Infonesia dan Rencana Menjadi “Knowledge Sharing Platform” di Indonesia

Indonesia telah menjadi pasar yang menguntungkan bukan hanya untuk layanan e-commerce namun juga platform media sosial. Facebook, Instagram, dan Twitter, merupakan media sosial internasional yang digemari dan memiliki jumlah pengguna besar di Indonesia. Melihat tren tersebut, hadir Infonesia, startup lokal terkini yang mencoba untuk menjadi enabler dari semua platform media sosial dan menyasar pengguna yang memiliki pengikut dalam jumlah yang cukup banyak di akun media sosial.

Didirikan Ihsan Fadlur Rahman selaku CEO, Infonesia yang merupakan knowledge sharing platform, mengklaim memiliki model bisnis yang berbeda, bukan hanya memberikan keuntungan bagi pemberi jawaban (responden) namun juga kepada mereka yang bertanya dengan menerapkan sistem berbayar.

“Usai melanjutkan studi saya di luar negeri, saya tertarik dengan fenomena yang ada di Indonesia, yaitu besarnya rasa ingin tahu masyarakat Indonesia terhadap isu politik, gaya hidup hingga selebriti. Saya pun tertarik untuk membuat suatu media yang mengedepankan suara sebagai platform tanya jawab di Indonesia,” kata Ihsan.

Bukan sekedar platform tanya jawab biasa

Sekilas layanan yang ditawarkan oleh Infonesia serupa dengan Quora, Ask.fm, atau produk lokal Selasar. Namun dengan fokus kepada suara, Infonesia diharapkan memberikan sense personalisasi yang lebih original bagi responden kepada penanya dan penguping (pendengar).

“Selain memberi respon secara gratis, pengguna juga berhak memberikan respon berbayar menggunakan Virtual Diamond Infonesia yang memiliki nilai konversi ke Rupiah. Penanya yang berhasil mendapatkan responden berbayar, dapat mengundang pengguna lain untuk menjadi pendengar (penguping) hanya dengan membayar 1 diamond (senilai Rp.1000). Nantinya responden dan penanya akan mendapatkan persentasi dari total pemasukan yang diterima dari penguping tersebut,” kata Ihsan.

Waktu yang diberikan kepada responden untuk menjawab dalam bentuk suara adalah dengan durasi maksimum 60 detik. Responden berhak memilih pertanyaan yang ingin dijawab dari penanya. Jika pertanyaan dihiraukan oleh responden dalam waktu dua hari, penanya berhak mendapatkan Virtual Diamond tersebut kembali.

Dipercaya 500 Startups

Saat ini Infonesia telah mendapatkan seed funding dari 500 Startups. Yang menarik pendanaan awal ini didapatkan Infonesia jauh sebelum produk diluncurkan. Tim Infonesia yang dibangun Ihsan menjadi salah satu modal yang ditawarkan kepada venture capital asing.

“Sebelum meluncurkan produk Infonesia, saya telah melakukan pendekatan dengan 70 venture capital asing. Dari semua VC tersebut yang kemudian tertarik untuk memberikan modal awal adalah 500 Startups. Mereka nampaknya tertarik karena selama ini belum berinvestasi kepada startup seperti Infonesia yang belum memiliki produk,” kata Ihsan.

Kini. setelah Infonesia telah meluncurkan aplikasi mobile versi Android, pendanaan dari 500 Startups akan digunakan untuk melakukan promosi, edukasi menyeluruh kepada pengguna tentang Infonesia, menambah jumlah engineer, sekaligus menambah jumlah responden yang ada.

“Untuk ke depannya saya juga berharap Infonesia bisa menjadi produk yang stabil dan menguntungkan dengan bisnis model yang ada. Meskipun langkah awal kami merangkul banyak selebriti menjadi responden, kami juga berencana untuk menambah jumlah responden dari kalangan bisnis, hingga teknologi,” kata Ihsan.

Selama bulan Ramadan mendatang, Infonesia telah bekerja sama dengan MUI menghadirkan ulama untuk menjadi responden dalam platform tanya jawab di Infonesia.

Application Information Will Show Up Here

Rencana dan Target Selasar Usai Pivot Jadi Platform Tanya Jawab

Setalah menjalankan bisnis sebagai platform social blog, akhir Desember 2016 lalu Selasar resmi melakukan pivot menjadi platform tanya jawab dan jurnal khusus bahasa Indonesia. Startup yang didirikan CEO Miftah Sabri, COO Pepih Nugraha dan Chief Content Officer Arfi Bambani ini berangkat dari pengalaman serta potensi untuk kemudian menghadirkan platform yang serupa dengan Quora dari Amerika Serikat.

“Dengan latar belakang saya sebagai seorang dosen dan entrepreneur, saya melihat kesuksesan yang telah dicapai oleh Huffington Post dan BuzzFeed di Amerika Serikat nampaknya bisa menjadi peluang juga di tanah air. Setelah menjalankan bisnis sebagai social blog selama 2 tahun, akhirnya Desember 2016 Selasar resmi bertransformasi,” kata Miftah.

Saat ini Selasar mengklaim telah memiliki sekitar 25 ribu pengguna yang kebanyakan berasal dari kalangan mahasiswa dan akademisi yang kerap menulis di jurnal Selasar dengan topik politik hingga gaya hidup. Dengan konsep terbaru diharapkan Selasar bisa menjangkau lebih banyak lagi kalangan untuk bisa dengan aktif memanfaatkan platform tanya/jawab hingga jurnal di Selasar.

“Bukan hanya jurnal dengan topik yang umum, di Selasar nantinya pengguna juga bisa menuliskan fiksi hingga puisi sesuai dengan minat yang ada. Untuk menjamin konten tersebut original dan relevan, kami juga melakukan kurasi terlebih dahulu,” kata Miftah.

Proses filtering dan verifikasi pengguna

Selasar menawarkan pilihan media sosial Facebook dan Google untuk pengguna yang ingin mendaftar dan memanfaatkan platform tanya/jawab dan jurnal di Selasar, sementara untuk pengguna yang enggan untuk mendaftar bisa memanfaatkan pilihan Topik secara langsung. Saat ini Topik yang paling banyak dicari oleh pengguna adalah gaya hidup dan politik.

“Karena suasana politik sedang memanas, jadi tulisan, tanya dan jawab tentang politik makin marak bermunculan di Selasar. Namun kami juga memiliki topik lainnya mulai dari teknologi, startup, astronomi, personal finance, internasional, kecantikan dan masih banyak lagi,” kata Miftah.

Secara demografi saat ini pengguna terbanyak dari Selasar adalah pria dewasa, untuk kalangan millennial hingga perempuan masih belum banyak jumlahnya. Hal inilah yang kemudian menjadi tantangan dari Selasar, agar bisa menjangkau semua kalangan di Indonesia.

“Sebenarnya sejak awal kami tidak menargetkan pasar secara khusus, namun karena platform social blog yang sebelumnya diluncurkan lebih banyak menarik perhatian kalangan pria, akhirnya saat ini kami lebih banyak memiliki pengguna dari kalangan pria. Namun ke depannya kami berharap Selasar bisa digunakan untuk semua kalangan,” kata Miftah.

Untuk memastikan kebenaran dari pengguna, Selasar melakukan proses penyaringan yang ketat dan verifikasi. Hal tersebut untuk memastikan konten yang positif sesuai dengan kultur dari Selasar yaitu ramah, respect, dan internet positif.

“Kami juga menyediakan fitur flag untuk pengguna yang merasa terganggu dengan tulisan atau jawaban serta pertanyaan yang ada di Selasar. Kami juga memastikan tim Selasar memperhatikan hal-hal tersebut,” kata Miftah.

Fokus Selasar di tahun 2017

Meskipun masih terbilang baru semenjak pivot dilancarkan, saat ini Selasar telah memiliki rencana sepanjang tahun 2017. Mulai dari pengembangan web based dalam kuartal pertama, pengembangan aplikasi mobile platform Android dan iOS, kemudian di akhir tahun 2017 Selasar bakal meluncurkan gamification untuk pengguna yang bisa dimanfaatkan untuk monetisasi. Selain itu Selasar juga akan menciptakan Corporate Account untuk sektor perbankan hingga financial technology (fintech) yang ingin memanfaatkan platform tanya/jawab di Selasar.

“Kami menyadari sebagai platform seperti Selasar harus bisa melancarkan monetisasi untuk bisnis. Untuk itu gamification merupakan pilihan yang paling sesuai bagi pengguna Selasar atau yang kami sebut Selasares,” kata Miftah.

Terkait investor Selasar, Miftah enggan untuk menyebutkan siapa dan berapa jumlah investasi yang telah didapatkan. Saat ini Selasar juga tengah melakukan penggalangan dana untuk putaran Seri A.

“Kami sudah mendapatkan investor yang berlokasi di Singapura dan untuk mendukung rencana yang ada kami juga tengah melakukan penggalangan dana. Sudah ada beberapa yang tertarik dan menerima model bisnis yang kami miliki,” tutup Miftah.