James Baldwin, Pemenang GT Championship yang Memulai Karirnya dari Sim Racing

Mengendarai mobil McLaren, James Baldwin berhasil memenangkan British GT Championship pada minggu lalu. Salah satu hal yang menarik tentang Baldwin adalah karena dia sukses menjadi pembalap setelah sukses sebagai sim racer. Dia berhasil masuk dalam tim Jenson Button setelah dia memenangkan kompetisi balapan virtual World’s Fastest Gamer pada tahun lalu.

Baldwin mulai tertarik dengan dunia balapan ketika dia berumur empat tahun. Sama seperti kebanyakan pembalap profesional lainnya, dia mulai berlatih dengan balapan go-cart. Sayangnya, latihan balapan go-cart memakan biaya besar. Dia memutuskan untuk berhenti ketika dia berumur 16 tahun karena keterbatasan dana.

“Saya masuk ke jurusan engineering dan tak lagi ikut aktif dalam semua jenis balapan,” kata Baldwin pada Radio 1 NewsBeat. “Dua tahun setelah saya berhenti balapan, saya masuk ke PC World bersama kekasih saya. Saya masih ingat dengan jelas. Kami melihat sebuah simulator balapan seharga sekitar 250 poundsterling dan saya berpikir, ‘Menarik!’ Jadi saya membelinya.”

Lebih lanjut, dia menjelaskan, “Ketika itu, esports balapan belum terlalu populer, jadi saya tidak tahu apa-apa. Saya hanya menjadi pemain kasual.” Memang, dalam beberapa bulan belakangan, esports balapan semakin populer. Pasalnya, pandemi virus corona membuat berbagai kompetisi balapan digantikan oleh kompetisi simulasi balapan.

James baldwin
James Baldwin berhasil memenangkan GT Championship. | Sumber: BBC

Setelah menjadi pemain kasual selama satu tahun, Baldwin berhasil masuk dalam 10 besar di sebuah kompetisi sim racing. Dari sana, dia melaju ke pertandingan di Austria. Semua biaya perjalanan ditanggung oleh penyelenggara. Dia keluar sebagai juara dua dan memenangkan empat ribu poundsterling. Sejak saat itu, dia aktif ikut serta dalam berbagai kompetisi esports balapan. Sampai pada akhirnya, dia memenangkan The World’s Fastest Gamer pada tahun lalu.

“Diadakan di Pesisir Barat California, kompetisi itu melibatkan balapan sebenarnya, balapan simulasi, tes kesehatan, dan latihan media. Semua itu dilakukan dalam waktu dua minggu,” ujar Baldwin. “Para juri dalam kompetisi itu hebat. Salah satunya adalah Juan Pablo Montoya. Sementara Rubens Barrichello menjadi pelatih kami. Kompetisi itu sangat unik.”

Baldwin berhasil keluar sebagai juara dalam kompetisi The World’s Fastest Gamer. Dengan begitu, dia berhak untuk masuk dalam tim Button, yang merupakan pemenang Formula 1 pada 2009 dan pembalap Inggris legendaris. Cerita Baldwin menunjukkan bagaimana kompetisi sim racing bisa membantu seseorang untuk menjadi pembalap di dunia nyata. Memang, Indra Feryanto, Ketua Komisi Digital Motorsport dari Ikatan Motor Indonesia juga mengatakan bahwa keberadaan simulator balapan dapat menjadi alat latihan bagi orang-orang yang tertarik untuk menjadi pembalap sebenarnya.

Adakan Ferrari Hublot Esports Series, Ferrari Cari Talenta Muda

Ferrari mengumumkan bahwa mereka akan membuat turnamen esports sendiri, yaitu Ferrari Hublot Esports Series. Pada awalnya, turnamen simulasi balapan ini hanya terbuka untuk warga Eropa yang berumur 18 tahun ke atas. Namun, ke depan, Ferrari berencana untuk mengadakan kompetisi tersebut di kawasan lain. Pendaftaran untuk Ferrari Hublot Esports Series akan dibuka pada 7 Agustus 2020. Pemenang dari turnamen tersebut akan bisa bergabung dengan tim akademi Ferrari.

Ferrari Hublot Esports Series terbagi dalam dua kategori, yaitu AM Series untuk sim racer amatir dan Pro Series untuk sim racer profesional. Balapan pertama untuk kategori amatir dan profesional akan diadakan pada September 2020. Sebanyak 12 pemain tercepat dari masing-masing kategori akan ikut serta dalam 4 balapan yang diadakan pada Oktober 2020. Sementara itu, babak final akan diadakan pada November 2020. Dalam babak final, para finalis harus mengikuti tiga balapan.

Ferrari Hublot Esports Series
Ferrari memutuskan untuk mengadakan turnamen esports sendiri. | Sumber: Ferrari

Dalam Ferrari Hublot Esports Series, para peserta akan beradu menggunakan platform simulasi racing Assetto Corsa. Sementara mobil yang harus mereka gunakan adalah Ferrari 488 Challenge Evo. Perusahaan pembuat jam asal Swiss, Hublot, menjadi title sponsor dari turnamen esports ini. Selain itu, Ferrari juga akan bekerja sama dengan perusahaan aksesori gaming, Thrustmaster, yang menjadi rekan teknis Ferrari dalam kompetisi simulasi balapan ini.

Ferrari cukup lambat untuk memasuki dunia esports. Mereka menjadi tim F1 terakhir yang memutuskan untuk mengikuti F1 Esports Series pada 2019. Meskipun begitu, mereka berhasil memenangkan turnamen tersebut berkat sim racer David Tonizza, menurut laporan ESPN.

“Setelah ikut serta dalam F1 Esports Series, masuk akal jika kami maju ke langkah berikutnya dan menyelenggarakan turnamen esports sendiri, yaitu Ferrari Hublot Esports Series,” kata Nicola Boari, Chief Brand Diversification Officer, Ferrari, seperti dikutip dari Esports Insider. “Turnamen ini ditujukan untuk para penonton muda. Kompetisi tersebut juga membuka kesempatan bagi para sim racer untuk menjadi pembalap simulasi profesional.”

Ferrari bukanlah perusahaan otomotif pertama yang memutuskan untuk membuat turnamen esports sendiri. Pada Juni 2020, Lamborghini bekerja sama dengan Assetto Corsa Competizione untuk mengadakan kompetisi simulasi balapan The Real Race. Memang, selama pandemi virus corona, esports balapan tumbuh dengan pesat. Semakin banyak turnamen simulasi balapan yang diadakan. Sebagian dari kompetisi itu juga disiarkan di televisi.

Project CARS 2 vs. Forza Motorsport 7 vs. Gran Turismo Sport, Siapa Jawaranya?

Bulan Oktober merupakan momen berlangsungnya kompetisi besar antara tiga franchise permainan simulasi balap raksasa: game ke-10 di seri Forza, permainan Gran Turimo pertama untuk console current-gen Sony, serta tim pendatang baru yang dahulu pernah menggarap Need for Speed: Shift. Pertarungan ketiganya dimulai saat Gran Turismo Sport meluncur pada tanggal 17 Oktober kemarin.

Tentu saja tiap penggemar racing simulator punya preferensi berbeda. Masing-masing franchise punya fans setianya sendiri, dan saya memahami hal itu. Namun bagaimana dengan Anda yang baru ingin mencicipi genre ini? Siapa yang terbaik di antara tiga judul tersebut? Untuk memperoleh informasi paling tidak bias, kita perlu menengok data statistik dari situs agregat review seperti OpenCritic.

 

Gran Turismo Sport

Untuk sementara, Gran Turismo Sport memperoleh skor rata-rata 77 dari 100 berdasarkan 11 ulasan. Mayoritas reviewer mengapresiasi gameplay-nya yang betul-betul terhidang layaknya simulasi sejati, sehingga tiap kendaraan terasa unik dan memiliki karakteristik berbeda. Selain itu, proses utak-atik dan kustomisasinya tidak rumit, memungkinkan pemain bisa segera menikmati balapan.

Meski demikian, para pengulas punya pendapat senada soal minimnya konten. Mode single-player GT Sport malah menyerupai Gran Turismo versi PSP, bahkan memaksa Anda online buat mengakses Driving School, Mission Mode dan Circuit Mode. Grafisnya sendiri cukup baik, tapi bukan yang terbaik di antara para rivalnya. Salah satu media bilang bahwa Gran Turismo Sport kadang terasa seperti memainkan game racing lawas dengan visual next-gen.

 

Project CARS 2

Skor rata-rata Project CARS 2 lebih tinggi dari Gran Turismo Sport, memperoleh 82 dari 100 berdasarkan ulasan 65 media. Hal yang paling banyak dikeluhkan reviewer adalah masalah teknis: dari mulai perspektif kokpit yang ‘kurang natural’ hingga terkait AI. Game juga kurang bersahabat bagi kalangan pemula karena proses belajarnya cukup sulit. Namun mereka mengakui Project CARS 2  merupakan game sempurna buat para pecinta otomotif.

Permainan menyuguhkan banyak sekali kategori balapan, dan di sekuelnya ini, developer memperbaiki banyak kekurangan yang ada pada pendahulunya dan memastikan kontennya lebih kaya. “Project CARS 2 ialah simulasi balap serius untuk para pembalap serius,” begitu kata PC Gamer.

 

Forza Motorsport 7

Dari sisi skor, Forza Motorsport 7 merupakan game racing simulation terbaik di tahun 2017. Nilainya berada dua poin di atas Project CARS 2. Secara keseluruhan, reviewer memuji kecantikan grafisnya – walaupun dinikmati dari console Xbox One sekalipun. Lalu, respons saat mengendalikan mobil juga natural dan intuitif. Selain itu, Forza Motorsport 7 menyimpan konten permainan paling banyak dibanding dua rivalnya.

Forza Motorsport 7 tetap tidak bisa bebas dari masalah teknis. Di versi PC, beberapa gamer mengalamai crash, baik dari menu atau saat sedang bertanding. Selain itu, proses loading-nya juga memakan waktu. Dan selanjutnya, kritik diarahkan pada kehadiran sistem loot box, tapi untungnya, ‘fitur’ tersebut tidak terlalu memengaruhi keseimbangan gameplay.