Traveloka Menutup Operasional Layanan “Online Grocery”

Traveloka menambah deretan startup di Indonesia yang melakukan efisiensi di tengah gejolak ekonomi. Traveloka menutup operasional layanan online groceryTraveloka Mart” meski baru beroperasi dalam waktu enam bulan.

“Kami informasikan bahwa kami akan memberhentikan layanan Traveloka Mart sebagai bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan,” ungkap perwakilan Traveloka dalam pernyataan resminya.

Pihaknya memastikan para karyawan, mitra, dan pengguna tetap menjadi fokus utama untuk memastikan transisi berjalan dengan baik sesuai aturan yang berlaku. Traveloka akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyediakan dukungan dalam proses penutupan Traveloka Mart ini.

Sebagai informasi, Traveloka Mart memungkinkan pengguna untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Adapun, Traveloka Mart meluncur pada pertengahan Maret 2022 dan telah menggandeng sejumlah perusahaan ritel besar termasuk Lotte Mart.

Di samping itu, langkah Traveloka masuk ke online grocery menjadi strategi untuk memperkuat posisinya sebagai lifestyle superapp yang fokus pada pemenuhan gaya hidup, tak hanya sebagai online travel agency (OTA) saja.

Tantangan

Potensi pasar online grocery di Indonesia masih sangat besar mengingat jangkauannya masih terpusat di kota besar, seperti Jabodetabek. Mengacu laporan The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia, nilai pasar online grocery di Asia Tenggara diproyeksi tumbuh 198% dari $99 miliar di 2019 menjadi $295 miliar di 2023. Pertumbuhan layanan online grocery terutama terakselerasi akibat pandemi Covid-19.

Namun, online grocery dinilai masih terbentur sejumlah tantangan besar, terutama soal pemenuhan pesanan dan logistik meski transaksinya menyumbang lebih dari 50% dari total pengeluaran ritel di Asia Tenggara. Laporan e-Conomy SEA di 2020 menyebut tantangan ini dapat terjawab dengan inovasi berkelanjutan pada model bisnis dan infrastruktur logistik.

Dalam konteks platform superapp, hampir semua kini telah menyediakan layanan kebutuhan pokok secara on-demand. Beberapa di antaranya adalah GoTo (GoMart), Blibli (Blibli Mart), hingga Grab (GrabMart). Superapp yang sudah unicorn/decacorn telah memiliki infrastruktur logistik sendiri yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi pesanan kebutuhan pokok. Namun, tentu saja mereka akan bersaing dengan startup tahap awal maupun berkembang yang menawarkan layanan serupa.

Blibli, misalnya, memiliki dark store untuk mengoperasikan layanan ini lebih efisien. Model dark store dinilai dapat mendorong efisiensi dan efektivitas karena hanya menerima pesanan online dan pengiriman menjadi lebih cepat tanpa membukanya untuk pengunjung toko. Selain itu mereka juga telah memiliki kemitraan strategis dengan Ranch Market, melalui akuisisi saham mayoritas.

Dalam analisis DailySocial.id terkait gejolak bisnis quick commerce di global, Co-founder dan Managing Partner AC Ventures Adrian Li menilai, dibandingkan model ritel yang sudah ada, quick commerce justru menunjukkan peningkatan hasil penjualan dan efisiensi biaya yang signifikan.

Namun, Venture Capitalist Eddi Danusaputro justru menekankan bahwa infrastruktur online grocery modern justru dibutuhkan di kota lapis dua mengingat supply dan demand di kota lapis satu sudah kuat. Model bisnisnya akan feasible, tetapi perlu diubah karena infrastruktur di tier 2, 3, dan seterusnya belum tentu sama.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Masuki Layanan Online Grocery

Traveloka memantapkan langkahnya untuk bertransformasi menjadi “lifestyle super app” sembari menanti industri perjalanan dan pariwisata pulih akibat pandemi Covid-19. Setelah masuk ke layanan food delivery hingga healthtech, startup dengan valuasi ~$3 miliar tersebut kini masuk ke layanan online grocery lewat brand Traveloka Mart. Menu “Mart” saat ini bisa dijumpai di aplikasi.

Fitur tersebut memampukan pengguna Traveloka untuk membeli kebutuhan sehari-hari, seperti produk segar dan makanan beku. Untuk mengakomodasi kebutuhan ini, Traveloka telah bermitra dengan beberapa perusahaan peritel besar, termasuk Lotte Mart.

“Mart” jadi menu baru di aplikasi Traveloka

Pengguna dapat mengakses layanan Mart langsung di aplikasi Traveloka dan dapat bertransaksi — di fase awal ini masih bebas ongkir tanpa minimum transaksi pembelian. Ketika masuk ke dalam menu tersebut, saat ini sudah ada beberapa opsi produk yang bisa dipilih pengguna.

Tampilan laman Mart di aplikasi Traveloka

Seperti diketahui, layanan OTA Traveloka terdampak cukup signifikan akibat pembatasan perjalanan sejak Covid-19 terjadi di awal 2020. Agar tetap relevan di masa pandemi, Traveloka mulai fokus untuk memperkuat layanan di kategori keuangan (paylater), gaya hidup, dan hiburan.

Traveloka meluncurkan halaman direktori untuk restoran, Kuliner Traveloka pada 2018. Kemudian, Xperience pada 2019 yang memiliki sekitar 15.000 kegiatan di lebih dari 60 negara, mencakup acara, film, hingga lokakarya. Selain itu, Traveloka juga merambah ke sektor healthtech dengan menghadirkan telekonsultasi dan layanan tes PCR dan antigen.

Pasar online grocery

Sejak dua tahun terakhir, layanan online grocery dan terakhir ada quick commerce termasuk fenomena baru yang mendorong pertumbuhan industri digital di Indonesia. Hal ini salah satunya dipicu oleh lonjakan permintaan belanja bahan pokok secara online di masa pandemi.

Bicara tren quick commerce, layanan ini didefinisikan sebagai layanan pengiriman barang habis pakai dalam rentang waktu 45 menit dengan biaya pengiriman normal. Mengutip laporan RedSeerquick commerce didorong oleh sejumlah faktor, seperti perubahan perilaku konsumen akibat Covid-19 dan perilaku belanja impulsif atau tak terencana. RedSeer memproyeksi pasar quick commerce sebesar $0,3 miliar di 2021 dan akan tumbuh 10-15 kali lipat menjadi $5 miliar dalam lima tahun mendatang.

Di Indonesia, terdapat sejumlah pelaku startup yang memosisikan bisnisnya sejak awal sebagai pelaku online grocery maupun quick commerce, misalnya Sayurbox, HappyFresh, Segari, dan Astro. Namun, ada juga startup e-commerce raksasa yang baru masuk ke layanan ini, seperti GoTo, Shopee, dan Blibli.

Mereka memanfaatkan jaringan logistik yang telah dibangun sejak lama agar dapat mengakomodasi kebutuhan instan ini. Bahkan beberapa di antaranya mengakuisisi perusahaan peritel besar untuk memperkuat jaringan supply chain mereka.

Ada GoTo yang mengakuisisi Matahari Putra Prima (pemilik Hypermart) dan Blibli dengan aksi serupanya terhadap Ranch Market.  Kemudian di awal tahun ini, anak usaha CT Corp, Trans Retail Indonesia bersama Bukalapak dan Growtheum Capital Partners (investor AlloBank) membentuk perusahaan patungan untuk mendirikan AlloFresh.

Kepada DailySocial beberapa waktu lalu, Co-founder dan CEO Astro Vincent Tjendra menilai tantangan utama membangun bisnis ini adalah membangun kebiasaan masyarakat. Pasalnya, banyak orang yang lebih memilih berbelanja kebutuhan sehari-hari di pasar tradisional. Menurutnya, salah satu kunci untuk mengatasi hal ini adalah membangun titik (hub) penyimpanan produk sehingga memungkinkan pengirimannya ke lokasi terdekat pengguna.

Application Information Will Show Up Here