[Tekno] Shopify Mudahkan Brand dan Kreator Berjualan NFT Langsung Lewat Situs Masing-Masing

Berdasarkan observasi pribadi, salah satu alasan populer yang banyak dilontarkan oleh mereka yang enggan menelusuri lebih jauh perihal NFT adalah keterkaitannya dengan cryptocurrency. Buat sebagian orang, crypto dinilai menambah kompleksitas, dan semuanya akan lebih mudah seandainya mereka dapat menggunakan metode pembayaran yang sama seperti yang mereka gunakan saat berbelanja online seperti biasanya.

Berhubung NFT masih baru, wajar kalau prosesnya masih tergolong rumit. Kalau kita ingat, belanja online pun dulunya tidak semudah sekarang. Namun berkat bantuan platform e-commerce seperti Shopify, berbelanja online di jutaan situs di seluruh dunia kini terasa jauh lebih simpel, baik bagi pihak pembeli maupun penjual. Nah, premis yang sama itu rupanya juga ingin Shopify hadirkan untuk tren NFT.

Melalui sebuah cuitan, co-founder sekaligus CEO Shopify, Tobias Lütke, mengumumkan bahwa platform Shopify kini dapat digunakan untuk berjualan NFT. Tidak perlu ke OpenSea atau Rarible, brand atau kreator bisa menjual koleksi NFT-nya langsung lewat situsnya sendiri (yang elemen e-commerce-nya ditenagai oleh platform Shopify).

Mulai dari proses minting sampai pembayarannya, semuanya akan diurus oleh Shopify berkat kemitraannya dengan perusahaan spesialis blockchain bernama GigLabs. Blockchain yang didukung tidak melulu Ethereum, melainkan juga Polygon, Near, dan Flow.

Pembayarannya pun tidak harus menggunakan crypto, tapi bisa juga dengan Shopify Payments, Shop Pay, maupun kartu kredit/debit. Selesai membayar, pembeli bisa langsung mengklaim aset NFT-nya melalui email, dan menambahkannya ke crypto wallet masing-masing. Sekali lagi, tujuannya adalah mempermudah proses transaksi NFT, baik untuk pihak pembeli maupun penjual.

Untuk sekarang, program NFT di Shopify ini sayangnya masih berstatus beta, dan baru bisa diikuti oleh merchant terpilih yang berdomisili di Amerika Serikat saja. Bukan cuma itu, merchant-nya juga wajib menjadi pelanggan Shopify Plus terlebih dulu (yang sendirinya tidak murah, dengan tarif $2.000 per bulan), dan itu pun belum bisa menjamin mereka bakal langsung diberi lampu hijau untuk berjualan NFT, sebab masih ada proses seleksi yang harus dijalani.

Gambar header: Twitter @ethmessages via Unsplash.

[Tekno] Microsoft Umumkan Windows 11 SE, Versi Lebih Ringan untuk Laptop Pelajar

Microsoft hari ini meluncurkan Windows 11 SE, varian baru sistem operasinya yang ditujukan untuk bidang edukasi. Windows 11 SE — singkatan dari “Student Edition” — berbeda dari fitur S Mode, sebab varian ini tidak dibatasi agar hanya bisa mengunduh aplikasi dari Microsoft Store saja. Malahan, Microsoft Store justru tidak ada di Windows 11 SE.

Sebagai gantinya, Microsoft membatasi Windows 11 SE dengan cara yang berbeda, semisal dengan menyederhanakan fitur Snap Layout maupun menghilangkan fitur Widget. Tujuannya bukan cuma untuk mengurangi distraksi, tetapi juga untuk memastikan Windows 11 SE bisa berjalan dengan mulus di laptop dengan spesifikasi low-end.

Sudah menjadi rahasia umum kalau Windows terasa berat di laptop dengan spesifikasi rendah, terutama jika dibandingkan dengan Chrome OS. Windows 11 SE pada dasarnya hadir untuk mematahkan anggapan tersebut, dan ini bisa dilihat dari perangkat terbaru yang Microsoft luncurkan bersamaan dengan OS baru tersebut: Surface Laptop SE.

Windows 11 SE akan tersedia di Surface Laptop SE dan deretan laptop pelajar lain dari berbagai pabrikan / Microsoft

Dibanderol $250, Surface Laptop SE punya spesifikasi yang mirip seperti jajaran Chromebook yang dipasarkan di kisaran harga yang sama: prosesor Intel Celeron N4020, RAM 4 GB, dan storage eMMC sebesar 64 GB. Berkat sederet optimasi yang Microsoft terapkan pada Windows 11 SE, Microsoft percaya performanya bakal mulus di spesifikasi serendah itu.

Namun Surface Laptop SE tentu bukan satu-satunya opsi yang tersedia bagi sekolah-sekolah dan institusi pendidikan yang membutuhkan alternatif terhadap Chromebook. Ke depannya, mereka juga bisa membeli laptop Windows 11 SE dari pabrikan-pabrikan seperti Acer, Asus, Dell, Dynabook, Fujitsu, HP, JK-IP, Lenovo, dan Positivo.

Windows 11 SE tidak selamanya harus digunakan selagi online. Aplikasi-aplikasi Office macam Word, PowerPoint, Excel, OneNote, dan OneDrive tetap bisa digunakan secara offline di laptop Windows 11 SE. Di saat yang sama, Windows 11 SE juga sepenuhnya mendukung pembelajaran berbasis web, baik menggunakan browser Edge maupun Chrome.

Kalau benar Windows 11 SE punya performa yang bagus di laptop berspesifikasi low-end, tentunya ini bisa jadi alternatif yang menarik terhadap Chromebook buat sekolah-sekolah, terutama yang tidak bisa meninggalkan ekosistem Windows (karena menggunakan software yang cuma tersedia di Windows, misalnya).

Sumber: Microsoft.

[Tekno] Microsoft Perkenalkan Mesh for Teams Sebagai Prekursor Akan Metaverse

Sejak Facebook mengumumkan pergantian namanya menjadi Meta beberapa hari lalu, Anda pasti telah mendengar istilah metaverse dibahas di sana-sini. Berhubung hype-nya sedang tinggi, perusahaan lain pun tidak mau melewatkan momentum pembicaraan tentang metaverse ini, tidak terkecuali Microsoft.

Melalui sebuah blog post, Microsoft mengumumkan Mesh for Microsoft Teams. Buat yang tidak tahu, Mesh merupakan sebuah platform kolaborasi untuk mixed reality yang Microsoft umumkan bulan Maret lalu. Dengan memadukan beragam teknologi sekaligus, Mesh memungkinkan kita untuk bekerja atau sekadar berinteraksi dalam sebuah virtual shared space, baik sebagai sebuah avatar 3D atau malah hologram.

Dari penjelasan sederhana itu, bisa kita lihat bahwa Mesh memang sejalan dengan konsep metaverse yang kita kenal dalam beberapa tahun terakhir ini, dan Microsoft sudah punya rencana untuk mengintegrasikannya ke Microsoft Teams mulai tahun depan.

Jadi ketimbang mematikan atau menyalakan tampilan kamera selagi mengikuti sesi video conference, pengguna Teams nantinya bakal punya opsi untuk tampil sebagai avatar 3D yang bisa bergerak-gerak. Menggunakan AI, Microsoft akan menyesuaikan animasi dan ekspresi wajah avatarnya dengan suara masing-masing pengguna.

Ini berarti pengguna tidak diwajibkan memakai mixed reality headset ataupun perangkat khusus lainnya. Microsoft memastikan bahwa Mesh for Teams dapat dinikmati di semua perangkat, mulai dari laptop sampai smartphone.

Selain dalam tampilan video call standar, pengguna Teams nantinya juga bisa masuk ke dalam sebuah virtual spacemetaverse — yang dibangun oleh masing-masing organisasi atau perusahaan tempatnya bekerja, dan berkolaborasi langsung menggunakan aplikasi-aplikasi besutan Microsoft. Microsoft bahkan juga akan mengintegrasikan fitur-fitur yang bakal sangat membantu melancarkan komunikasi, macam real-time translation dan transcription.

Mesh for Teams mungkin belum bisa mewujudkan konsep metaverse secara utuh, tapi setidaknya ia bisa menjadi prekursor akan tren baru tersebut. Microsoft berharap inisiatif ini bisa membuka mata sekitar 250 juta pengguna Teams akan pendekatan baru di bidang remote dan hybrid working yang tengah berjalan.

Sumber: The Verge dan Microsoft.

Sah! Facebook Ganti Nama Jadi Meta untuk Bangun Metaverse

Setelah rumornya beredar beberapa waktu lalu, CEO Facebook, Mark Zuckerberg, akhirnya mengumumkan jika raksasa media sosial ini akan mengganti nama induk perusahaannya jadi Meta.

Selain itu, bersamaan dengan perubahan nama tadi, Zuckerberg juga mengumumkan rencananya membangun ‘metaverse’ — sebuah dunia digital yang dibangun di atas dunia fisik, yang mencakup virtual reality ataupun augmented reality. Karena itulah, perubahan nama ini dianggap lebih sejalan dengan misi mereka ke depannya.

Jika Anda masih belum familiar dengan istilah metaverse, kami pernah menjelaskannya lebih lengkap di artikel ini.

Pada kesempatan yang sama, Zuckerberg juga memprediksi jika metaverse akan menjangkau satu miliar orang dalam satu dekade ke depan. Ia juga menjabarkan rencana futuristisnya untuk menciptakan dunia digital yang memungkinkan penggunanya benar-benar merasakan presensi satu sama lainnya meski berjauhan lokasinya.

Platform ini nantinya juga memungkinkan pengguna untuk mengkustomisasi avatar dan ruang digital mereka, mendekorasi kantor digital dengan foto-foto, video, atau bahkan buku. Meski begitu, Zuckerberg juga mengatakan jika mereka masih butuh waktu yang tidak sebentar untuk mewujudkan visi tadi jadi kenyataan. “Cara terbaik untuk memahami metaverse adalah dengan mengalaminya sendiri.” Ujarnya. Namun ia juga mengatakan jika memang belum ada metaverse yang utuh.

Zuckerberg pun bercerita jika sebelumnya Facebook telah memulai dua proyek metaverse tahun lalu yaitu Horizon World yang memungkinkan pengguna mengundang kawan mereka ke dunia digital mereka dan Horizon Workrooms yang menyuguhkan fitur yang sama namun dengan nuansa profesional. Ia juga mengatakan jika mereka ingin mengeksplorasi lebih jauh terkait NFTs dan kripto, dan sedang mengerjakan aplikasi gaming.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Mark Zuckerberg (@zuck)

Perubahan ini tidak akan mengganti nama produk atau platform mereka seperti Facebook, Instagram, Whatsapp, dan Oculus namun pada induk perusahaan yang menaungi produk-produk tersebut. Perubahan ini mungkin mirip dengan yang dilakukan Google saat mengganti nama dan restrukturisasi induk perusahaannya jadi Alphabet di 2015.

Meski begitu, perubahan nama perusahaan ini jadi dikait-kaitkan oleh banyak orang dengan skandal yang belum lama ini melibatkan nama baik Facebook. Salah satunya adalah pembocoran dokumen internal oleh Frances Haugen seperti hasil riset tentang Instagram yang ternyata berbahaya bagi kesehatan mental remaja dan keengganan mereka untuk menghilangkan hate speech dari platform mereka untuk pasar di luar Amerika Serikat.

Terkait itu tadi, Zuckerberg mengatakan jika laporan tersebut adalah “usaha terkoordinir untuk memilah dokumen yang bocor untuk menggambarkan image negatif ke perusahaan.”

Feat image: AP News

Tekno: Facebook Dikabarkan Ingin Ganti Nama untuk Rebranding

Mengutip dari The Verge, Facebook dikabarkan ingin mengganti nama perusahaannya pekan depan agar dapat menunjukkan fokus barunya membangun metaverse.

Jika Anda masih bingung dengan apa itu metaverse, kami sempat membahas definisi dan signifikansinya beberapa waktu lalu.

Rencananya, pergantian namanya akan diumumkan oleh sang CEO, Mark Zuckerberg pada konferensi Connect tahunan mereka pada 28 Oktober. Namun pengumuman ini bisa juga dilakukan lebih cepat. Rebranding yang dilakukan ini disebabkan karena Facebook ingin dikenal lebih dari sekadar media sosial. Rebranding ini juga diprediksi akan mengubah posisi Facebook sebagai perusahaan induk yang di bawahnya ada Instagram, WhatsApp, Oculus, dan kawan-kawannya.

Pada bulan Juli lalu, di wawancara dengan The Verge, Zuckerberg sempat mengatakan jika selama beberapa tahun ke depan, “kami akan mulai transisi untuk mengubah persepsi orang atas kami dari perusahaan media sosial menjadi perusahaan metaverse.”

Di lain pihak, rebranding juga bisa menjadi solusi atas image dan sentimen negatif yang menghantui Facebook beberapa tahun belakangan. Beberapa waktu lalu, seorang mantan karyawan Facebook, Frances Haugen, membocorkan sejumlah dokumen internal ke Wall Street Journal dan bersaksi di depan dewan Amerika Serikat. Salah satu dokumen internal yang dibocorkan adalah hasil riset internal yang mengatakan jika 30% remaja perempuan merasa Instagram membuat mereka lebih insecured dengan tubuhnya.

Tiga tahun yang lalu, skandal Cambridge Analytica juga terbongkar ke publik. Buat yang kurang familiar dengan skandal tadi, Christopher Wylie yang sebelumnya bekerja dengan Cambridge Analytica sempat memberikan komentarnya ke The Observer, “Kami mengeksploitasi Facebook untuk mengumpulkan jutaan profil pengguna. Dan, kami membangun model untuk mengeksploitasi informasi pribadi dan menargetkan kebencian (inner demons) mereka. Itulah fondasi dari keseluruhan perusahaan ini.”

Pergantian nama dengan tujuan rebranding sebenarnya juga pernah dilakukan oleh perusahaan raksasa lain. Google, di 2015, mengubah struktur dan membuat induk perusahaan yang bernama Alphabet. Hal ini dilakukan karena Google tidak ingin hanya dikenal sebagai perusahaan search engine tapi juga ekspansinya ke mobil otomatis dan teknologi kesehatan.