Bagaimana Team Liquid Menguasai Dunia Esports, Dari MOBA, Fighting Games, Hingga FPS

Bisnis organisasi esports bisa dibilang menjadi salah satu yang menjanjikan pada ranah esports hingga saat ini. Walau sempat ada laporan yang menyatakan tim seperti Fnatic mengalami kerugian, namun demikian bisnis tim esports tetap tumbuh subur. Sebagai contoh, di tahun 2020 ini saja kita sudah melihat ada 5 tim esports baru bermunculan di Indonesia.

Namun demikian, jika kita menilik ke pasar internasional, organisasi esports yang menjadi besar hingga saat ini kerap kali memiliki sejarah panjang, dengan ciri-khas mereka masing-masing yang membuat mereka bertahan hingga kini.

FaZe Clan contohnya, yang sudah ada sejak awal tahun 2000an, tim ini memulai perjalanannya dari channel kreasi konten gameplay trickshot di YouTube. Seiring waktu, mereka terjun ke dunia esports, sembari membuat konten hiburan lewat sajian showbiz dari sosok personalita yang direkrut ke dalam organisasi.

Selain dari FaZe Clan, organisasi esports internasional lain yang juga punya perjalanan sejarah panjang adalah Team Liquid. Anda penggemar esports Dota, penikmat esports League of Legends, ataupun penonton esports CS:GO tentu kenal betul dengan nama ini.

Namun demikian, Team Liquid ternyata punya awal mula yang tak kalah menarik, bagaimana Team Liquid bisa berkembang segitu besar hingga menjadi seperti sekarang?

Dari Clan, Forum Wadah Komunitas StarCraft, Hingga Liquipedia

Cerita kesuksesan Team Liquid tidak akan terjadi jika sang founder, Victor Goosens yang dikenal sebagai Nazgul di dalam game, tidak membuat clan di StarCraft di akhir tahun 2000.

Nazgul sendiri merupakan seorang pemain StarCraft ternama di komunitas ketika itu. Ia merupakan salah satu pemain asing pertama yang bermain secara profesional di Korea Selatan, tempat yang bisa dibilang menjadi kiblat skena kompetitif StarCraft dunia.

Victor Goosens masih berusia 17 tahun ketika memulai clan tersebut. Saat itu ia mungkin tidak berpikir bahwa clan miliknya akan menjadi bisnis besar seperti sekarang. Awalnya hanya beranggota 4 orang pada tahun 2000, jumlah anggotanya berkembang jadi 8 di tahun berikutnya. Pada 1 Mei 2001, Nazgul bersama Liquid Meat akhirnya mencetuskan sebuah forum dengan domain teamliquid.cjb.net, yang sekarang berubah menjadi TL.net.

Co-CEO Team Liquid, Victor Goossens. | Sumber: CNBC
Co-CEO Team Liquid, Victor Goossens. | Sumber: CNBC

Setelah beberapa waktu, seiring Nazgul berkompetisi di kancah Starcraft, forum Team Liquid terus berkembang. Tahun demi tahun berlalu, forum ini lalu menjadi pusat informasi bagi para penggemar StarCraft dari berbagai belahan dunia untuk mencari informasi seputar perkembangan skena kompetitif StarCraft, terutama skena di Korea Selatan. Apalagi Mengingat posisi Korea Selatan yang jadi kiblat kompetitif StarCraft dan Nazgul sebagai seorang pemain profesional yang bertanding di sana, tak heran jika forum TL.net menjadi magnet bagi para penggemar StarCraft.

Orang-orang pun mencari berita, informasi seputar perkembangan skena kompetitif StarCraft, video strategi, dan replay StarCraft untuk mereka belajar di TL.net. Akhirnya selama beberapa tahun, forum TL.net seakan menjadi salah satu pusat dari perkembangan skena kompetitif StarCraft.

Setelah 7 tahun berjalan, posisi Team Liquid sebagai kiblat dari esports diperkuat ketika mereka memperkenalkan Liquipedia pada 5 Juni 2009. Anda penggemar esports, terutama Dota 2 tentu sudah sangat tidak asing dengan Liquipedia.

Seperti wikipedia, Liquipedia berperan sebagai ensiklopedia yang berisikan database bagi mayoritas pemain esports. Pada awalnya Liquipedia hanya berisikan database informasi seputar StarCraft Brood War. Beberapa tahun berlalu, kini Liquipedia.net sudah punya database informasi seputar game, pemain, dan turnamen untuk 25 cabang game esports yang ada di dunia, mulai dari StarCraft hingga Artifact.

Forum Team Liquid juga berkembang begitu pesatnya sampai-sampai mereka bisa memiliki dua orang staf yang bersifat full-time. Hal ini pertama kali diumumkan pada 24 November 2010. Dari dua orang yang dipekerjakan, salah satunya adalah Ken Chen (Hot_Bid) sosok produser konten pada salah satu penyelenggara turnamen ternama di kancah Dota 2, Beyond the Summit.

Perkembangan Team Liquid sebagai sumber informasi esports berkembang lagi pada tahun 30 Agustus 2012, ketika TL.net memperkenalkan sub-bagian Dota 2. TL sebagai forum dan pusat informasi komunitas kembali mengulang kesuksesan yang sama.

Sumber: Liquidpedia
Sumber: Liquipedia

Forum TL menjadi pusat bagi para pecinta Dota untuk mencari informasi seputar esports, entah itu rumor pergantian roster, interview pemain, ataupun strategi serta tips dan trik seputar Dota. Pada tahun yang sama Team Liquid juga memperkenalkan roster Dota 2 mereka untuk pertama kalinya.

Akhirnya hingga kini, TL.net dan Liquipedia ibarat menjadi almanak dari esports. Bagi beberapa orang, terutama esports writer seperti saya, jasa Liquipedia hampir tidak tergantikan. Hampir semua informasi seputar esports ada di sana, entah itu biografi singkat pemain serta tim, jadwal serta format turnamen, dan histori pencapaian dari pemain ataupun tim.

Liquipedia dan TL.net pada akhirnya menjadi satu elemen penting di dalam perkembangan ekosistem esports secara internasional hingga kini.

Lambang Kuda dan Asal Usul Nama Liquid

Anda para penggemar Team Liquid, mungkin cukup penasaran dengan asal usul nama Team Liquid dan lambang kuda yang digunakan oleh tim dengan jumlah penonton terbanyak di tahun 2019 ini.

Lewat sebuah blog post resmi yang diterbitkan 22 Juli 2019, Team Liquid sempat menceritakan soal asal nama Team Liquid serta logo kuda yang digunakan. Soal nama, sebetulnya ini dimulai dari kekonyolan sosok Nazgul saat muda.

Sebagai seorang gamers berusia 17 tahun, Victor Goosens sebenarnya tidak terlalu berfilosofi ketika memikirkan nama clan StarCraft yang ia buat. Apa yang ia pikirkan hanyalah ingin tampil beda dari kebanyakan nama clan yang biasanya tiga huruf singkatan dari nama panjang tim tersebut (Contohnya XCN kepanjangan dari Executioners).

Jadi apa yang muncul di kepalanya ketika itu adalah Liquid, nama yang menurutnya memiliki “suatu arti” dan “terdengar keren”. Pada blog post tersebut, Victor Goosens juga menjelaskan kenapa lebih memilih imbuhan “Team” daripada Clan. Ia merasa bahwa kata “Team” memiliki konotasi yang lebih baik daripada Clan.

Selain itu ia juga mengatakan bahwa kata Team terasa lebih berani yang mengejawantahkan konsep kerja sama. Dan… seperti sulap, terciptalah nama “Team Liquid”, nama yang kini mungkin akan membuat organisasi esports lainnya bergidik ketika menghadapinya.

Lalu bagaimana dengan kuda sebagai lambang tim asal Belanda ini? Seperti saat mencetuskan nama, lagi-lagi lambang tim juga datang dari sebuah ide konyol. Sebagai informasi, cikal bakal kuda sebagai lambang Team Liquid sebenarnya sudah muncul sejak dari tahun 2001.

Pada saat forum Team Liquid mengudara untuk pertama kalinya, gambar kuda sudah menjadi backgroud banner website Team Liquid.

Sumber: teamliquid.com
Logo banner TL.net yang ikonik hingga tahun 2010. Sumber: teamliquid.com

Menariknya, background banner ini sebenarnya adalah lukisan bernama “Avalanche”, karya seorang seniman bernama Jim Warren. Gambar banner Team Liquid dicaplok seorang pengguna forum bernama Smorrie untuk dijadikan background dari tulisan Team Liquid.

“Saya menemukan gambar kuda berlari melalui salju dan berpikir bahwa gambar ini keren sekali. Melihat gambar kuda berlari berbarengan melambangkan kata Team dan saljunya sebagai, umm… Liquid.” Smorrie menceritakan alasannya yang mungkin sedikit terdengar konyol.

Lucunya, walau banner Team Liquid di tahun 2001 terlihat norak untuk tahun 2020 ini, tetapi banner tersebut terus digunakan, setidaknya sampai tahun 2010. Bahkan, banner lukisan kuda tersebut pada akhirnya menjadi ciri khas Team Liquid, dan digunakan sebagai logo tim.

Sumber: teamliquid.com
Beberapa iterasi logo Team Liquid sebelum menjadi seperti sekarang. Sumber: teamliquid.com

Seiring Team Liquid terus berkembang, iterasi logo terus terjadi sembari mencari logo terbaik untuk menggambarkan tim yang menjadi salah satu kiblat dunia kompetitif StarCraft pada masanya.

Sampai akhirnya Agustus 2010 terciptalah logo yang mendefinisikan Team Liquid hingga kini. Kuda akhirnya menjadi ciri khas Team Liquid, menggambarkan kekuatan dari tim, serta lambang dari komunitas yang solid, dari dulu hingga sekarang.

Merintis Esports Dari StarCraft, Dota, League of Legends, FGC, hingga CS:GO

Seiring forum Team Liquid terus berevolusi hingga menjadi elemen penting di dalam perkembangan ekosistem esports internasional, Team Liquid secara esports juga terus berkembang.

Perjalanan Team Liquid secara esports juga dimulai dari komunitas. Pada awalnya, Nazgul dan kawan-kawan justru tidak langsung memulai dari mengikuti kompetisi, melainkan dengan membuat kompetisi.

Pada masa Brood War, Team Liquid membuat kompetisi bertajuk TL Attack, yang sangat populer pada awal tahun 2000an, dan membuat komunitas dan pemain jadi merasa terikat dengan Team Liquid. Ini berlanjut sampai pada tahun 2008 Team Liquid membuat gelaran Team Liquid StarLeague (TSL). Kompetisi TSL segera menjadi salah satu kiblat kompetisi StarCraft di barat, yang diikuti oleh 1000 orang lebih dan merupakan kompetisi di luar Korea Selatan dengan total hadiah terbesar.

Pada saat StarCraft 2 beta muncul, Team Liquid mendapat kesempatan untuk dapat terlibat sejak awal perkembangan. Team Liquid kembali memulai dengan sebuah kompetisi. Menariknya pada saat itu, turnamen invitational yang dibuat membuahkan seorang moderator bernama Jonathan Walsh (Jinro). Sosok tersebut bukan sekadar bocah random yang ingin menjadi moderator, melainkan seorang pemain yang cukup ternama di komunitas.

Sumber: ELEAGUE
Chris Loranger (HuK), mantan pemain StarCraft, yang juga sempat menjadi shoutcaster di Overwatch League. Sumber: Blizzard Entertainment.

Selain Jinro, mereka juga membawa pemain lain ternama di komunitas seperti TLO, dan HayprO yang merupakan juara DreamHack tiga kali berturut-turut. Berkat roster mentereng tersebut, Team Liquid segera mendapat sponsor dari organisasi asal Korea Selatan bernama Old Generations.

Berkat sponsor dari Old Generation, Team Liquid menjadi tim asing pertama yang mendapat kesempatan untuk terlibat di dalam skena kompetitif SC2 Korea Selatan. Fokus kepada skena Korea berbuah manis kepada prestasi divisi SC2 Team Liquid, karena Jinro membawa kemenangan besar setelah menjadi juara di MLG Dallas 2010.

Pada zaman ini Team Liquid juga merekrut pemain bernama HuK, yang memenangkan DreamHack Summer 2011 walau masih baru direkrut. Tahun 2011 juga menjadi momen keemasan bagi Team Liquid. Salah satunya pada turnamen MLG Dallas 2011, ketika HuK menunjukkan permainan brilian saat berhadapan dengan Idra dari Evil Geniuses. Pertemuan ini menciptakan salah satu rivalitas terbesar di komunitas StarCraft yaitu antara Team Liquid dengan Evil Geniuses. Menariknya, beberapa tahun berlalu, rivalitas tersebut ternyata berlanjut sampai ke kancah Dota 2.

Setelah berbagai kejayaan yang mereka dapatkan di skena StarCraft II, Team Liquid mulai mengembangkan sayap ke kancah Dota 2. Ekspansi ini dilakukan untuk pertama kalinya lewat sub-bagian forum terlebih dahulu, yang diumumkan pada 30 Agustus 2012.

Lalu setelah beberapa saat berlalu, baru pada 7 Desember 2012 Team Liquid mengumumkan roster Dota 2 untuk pertama kalinya demi dapat menyabet prestasi di Dota 2 The International 2013. Roster Dota Team Liquid yang pertama adalah Brian Lee (FLUFFNSTUFF), Sam Sosale (Bulba), Steven Ashworth (Korok), Tyler Cook (TC), dan Michael Ghannam (ixmike88).

Sumber: Valve
Roster Dota 2 Team Liquid yang pertama. Dari kiri, FLUFFNSTUFF, Bulba, ixmike, TC, dan Korok. Sumber: Valve

Memang, daftar nama itu bukan yang paling bersinar pada masanya, ketika Danil Ishutin (Dendi) dan Jonathan Berg (Loda) sedang dalam masa keemasannya. Namun roster ini membuktikan satu hal kepada para penonton, yaitu kebanggaan dan harga diri komunitas Dota 2 Amerika Serikat.

Pada lower bracket ronde 2, mereka berhadapan dengan LGD Gaming, tim kuat pada masa itu, tim yang difavoritkan untuk menang. Sementara Team Liquid hanyalah tim underdog. Namun Bulba membuktikan bahwa semuanya salah. Menggunakan Clockwork, Bulba bermain begitu gemilang, mendapat kill demi kill, mengeksekusi pemain demi pemain dari LGD.

Momentum Bulba dan Team Liquid tak terhentikan, sampai akhirnya mereka berhasil memulangkan LGD Gaming dan mempertahankan harga diri komunitas Dota 2 Amerika Serikat. Momen itu juga yang menciptakan teriakan “Sylar to fall, Liquid are doing it!” yang menjadi salah satu momen ikonik dari shoutcaster David Gorman (LD).

Sayang momen kemenangan tersebut hanya terjadi satu kali saja, karena perjuangan Team Liquid setelahnya dihentikan oleh Invictus Gaming. Pasca The International 2013 menjadi masa-masa kelam bagi roster Dota Team Liquid.

Ixmike dan Korok meninggalkan roster, membuat roster Team Liquid compang-camping hingga tahun 2014. Team Liquid gagal mendapatkan hasil gemilang di The International 2014. Roster Team Liquid semakin berantakan sampai ditinggal oleh hampir semua pemainnya pada akhir 2014, yaitu Jimmy Ho (Demon), TC, Max Brocker (qojqva), Peter Nguyen (waytosexy), bahkan Bulba sekalipun. Divisi Dota 2 Team Liquid akhirnya vakum sampai tahun 2015.

Seiring dengan perjuangan divisi Dota 2 dan StarCraft, Team Liquid juga sedang membidik untuk masuk ke dalam skena League of Legends. Namun, awal perjuangan si kuda biru di League of Legends bukan dimulai oleh mereka sendiri, melainkan oleh sosok Steve Arhancet (Liquid112) dan tim bernama Curse yang ia kelola. Curse dirintis dan berjuang sendiri oleh Steve, tanpa ada bantuan Team Liquid sedikitpun sampai tahun 2015.

Curse memasuki skena dengan jajaran nama yang mentereng pada masanya, seperti Eugene Park (Pobelter) Joedat Esfahani (Voyboy) bahkan termasuk Yilian Peng (Doublelift). Walau punya jajaran pemain yang luar biasa, mereka seakan terkutuk di kompetisi. Berkali-kali dapat peringkat 4 mulai dari kompetisi MLG Raleigh 2011, bahkan termasuk LCS Season 3 dan 4.

Kutukan ini membuat Curse menjadi meme di komunitas League of Legends, sehingga peringkat 4 menjadi kata pengganti bagi Team Curse. Namun demikian, secara bisnis Curse terus berkembang, mereka melakukan ekspansi dengan membuat Curse Academy dan Curse EU. Perkembangan ini akhirnya berlabuh kepada akuisisi Team Liquid terhadap Curse pada 6 Januari 2015.

Dalam pengumuman akuisisi, Nazgul menceritakan secara singkat bagaimana Curse akhirnya menjadi bagian Team Liquid.

“Steve (liquid112) melakukan pendekatan kepada saya pada awalnya, ketika ia sedang merencanakan masa depan organisasinya menghadapi 2015. Pada titik itu ia sudah menjalankan Curse Esports selama 3 tahun, membuatnya dari awal hingga menjadi tim kuat di LCS. Sementara saya sendiri tidak terlalu tahu banyak soal tim mereka, tetapi satu hal yang saya ketahui adalah mereka memperlakukan pemain dengan baik dan banyak berinvestasi untuk meningkatkan kemampuan squad mereka.” ucap Victor Goossens.

Akhirnya sejak tahun 2015, roster Curse Gaming bertanding dengan membawa bendera Team Liquid, tim League of Legends yang sekarang jadi salah satu yang terkuat di Amerika Serikat saat ini. Akuisisi Curse juga membawa beberapa pemain yang dari kalangan FGC. Ketika itu ada Du Dang (NuckleDu) pemain Street Fighter asal Amerika Serikat, dan Juan Biedema (HungryBox) pemain Super Smash Bros. Melee.

Masih pada sekitar tahun yang sama Team Liquid melakukan ekspansi ke CS:GO. Roster pertama mereka ketika itu adalah Dauren Kystaubayev (AdreN), Damian Steele (daps), Nicholas Canella (nitr0), Keith Markovic (NAF), dan Jacob Medina (FugLy).

Kisaran tahun 2014 – 2015 menjadi tahun ekspansi besar-besaran Team Liquid, memiliki tim di berbagai cabang game esports dengan skena yang besar di tingkat global. Berawal dari rintisan ini, siapa yang menyangka bahwa hampir semua divisi membawa kejayaan kepada Team Liquid di tahun-tahun berikutnya.

Dominasi Global Team Liquid, di Berbagai Divisi, dan Investasi Axiomatic

Satu tahun setelahnya Team Liquid segera mendapat buah prestasi yang mereka idam-idamkan. Kemenangan NuckleDu di Capcom Cup 2016 melawan Ricki Ortiz menjadi prestasi gemilang pertama Team Liquid.

Pada tahun yang sama HungryBox juga mendapatkan kemenangan yang monumental. Ini karena kemenangan pertama HungryBox di EVO 2016, meski sudah tiga kali berturut-turut masuk babak final.

Kemenangan HungryBox ternyata tidak berhenti pada EVO 2016 saja, karena ia berhasil mencatatkan kemenangan di 33 turnamen berbeda setelahnya. Bahkan ia hanya kalah 3 set saja dari tujuh bulan berkompetisi.

Berkat ragam prestasi yang mereka dapatkan, Team Liquid mendapatkan investasi dari sosok-sosok ternama pada tahun 2016. Investasi datang dari beberapa sosok yaitu pebisnis Peter Guber, Ted Leonsis, Bruce Stein, dan pebasket legendaris Magic Johnson. Investasi tadi menciptakan perusahaan induk dari Team Liquid yang diberi nama aXiomatic Esports, yang berisikan para investor tersebut.

Melaju ke tahun 2017 Team Liquid sekali lagi mendapatkan kejayaan yang gemilang, kali ini dari kancah kompetitif Dota 2. Setelah sempat vakum di tahun 2014, Team Liquid comeback di tahun 2015 dengan mengambil roster 5Jungz yang berisikan Kuro Salehi Takhasomi (Kuroky), Lasse Urpalainen (MATUMBAMAN), Ivan Borislavov Ivanov (Mind_Control), Adrian Trinks (FATA-), dan Jesse Vainikka (Jerax).

Dengan roster ini, Team Liquid Dota sudah mendapatkan beberapa prestasi, namun masih cukup berjuang keras. Sampai pada tahun 2016, ditinggal Jerax bulan Agustus ternyata berbuah manis berupa pemain wonderkid Amer Al-Barkawi (Miracle-) yang ia dapat dari OG. Bulba juga gabung kembali pada September 2016, tapi sayangnya ia kembali meninggalkan Team Liquid di 2017, digantikan dengan Maroun Merhej (GH).

Siapa yang menyangka bahwa kombinasi roster ini menjadi kombinasi yang tepat bagi kemenangan Team Liquid di The International 2017. Namun, perjuangan Kuroky begitu keras pada saat itu. Walau berhasil mendominasi babak grup, Team Liquid tergeser ke lower-bracket saat babak Playoff.

Mereka merangkak dari bawah, memenangkan pertandingan demi pertandingan, menghadapi lawan yang berat pada zaman itu. Mulai dari Team Secret, Virtus Pro, sampai LGD Gaming. Namun, perjuangan tersebut akhirnya membuahkan hasil. Babak final, bertemu dengan Newbee, Team Liquid berhasil menjadi juara dengan cukup mudah. Miracle- dan kawan-kawan berhasil babat habis tim asal Tiongkok tersebut 3-0 tanpa balas.

Sementara tim Dota mendominasi The International 2017, divisi League of Legends juga pada akhirnya memecahkan kutukan peringkat 4 di LCS. Pada tahun 2018 hingga 2019, Team Liquid memenangkan tiga gelar LCS berturut-turut. Momentum ini dimulai pada NA LCS 2018 Spring, dan berlanjut hinggal NA LCS Summer 2018, LCS 2019 Spring, hingga LCS 2019 Summer.

Momentum kemenangan tersebut akhirnya terhenti di tahun 2020 ini, ketika Cloud9 berhasil merebut kemenangan dan menjadi juara LCS 2020 Spring. Kemenangan Team Liquid di League of Legends juga membawa pencapaian individual dari seorang Doublelift, saat ia mendapatkan 6 titel LCS selama perjalanannya.

Roster CS:GO Team Liquid juga menyabet segambreng prestasi di tahun 2019. Mereka memenangkan berbagai kompetisi besar, seperti ESL One: Cologne, IEM XIV – Chicago, IEM XIV Sydney, DreamHack Masters Dallas 2019, dan BLAST Pro Seires: LA 2019.

Dengan berbagai prestasi yang mereka dapatkan, Team Liquid juga menyabet berbagai sponsor mulai dari brand gaming seperti HyperX, brand otomotif Honda, perusahaan analitik SAP, bahkan termasuk Marvel Entertainment untuk buat jersey Team Liquid edisi superhero Marvel. Yang terbaru, untuk merayakan ulang tahun yang ke-20, Team Liquid juga berkolaborasi dengan Secretlab, dan membuat kursi gaming Secretlab TITAN edisi khusus Team Liquid.

Perjalanan Team Liquid hingga saat ini telah berhasil membuat sebuah clan kecil StarCraft, menjadi sebuah fenomena global. Bahkan, Team Liquid kini bisa dibilang sudah mencicipi prestasi, hampir di semua skena esports di panggung dunia, mulai dari Dota 2, League of Legends, CS:GO, sampai FGC.

Dari perjalanan ini, mungkin kita bisa belajar bagaimana passion dan memilih rekan yang tepat bisa membawa perkembangan diri hingga mencapai puncaknya. Dalam kasus Team Liquid, mulai dari forum komunitas, sampai menjadi sebuah tim esports yang disegani secara global.

Secretlab Kolaborasi dengan Team Liquid Untuk Rayakan 20 Tahun Kesuksesan

Secretlab dikenal sebagai salah satu brand kursi gaming tersukses, karena dianggap standar bagi industri esports, dan kualitasnya yang sangat mumpuni. Pada sisi lain Team Liquid dikenal sebagai salah satu tim yang menjadi pionir di dalam ekosistem esports. Baru-baru ini, dua nama kuat di ekosistem esports tersebut mengumumkan sebuah kolaborasi, menciptakan kursi gaming edisi Team Liquid.

Kolaborasi ini juga menjadi perayaan bagi Team Liquid atas 20 tahun perjalanan mereka di ekosistem esports. Didirikan pada tahun 2000, Team Liquid berawal sebagai sumber informasi bagi para gamers, terutama seputar StarCraft. Setelah dari situ, nama Team Liquid berkembang menjadi organisasi ternama yang bertanding di berbagai lini game esports seperti Dota, CS:GO, Fortnite, Dota 2, dan Super Smash Bros.

Untuk menghargai posisi Team Liquid yang sangat kuat di ekosistem esports, Secretlab menyajikan kursi dengan kualitas terbaik dalam kolaborasi. Untuk itu lini terbaik Secretlab menjadi basis desain dari kolaborasi ini, yaitu Secretlab OMEGA dan Secretlab TITAN.

Sebagai sarana menyambut kerja sama ini, Secrelab dan Team Liquid juga mengadakan acara livestream dengan nama CHAIR-ity. Sebagai komitmen untuk bisa memberi kembali pada komunitas, Secretlab akan memberi donasi untuk setiap bangku Secretlab Team Liquid Edition yang terjual. Acara livestream CHAIR-ity sendiri akan diselenggarakan pada bulan Mei 2020 mendatang.

Lewat rilis, Ian Alexander Ang, Co-founder dan CEO Secretlab memberikan komentarnya terkait kerja sama ini. “Secretlab Team Liquid Edition menjadi cara terbaik untuk merayakan kesuksesan atas perjalanan Team Liquid yang luar biasa sebagai organisasi esports. Kursi gaming kami yang bersifat state-of-the-art akan mendukung dan mendorong warisan Team Liquid di dunia esports lebih jauh lagi, sambil memastikan bahwa para gamers hanya akan dilengkapi dengan perangkat gaming terbaik untuk mendapatkan performa permainan.”

Sumber: cnbc
Victor Goosens, Co-CEO Team Liquid. Sumber: cnbc

Victor Goosens, Co-CEO Team Liquid juga mengatakan. “Ketika Anda berkompetisi pada level tertinggi, kenyamanan adalah salah satu faktor penting yang tak bisa dilewatkan. Bangku Secretlab menyajikan rancangan serta kenyamanan tingkat tinggi yang membantu para atlit digital kami merasakan dan terlihat dengan baik. Bangku Secretlab juga akan melengkapi fasilitas latihan kami, Alienware Training Facilities, untuk memastikan para pemain mendapat manfaat dari latihan dan bertanding dengan tingkat kenyamanan yang sama.”

Ini bukan kali pertama bagi Secretlab berkolaborasi dengan tim. Sebelunya mereka juga sempat berkolaborasi dengan organisasi esports seperti Astralis, T1, G2 Esports, dan OG Esports. Kolaborasi dengan organisasi esports top dunia akan semakin mengukuhkan posisi brand Secretlab, sebagai kursi gaming yang hanya digunakan oleh mereka yang terbaik di dalam ekosistem esports.

 

Marvel Gandeng Team Liquid untuk Rilis Merchandise Black Widow

Marvel harus menunda penayangan film Black Widow sampai bulan November karena virus corona. Namun, itu tidak menghentikan mereka untuk mempromosikan film superhero terbarunya. Marvel Entertainment baru saja mengumumkan kerja sama dengan Team Liquid untuk membuat koleksi merchandise Black Widow.

Salah satu merchandise tersebut adalah jersey. Berbeda dengan jersey standar Team Liquid yang didominasi warna biru, jersey Black Widow ini memiliki warna hitam dan merah. Pada bagian kanan, terdapat logo Team Liquid sementara pada sebelah kiri, terdapat ikon Black Widow. Jersey tersebut dijual dengan harga US$84 (sekitar Rp1,3 juta).

Melalui kerja sama ini, Team Liquid dan Marvel Entertainment juga mengeluarkan beberapa merchandise lain, seperti jaket hoodie, kaos dengan ilustrasi Black Widow, dan juga jaket. Kaos crop top dihargai US$30 (sekitar Rp468 ribu), kaos lengan panjang US$45 (sekitar Rp702 ribu), hoodie US$75 (sekitar Rp1,2 juta), sementara jaket dihargai US$94 (sekitar Rp1,5 juta).

Ini bukan kali pertama Team Liquid bekerja sama dengan Marvel Entertainment untuk membuat merchandise. Pada bulan Juni 2019, Liquid bekerja sama dengan Marvel untuk membuat jersey bertemakan anggota Avengers, seperti Captain America, Iron Man, dan Spider-Man. Tidak aneh jika Team Liquid bekerja sama dengan Marvel, mengingat COO Liquid, Mike Milanov mengatakan, mereka memang ingin menggabungkan “gaya hidup, gaming, dan komik”. menurut laporan Dot Esports. Tidak tertutup kemungkinan, ke depan, Liquid akan kembali menjalin kerja sama dengan Marvel.

Sementara itu, bagi Marvel, Team Liquid bukanlah satu-satunya organisasi esports yang mereka ajak kerja sama. Pada Februari 2020, Marvel mengumumkan bahwa mereka akan bekerja sama dengan Chiefs Esports Club, organisasi asal Oceania, untuk membuat merchandise.

Memang, industri esports kini tengah naik daun. Diperkirakan, industri esports akan memiliki pemasukan hingga US$1 miliar pada tahun ini. Salah satu alasan mengapa semakin banyak pihak yang tertarik untuk menjadi investor atau sponsor dari pelaku esports adalah karena esports dipercaya akan menjadi hiburan di masa depan.

Team Liquid Menjadi Juara ESL Pro League Season 11 North America

Final ESL Pro League North America telah selesai diselenggarakan tanggal 12 April 2020 lalu. Jake Yip (Stewie2k) bersama Team Liquid menunjukkan dominasinya saat melawan Evil Geniuses pada laga final. Datang dari upper bracket, Team Liquid mendapat keuntungan berupa skor 1-0. Penuh percaya diri, Team Liquid segera saja memenangkan dua map sekaligus dengan perolehan 16-11 di Dust 2, dan 16-9 di Vertigo.

Pada map Dust 2, kedua tim sebenarnya punya kesempatan yang sama karena mereka punya catatan skor 1-1 pada pertandingan Pro League dua pekan belakangan. Setelah awal yang imbang, Team Liquid menunjukkan pertahanan yang sangat baik, dengan Keith Markovic (NAF) sebagai ujung tombak. EG sempat menemukan jalan comeback, namun clutch 1vs3 dari NAF memuluskan jalan Team Liquid menangkan map 1.

Memanfaatkan momentum tersebut, EG tampil cukup prima di map 2, Vertigo. Ethan Arnold (Ethan) dan Tarik Celik (Tarik) sempat menunjukkan permainan menawan, menang 2vs4 pada pistol round. Tapi NAF menggila lagi, membuat pertandingan jadi sengit. Skor bahkan imbang sampai half-time. Tapi Jonathan Jablonowski (EliGE) pada akhirnya menemukan temponya sendiri, yang membawa Team Liquid menang 16-9 pada saat mendapat giliran menyerang.

NAF terpilih menjadi MVP dengan catatan berupa 53 kill dan 29 mati. Momen clutch, dan multi-kill yang diamankan rifler berusia 22 tahun tersebut menjadi beberapa alasan pemain ini terpilih menjadi MVP.

Belakangan Team Liquid menang sedang tidak menunjukkan performa terbaiknya di dalam turnamen internasional. Namun demikian, mereka tetap mempertahankan posisi sebagai tim terbaik di Amerika

https://twitter.com/ESLCS/status/1249481225967812608

Sementara untuk Evil Geniuses, mereka memang sedang membangun ulang gameplan, dengan panduan Wilton Prado (zews) sebagai head-coach terbaru menggantikan Chet Singh (ImAPet). Walau bisa dikalahkan dengan mudah, tim CS;GO EG tidak bisa dibilang sebagai tim yang buruk. Namun mereka memang sedang tidak dalam performa terbaiknya, jika dibanding dengan tahun 2019, saat mereka memenangkan ESL One New York di september dan StarSeries i-League Season 8 di Oktober.

Kemenangan ini memberikan Team Liquid hadiah uang sebesar US$90.000 (sekitar Rp1,4 miliar) dan mengamankan spot di dalam gelaran ESL One Cologne, yang merupakan turnamen tingkat Master dari rangkaian sirkuit ESL Pro Tour CS:GO.

Team Liquid Dinobatkan Sebagai Tim yang Paling Banyak Ditonton pada Tahun 2019

Dikutip dari Esports Charts, Team Liquid merupakan tim esports yang paling banyak ditonton pada tahun 2019 dengan mengumpulkan 124.4 millions hours watched. Pada urutan kedua, ada G2 Esports dengan 102 millions hours watched. Hanya Team Liquid dan G2 Esports yang berhasil melewati batas 100 millions hours watched. Bahkan T1 dengan Lee “Faker” Sang-hyeok hanya berada di posisi 4 dengan jumlah 72.1 millions hours watched. Sedikit mengejutkan, Astralis yang hanya memiliki divisi CS:GO berhasil menduduki peringkat 5 pada penghargaan ini. Dengan total 50.1 millions hours watched, sepertinya Astralis mendapatkan angka tersebut dengan banyaknya penampilan mereka di partai final turnamen-turnamen besar.

Di tahun 2018 kemarin, Team Liquid juga berhasil meraih penghargaan most popular team oleh Esports Charts. Raihan prestasi menjadi faktor utama Team Liquid menjadi sangat populer. Dengan 14 tim dari berbagai game title dan juga pemain-pemain yang memiliki segudang prestasi, Team Liquid selalu terlihat di banyak turnamen dan menjadi juara.

Popularitas akan mengikuti prestasi, bukan sebaliknya

Sumber: Dexerto
Sumber: Dexerto

Bisa Anda lihat divisi League of Legends dari Team Liquid yang mendominasi ranah kompetitif Amerika Utara. Yiliang “Doublelift” Peng dan timnya berhasil menjuarai North America LCS Summer dan juga Spring pada tahun 2019. Kemenangan di NA LCS membawa mereka untuk menjadi wakil Amerika Utara di Mid-Season Invitational 2019 dan Worlds 2019. Doublelift sendiri merupakan pemain paling populer di divisi League of Legends-nya. Ia memiliki 938 ribu followers di Twitter dan 1.3 juta followers yang menonton live stream-nya di Twitch.

Terbilang hampir sama populernya dengan divisi League of Legends, divisi CS:GO dari Team Liquid saat ini menduduki peringkat 3 HLTV. Mereka berhasil memenangkan banyak turnamen besar pada tahun 2019 kemarin. Seperti Intel Extreme Masters XIV di Chicago, BLAST Pro Series: Los Angeles 2019 dan ESL One: Cologne 2019. Kepopuleran divisi CS:GO-nya pun bertambah ketika Jake “Stewie2k” Yip bergabung pada Desember 2018. Saat ini Stewie2k memiliki 368 ribu followers di Twitter dan ia juga rutin melakukan live stream bersama Michael “Shroud” Grzesiek melalui channel Twitch-nya yang memiliki 673 ribu followers.

Walaupun kini sudah berbeda, divisi Dota 2 Team Liquid terbilang sangat bersinar saat dipimpin oleh Kuro “KuroKy” Salehi Takhasomi pada tahun 2017 sampai 2019 lalu. Berhasil menjuarai The International 2017 menjadi batu loncatan untuk kepopuleran Team Liquid di mata penggemar Dota 2 kala itu. Di tahun 2019 pun Team Liquid Dota 2 masih konsisten akan prestasinya. Walau akhirnya kalah oleh OG Dota 2 pada partai final The International 2019.

Sumber: is.fi
Sumber: is.fi

Bahkan di Hearthstone pun, Team Liquid memiliki pemain yang tidak kalah populer dengan pemain dari divisi lain. Janne “Savjz” Mikkonen merupakan pemain profesional Hearthstone yang sudah bergabung dengan Team Liquid sejak tahun 2014. Ia terlihat sangat interaktif dengan penontonnya yang berjumlah 545 ribu saat melakukan live stream di Twitch. Savjz juga membuat konten video melalui channel Youtube-nya yang saat ini memiliki 234 ribu subscribers.

Semua yang Perlu Anda Tahu Soal Leipzig Major Dota 2

Leipzig Major Dota 2 sebagai turnamen Major kedua dari rangkaian acara di musim DPC 2019/2020 sebentar lagi akan dimulai. Penggemar Dota 2 sudah diberikan pemanasan di Bukovel Minor kemarin dan turnamen tersebut berhasil memberikan tontonan yang menghibur beserta gambaran meta apa yang akan dipakai pada Leipzig Major nanti.

Berlokasi di Jerman, Leipzig Major akan diadakan selama delapan hari dari tanggal 18 sampai 26 Januari 2020. Berikut akan kami berikan informasi yang Anda butuhkan mengenai Leipzig Major.

Leipzig Major memiliki total hadiah sebesar US$1.000.000 dan 15.000 poin DPC. Dengan poin DPC sebesar 4850 yang diambil oleh juara 1, Memenangkan Major adalah jalan terbaik untuk mendapatkan slot The International.

Tim yang berpartisipasi

Dengan total enam belas tim yang bertanding, Lima belas tim yang berpartisipasi berasal dari kualifikasi di masing-masing region. Sementara satu tim diambil dari pemenang WePlay! Bukovel Minor yaitu tim Nigma.

Tim dari region Eropa adalah Team Liquid, Team Secret dan Alliance. Memiliki 3 wakil juga dari regionnya, tim dari Tiongkok adalah Invictus Gaming, Vici Gaming, dan Team Aster. Perwakilan dari Asia Tenggara untuk Major kali ini adalah Fnatic, TNC Predator, dan Reality Rift. Region CIS hanya mendapatkan dua slot untuk Major kali ini yaitu Virtus.pro dan Natus Vincere. Amerika Utara juga hanya memiliki dua perwakilan yaitu Chaos Esports dan Evil Geniuses. Amerika Selatan masih memiliki perwakilan yang sama seperti beberapa turnamen ke belakang yaitu paiN Gaming dan beastcoast.

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

Indonesia juga memiliki pemain yang bermain di Leipzig Major, yaitu Andrew “Drew” Halim yang bermain sebagai posisi carry di Reality Rift. Semua penggemar di Indonesia tentu sangat menantikan performa Drew di Leipzig Major nanti.

Babak Groupstage dan Playoffs

Sumber: Liquipedia
Sumber: Liquipedia

16 tim ini dibagi menjadi 4 grup. Peringkat dua teratas dari pada masing-masing grup akan memulai playoffs nya di upper bracket. Dua terbawah dari grup harus rela memulai perjalanan playoffs mereka dari lower bracket. Tentu tidak mudah bagi tim yang memulai dari lower bracket, karena mereka akan memulai playoffs dengan format best of one. Mereka hanya memiliki satu nyawa saja di turnamen nanti.

Menurut saya, Grup A adalah grup yang paling seru untuk ditonton. Pasalnya, di grup A terdapat dua tim kuat asal Asia Tenggara yaitu Fnatic dan TNC Predator. Mereka akan berhadapan dengan pemenang Bukovel Minor yaitu tim Nigma dan juga perwakilan dari Tiongkok yang berisikan pemain bintang yaitu Team Aster. Grup A memaksa dua wakil Asia Tenggara bertemu dan bertarung untuk memperebutkan slot upper bracket yang menurut saya kecil kemungkinannya dua slot itu diambil oleh dua wakil dari Asia Tenggara. Melihat tim Nigma dan Team Aster akan memberikan perlawanan yang luar biasa.

Untuk grup B, seharusnya Team Secret masih bisa mengungguli lawan-lawannya yaitu Vici Gaming, Chaos Esports, dan beastcoast. Tetapi Vici Gaming seharusnya menjadi lawan terberat bagi Team Secret. Melihat sebulan lalu, Vici Gaming baru saja menjuarai ONE Esports Dota 2 World Pro Invitational. Hal ini membuktikan bahwa Team Secret tidak akan mendapatkan perjalanan yang mulus di group stage. 

Grup C yang seharusnya ditunggu oleh penggemar Dota 2 di Indonesia. Pasalnya, ada Drew dari Reality Rift yang akan bermain melawan Invictus Gaming, Virtus.pro, dan Alliance. Tiga tim yang dihadapi oleh Reality Rift sangatlah berat. Banyak yang meremehkan Alliance setelah pergantian roster tetapi mereka membuktikan di beberapa turnamen ke belakang mereka masih bisa memberikan perlawanan sengit dan berhasil menghentikan tim Nigma di kualifikasi Leipzig Major.

Grup D berisikan 3 organisasi esports yang pernah meraih juara The International dan satu organisasi asal Amerika Selatan yang selalu langganan melaju ke The International; yaitu Natus Vincere, Evil Geniuses, Team Liquid, dan paiN Gaming.

Playoffs menggunakan bagan double elimination dan semua pertandingan memiliki format best of three kecuali grand final (best of 5) dan pertandingan pertama lower bracket (best of 1). 

Jadwal dan livestream channel

Pertandingan pertama di group stage akan dimulai pada tanggal 18 Januari 2020 pukul 19.30WIB. Adanya perbedaan waktu antara Jakarta dan Leipzig membuat turnamen tersebut berjalan malam hingga dini hari bagi penggemar Dota 2 di Indonesia. Saat grup stage berlangsung, Ada 4 pertandingan yang akan disiarkan secara langsung di empat channel Dreamleague di Twitch sehingga Anda dapat memilih ingin menonton pertandingan yang mana.

Team Liquid Gaet Esports Charts untuk Dapatkan Data Penonton

Team Liquid mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan analisa Esports Charts. Dengan kolaborasi ini, Team Liquid akan mendapatkan analisa tentang viewership dari berbagai acara esports yang mereka ikuti. Selain itu, Esports Charts juga akan memberikan data statistik, baik untuk Team Liquid sendiri maupun tim pesaing mereka. Team Liquid akan menggunakan wawasan dari Esports Charts ini untuk menentukan strategi konten dan komunitas mereka.

Bagi Team Liquid, informasi memang memiliki peran penting untuk memastikan mereka bisa bertahan di dunia esports. Memang, jika diolah dengan baik, data yang didapat dari pertandingan esports bisa digunakan untuk meningkatkan performa tim esports. Pada Agustus 2019, Team Liquid juga memutuskan untuk bekerja sama dengan perusahaan intelijen Newzoo.

“Kerja sama Team Liquid dengan Esports Charts akan menjamin bahwa kami memiliki laporan analisa tentang viewership esports terbaru,” kata Co-CEO Team Liquid, Victor Goossens, menurut laporan Esports Insider. “Memahami tren yang muncul di industri akan memudahkan kami untuk membuat keputusan agar kami tetap dapat unggul dari pesaing kami. Informasi yang mereka sediakan akan dapat kami gunakan untuk melihat kawasan dan game baru yang berpotensi serta melacak pertumbuhan viewership.”

Co-CEO Team Liquid, Victor Goossens. | Sumber: CNBC
Co-CEO Team Liquid, Victor Goossens. | Sumber: CNBC

Team Liquid bukan satu-satunya organisasi esports yang menggandeng perusahaan intelijen dan analisa. Pada tahun lalu, Astralis Group juga mengumumkan kerja samanya dengan Newzoo. Sementara itu, developer seperti Riot Games dan Activision Blizzard juga bekerja sama dengan perusahaan intelijen seperti Nielsen. Tujuan Riot Games adalah untuk menghitung valuasi sponsorship dalam liga esports yang mereka gelar. Sementara bagi Activision Blizzard, tujuan mereka adalah memastikan validitas data viewership dari turnamen esports yang mereka buat.

Terkait kerja sama dengan Team Liquid, CEO Esports Charts, Artyom Odintsov berkata, “Team Liquid adalah organisasi esports dengan jumlah penonton paling banyak dalam waktu tiga tahun belakangan. Organisasi ini telah menjadi pemimpin di industri esports berkat performa yang baik dari tim-tim yang berlaga di game esports terpopuler, seperti League of Legends, Dota 2, dan Counter-Strike: Global Offensive. Para pemain Team Liquid yang bertanding di game esport lain juga memiliki kontribusi dalam meningkatkan popularitas mereka di dunia, khususnya di Amerika Selatan dan Asia.”

10 Tim Esports dengan Hadiah Kemenangan Terbesar Pada 2019

Sepanjang 2019, ada setidaknya 4.490 turnamen esports yang menawarkan total hadiah sebesar US$211 juta (Rp2,9 triliun). Fortnite menjadi salah satu game yang mendorong pertumbuhan ekosistem esports. Epic Games mengeluarkan US$79 juta (Rp1,1 triliun) untuk mengembangkan ekosistem esports game buatannya. Selain itu, total hadiah The International 2019, turnamen Dota 2 paling bergengsi, juga kembali naik dari tahun lalu. Dengan total hadiah US$34 juta (Rp472,6 miliar), The International 2019 menjadi turnamen esports dengan hadiah terbesar, setidaknya saat ini. Inilah 10 tim esports dengan hadiah kemenangan terbesar sepanjang 2019, menurut The Esports Observer.

1. OG, total hadiah US$15,84 juta (Rp220 miliar)
OG menjadi tim dengan hadiah kemenangan terbesar berkat memenangkan The International 2019. Dari turnamen itu saja, mereka membawa pulang US$15,8 juta (Rp219,6 miliar) dan anggota OG menjadi pemain esports dengan pendapatan terbesar. Pada tahun lalu, mereka juga menjadi tim dengan hadiah kemenangan terbesar. Sepanjang 2018, total hadiah yang mereka menangkan mencapai US$11,46 juta (Rp159,3 miliar). Tahun lalu, mereka juga memenangkan The International.

2. Team Liquid, total hadiah US$9,4 juta (Rp130,7 miliar)
Berbeda dengan OG, yang sebagian besar hadiah kemenangannya berasal dari satu turnamen, Team Liquid berhasil menang di berbagai turnamen game, seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, League of Legends, dan Fortnite. Secara total, tim Dota 2 Liquid berkontribusi US$5,08 juta (Rp70,6 miliar). Mereka membawa pulang US$4,46 juta (Rp62 miliar) setelah menjadi runner up dari TI9.

Sumber: Dot Esports
Sumber: Dot Esports

Sementara tim CS:GO mereka memberikan kontribusi sebesar US$2,31 juta (Rp32,1 miliar). Walau kontribusi tim CS:GO lebih kecil, roster ini pernah menjadi tim nomor satu dunia, menurut HLTV.org. Tim League of Legends Liquid memberikan kontribusi US$455 ribu (Rp6,3 miliar). Secara keseluruhan, semua roster Team Liquid memberikan performa yang baik pada tahun ini.

3. NRG Esports, total kemenangan US$5,28 juta (Rp73,4 triliun)
Tahun lalu, NRG Esports hanya membawa pulang hadiah kemengan sebesar US$945 ribu (Rp13 miliar). Sama seperti Team Liquid, NRG duduk di peringkat ketiga berkat kemenangan mereka di sejumlah turnamen dari berbagai game. Tim San Francisco Shock membawa pulang US$1,5 juta (Rp20,8 miliar) setelah memenangkan Overwatch League. Sementara tim Fortnite NRG membawa pulang US$2,85 juta (Rp39,6 miliar).

Menariknya, NRG memutuskan untuk menjual roster CS:GO mereka ke Evil Geniuses atas dasar alasan finansial. Sepanjang 2019, tim tersebut berkontribusi US$368 ribu (Rp5 miliar) pada total hadiah kemenangan NRG. Tim Rocket League NRG menyumbangkan US$378 ribu (Rp5,25 miliar) sementara tim Apex Legends US$124 ribu (Rp1,7 miliar). Dengan diumumkannya Apex Legends Global Series pada tahun depan, NRG memiliki kesempatan untuk mendapatkan hadiah kemengan lebih besar lagi pada 2020. Selain itu, NRG juga memiliki tim yang akan bertanding di Call of Duty League.

Sumber: Facebook
Sumber: Facebook

“2019 adalah tahun yang baik untuk NRG. Empat tim kami, semuanya memberikan performa terbaik dan memenangkan banyak turnamen, dua diantaranya adalah turnamen kelas dunia,” kata CEO NRG Any Miller pada The Esports Observer. “Gaming GM kami, Jaime Cohenca dan Chris Chung juga membuat roster yang hebat, yang lalu diasah oleh pelatih kami, yang merupakan senjata rahasia kami.”

4. Lazarus, total kemenangan US$4,22 juta (Rp58,7 miliar)
Organisasi yang dulunya bernama SetToDestroyX ini kini memiliki strategi baru dalam manajemen. Daripada fokus pada game esports yang sudah populer, mereka fokus pada game esports yang lebih kecil. Tujuan mereka adalah untuk membuat sumber penghasilan yang beragam. Strategi mereka sukses.

Dalam Fortnite World Cup, ada enam anggota Lazarus yang lolos babak kualifikasi. Lazarus duduk di peringkat 2 dan 17 dalam kategori Duos di Fortnite World Cup dan memenangkan US$2,35 juta (Rp32,7 miliar). Dari turnamen Fortnite lain, organisasi asal Kanada ini memenangkan US$1,3 juta (Rp18 miliar). Lazarus juga memiliki tim CS:GO, Hearthstone, PUBG, dan game lain.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

5. PSG.LGD Esports, total kemenangan US$3,54 juta (Rp49,2 miliar)
Tim Dota 2 PSG.LGD memberikan kontribusi US$3,4 juta (Rp47,3 miliar). Kolaborasi antara Paris Saint-Germain dan LGD ini juga mencakup tim FIFA yang membawa pulang US$37 ribu (Rp514 juta). PSG.LGD merupakan bukti bahwa game seperti Dota 2 — yang turnamen terbesarnya diadakan pada akhir tahun — bisa memiliki dampak besar pada ekosistem esports secara keseluruhan.

6. Cooler Esports, total kemenangan US$3,51 juta (Rp48,8 miliar)
Nama Cooler Esports tak banyak dikenal. Namun, mereka berhasil duduk di peringkat 6 karena mereka berhasil memenangkan kategori Duos dalam Fortnite World Cup. Emil “nyhrox” Bergquist Pedersen dan David “aqua” Wang membawa pulang US$3 juta (Rp41,7 miliar) setelah menang di kategori Duos dalam Fortnite World Cup.

Ini menunjukkan, untuk bisa bertahan di dunia esports, sebuah organisasi tak harus menjadi organisasi besar. Sebuah organisasi esports yang tak populer sekalipun bisa mendapatkan hadiah besar jika mereka bisa memenangkan turnamen esports bergengsi dengan hadiah besar. Mengingat perusahaan seperti Epic Games dan PUBG Corp. siap untuk mengeluarkan modal besar untuk mengembangkan ekosistem esports, ini akan menguntungkan organisasi esports yang tak terlalu besar.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

7. Gen.G Esports, total kemenangan US$3,45 juta (Rp48 miliar)
Saat ini, Gen.G Esports mendominasi scene PlayerUnknown’s Battleground (PUBG). Mereka memenangkan tiga turnamen besar, termasuk PUBG World Global Championship 2019. Secara total, 94 pesen hadiah kemenangan mereka berasal dari hadiah turnamen PUBG.

Setelah mengakuisisi tim CS:GO, tahun depan, Gen.G mungkin tak hanya memenangkan turnamen PUBG. Selain itu, organisasi ini juga memiliki dua tim yang memberikan pemasukan tetap, yaitu Seoul Dynasty yang bertanding di Overwatch League dan Gen.G yang berlaga di League of Champions Korea.

8. Team Secret, total kemenangan US$3,31 juta (Rp46 miliar)
Team Secret duduk di peringkat 8, naik dari peringkat 11 pada tahun lalu, dengan total hadiah kemenangan sebesar US$3,1 juta (Rp43,1 miliar) yang mereka dapatkan dari berbagai turnamen Dota 2. Tim Dota 2 mereka membawa pulang US$2 juta (Rp27,8 miliar) setelah keluar sebagai juara empat dalam The International 2019.

Ke depan, Team Secret berencana untuk membuat tim yang biaya operasionalnya tidak terlalu besar. Namun, mereka tampaknya masih harus menggantungkan diri pada tim Dota 2 mereka untuk mendapatkan hadiah kemenangan besar. Sepanjang 2019, tim Rainbow 6, Apex Legends, Age of Empires, PUBG Mobile, dan Age of Empires II mereka berhasil membawa pulang US$213 ribu (Rp2,96 miliar).

9. Sentinels, total kemenangan US$3,26 juta (Rp45,3 miliar)
Tahun lalu, total hadiah kemenangan Sentinels hanyalah US$30,4 ribu (Rp423 juta). Sentinels bisa duduk di peringkat 9 berkat kemenangan Kyle “Bugha” Giersdorf dalam kategori Solo di Fortnite World Cup dengan hadiah US$3 juta (Rp41,7 miliar). Ini menunjukkan bahwa jika sebuah organisasi esports bisa menemukan talenta esports yang hebat dan membuatnya memenangkan turnamen esports dengan hadiah besar, maka mereka juga akan mendapatkan untung.

Sumber: The Esports Observer
Sumber: The Esports Observer

10. FaZe Clan, total kemenangan US$3,166 juta (Rp44 miliar)
FaZe Clan dikenal berkat tim Call of Duty dan CS:GO mereka. Namun, mereka bisa masuk dalam daftar 10 organisasi esports dengan total kemenangan terbesar berkat tim battle royale mereka. Tim PUBG mereka memberikan kontribusi US$1,1 juta (Rp15,3 miliar) sepanjang tahun. Sementara tim Fortnite dari FaZe memberikan kontribusi sebesar US$964 ribu (Rp13,4 miliar) dan secara total, tim CS:GO serta Call of Duty membawa pulang US$894 ribu (Rp12,4 miliar).

Sebelum ini, kami juga pernah menghitung total hadiah kemenangan yang pernah didapatkan oleh EVOS Esports dan RRQ. Tentu saja, total hadiah yang dibawa pulang oleh keduanya tidak setara dengan tim-tim esports yang berlaga di tingkat dunia karena total hadiah yang ditawarkan oleh turnamen esports kelas dunia memang jauh lebih besar dari turnamen esports yang diadakan di Indonesia.

Doublelift Sebut Mekanik Dota 2 Lebih Mudah Daripada League of Legends

Perseteruan antara Dota 2 dengan League of Legends (League) mungkin sudah seperti pertarungan abadi yang tak pernah berhenti. Sejak lama, komunitas dari kedua game saling berseteru, saling membandingkan gamenya satu sama lain. Pemain Dota menganggap League lebih mudah dan juga sebaliknya.

Tak hanya komunitas secara umum saja, sosok ternama di skena kompetitif League juga memberi pendapatnya soal Dota. Dia adalah Yiliang Peng (Doublelift), pemain ADC Team Liquid untuk pada League of Legends Championship Series. Dalam sesi streaming di Twitch, ia memperbincangkan soal beberapa hal, salah satunya adalah pendapatnya tentang Dota.

Secara tegas ia mengatakan bahwa Dota lebih mudah secara mekanik permainan dibandingkan dengan League. Tapi lebih lanjut, ia menjelaskan kembali argumentasinya. Menurutnya Dota memang lebih sulit jika bicara soal item yang beranekaragam, kombinasi hero, build, dan ragam halang rintang yang ada di map permainan.”Tapi kalau secara mekanik permainan, jelas tidak. Tidak mungkin Dota punya kebutuhan kemampuan mekanik yang lebih tinggi daripada League.” tukasnya dalam streaming.

Week 7 Day 2 at 2018 NA LCS Summer Split in Los Angeles, California, USA on 5 August 2018. Sumber: Riot Games
Sumber: Riot Games

Seperti yang Anda ketahui, item di Dota memang sangat beragam, baik fungsi pasifnya atau aktifnya. Belum lagi setelah Outlanders Update, jumlahnya semakin membengkak karena kehadiran mekanik drop item dari Neutral Creep.

Melanjutkan maksudnya, soal mekanik yang dia sebut adalah perbandingan eksekusi ability hero/champion Dota dengan League. Menurutnya, ekseskusi ability hero di Dota cenderung lebih mudah, beberapa hero hanya perlu klik musuh dan ability kena musuh secara otomatis. Sementara dalam League, Anda tidak bisa melakukan hal tersebut. Banyak ability di dalam League yang bersifat skillshot, maksudnya adalah ability yang tidak mendarat secara otomatis, melainkan harus diarahkan sambil memprediksi gerakan musuh agar ability tersebut jadi kena musuh.

Seakan ingin Doublelift meneguhkan argumentasinya, ia lalu bercerita bahwa dirinya juga pernah bermain Dota 2. “Saya pernah main Dota selama beberapa saat, saya bahkan bisa membantai pemain-pemain di pub dengan mudah. Tapi saya sadar, keadaan tentu jadi beda jika saya main melawan pemain pro.”

Saya sendiri setuju dengan apa yang dikatakan oleh Doublelift. Namun agar Anda bisa mendapat sudut pandang lebih jelas, Dota dengan League sebenarnya hanya punya kesulitannya masing-masing saja. Benar yang dikatakan Doublelift, League lebih sulit dalam segi mekanik mikro, yang berasal dari kemampuan individual. Anda tidak bisa melempar ability secara sembarangan, karena ability tidak mendarat secara otomatis, harus diarahkan. Belum lagi beberapa champion juga punya ragam kemampuan yang memungkinkan mereka menghindari ability yang dilempar oleh musuh.

Sementara di sisi lain, Dota memang punya mekanik individu yang cenderung lebih mudah, namun lebih kompleks dari sisi gameplay secara umum. Kompleksitas yang dimaksud adalah soal kombinasi hero dengan item terbaik, Talent dan sebagainya. Belum lagi pada level kemampuan tertentu, Anda juga harus memahami kontur tanah dan pola pohon-pohon yang ada di berbagai area permainan, agar dapat juking atau menggocek musuh.

Jadi tak perlu saling berkelahi, karena sebenarnya Dota dan League sudah beda gameplay, dengan kompleksitasnya masing-masing.

Sumber header: Riot Games

Dari Hadiah Turnamen, Stewie2k Dapatkan Rp14,1 Miliar

Team Liquid akan bertanding dengan Astralis dalam babak final ECS Season 8 di Texas, Amerika Serikat. Namun, terlepas dari siapa yang menang, salah satu anggota Team Liquid, Jake “Stewie2k” Yip telah mendapatkan pencapaian tersendiri. Pemain berumur 21 tahun ini telah mengumpulkan US$1 juta (sekitar Rp14,1 miliar) dari hadiah turnamen Counter-Strike: Global Offensive, menurut Esports Earnings.

Ini menjadikan Yip sebagai pemain CS:GO asal Amerika Serikat pertama yang mencapai hal ini. Total hadiah turnamen yang didapatkan oleh Yip ini tak termasuk gaji tetap, sponsorship, atau pemasukan lain yang dia dapatkan sebagai pemain profesional. Dalam daftar pemain CS:GO dengan total hadiah terbanyak, Yip duduk di peringkat ke-6. Posisi lima besar diisi oleh anggota tim Denmark, Astralis. Satu hal yang menarik dari pencapaian Yip adalah karena dia berhasil mengumpulkan US$1 juta tanpa harus setia pada satu organisasi esports besar.

Yip memulai karirnya bersama dengan Splyce dan SapphireKelownaDotCom pada 2015. Ketika itu, dia berhasil memenangkan sejumlah turnamen lokal. Pada 2016, dia bergabung dengan Cloud9, yang merupakan salah satu organisasi esports paling besar di dunia. Bersama Cloud9, Yip berhasil memenangkan sejumlah turnamen bergengsi, seperti ELEAGUE Boston Major pada 2018. Dalam dua tahun bersama Cloud9, Yip membawa pulang total hadiah sebesar hampir US$400 ribu.

Sumber: situs resmi Intel Grand Slam
Sumber: situs resmi Intel Grand Slam

Setelah itu, Yip mengambil keputusan mengejutkan dengan meninggalkan Cloud9 untuk bergabung dengan roster SK Gaming yang kemudian menjadi MiBR. Kali ini, karirnya tak berjalan mulus, walau dia tetap berhasil membantu timnya untuk memenangkan sejumlah turnamen seperti Adrenaline Cyber League 2018 dan ZOTAC Cup Masters 2018.

Setelah itu, Yip bergabung dengan Team Liquid. Kepindahan Yip berbuah manis. Dalam iBUYPOWER Masters IV, Team Liquid berhasil mengalahkan rival mereka, Astralis. Sejak saat itu, Team Liquid berhasil memenangkan berbagai turnamen, seperti ESL One: Cologne 2019, ESL Pro League Season 9 Finals, dan IEM XIV Chicago. Mereka bahkan berhasil memenangkan Intel Grand Slam Season 2, lapor Win.gg.

Pencapaian Yip juga merupakan bukti bahwa industri esports kini tak lagi bisa dipandang sebelah mata. Total hadiah yang ditawarkan turnamen esports sekarang sudah bisa mengimbangi kompetisi olahraga tradisional bergengsi. Kyle “Bugha” Giersdorf berhasil mendapatkan US$3 juta berkat memenangkan Fortnite World Cup untuk kategori Solo. Sementara masing-masing anggota tim OG juga mendapatkan US$3,1 juta setelah memenangkan The International 2019, turnamen tahunan Dota 2 paling bergengsi. Di Indonesia, tim-tim ternama seperti RRQ dan EVOS Esports juga dapat mengumpulkan miliaran rupiah dari hadiah turnamen esports.