Teruntuk Perusahaan-Perusahaan Teknologi, Kalian Lebih Dari Sekedar Platform

Dalam beberapa dekade terakhir, teknologi telah mengalami pergeseran dari sebuah fitur untuk para kutu buku, menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi masyarakat dan perilaku manusia pada umumnya. Mungkin memang manusia yang menciptakan teknologi, namun teknologi pula yang membentuk kehidupan kita dengan sedemikian rupa. Mulai dari internet, komunikasi, jejaring sosial, kecerdasan buatan, dan entah berapa banyak teknologi baru yang akan tercipta dalam dekade-dekade selanjutnya.

Untuk segala tindakan disruptif [disruptive force] yang diciptakan perusahaan teknologi serta inovasi baru dalam mengatasi berbagai masalah, sudah waktunya untuk meninggalkan cara-cara lama. Kegiatan-kegiatan yang tidak efisien, mahal, menguras waktu sudah seharusnya digantikan dengan platform teknologi.

Google mengubah dunia. Facebook mengubah dunia. Amazon mengubah dunia. Uber mengubah dunia.

Miris rasanya melihat perusahaan-perusahaan yang telah membawa pembaruan yang begitu besar dan kuat, tampaknya kurang peduli dengan tanggung jawab mereka kepada masyarakat dan lebih mementingkan tuntutan para pemilik saham.

Teringat pada saat perusahaan seperti OLX Indonesia difitnah menjual bayi online. Tentunya, bukan OLX yang melakukannya, tetapi salah satu merchant mereka (sebagai platform c2c). Siapapun bisa menjual apa saja di OLX, dan OLX hanya sekedar platfrom yang menghubungkan pembeli dan penjual. Teringat juga pada kejadian di India, bagaimana seorang pengemudi Uber melecehkan penumpangnya. Lalu, Uber masih bersembunyi di belakang alasan yang sama. Teringat pada Go-Jek yang kini berkuasa atas perekonomian Indonesia setelah jutaan pengemudi bergabung. Namun pada masa-masa awal pertumbuhannya, berapa banyak pengemudi taksi konvensional yang kehilangan sebagian besar penghasilannya.

Tentunya, tanpa melupakan Facebook yang tengah menjadi sorotan beberapa minggu belakangan.

Kenyataannya, ketika sebuah kesalahan terjadi, perusahaan akan bertanggung jawab dan bertindak dalam menyelesaikan masalah, akan tetapi, seringkali mereka gagal memanfaatkan kekuasaan yang ada dalam masyarakat. Kekuasaan yang dapat melampaui pemberdayaan ekonomi. Mendengar hasil interogasi para anggota dewan di Amerika Serikat pada Mark Zuckerberg mengindikasi bahwa Mark merasa gagal melindungi privasi individual para penggunanya. Namun sepertinya ia tidak menyadari bahwa dirinya dan Facebook telah mengecewakan masyarakat. Ia melihat bahwa solusi dari masalah ini adalah peningkatan kualitas produk, padahal lebih dari itu.

Facebook, Google, Uber, Amazon, dan Alibaba; perusahaan-perusahaan teknologi raksasa ini telah berkembang begitu pesat sehingga mereka memiliki kapabilitas dalam mengarahkan masyarakat pada banyak hal, baik sadar maupun tidak, sengaja atau tanpa disengaja. Perusahaan seharusnya juga mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap masyarakat, bahkan sebelum mereka berbicara tentang produk dan model bisnis. Tentunya, konflik antara etika dan model bisnis itu ada, inilah waktu yang tepat bagi CEO memutuskan untuk menjadi seorang CEO yang seperti apa.

Ada sebuah kasus menarik dalam media digital. Sebagai salah satu pemain di media digital, salah satu yang meresahkan saya adalah
banyaknya perusahaan media melupakan bentuk dari sebuah masyarakat, yaitu hubungan dua arah. Perusahaan media mengacu pada statistik dan mempelajari konsumsi pengguna akan konten mereka, mulai dari melihat konten yang paling populer lalu mereplikanya demi mendapatkan atensi dari pengguna dan mengajak untuk melihat lebih banyak konten sehingga menghasilkan uang melalui iklan.

Lalu, bagaimana jika konten yang menarik bagi pengguna adalah konten yang disruptif? Atau kenyataannya salah? Apakah kalian akan mengikuti para pengguna yang tidak bijak? Apakah kalian akan tetap menyediakan konten negatif yang mereka sukai? Tentunya bisa dan akan menghasilkan banyak uang. Mungkin. Namun, kalian juga bisa angkat suara dan menentang, memaksa konten-konten edukatif yang lebih positif dan layak. Beberapa menyebutnya integritas. Lainnya menganggap ini adalah etika berbisnis. Apapun pengertian kalian, hal ini menjadi sangat penting dalam menjalankan bisnis.

Saya adalah seseorang yang percaya bahwa media digital telah mengacaukan dunia. Dengan berbagai tindak kebencian dan aura negatif di sekelilingnya, media digital telah menjadi sumber dari kekacauan tersebut. Adalah hal yang mudah untuk menguangkan kebencian dan konten negatif melalui iklan. Semakin banyak kebencian, semakin tinggi trafik, uang semakin mengalir. Tanpa ada pertimbangan akan dampaknya pada masyarakat secara keseluruhan.

Teknologi akan terus melanjutkan penetrasinya demi semakin tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Manusia pun akah tetap bertahan, apapun yang terjadi. Hadirnya kecerdasan buatan, bioteknologi, teknologi luar angkasa serta berbagai pengembangan yang terjadi dalam masyarakat akan memanfaatkan teknologi dalam segala sisi.

Sudah waktunya kita mulai memberdayakan teknologi sebagai alat yang positif, bukan sekedar untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, tapi juga berdampak pada masyarakat secara keseluruhan. Sudah waktunya bagi perusahaan-perusahaan teknologi, inovator dan disruptor untuk berhenti bersembunyi di balik alasan “hanya sebatas platform”, dan mulai menerapkan integritas dan etika berbisnis.

Dear Tech Companies, You’re More Than Just a Platform

For the past few decades, technology has turned from a nice to have feature for nerds, into an inseparable part of society and how humans behave in general. Humans might come up with technology, but technology also shapes our lives in a very-very significant way. From the internet, communications, social network, artificial intelligence and God knows what else the techies will come up in the next decade or so.

For every disruptive force that was brought up by these technology companies who brings in the new way of doing things, the old way must die. The old inefficient, expensive, time-consuming behavior must be replaced with technology platform.

Google changed the world. Facebook changed the world. Amazon changed the world. Uber changed the world.

And it pains me to see that although these companies bring an amazing new and more powerful way of doing things, they seem to be lacking in the knowledge that they also have a responsibility to society and not just to their shareholders.

I remember how companies like OLX Indonesia got vilified for selling babies online. Of course, it wasn’t OLX that did it, it was one of their merchant (it is a c2c platform). Anyone can sell anything on OLX, and that OLX is just a platform between buyers and sellers. I remember how, in India, an Uber driver raped his passenger. And sure enough, Uber hid behind the same argument. I remember how Go-Jek have so much power over the Indonesian economy now that they have more than a million drivers working for them. But their early days of Go-Jek’s growth were dark days for a lot of conventional taxi drivers as their income decline rapidly.

And of course, not to forget Facebook that has been the center of attention the past few weeks.

Granted, whenever something went wrong, these companies take responsibilities and act accordingly to solve the problem but it seems to me that they failed to grasp the power they have in our society. And it’s the kind of power that transcends economic empowerment. Listening to Zuckerberg’s interrogation by US Congress gave me the sense that Zuckerberg feels like he failed to protect individual’s privacy, their users. But it seems that Zuckerberg doesn’t realize that he and Facebook had failed us as a society. Zuckerberg sees a product improvement as a solution to his problem. It’s much much deeper than that.

Facebook, Google, Uber, Amazon, and Alibaba; all these giant tech companies have become so big that they have the muscle power to move society into any direction, whether they realize it or not, whether it’s intentional or not. And they should start thinking about how their movement impacts the society before even proceeding to talk about products and business model. Of course the conflict between ethics and business model exists. This is where tech CEOs will decide what kind of CEO she/he wants to be.

An also good case is digital media. As one of the players in digital media, it concerns me that a lot of media companies forget about how they shape the society. It’s a two-way road. Media companies look at their statistics and learn how users consume their content, go look for the most popular content and try to replicate that type content to get user engaged and consume more content, therefore make money from advertisers.

But what if the type of content that the users prefer is the type of content that is disruptive? Or straightforward false? Do you listen to the users even when the user is stupid? Do you give them negative content because they like it? Of course, you can, and you’ll make tons of money. Probably. But you also can make a stand and decline, pushing through educative content that is more proper and positive to society. Some people call this integrity. Others call it business ethics. But whatever you want to call it, it’s important that this proceeds business considerations.

I am one to believe digital media ruins the world. With so much hate and negative aura around the world, digital media has been the epicenter of the movement. It’s very easy to monetize hate and negative content through advertising. More hate, more traffic, more advertising money. No consideration whatsoever on how it impacts the society as a whole.

Technology will continue its stride to become an even more inseparable part of human lives. And humans will survive, one way or another. The rise of Artificial intelligence, biotechnology, space technology and all these exciting development in our society will have the role of technology all over it.

It’s time we reclaim technology as a positive tool, not just to make a ridiculous amount of money, but also to impact society as a whole. It’s time for technology companies, innovators and disruptors to stop hiding their existence as “just a platform”, and start taking business ethics and integrity into consideration.