda juga bisa menentukan harga dengan meriset langsung pada permintaan pasar. Anda bisa melakukan riset dari feedback yang diberikan konsumen, permintaan harga konsumen, dan bentuk saran lainnya.

Manfaat dari Strategi Penetapan Harga

Mengapa Anda perlu menggunakan strategi dalam menetapkan harga jual? Berikut manfaat yang bisa Anda dapatkan:

  • Bisnis dapat menembus pasar dengan mudah.
  • Meningkatkan nilai dan image brand.
  • Bisnis terbantu untuk mengembangkan produk yang lebih berkualitas.
  • Meningkatkan fokus pada layanan pelanggan.
  • Bisnis dapat memerintahkan poin harga yang tinggi.
  • Mempromosikan loyalitas pelanggan.
  • Membuktikan data kesediaan konsumen membayar yang real.

Itu dia 5 strategi penetapan harga dan manfaat yang bisa didapatkan oleh bisnis Anda. Setelah memahami kelima metode tersebut, pilih satu metode untuk diterapkan pada bisnis Anda dan dapatkan banyak keuntungan.

Header by Pixabay.

Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Keberhasilan Usaha

Setiap pelaku usaha tentu menginginkan usaha yang dijalani mencapai keberhasilan. Keberhasilan suatu usaha dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti kinerja keuangan atau pun image perusahaan.

Keberhasilan usaha sendiri sangat dipengaruhi dari cara pengelolaannya. Maka dari itu, dalam mencapai keberhasilan tersebut, pelaku usaha perlu memahami  faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan usaha, sehingga, dapat diimplementasikan saat mengelola usaha.

Tanpa mengetahui faktor-faktor tersebut, usaha akan sulit bertahan lama. Sebab, keberhasilan dalam usaha tidak dapat dicapai secara instan. Dalam berbisnis perlu adanya strategi, adaptasi juga inovasi yang dipikirkan guna meningkatkan daya jual usaha.

5 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat menjadi kunci keberhasilan usaha, bagi pelaku usaha yang ingin mengembangkan usahanya.

1. Sumber Daya Manusia (SDM) Perusahaan

Dalam menjalankan suatu usaha, sumber daya manusia tentu selalu dibutuhkan dalam menunjang kemajuan usaha. Pegawai, karyawan, buruh atau tenaga kerja yang berdaya menjadi unsur penting dalam pengelolaan kegiatan usaha.

Meski saat ini banyak pekerjaan manusia yang diambil alih oleh mesin atau alat mekanis dan otomatis, di dalam banyak hal, tenaga manusia masih diperlukan. Manusia masih memegang peranan penting bagi keberhasilan usaha

2. Fasilitas Fisik Perusahaan

Fasilitas fisik perusahaan merupakan hal penting yang perlu diperhatikan, guna menunjang kegiatan usaha seperti produksi dan operasional. Fasilitas tersebut dapat berupa tempat untuk melakukan produksi, hingga tempat konsumen mencari barang atau jasa dari usaha tersebut.

Ada pun fasilitas fisik perusahaan, meliputi:

  • Lokasi usaha, yakni tempat perusahaan melakukan kegiatan kerja.
  • Bangunan, dapat berupa gedung yang dibutuhkan usaha.
  • Tata letak fasilitas produksi yang tepat.
  • Lingkungan kerja yang nyaman mempengaruhi kinerja pegawai.

3. Modal Usaha

Modal usaha merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk perputaran roda usaha. Modal usaha yang dimiliki pelaku usaha dalam menjalankan bisnis haruslah cukup dan dikelola dengan baik. Namun, realitanya, pelaku usaha masih kerap dihadapi dengan permasalahan kekurangan modal.

Meski begitu, saat ini kesempatan bagi pelaku usaha untuk keluar dari permasalahan tersebut semakin luas. Misalnya, dengan solusi lembaga keuangan seperti bank atau perusahaan fintech yang memberikan kredit usaha bagi pelaku usaha.

4. Manajemen (Keahlian Pengolahan)

Faktor manajemen di sini maksudnya yakni kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengkoordinasikan, dan mengawasi keseluruhan faktor usaha yang tersedia dan diperlukan. Keahlian dalam melakukan kegiatan tersebut dapat menunjang keberhasilan usaha.

5. Lingkungan Perusahaan

Lingkungan perusahaan yang berpengaruh pada keberhasilan usaha dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan umum (general environment) dan lingkungan khusus (specific environment).

Lingkungan umum adalah lingkungan perusahan yang berpengaruh tidak langsung di perusahaan. Sedangkan, lingkungan khusus adalah lingkungan perusahaan berpengaruh dan berkontribusi langsung dalam perkembangan perusagaan dalam mencapai tujuan. Misalnya:

  • Lingkungan pelanggan.
  • Lingkungan penyedia.
  • Lingkungan pesaing.
  • Lingkungan teknologi.
  • Lingkungan sosio-politik.

Demikian serangkaian faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha. Semoga dapat bermanfaat bagi pelaku bisnis dalam mengembangkan dan memajukan usahanya.

Seputar Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap, Pengetahuan Pengelolaan Keuangan Dasar

Perhitungan keuangan menjadi aspek yang krusial dalam menjalankan bisnis. Dalam melakukan perhitungan keuangan, terdapat salah satu komponen penting bagi kelancaran bisnis dan keberlangsungan perusahaan, yakni aktiva.

Istilah aktiva biasanya muncul pada laporan keuangan bisnis. Baik atau buruknya kinerja keuangan perusahaan konon dapat dinilai dari aktivanya. Maka dari itu, perusahaan perlu menjaga ketersediaan aktiva dengan sebaik-baiknya.

Pengertian Aktiva

Aktiva adalah segala bentuk kekayaan yang dimiliki suatu badan usaha seperti perusahaan. Kekayaan itu yakni sumber daya baik yang berupa benda atau hak, yang dapat dipakai untuk kegiatan bisnis, seperti operasional, pembiayaan, ataupun investasi.

Sumber daya itu sendiri dihasilkan perusahaan dari kegiatan usaha atau transaksi dalam periode tertentu. Misalnya, pembelian, kontrak piutang, investasi, penerbitan saham, hingga transaksi pinjaman bank.

Jenis Aktiva: Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap

Dalam sebuah bisnis, jenis aktiva atau aset beragam. Di antaranya terdapat aktiva lancar, aktiva tetap berwujud dan aktiva tetap tak berwujud. Berikut penjelasannya.

Aktiva Lancar

Aktiva lancar atau current assets merupakan jenis aktiva yang diharapkan dapat segera diuangkan, dalam kurun waktu kurang dari satu siklus akuntansi. Ada pun yang termasuk ke dalam aktiva lancar, antara lain:

  • Kas, yakni aset yang ada di dalam kas perusahaan atau setara dengan kas yang disimpan dalam bank.
  • Piutang dagang, yakni tagihan dari suatu badan usaha kepada debitur. yang disebabkan oleh penjualan produk secara kredit.
  • Surat berharga, yakni kepemilikan saham atau obligasi perusahaan lain, yang sifatnya sementara atau dapat dijual kembali sewaktu-waktu.
  • Piutang pendapatan, yakni penghasilan yang telah menjadi hak, tetapi belum diterima.
  • Piutang wesel, yakni surat perintah penagihan kepada individu atau badan, agar dapat melakukan pembayaran sesuai tanggal jatuh tempo.
  • Beban dibayar di muka, adalah beban yang dibayar di awal, tetapi belum menjadi kewajiban pada waktu yang bersangkutan.
  • Perlengkapan, yaitu barang-barang yang digunakan dalam sebuah bisnis dan memiliki sifat habis pakai.
  • Persediaan barang dagang, yakni barang yang dibeli untuk dijual kembali.

Aktiva Tetap

Aktiva tetap atau fixed assests terbagi atas dua jenis, yakni berwujud dan tidak berwujud. Berikut penjelasannya.

1. Aktiva Tetap Berwujud

Jenis aktiva tetap satu ini merupakan aset yang dimiliki badan usaha yang masa pemakaiannya lebih dari satu tahun. Setiap tahunnya, aktiva tetap berwujud nilainya mengalami penyusutan dan harus dihitung dalam pembukuan.

Aktiva tetap berwujud digunakan untuk operasional usaha dan tak dijual. Sifatnya bisa dilihat, bentuknya bisa diukur, dan bisa disentuh. Misalnya seperti gedung, mesin, tanah, peralatan kantor, alat angkut dan lain sebagainya.

2. Aktiva Tetap Tak Berwujud

Jenis aktiva tetap tak berwujud ini merupakan aset badan usaha berupa hak istimewa milik perusahaan dan punya nilai, tetapi tak memiliki wujud fisik. Perusahaan juga bisa mendapatkan keuntungan darinya karena aset itu memang bisa diuangkan.

Beberapa contoh yang termasuk ke dalam aktiva tetap tak berwujud, antara lain:

  • Hak cipta, yakni hak tunggal yang diperoleh seseorang atau badan dari pemerintah akibat adanya hasil karya.
  • Hak paten, yakni hak tunggal yang diberikan pemerintah kepada individu atau kelompok karena adanya penemuan tertentu.
  • Good will, yakni nilai lebih milik perusahaan karena keistimewaan tertentu.
  • Franchise, yakni hak istimewa yang diterima oleh individu atau badan dari pihak lain guna mengomersialkan teknik, produk, atau formula tertentu.
  • Hak sewa, yaitu hak untuk menggunakan aktiva tetap pihak lain dalam jangka waktu yang telah disepakati sebelumnya.

Berbagai jenis aktiva tersebut dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaatnya bersifat produktif dan berkaitan dengan operasional bisnis, seperti untuk mengurangi pengeluaran kas dan melunasi kewajiban perusahaan.

Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Terutang Karyawan

Bagaimana cara menghitung PPh terutang karyawan? Sebagai owner bisnis, terutama bisnis skala menengah, Anda perlu mengetahui cara menghitung pajak penghasilan terutang karyawan.

Pada bisnis besar, perhitungan PPh karyawan ini menjadi tanggung jawab HR. Namun, pada beberapa bisnis skala kecil dan menengah, kewenangan ini masih milik owner.

Sebelum masuk ke cara menghitung pajak penghasilan karyawan, apakah Anda sudah tahu apa itu PPh terutang? Jika belum, simak rangkumannya berikut ini.

Pengertian PPh Terutang

 

cara menghitung pph terutang
Sumber: Pixabay

 

Pajak penghasilan merupakan pajak yang dikenakan kepada suatu badan atau individu atas penghasilan yang diterima selama satu tahun.

Sedangkan, pajak penghasilan (PPh) terutang adalah pajak yang wajib dibayarkan oleh WP badan atau WP pribadi kepada negara.

Pajak penghasilan terutang ini juga memiliki Undang-Undang yang mendasarinya. Dasar hukum ini juga penting untuk Anda ketahui. Berikut ini adalah Undang-Undang Perpajakan yang mendasari pajak terutang:

  • Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP)
  • Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh)
  • Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Cara Menghitung Pajak Penghasilan (PPh) Terutang Karyawan

Terdapat dua cara untuk menghitung pajak penghasilan terutang, yakni menghitung PPh orang pribadi atau menggunakan metode nett. Di bawah ini akan disampaikan rumus menghitung PPh terutang untuk masing-masing cara.

Rumus Menghitung Pajak Penghasilan Terutang Orang Pribadi

Perhitungan PPh terutang orang pribadi ini telah diatur dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Pasal 17. Dalam UU tersebut, persentase pajak tergantung dari penghasilan masing-masing pribadi yang sudah memiliki NPWP dengan ketentuan sebagai berikut:

  • 5% untuk penghasilan kena pajak untuk penghasilan hingga Rp.50.000.000,- per tahun.
  • 15% untuk penghasilan kena pajak Rp.50.000.000,- hingga Rp.250.000.000,- per tahun.
  • 25% untuk penghasilan kena pajak Rp.250.000.000,- hingga Rp.500.000.000,- per tahun.
  • 30% untuk penghasilan kena pajak di atas Rp.500.000.000,- per tahun.

Kemudian, untuk orang pribadi yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak 20% lebih tinggi dari tarif pajak di atas.

Menghitung PPh Terutang dengan Metode Nett

Metode ini digunakan apabila perusahaan menanggung pajak karyawan. Sehingga, gaji yang diterima oleh karyawan merupakan gaji bersih yang telah dipotong pajak.

Berikut ini adalah contoh perhitungan PPh karyawan dengan gaji bersih sebesar Rp.11.000.000,- per bulan dengan metode nett:

Gaji pokok setahun = Rp.11.000.000 x 12 bulan = Rp.132.000.000

Biaya jabatan setahun = 5% x Rp.11.000.000 x 12 bulan = Rp.6.600.000

Penghasilan neto = Rp.132.000.000 – Rp.6.600.000 = Rp.125.400.000

Penghasilan kena pajak = Penghasilan neto setahun – pendapatan tidak kena pajak (PTKP) TK/0

Penghasilan kena pajak = Rp.125.400.000 – Rp.54.000.000 = Rp.71.400.000

(Jumlah pajak penghasilan > Rp.50.000.000)

PPh terutang setahun = (5% x Rp.50.000.000) + (15% x Rp.21.400.000) = Rp.5.710.000

Potongan pajak karyawan per bulan = Rp.5.710.000 : 12 bulan =  Rp.475.833

Demikian informasi mengenai cara menghitung PPh terutang karyawan. Semoga informasi di atas dapat membantu Anda dalam menghitung pajak penghasilan terutang karyawan dengan mudah.

Header by Pixabay.com

Memahami Pengertian Biaya Peluang dan Bagaimana Metode Menghitungnya

Sebelum memahami cara menghitung biaya peluang untuk bisnis Anda, pastikan Anda telah mengerti apa itu biaya peluang serta jenis-jenis biaya peluang. Peluang sendiri merupakan istilah sehari-hari yang sudah tidak asing lagi di telinga Anda. Tapi, bagaimana dengan istilah biaya peluang? Untuk membantu Anda memahaminya, artikel ini akan membahasnya secara lengkap.

Definisi Biaya Peluang

Memahami pengertian biaya peluang sangat penting agar Anda tahu tujuan dari menghitung biaya peluang itu sendiri. Menurut beberapa ahli, biaya peluang atau opportunity cost merujuk kepada biaya yang hilang dari sebuah kesempatan untuk bisa memperoleh kesempatan lain.

Misalnya, Anda sedang mencari hiburan, tapi Anda hanya memiliki uang Rp.60.000. Lalu, Anda memiliki dua pilihan, yakni ke taman hiburan atau bioskop. Bioskop lokasinya dekat dengan rumah dengan harga tiket Rp.50.000. Sedangkan taman hiburan memiliki harga tiket Rp.35.000, tapi Anda harus mengeluarkan uang Rp.10.000 untuk pergi ke sana.

Biaya peluang terjadi karena adanya beberapa pilihan hasil dari keinginan tak terbatas manusia, namun terdapat kelangkaan yang membuat Anda tidak bisa mengambil semua pilihan tersebut. Sehingga, Anda harus memilih satu pilihan terbaik di antara beberapa pilihan tersebut.

Jenis-Jenis Biaya Peluang

Setelah memahami definisi dari biaya peluang, selanjutnya akan dibahas mengenai jenis-jenis dari biaya peluang itu sendiri.

Biaya peluang atau opportunity cost terbagi menjadi dua jenis, yakni biaya peluang implisit dan biaya peluang eksplisit. Apa perbedaan di antara keduanya? Berikut adalah penjelasannya untuk Anda.

Biaya Peluang Implisit

Jenis biaya peluang implisit adalah biaya yang dibayarkan, namun bukan dalam bentuk angka. Dalam bisnis, bentuk biaya yang dikeluarkan bisa berupa sumber daya, kebahagiaan, waktu, tingkat kepuasan, keuntungan di masa depan, dan lain-lain.

Biaya Peluang Eksplisit

Berbeda dengan jenis sebelumnya, biaya peluang eksplisit adalah biaya yang bisa dihitung dan ditampilkan dalam bentuk angka. Contohnya adalah uang, jumlah barang, laba, aset, dan lain sebagainya.

Cara Menghitung Biaya Peluang

 

cara menghitung biaya peluang

 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, biaya peluang ini ada akibat adanya keterbatasan sumber daya dan pilihan. Untuk menghitung nilai biaya peluang, selalu ingat dua ketentuan ini:

  • Biaya peluang adalah selisih dari biaya pilihan yang tidak Anda pilih dengan yang Anda pilih (jika ada dua pilihan).
  • Biaya peluang adalah pilihan yang kamu korbankan dan memiliki nilai terbesar (jika terdapat lebih dari dua pilihan).

Sebagai contoh, pada kasus sebelumnya, misalnya Anda memutuskan untuk pergi ke bioskop alih-alih ke taman hiburan. Maka nilai biaya peluangnya adalah selisih antara biaya pilihan yang Anda korbankan dengan biaya pilihan yang Anda ambil, yakni Rp.50.000 dikurang Rp.45.000. Maka, biaya peluangnya adalah Rp.5.000.

Contoh lainnya adalah jika Anda memiliki uang sebesar Rp. 3.000.000 dan bimbang antara ingin menggunakannya untuk membuka bisnis atau menonton konser. Jika Anda memilih membuka bisnis, maka Anda bisa menghasilkan uang kembali. Tapi, menonton konser memberikan Anda kesenangan.

Lalu, akhirnya Anda memutuskan untuk membuka bisnis. Kesenangan dari menonton konser adalah biaya peluang yang harus Anda bayar.

Nah, itu dia penjelasan mengenai jenis-jenis, contoh, dan cara menghitung nilai biaya peluang. Dalam bisnis, menghitung biaya peluang sangat penting karena Anda sebagai owner tentu akan dihadapkan dengan banyak pilihan, namun harus bijak dalam menggunakan sumber daya yang ada.

Header by Pixabay.

Komponen-Komponen Utama dalam Laporan Keuangan, Apa Aja?

Dengan adanya banyak jenis laporan keuangan, maka terdapat banyak pula komponen laporan keuangan yang perlu Anda ketahui dan pahami. Mempelajari tiap-tiap komponen laporan keuangan akan membantu Anda memahami fungsi serta cara membuat laporan keuangan untuk bisnis Anda.

Komponen Laporan Keuangan

 

komponen laporan keuangan

 

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa komponen penting yang perlu Anda ketahui dan pahami untuk bisa mendapatkan pemahaman yang lebih baik terkait laporan keuangan.

Di bawah ini akan dipaparkan komponen-komponen dalam laporan keuangan yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu komponen-komponen dalam neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.

Neraca

Dalam neraca, terdapat tiga komponen utama yang perlu Anda ketahui, antara lain aset (harta), liabilitas (kewajiban), dan ekuitas (modal).

Aset atau harta adalah sumber daya bernilai ekonomi yang dimiliki perusahaan untuk nantinya diharapkan bisa memberikan manfaat kepada bisnis. Harta atau aset ini kemudian dikelompokkan lagi menjadi lima jenis, di antaranya sebagai berikut:

  • Piutang usaha
  • Persediaan
  • Biaya dibayar di muka
  • Aset berwujud
  • Aset tidak berwujud

Liabilitas adalah “kewajiban” yang harus dibayarkan oleh perusahaan dengan dana atau sumber daya ekonomi perusahaan. Contoh liabilitas antara lain adalah hutang usaha dan hutang pajak.

Ekuitas atau modal adalah kekayaan entitas bisnis yang didapatkan dari pengurangan kewajiban (liabilitas) dari aset. Beberapa komponen yang termasuk ke dalam ekuitas adalah modal yang disetor, dan laba rugi.

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi adalah salah satu jenis laporan keuangan yang cukup rutin dibuat oleh perusahaan. Jenis laporan keuangan ini memiliki beberapa akun atau komponen di dalamnya. Berikut ini adalah daftar komponen-komponen utama dari laporan laba rugi:

  • Pendapatan usaha, yaitu pendapatan hasil dari penjualan produk utama perusahaan.
  • Beban pokok penjualan, yaitu beban yang secara langsung atau tidak langsung dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk.
  • Laba atau rugi kotor, yaitu selisih dari pendapatan usaha dengan beban pokok penjualan.
  • Beban usaha, yaitu beban kegiatan utama perusahaan. Beban usaha ini terbagi menjadi dua kategori, yakni beban penjualan dan beban umum & administrasi.
  • Laba atau rugi usaha, yaitu nilai selisih antara pendapatan usaha dengan beban usaha. 

Untuk memahami jenis laporan laba rugi lebih mendalam, Anda bisa melihat informasi lengkapnya di sini.

Laporan Arus Kas

Berisi informasi arus masuk dan keluarnya kas perusahaan, laporan arus kas juga memiliki beberapa komponen atau akun di dalamnya. Komponen dalam laporan kas antara lain sebagai berikut:

  • Akun aktivitas operasi, berisi segala transaksi yang tergolong ke dalam aktivitas operasional. 
  • Aktivitas investasi, berisi semua transaksi yang terkait dengan penjualan aktiva tetap, pembelian aktivas tetap, penerimaan kas dari piutang, pengeluaran kas yang mengakibatkan piutang meningkat, dan pengembalian cash advance.
  • Akun aktivitas pendanaan, berisi semua transaksi terkait modal dan kewajiban.

Itu dia komponen-komponen utama dalam laporan keuangan neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas. Memahami tiap-tiap komponen tersebut akan membantu Anda dalam memahami cara membuat berbagai jenis laporan keuangan, yang mana hal itu penting apabila Anda ingin menyusun laporan keuangan untuk bisnis Anda.

Header Pixabay.

Key Performance Index (KPI), Pengukur Kinerja dalam Bisnis

Pengukuran sebuah kinerja dalam bisnis penting untuk dilakukan untuk mengetahui posisi bisnis saat ini dan menentukan strategi ke depannya. Anda bisa melakukan pengukuran kinerja ini dengan menggunakan key performance index (KPI).

Apa itu key performance index? Apa karakteristik yang menunjukkan bahwa sebuah alat ukur itu merupakan key performance index? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa Itu Key Performance Index?

Key performance index atau key performance indicator adalah sebuah matriks atau alat ukur untuk mengukur performa kinerja suatu bisnis atau perusahaan. Hasil dari pengukuran menggunakan KPI dapat membantu menggambarkan efektivitas bisnis dalam mencapai goals.

Sebuah alat ukur dapat dikatakan sebagai key performance index apabila memiliki karakteristik berikut ini:

  • Memiliki target apa yang hendak dicapai.
  • Sering digunakan (regular measurements)
  • Diketahui oleh manajemen.
  • Semua orang dalam perusahaan atau organisasi telah mengerti.
  • Berorientasi pada outcome.
  • Memiliki ambang batas untuk membedakan antara nilai target dan nilai aktual.
  • Memiliki efek yang signifikan dan positif.

Menentukan KPI tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, melainkan perlu perencanaan yang matang. Salah satu hal yang perlu disiapkan oleh perusahaan sebelum menentukan KPI adalah menetapkan tujuan atau misi yang hendak dicapai, karena hal ini menjadi dasar penentuan KPI.

Kemudian, agar KPI bisa berfungsi dengan optimal, KPI harus ‘SMART’ atau bersifat scientific, measurable, achievable, reliable, dan memiliki time bound.

 

key performance index

 

Jenis-Jenis Key Performance Index

KPI terbagi menjadi dua jenis, yakni KPI Finansial dan KPI non-finansial. Berikut ini adalah contoh dari masing-masing jenis KPI tersebut.

KPI Finansial

KPI jenis ini digunakan untuk mengukur kinerja yang berkaitan dengan keuangan. Contohnya antara lain adalah KPI yang digunakan untuk mengukur laba kotor (gross profit), laba bersih (net profit), margin laba kotor (gross proft margin), margin laba bersih (net profit margin), dan rasio lancar (current ratio).

KPI Non-Finansial

Sebaliknya, KPI non-finansial merupakan KPI yang tidak secara langsung mempengaruhi keuangan, contohnya antara lain:

  • Matriks kepuasan pelanggan
  • Rasio pelanggan berulang terhadap pelanggan baru
  • Pangsa pasar
  • Perputaran tenaga kerja

Demikian informasi mengenai key performance index sebagai alat ukur kinerja dalam bisnis atau organisasi. Jika Anda berencana menetapkan KPI untuk membantu mencapai tujuan bisnis Anda, pastikan KPI tersebut memenuhi kaidah SMART seperti yang telah dijelaskan di atas.