Startup Logistik Postmates Perkenalkan Robot Pengirim Barang Buatannya Sendiri

Robot pengirim barang sudah bukan lagi sebatas wacana yang belum terwujudkan, meski mungkin implementasinya masih serba terbatas, terutama terkait regulasi pemerintah yang berbeda-beda di setiap daerah. Terlepas dari itu, prospek yang dimiliki robot sejenis ini terlihat cerah, terutama di mata perusahaan logistik.

Kendati demikian, rupanya ada startup logistik yang justru memilih untuk mengembangkan robot kurirnya sendiri ketimbang mengandalkan pihak lain. Mereka adalah Postmates, yang bisa kita anggap sebagai ekuivalen Go-Send untuk warga Amerika Serikat.

Baru-baru ini, Postmates memamerkan robot pengirim barang bikinannya sendiri yang dinamai Serve. Penampilannya sengaja dibuat lugu demi menghindari stigma jelek robot kurir di kawasan San Francisco, yang kerap kali mengganggu para pejalan kaki. Namun di balik ‘wajahnya’ yang polos, tersimpan teknologi automasi mutakhir.

Postmates Serve

Untuk bernavigasi secara otomatis, Serve mengandalkan Lidar bikinan Velodyne, serta prosesor Nvidia Xavier – dua nama yang tidak asing di telinga pabrikan otomotif yang mengembangkan sistem kemudi otomatis. Baterainya pun diposisikan di bawah agar center of gravity-nya rendah, sehingga robot tidak mudah terjungkal selagi bertugas.

Sepasang mata yang disematkan pada Serve bukan sebatas kosmetik, tapi juga berfungsi sebagai indikator ke mana ia bakal bergerak terhadap orang-orang di sekitarnya. Harapannya, Serve bisa lebih tidak mengganggu aktivitas para pejalan kaki daripada robot-robot sejenis lainnya.

Pada bagian atasnya, kita bisa melihat ada sebuah layar sentuh. Layar ini, dipadukan dengan sebuah tombol “Help”, dimaksudkan agar pelanggan atau orang di sekitarnya bisa berkomunikasi dengan karyawan Postmates. Ya, meski Serve bisa bernavigasi dengan sendirinya, Postmates memastikan selalu ada seseorang yang mengawasi secara remote dan siap mengambil alih kendali ketika ada masalah.

Postmates Serve

Batas kargo maksimum Serve berada di kisaran 22 kg, dan baterainya cukup untuk menempuh jarak sekitar 40 km. Buat Postmates, spesifikasi ini diperkirakan cukup untuk mengantarkan barang sebanyak 12 kali dalam sehari. Selain barang secara umum, Serve juga bisa bertugas sebagai pengantar makanan, khususnya di area-area padat.

Dalam skenario ini, Serve hanya ditugaskan untuk mengambil makanan dari restoran yang bersangkutan, lalu membawanya menuju salah satu cabang Postmates. Dari situ ada kurir manusia yang mengambil alih dan mengantarkannya ke pemesan.

Juga menarik adalah rencana Postmates untuk menghadirkan dua macam layanan pengiriman. Layanan yang pertama mematok tarif cukup terjangkau, dan yang bertugas adalah robot Serve. Lalu layanan yang kedua dipatok lebih mahal, akan tetapi yang ditugaskan adalah kurir manusia.

Ide ini menarik karena, di saat dunia khawatir lapangan pekerjaan bakal diambil alih robot, Postmates justru berpikiran bahwa robot semestinya dapat menjadi pekerja kelas bawah untuk layanan bertarif murah, sedangkan level di atasnya tetap didominasi oleh tenaga kerja manusia.

Sumber: TechCrunch dan Postmates.

Piaggio Perkenalkan Gita, Robot Pembawa Barang Otomatis untuk Generasi Modern

Dunia mungkin hanya mengenal Piaggio sebagai pencipta Vespa, akan tetapi perusahaan asal Itali tersebut belakangan mulai menunjukkan komitmennya terhadap inovasi dan perkembangan teknologi. Setelah memamerkan konsep Vespa versi elektrik, Piaggio kini memutuskan untuk membentuk perusahaan baru yang berfokus pada teknologi robotik.

Bernama Piaggio Fast Forward, markasnya tidak berada di Itali, melainkan di kota dimana ahli-ahli teknologi banyak mengenyam pendidikan, yaitu Massachusetts. Tidak main-main, Piaggio menunjuk sejumlah sosok penting di dunia teknologi sebagai dewan penasihatnya, mulai dari Nicholas Negroponte yang merupakan pendiri MIT Media Lab, sampai Jeff Linnel, mantan pimpinan divisi robotik Google.

Dengan tinggi 66 cm dan kecepatan maksimum 35 km/jam, Gita cocok dipakai untuk teman jalan atau bersepeda / Piaggio Fast Forward
Dengan tinggi 66 cm dan kecepatan maksimum 35 km/jam, Gita cocok dipakai untuk teman jalan atau bersepeda / Piaggio Fast Forward

Produk perdana Piaggio Fast Forward adalah Gita, yang dalam bahasa Itali berarti “perjalanan pendek”. Gita merupakan sebuah robot beroda dua yang dapat bergerak dengan sendirinya atau mengikuti seseorang di depannya. Tugas utamanya adalah mengangkut barang dengan bobot total 18 kilogram.

Gita dapat mengangkut barang bawaan dengan bobot total 18 kg / Piaggio Fast Forward
Gita dapat mengangkut barang bawaan dengan bobot total 18 kg / Piaggio Fast Forward

Dimensinya tidak terlalu besar, dengan tinggi hanya 66 cm. Gita sanggup melesat dengan kecepatan maksimum 35 km/jam, membuatnya ideal untuk menemani konsumen saat berjalan kaki maupun bersepeda. Piaggio pun menjanjikan kelincahan bermanuver yang setara dengan manusia.

Sejatinya ada banyak sekali kegunaan Gita dalam skenario sehari-hari, mulai dari teman berbelanja di pasar, pengantar barang sampai menjadi pendamping anjing kesayangan berjalan-jalan di taman. Demonstrasinya bisa Anda simak pada video-video di bawah.

Gita mengandalkan pemindai sidik jari sebagai pengaman bilik barangnya / Piaggio Fast Forward
Gita mengandalkan pemindai sidik jari sebagai pengaman bilik barangnya / Piaggio Fast Forward

Piaggio Gita akan diumumkan secara resmi pada tanggal 2 Februari, dan Piaggio rencananya akan menguji Gita terlebih dulu di kalangan pebisnis. Pun demikian, Piaggio sudah punya niatan untuk merilis produk serupa buat konsumen secara umum.

Sumber: 1, 2, 3.

Domino’s Pizza Pamerkan Robot Pengantar Pizza Otomatis

Pernahkah Anda membayangkan apa yang terjadi seandainya robot diperkerjakan sebagai pengantar pizza? Well, tak usah dibayangkan. Pasalnya, Domino’s Pizza sudah punya rencana yang persis seperti itu, dan yang paling penting, prototipe robotnya pun sudah siap.

Dikembangkan bersama startup asal Australia, Marathon Robotics, robot bernama DRU (Domino’s Robotic Unit) ini sengaja diciptakan untuk membantu jalannya layanan delivery di kawasan urban. Berbagai macam desain telah dicoba, hingga akhirnya mereka jatuh cinta pada model yang satu ini.

DRU sejatinya merupakan robot beroda empat yang dilengkapi bilik penghangat dan pendingin untuk menyimpan kotak berisikan pizza dan botol minuman. Setibanya di tujuan, konsumen tinggal memasukkan kata sandi dan pesanannya pun siap diambil dari dalam kompartemen tersebut.

Robot ini sama sekali tak perlu bergantung pada manusia dalam menjalankan tugasnya. Sistem navigasi GPS-nya dipandu oleh Google Maps, sedangkan teknologi LIDAR disematkan supaya ia bisa menghindari berbagai macam rintangan yang ditemuinya selama perjalanan. DRU punya kecepatan maksimum sekitar 19 km/jam, itulah mengapa ia lebih ditujukan buat kawasan urban.

Domino's Robotic Unit (DRU)

Pada dasarnya DRU ini mirip seperti robot pengirim barang yang dikembangkan oleh Starship Technologies. Bedanya, DRU dikhususkan untuk pengiriman pizza, sehingga bilik penyimpanannya pun dilengkapi sistem penghangat dan pendingin.

Domino’s memang belum mengungkapkan kapan pastinya DRU akan ditugaskan secara resmi. Sejauh ini mereka baru mengujinya di sejumlah kawasan di Australia, namun rencana ke depannya adalah menempatkan DRU sebagai salah satu anggota tim layanan delivery dari Domino’s Pizza.

Poin terakhir ini penting untuk digarisbawahi karena Domino’s sendiri tidak berpikiran untuk mengganti karyawan-karyawannya dengan DRU secara total. DRU justru akan menjadi pelengkap dalam meningkatkan kinerja tim layanan delivery ketimbang mengambil alih peran manusia.

Sumber: Car and Driver dan Domino’s Australia.