TeamNXL Tunjuk CCO dan COO Baru Untuk Fokus Kembangkan Bisnis

Tanggal 4 Oktober 2020 lalu, TeamNXL,mengumumkan penunjukkan Yohanes Auri sebagai pengisi posisi Chief Commercial Officer (CCO) di dalam manajemen organisasi. Yohanes Auri sendiri merupakan salah satu sosok pengusaha muda ternama, yang merupakan founder dari advertising/digital agency Flux Design dan Idenya Flux. Selain itu, TeamNXL sebelumnya juga sempat menunjuk Henry Louis “TwoJ”, ex-pro player League of Legends, untuk mengisi posisi Chief Operating Officer (COO) di dalam tubuh manajemen TeamNXL.

Mengutip blog post resmi TeamNXL, alasan penunjukkan dua sosok tersebut sebagai bagian manajemen adalah merupakan salah satu bentuk proses perubahan TeamNXL dari sekadar tim hobi menjadi bisnis. “15 tahun belakangan, saya menjalani ini semua (TeamNXL) sebagai hobi yang berkelanjutan. Kini, menimbang posisi esports yang sudah menjadi industri, saya merasa penting untuk shifting TeamNXL dari sekadar hobi menjadi bisnis. Dengan pengalaman yang ada sebagai pelaku selama ini, kami ingin menjalankan model bisnis yang kami rancang bersama-sama.” Tulis Richard Permana selaku Founder dan CEO TeamNXL di blog post .

Dalam rilis TeamNXL menjelaskan bahwa salah satu tugas Yohanes Auri selaku CCO adalah untuk mengatur sisi kreatif untuk setiap brand yang akan bekerja sama dengan TeamNXL.  Yohanes Auri adalah salah satu sosok pengusaha muda, yang namanya mendapat cukup banyak sorotan dalam prosesnya membangun Flux Design/Idenya Flux. Dalam 5 tahun, Yohanes Auri berhasil membangun bisnisnya dari sekadar “usaha di kamar tidur” menjadi perusahaan dengan omset miliaran rupiah.

Tercatat, Yohanes Auri bersama Idenya Flux sempat menangani beberapa rekan ternama seperti Sriwijaya Air, AIA, Siloam Hospital, Delfi, dan sebagainya. “Pertama saya mau branding TeamNXL agar dapat lebih diterima oleh kalangan gamers mobile. Dahulu TeamNXL terkenal di skena PC, sementara sekarang pasar gaming ada di mobile. Saya akui TeamNXL sekarang agak ketinggalan, jadi tugas saya adalah untuk meningkatkan brand image TeamNXL agar dapat lebih diterima oleh gamers mobile. Kedua, saya juga akan coba membawa TeamNXL ke beberapa brand yang sudah pernah saya pegang via Idenya Flux.” Yohanes Auri menjabarkan sedikit strateginya untuk mengembangkan TeamNXL ke depan.

Sementara dari sisi lain, Henry Louis selaku COO akan fokus kepada aspek bisnis dari TeamNXL, termasuk strategi dalam membangun revenue stream, memperhatikan perkembangan tim, dan lain sebagainya. Dalam blog post, ditulis bahwa Henry Louis memiliki 2 target untuk mengembangkan TeamNXL, yaitu membangun divisi mobile games yang benar-benar kuat, dan merekrut lebih banyak talent agar NXL semakin banyak dilirik.

Sumber: Garena Indonesia
Henry Louis “TwoJ” atau akrab disapa Juju (tengah memegang Piala), mantan pemain profesional League of Legends Indonesia yang sempat bermain bersama tim Fortius, kini mengemban kewajiban sebagai Chief Operation Officer dari TeamNXL | Sumber: Garena Indonesia

“Jadi TeamNXL nantinya tidak hanya menjadi sebuah tim esports, tapi juga talent agency. Untuk itu, saya sudah merekrut talent yang cukup besar, bisa dibilang cukup famous, dan kami merasa beruntung mendapatkan dia sebagai bagian dari TeamNXL.” Ucap Henry membahas strateginya seraya memberi sedikit bocoran soal apa yang sudah ia lakukan sejauh ini.

“Lebih lanjutnya, soon akan kami kerjakan tahun 2021. Sebagai awal yang baru bagi TeamNXL, kami tentu harus mempersiapkan lebih dulu plan marketing, dan hal lainnya. Tapi kalau untuk short-term, bisa dapat sponsor dan investment menjadi salah satu target utama.” Henry juga menjelaskan soal bagaimana ia akan mencapai dua target yang disebutkan sebelumnya.”

Nama TeamNXL memang terbilang cukup besar di Indonesia, terutama jika melihat rekam jejak prestasi mereka dalam sejarah esports Counter-Strike Indonesia. Namun demikian, nama TeamNXL terbilang meredup saat ada perubahan tren di skena esports lokal, dari PC menjadi mobile games. Tahun 2019 lalu, TeamNXL membuka NXL Esports Center, yang menjadi semacam hub bagi pemain esports PC, dan para penggemar TeamNXL.

EVOS Esports Juarai INDOESPORTS LEAGUE CS:GO X DA ARENA

Jumat, 12 Juli 2019, EVOS Esports berhasil menjadi juara kompetisi CS:GO hasil kerja sama Indoesports dan DA Arena. Menariknya, EVOS Esports berhasil mengalahkan tim CS:GO legendaris asal Indonesia; TEAMnxl>.

Turnamen yang mempertandingkan 32 tim CS:GO Indonesia ini mempertemukan tim-tim CS:GO besar seperti TEAMnxl>, EVOS Esports, Akara, dan kawan-kawannya. Namun demikian, BOOM ID yang baru-baru ini menggandeng 2 pemain kelas kakap (Flipzjdr dan Roseau) tidak kami temukan di turnamen ini.

Seluruh pertandingan selain partai final menggunakan format Bo1 (Best of One). Sedangkan finalnya, format Bo3 yang digunakan.

Di pertandingan finalnya, TEAMnxl memang berhasil memenangkan Game pertamanya dengan skor 16-7. Namun, EVOS Esports berhasil menyamakan kedudukan dengan memenangkan Game kedua dengan skor 16-5. EVOS Esports yang sekarang diperkuat oleh pemain CS:GO senior, Aditya “voogy” Leonard, yang juga mantan pemain nxl berhasil mencuri Game ketiga dengan skor akhir 16-11.

Turnamen ini menarik karena sudah jarang sekali turnamen CS:GO yang diadakan di Indonesia. Selain itu, TEAMnxl yang dulu merajai dunia persilatan CS:GO Asia Tenggara selama beberapa tahun dan mencetak banyak pemain berprestasi sepertinya memang menurun performanya selama beberapa tahun belakangan, meski masih diperkuat oleh pemain-pemain lama seperti Vega Tanaka dan Richard Permana.

Sumber: Indoesports
Sumber: Indoesports

Bagaimana kelanjutan scene esports CS:GO di Indonesia ya? Menurut bisikan-bisikan yang saya dengar, akan ada sejumlah turnamen nasional CS:GO lagi yang akan digelar tahun ini. Apakah CS:GO akan kembali mewarnai agenda esports tanah air seperti beberapa tahun silam?

Bagaimana juga dengan TEAMnxl>? Apakah mereka bisa kembali ke puncak kejayaan mereka seperti dulu?

 

Cerita Hendry ‘Jothree’ Handisurya tentang Pertarungannya Lolos Kualifikasi Hearthstone Masters Las Vegas

Akhir pekan kemarin, selain Rizky Faidan dan tim WANI yang jadi juara di Jepang dalam gelaran PES Asia Finals 2019, kabar baik datang dari atlet Hearthstone Indonesia. Adalah Hendry ‘Jothree’ Handisurya, pemain Hearthstone dari TEAMnxl>,  yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya dalam kualifikasi Hearthstone Master Las Vegas.

Di kualifkasi dengan pendaftar sekitar 300 orang ini, Jothree harus berhadapan dengan pemain-pemain Hearthstone (HS) kelas dunia. Di babak finalnya, Jothree bahkan harus berhadapan dengan salah satu top player Hearthstone kelas dunia, Sebastian ‘Ostkaka’ Engwall asal Swedia mantan pemain organisasi esports besar, Na’Vi.

Sebelumnya, Jothree juga lolos kualifikasi untuk WCG 2019. Sumber: TEAMnxl
Sebelumnya, Jothree juga lolos kualifikasi untuk WCG 2019. Sumber: TEAMnxl

Saya pun menghubungi Jothree untuk memintanya berbagi cerita tentang kualifikasi Hearthstone Masters Las Vegas ini.

Hybrid (H): Boleh diceritain dulu kah soal turnamennya, buat mereka-mereka yang tidak familiar dengan esports Hearthstone? 

Jothre (J): “Jadi, HS Master Las Vegas itu salah satu program baru dari Blizzard tahun ini yang paling bergengsi buat nyari World Champion 2019 singkatnya. Detailnya, bisa dibaca di artikel dari Variety ini. Yang gua ikutin kemarin itu salah satu qualifier untuk ke Las Vegasnya ini tanggal 14-17 Juni 2019 nanti.”

H: Siapa saja lawan-lawan berat yang dihadapi kemarin dan kenapa?

J: “Ada sekitar 300 orang yang daftar kemarin sih; dan ada banyak banget nama-nama besar yg ikut kaya yoitsflo, innovatioN, Cosmo, dan, yang paling noticeable itu Ostkaka yang notabene Hearthstone World Champion asal Swedia.”

H: Boleh diceritain kah salah satu atau dua pertandingan yang paling berkesan?

J: “Pas fase Swiss awal lancar banget perjalanannya. Di situ gua lolos di peringkat 1 dengan score 8 0. Kalo yang paling berkesan mungkin pas grand finalnya. Karena di situ gua harus lawan salah satu idola gua dan mungkin hampir semua player-player HS di dunia wkwkwk, Ostkaka! Di situ gua menang 2 1. Pertandingannya juga ketat banget.”

H: Gimana peluangnya nanti di Las Vegas? Kira-kira bisa sampai mana nih?

J: “Kalo bicara peluang sih gua rasa pemain-pemain yang udah berhasil lolos ke sana itu udah pasti kelas-kelas berat semua ya. Tapi yang pasti sih gua bakal berusaha sebaik mungkin buat bawa nama Indonesia dan South East Asia di sana.”

H: Siapa lawan-lawan berat yang akan dihadapi nanti? Kenapa?

J: “Hahaha semuanya lawan berat di sana. Soalnya ya semua yang lolos ke Vegas itu cuma satu orang dari sekian banyak banget yang ikutan qualifier-nya.”

Itu tadi perbincangan singkat kami dengan Hendry. Buat yang tidak mengikuti esports Hearthstone Indonesia, Hendry sendiri merupakan salah satu pemain HS Indonesia terbaik bersama dengan Novan ‘Nexok40’ Kristianto, Reza ‘Rezdan’ Sevia, dan Rama ‘DouAhou’ Akbar. Hendry juga menjadi wakil Indonesia dalam pertandingan ekshibisi esports Asian Games 2018 dan menjadi juara kedua. Bersama dengan 3 rekannya tadi, Hendry juga bertanding mewakili Indonesia dalam kejuaraan HS bergengsi di dunia, Hearthstone Global Games 2018.

Jothree saat menerima penghargaan berkat kemenangannya di Asian Games 2018.
Jothree saat menerima penghargaan berkat kemenangannya di Asian Games 2018. Sumber: TEAMnxl

Kemenangannya kemarin memang boleh dibilang sangat gemilang sekaligus mengejutkan. Pasalnya, Ostkaka merupakan salah satu dari 20 pemain HS dengan penghasilan terbesar di dunia. Meski demikian, pemain legendaris yang menjadi juara dunia HS tahun 2015 ini mungkin sudah bukan jadi pemain paling ditakuti sekarang ini. Lawan-lawan lebih berat siap menanti Hendry di Las Vegas.

Bagaimana kiprah Jothree di Hearthstone Masters Las Vegas tanggal 14-16 Juni 2019 yang memperebutkan total hadiah US$250.000 ini nanti? Kita dukung dan doakan saja ya!

NXL Esports Center: Konsep Gaming House yang Terbuka untuk Publik

TEAMnxl> mungkin bisa dibilang sebagai organisasi esports tertua di Indonesia yang masih eksis sampai hari ini. Tim yang berdiri tahun 2006 dan digawangi oleh Richard Permana ini baru saja (12 April 2019) meresmikan NXL Esports Center yang bertempat di The Breeze, BSD City.

Konsep NXL Esports Center ini memang sangat menarik dan berbeda. Realisasi konsep ini juga mungkin bisa dibilang yang pertama di Indonesia. Pasalnya, NXL Esports Center ini sama seperti gaming house klub esports lainnya namun terbuka untuk umum.

Richard Permana. Dokumentasi: Hybrid
Richard Permana. Dokumentasi: Hybrid

Gaming house tim esports itu adalah tempat para pro player berlatih dan bertanding (online) namun tempat ini biasanya tertutup dan tak bisa diakses oleh publik atau para fans mereka. NXL Esports Center mencoba menawarkan sesuatu yang baru. Menurut Richard Permana, CEO dari TEAMnxl>, hal ini dilakukan karena mereka ingin para pemainnya dapat berinteraksi langsung dengan para penggemarnya.

“Para pengunjung bisa menonton langsung tim kita saat berlatih ataupun bertanding. Jika jadwalnya memungkinkan, mereka juga bahkan bisa bermain bersama dengan pro player kita.” Ujar Richard di saat peresmiannya. Para pengunjung yang ingin melihat dan berinteraksi langsung di sini bisa membayar harga tiket masuk (HTM) sebesar Rp19.900. HTM tersebut berlaku untuk satu hari penuh, dari mulai buka (jam 10 pagi) sampai tutup (jam 10 malam).

TEAMnxl yang sekarang punya 3 divisi kompetitif, CS:GO, Hearthstone, dan Mobile Legends ini, juga akan mengadakan berbagai event di NXL Esports Center nantinya. Tak lupa juga mereka pun punya NXL Angels yang berisikan sejumlah gamer girls cantik jelita. Jadi, buat para jomlo, kalian bisa next level kepo dengan mengunjungi NXL Center (ketimbang hanya sekadar stalking di media sosial).

NXL Angels. Dokumentasi: Hybrid
NXL Angels. Dokumentasi: Hybrid

NXL Esports Center ini juga merupakan bagian dari program Sinar Mas Digital Hubs, seperti Techpolitan yang beberapa waktu lalu baru diresmikan. Sinar Mas Digital Hubs adalah usaha mereka untuk menumbuhkan ekosistem digital Indonesia dari berbagai lini. Sinar Mas sendiri juga merupakan salah satu dari grup konglomerasi terbesar di Indonesia, seperti Salim Group ataupun grup GDP (Djarum).

Lalu, bagaimanakah rencana ke depan Sinar Mas di esports; mengingat dua grup konglomerasi Indonesia tadi sudah lebih dulu terjun? Apakah mereka juga akan memulai bisnis lain di esports? Irawan HarahapGroup CEO Associate Sinar Mas Land dan Digital Hub Project Leader Coordinator yang juga turut hadir dalam peresmian NXL Esports Center mengatakan bahwa saat ini mereka masih sedang dalam tahap penjajakan dan riset tentang industri esports. Jika mereka sudah yakin dengan peluang industri ini, mereka baru akan terjun ke esports lebih jauh.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Terakhir, NXL Esports Center mungkin memang implementasi dari konsep unik yang pertama di Indonesia. Namun, tak dapat dipungkiri, lokasinya mungkin lebih mudah dijangkau untuk para gamer di sekitar BSD (ketimbang yang di Jakarta). Jadi, ramai atau tidaknya tempat ini bisa jadi sebuah tolak ukur baru tentang pasar gamer / esports di sekitar BSD dan seberapa jauh para fans esports rela bepergian demi bertemu idola ataupun berkumpul bersama komunitasnya.

CS:GO Jadi Free-to-Play dan Pengaruhnya terhadap Esports

6 Desember 2018, Valve mengumumkan bahwa Counter Strike: Global Offensive (CS:GO) berubah jadi game Free-to-Play (FTP). Kabar ini memang menggemparkan dunia persilatan meski memang bukan yang pertama kali dilakukan oleh Valve. Sebelumnya, Team Fortress 2 (TF2) juga menerapkan sistem bisnis yang serupa. 23 Juni 2011, TF2 berubah menjadi FTP setelah sebelumnya berbayar.

Lalu bagaimana dengan para pemain yang telah membeli CS:GO sebelumnya? Buat mereka yang telah membeli, para pemain tersebut akan secara otomatis mendapatkan Upgrade Prime Status. Para pemain dengan Prime Status akan ditandingkan (matchmaking) dengan pemain yang sama berstatus Prime. Mereka juga berhak untuk menerima in-game items yang eksklusif.

Keputusan CS:GO jadi FTP tentu mengundang perdebatan di antara komunitasnya karena memang ada dampak positif dan negatifnya. Lalu bagaimanakah perubahan sistem bisnis ini akan berpengaruh terhadap scene esports CS:GO?

Richard Permana (kanan). Sumber: Richard "nxl> frgd[ibtJ]" Permana
Richard Permana (kanan). Sumber: Richard “nxl> frgd[ibtJ]” Permana
Saya pun menghubungi 2 orang yang termasuk dalam ikon esports CS:GO Indonesia untuk menanyakan pendapatnya. Pertama adalah Richard Permana, yang mungkin bisa dibilang sebagai salah satu orang paling berjasa dalam perkembangan esports CS:GO Indonesia ataupun esports secara luas. Ia adalah pemain sekaligus CEO dari TEAMnxl> yang merupakan salah satu organisasi esports Indonesia yang masih eksis dari 2006 sampai sekarang.

Sedangkan yang kedua adalah Kevin “xccurate” Susanto yang merupakan satu dari 2 pemain CS:GO profesional kebanggaan Indonesia yang bermain di tim luar negeri. Ia bersama Hansel “BnTeT” Ferdinand bermain untuk tim Tiongkok bernama TyLoo. Keduanya tak hanya bisa dibilang pemain CS:GO terbaik asal Indonesia, tapi juga Asia Tenggara.

Kevin Susanto. Sumber: HLTV
Kevin Susanto. Sumber: HLTV

Dampak Positif dan Negatif Free-to-Play

Baik Richard dan Kevin sama-sama setuju bahwa berubahnya CS:GO jadi FTP merupakan kabar baik buat game FPS yang dirilis di 22 Agustus 2012. “Lebih bagus soalnya jadi lebih banyak orang yang tertarik untuk bermain CS:GO.” Ujar Kevin.

Richard juga menambahkan bahwa Valve sebenarnya tidak butuh pendapatan dari user yang membeli game ini karena mereka bisa mencari revenue dari in-game item. Dengan jadi gratis, CS:GO juga mungkin akan lebih menarik bagi pasar Indonesia yang suka game-game gratisan.

“Harusnya dari dulu (jadi gratis)… Hahaha.” Kata Richard sambil tertawa.

Penambahan jumlah pemain ini juga terbukti dengan data yang kami lihat di SteamCharts ataupun SteamDB. Dari SteamCharts, jumlah pemain tertinggi di November 2018 mencapai 546.031 sedangkan, di Desember 2018, angka tersebut naik ke 692.891 pemain. Sedangkan di SteamDB, terlihat tren yang serupa. Ada kenaikan jumlah pemain di bulan Desember 2018.

Namun begitu, kenaikan jumlah pemainnya memang tidak signifikan (setidaknya sampai artikel ini ditulis). Bahkan di kedua situs tadi, data dari 7 hari terakhir bukan merupakan periode dengan jumlah pemain tertinggi. Namun demikian, angka ini masih bisa saja berubah mengingat baru satu hari CS:GO digratiskan.

Fluktuasi pemain CS:GO. Sumber: SteamCharts
Fluktuasi pemain CS:GO. Sumber: SteamCharts

Kevin berharap bahwa dengan perubahan sistem bisnis ini, CS:GO bisa booming kembali seperti saat CS:GO jadi satu-satunya game FPS kompetitif. “Saya sih berharap seperti itu (booming lagi). Apalagi ada mode baru juga, Battle Royale Danger Zone. Sebenarnya, CS:GO itu seru banget (tapi) mungkin karena dulu berbayar orang-orang jadi malas untuk bermain. Apalagi CS:GO itu tidak terlalu mudah jadi harus benar-benar sering bermain untuk jadi pro (player).” Ungkap Kevin.

Sedangkan Richard sendiri sedikit pesimis bahwa CS:GO akan kembali ke puncak kejayaannya. Ia beranggapan bahwa, di Indonesia, CS:GO tetap tidak akan seramai game mobile karena bermain CS:GO butuh perangkat yang tidak murah – setidaknya dibandingkan perangkat mobile.

Penambahan jumlah pemain memang bisa dibilang sebagai dampak positif dari gratisnya CS:GO yang mungkin kehilangan popularitasnya gara-gara Fortnite ataupun PUBG di PC ataupun maraknya game-game kompetitif di platform mobile.

Namun demikian, dengan berubah jadi gratis, jumlah cheaters ataupun trolls (orang-orang yang sekadar ingin mengganggu jalannya permainan) di CS:GO juga kemungkinan besar akan bertambah besar. “Yup! Bener (cheater dan trolls akan semakin banyak). Siap-siap aja.” Kata Richard.

Patch CS:GO 7 Desember 2018. Sumber: Counter-Strike.net
Patch CS:GO 7 Desember 2018. Sumber: Counter-Strike.net

Ia juga menambahkan semoga Valve terus meningkatkan sistem keamanan game mereka (VAC) untuk menekan hal tersebut. Jumlah orang-orang yang tidak serius bermain memang tak dapat dihindari dan komunitas CS:GO di Reddit sendiri sudah merasakannya. Mereka pun meminta sebuah fitur dari Valve agar para pemain gratisan bisa diblok di Community Server dan Valve mengabulkan fitur tersebut (di patch 7 Desember 2018).

Saya pribadi, yang telah berkecimpung di industri game dari 2008, memang tak melihat CS:GO akan kembali ke puncak kejayaannya jika tak ada peningkatan dari dukungan ekosistemnya, seperti esports-nya.

Dampaknya terhadap Esports Scenes?

Dampak kenaikan jumlah pemain mungkin memang juga akan berdampak positif terhadap dunia esports CS:GO. Sampai hari ini, ajang kompetitif CS:GO memang bisa dibilang lebih buruk dari pada saudaranya, Dota 2 yang sama-sama besutan Valve.

Kenapa? Karena para pemain profesional Dota 2 punya tujuan akhir The International (TI) yang merupakan piala dunianya game tersebut. Sedangkan CS:GO tak punya kompetisi semacam itu. Baik Dota 2 dan CS:GO sama-sama punya jenjang kompetisi Major dan Minor namun hanya Dota 2 yang punya jenjang di atas Major.

Sumber: Counter-Strike.net
Sumber: Counter-Strike.net

Apakah dengan naiknya popularitas CS:GO yang jadi gratis ini akan membuka peluang agar Valve membuat turnamen yang setara TI? Richard dan Kevin setuju bahwa bertambahnya jumlah pemain bisa berpengaruh pada munculnya turnamen CS:GO setingkat TI. Sayangnya, keduanya juga mengaku belum mendapatkan kepastian soal hal tersebut.

Di satu sisi, munculnya ajang kompetitif berskala besar memang dipengaruhi oleh jumlah pemain di game tersebut mengingat butuh dana yang tidak kecil juga untuk menggelar turnamen berskala internasional. Namun demikian, jumlah pemain juga bukan jadi satu-satunya faktor penentu. Keseriusan developer atau publisher game menggarap esports scene game itu juga berpengaruh besar terhadap ekosistemnya.

Coba saja kita bandingkan dengan TF2 yang saya sebutkan di awal artikel. TF2 yang berubah dari berbayar jadi gratis tidak serta merta membuat ekosistem esports-nya hidup. Jika memang Valve ataupun stakeholders lainnya tak ada keinginan untuk membesarkan ekosistem esports CS:GO, jumlah pemain yang bertambah tak akan berdampak apapun.

Hubungan antara ekosistem esports dan popularitas sebuah game memang saling terkait erat. Ajang esports memang dapat berfungsi sebagai alat pemasaran bagi game tersebut namun para stakeholders esports juga kecil kemungkinannya akan menggelontorkan dana besar jika game tersebut tak punya angka pemain yang masif. Perdebatan ini memang seperti perdebatan mana yang lebih dulu antara ayam dan telur.

C9. Sumber: VPEsports
C9. Sumber: VPEsports

Selain soal skala, ada perbedaan besar juga antara dunia persilatan ajang kompetitif CS:GO dan Dota 2. Juara-juara TI berasal dari regional yang berbeda-beda, dari mulai Amerika Utara, Eropa, ataupun Asia (Tiongkok). Namun pemerataan juara ini tak terjadi di CS:GO. Sampai artikel ini ditulis, Amerika Utara baru 1x menang kejuaraan setingkat Major. Selebihnya, kejuaraan setingkat Major hanya dimenangkan oleh tim-tim Eropa.

Apakah hal ini akan berubah dengan berubahnya CS:GO jadi FTP, mengingat pemainnya sekarang bisa berasal dari berbagai kalangan seperti Dota 2? Richard beranggapan CS:GO masih akan didominasi oleh para pemain Eropa meski sudah jadi FTP. “Region lain benar-benar harus jadi sebuah tim yang benar-benar bisa perform, dengan work rate yang tinggi.”

Soal dominasi ini, menurut saya, bisa jadi akan sedikit merata setelah CS:GO berubah jadi FTP. Namun, berhubung butuh waktu yang lama untuk benar-benar berada di puncak ajang kompetitif, mungkin tim-tim baru tidak akan serta merta tampil memukau dalam waktu dekat.

Lain waktu, mungkin kita akan berbincang-bincang lebih detail dengan Kevin untuk cari tahu kenapa dominasi tim-tim Eropa begitu kuat di CS:GO karena ia bersama timnya yang benar-benar sudah merasakan panasnya panggung CS:GO kelas internasional.

Danger Zone: Battle Royale CS:GO

Selain perubahan sistem bisnisnya, ada satu update lagi yang tak kalah penting kemarin yaitu mode Battle Royale di CS:GO. Genre Battle Royale sendiri memang sedang berada di puncak popularitasnya berkat Fortnite dan PUBG. Valve nampaknya benar-benar ingin menaikkan popularitas CS:GO di kalangan yang lebih luas dengan update kali ini.

Namun bagaimana pendapat Richard dan Kevin soal mode ini? Richard mengaku cukup positif dengan mode tersebut karena ia melihat Valve berani mengikuti tren dan keinginan komunitas tertentu. Hal ini ia anggap positif karena, menurutnya, CS sudah seperti mother of FPS esports.

Sedangkan Kevin juga setuju bahwa mode ini memang positif namun ia berharap ke depannya ada patch-patch baru untuk membuat Battle Royal CS:GO lebih mantab.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda setuju dengan semua pendapat yang ada di sini? Apakah sistem FTP dan mode BR akan membuat CS:GO kembali ke puncak kejayaannya lagi? Kita tunggu saja ya!